meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) kadang disebabkan oleh Mycobacterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kasus baru TB BTA positif dengan kematian Menurut. departemen kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

Indonesia dalam rangka percepatan Millenium Development Goals (MDGs) mentargetkan penemuan kasus baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit penyebab utama ke-dua kematian di seluruh dunia di antara penyakit menular, membunuh hampir 2 juta orang setiap tahun. Sebagian besar kasus berada dinegara-negara berkembang. Dalam dekade terakhir, kejadian TB sangat meningkat di Afrika terutama sebagai akibat dari meningkatnya beban infeksi HIV, dan di Uni Soviet karena faktor perubahan sosial ekonomi dan penurunan sistem perawatan kesehatan (Frieden et al., 2003). TB merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi. Pendapatan yang rendah dengan jumlah keluarga yang besar dan hidup di lingkungan padat dengan sanitasi perumahan yang buruk, mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk terinfeksi kuman TB dan berkembang menjadi sakit TB serta kemungkinan akan meninggal karena TB (Kritski and Melo, 2007). Tahun 2010 sebanyak 6,2 juta orang di dunia telah didiagnosis menderita TB terdiri dari 5,4 juta kasus baru, 300.000 kasus kambuh dan 400.000 pengobatan ulang. Negara-negara yang memiliki beban tinggi penyakit TB (high burden countries) sebanyak 22 negara termasuk Indonesia menyumbang sekitar 82% penderita TB dunia (WHO, 2011). Penderita TB dan kematian akibat TB pada sebagian besar negara di dunia, lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Namun TB merupakan penyebab kematian dari golongan penyakit infeksi pada wanita. Setiap tahun, sekitar 700.000 wanita meninggal karena TB, dan lebih dari tiga juta terkena TB. Dampak TB pada wanita terutama secara ekonomi dan reproduksi, serta berdampak terhadap anak dan anggota keluarga yang lain (WHO, 2013). Menurut Crofton et al. (2002), angka kejadian TB pada pria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi pada wanita cenderung menurun tajam sesudah melampui usia subur. Pada wanita prevalensi TB mencapai maksimum pada usia 40-50 tahun dan kemudian berkurang, sedangkan pada pria prevalensi terus 1

2 meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di seluruh dunia, lebih banyak pria daripada wanita yang terdaftar dalam register penderita TB. Rasio penderita TB pria dan wanita bervariasi di tiap-tiap provinsi, namun rata-rata 1,5:1 sampai dengan 3:1. Hal ini tidak terlepas dari faktor kerentanan terhadap penyakit dan faktor sosial budaya. Wanita juga lebih rendah frekuensinya terhadap paparan penyakit, wanita tidak mendapatkan akses pengobatan, atau mendapatkan pengobatan di luar sistem kesehatan formal sehingga tidak tercatat. Menurut Dye (2006) dalam Zaman (2010) pria lebih sering terkena TB daripada wanita. Kasus TB di sebagian besar negara lebih tinggi pada pria daripada wanita. Ada 1,4 juta TB BTA-positif kasus pada pria dan 775.000 pada wanita pada tahun 2004. Rasio wanita terhadap kasus TB laki-laki dilaporkan secara global adalah 0,47 : 0,67. Penyebab perbedaan prevalensi TB berdasarkan jenis kelamin, belum dapat dipastikan. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan dalam faktor risiko infeksi, tingkat perkembangan dari infeksi menjadi penyakit, rendahnya pelaporan kasus TB pada wanita, atau perbedaan akses pelayanan. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Zeana and El-Sadr (2004) yang menyatakan bahwa perbedaan prevalensi TB berdasarkan gender secara global belum diketahui penyebab pastinya. Hipotesis utama untuk menjelaskan perbedaan ini adalah perbedaan yang muncul karena betul-betul karena gender. Perbedaan gender terkait dengan faktor biologis terhadap reaksi infeksi Mycobacterium tuberculosis untuk berkembang menjadi penyakit aktif. Faktor lainnya adalah sosial budaya dapat mempengaruhi kesempatan untuk terpapar Mycobacterium tuberculosis serta kondisi yang mendorong perkembangan penyakit dan reaktivasi. Hipotesis ke-dua adalah bahwa terjadi underdiagnosis dan tidak dilaporkannya TB pada wanita, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah. Berbagai faktor, termasuk citra diri, status dalam keluarga dan masyarakat, akses terhadap sumber daya kesehatan, dan manifestasi dan

3 ekspresi dari stigma yang terkait dengan TB, dapat mempengaruhi perilaku pencarian perawatan pada wanita. Risiko TB pada wanita meningkat selama usia produktif, walaupun demikian di negara-negara dengan pendapatan rendah, laki-laki 2 kali lebih banyak yang tercatat sebagai penderita TB dibandingkan wanita. Mekanisme biologis dapat menjelaskan sebagian dari penyebab perbedaan ini, tetapi faktorfaktor sosial ekonomi dan budaya yang menghambat wanita untuk mengakses layanan kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kasus TB yang tecatat pada wanita. Program pengendalian TB harus lebih peka terhadap kendala yang dihadapi oleh wanita dalam mengakses pelayanan kesehatan dan memberdayakan wanita untuk memulai dan menyelesaikan pengobatan. Rasa takut dan stigma yang terkait dengan TB memiliki dampak yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada laki-laki, sering laki-laki meninggalkan mereka dalam kondisi sosial dan ekonomi yang memprihatinkan (Connolly and Nunn, 1996). Hasil survei prevalensi tahun 2004 menyebutkan bahwa prevalensi kasus baru TB BTA positif di Indonesia yaitu sebesar 110 per 100.000 penduduk. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 berdasarkan hasil wawancara dengan anggota rumah tangga (ART) menunjukkan bahwa periode prevalence TB Paru 2009-2010 berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak dan atau foto paru sebesar 725 per 100.000 penduduk. Prevalensi TB paru paling banyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki sebesar 819 per 100.000 penduduk (Kemenkes_RI, 2010). Prevalensi TB paru BTA positif di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 pada laki-laki lebih besar (258/100.000) dibandingkan pada wanita (215/100.000) dari 8.537.738 jiwa penduduk (Kemenkes_RI, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Cilacap, didapat data bahwa upaya penanggulangan TB dilaksanakan di 38 Puskesmas, 2 rumah sakit dan 8 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Pencapaian CDR di Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, sudah melebihi target minimal 70%. Tahun 2010 pencapaian CDR 76% dan 2011 mencapai 77%. Begitu pula dengan kesembuhan, tahun 2010 dan 2011 masing-masing 87% dari target 85% (DKK_Cilacap, 2013).

4 Penderita TB dengan usia di atas 14 tahun selama tahun 2012 tercatat 1.635 orang, terdiri dari pria sebanyak 871 (53%), dan sisanya wanita 47%. Dari 38 wilayah kerja Puskesmas, terdapat 6 wilayah kerja Puskesmas dengan penderita TB wanita lebih banyak dibandingkan penderita TB pria. Penderita TB wanita yang lebih tinggi persentasenya dibandingkan penderita TB pria terdapat di wilayah kerja Puskesmas : Dayeuhluhur I (57%), Kawunganten (54%), Jeruklegi I (56,5%), Kesugihan I (52%), Adipala I (54%), dan Binangun (56%). Berbagai masalah akan muncul jika wanita menderita TB mengingat peran wanita terutama yang sudah menikah, hamil, dan memiliki anak. Perannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus melaksanakan tugas pengasuhan fisik maupun mental anak-anak sekaligus mengurus suami akan terganggu. Bagi yang belum menikah akan memungkinkan penurunan fungsi reproduksinya. Hal ini menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB pada wanita di Kabupaten Cilacap. B. Perumusan Masalah Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapat data bahwa di Kabupaten Cilacap tahun 2012 terdapat 6 wilayah Puskesmas dengan prevalensi TB pada wanita lebih tinggi dibandingkan prevalensi TB pada pria. Data ini berbeda dengan data-data prevalensi penyakit TB pada umumnya baik dalam skala internasional, nasional, maupun regional. Hal ini memunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Mengapa prevalensi TB pada wanita di 6 wilayah Puskesmas Kabupaten Cilacap lebih tinggi dibanding laki-laki dan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kejadian TB pada wanita di 6 wilayah Puskesmas Kabupaten Cilacap? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB pada wanita di Kabupaten Cilacap.

5 2. Tujuan khusus a. Mengetahui distribusi penderita TB pada wanita berdasarkan status perkawinan, kehamilan, paritas, aktivitas fisik, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, riwayat kontak, polusi asap dapur, kepadatan hunian, dan luas ventilasi rumah. b. Mengetahui peluang kejadian TB pada wanita berdasarkan status perkawinan, kehamilan, paritas, aktivitas fisik, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, riwayat kontak, polusi asap dapur, kepadatan hunian, dan luas ventilasi rumah. D.Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya penanggulangan TB di Kabupaten Cilacap, menambah informasi penelitian tentang faktor risiko penyakit TB pada wanita dan menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian dengan topik dan wilayah penelitian yang lebih luas. E. Keaslian Penelitian 1. (Satria, 2012) Judul : Faktor risiko dan distribusi spasial Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam (BTA) positif di Kabupaten Tapin Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 Persamaan : Metode, variabel kontak serumah, kepadatan hunian, dan ventilasi Perbedaan : Tempat, waktu, responden, analisis spasial 2. (Long et al., 2006) Judul : Different tuberculosis in men and women: beliefs from focus groups in Vietnam. Persamaan : Responden wanita Perbedaan : Variabel yang diteliti, tempat, waktu, rancangan penelitian, analisis data