BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan karya sastra digunakan sebagai alat perekam. Hal yang direkam berupa

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

I. PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut adalah prosa. Prosa sendiri identik dengan sebuah karya

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

Seorang pembaca teks drama tanpa menyaksikan pementasan drama tersebut, maka mau tidak mau sang pembaca harus membayangkan peristiwa yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, menghayati, mengkaji, serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman kerajaan dahulu, sastra di Bali seakan telah menjadi "roh" dalam kehidupan masyarakat di Bali. Selain itu, sastra tradisional juga berperan besar sebagai dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban masyarakat serta tindakan ataupun keputusan-keputusan penting yang diambil. Pada kesempatan ini, penelitian difokuskan pada salah satu karya sastra tradisional Bali berbentuk babad. Babad merupakan bentuk karya sastra tradisional yang khususnya di Bali penting peranannya untuk kita ketahui, pelajari, bahkan untuk dilestarikan keberadaannya, terutama oleh masyarakat Bali yang tentunya memiliki kecintaan tinggi terhadap karya sastra tradisional Bali. Hal ini dilakukan bukan semata-mata hanya untuk melestarikan warisan budaya leluhur, melainkan juga dalam babad tersebut banyak sekali terkandung ajaran moral, pesan, serta tuntunan hidup yang dapat memberikan kita pandangan kehidupan serta sebagai cerminan dalam kita menjalahi kehidupan kita masingmasing. Babad juga merupakan salah satu bentuk karya sastra tradisional disamping geguritan, kidung, kekawin, dan lain sebagainya. Dilihat dari isinya, babad merupakan jenis karya sastra sejarah yang mengandung unsur-unsur

sejarah di dalamnya. Teeuw (1984 : 342-343) menyebutkan bahwa babad, sejarah, dan lain-lain merupakan teks-teks historik dan geneologik yang mengandung unsur-unsur kesusastraan, dengan metode dan pendekataan yang sesuai dengan sifat utamanya. Menurut Suarka (1989 : 6) dalam makalahnya menjelaskan bahwa babad di Bali dibedakan atas dua macam, yaitu babad yang meliputi masa yang cukup panjang dan wilayahnya yang luas; artinya babad jenis ini menguraikan peristiwaperistiwa yang berlangsung berpuluh-puluh tahun bahkan berabad-abad, meliputi generasi beruntun dalam lingkungan wilayah yang luas. Kemudian jenis babad yang mempunyai jangkauan waktu dan wilayah berlangsungnya peristiwa itu yang dipersempit, artinya pusat cerita hanya peristiwa-peristiwa dalam satu babakan waktu tertentu dan lebih menitik beratkan kepada hal ikhwal dalam suatu daerah. Suarka (1989 : 7-8) selanjutnya juga menjelaskan bahwa pada umumnya, istilah babad terdapat di Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Sedangkan di daerahdaerah lain seperti Sulawesi Selatan disebut Lontara, di Sumatera Barat dikenal dengan Tambo, di Kalimantan, Sumatera, dan Malaysia dikenal dengan istilah hikayat, silsilah, sejarah, sedangkan di Burma dan Thailand dikenal dengan sebutan kronikel. Suastika (1985 : 160) menjelaskan bahwa babad sebagai karya sastra erat kaitannya dengan kepercayaan, adat istiadat, upacara ritual, hukum, magis, maupun kehidupan sosial kemasyarakatan lainnya Dari keterkaitan serta kekhasan inilah peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian ilmiah terhadap khazanah kesusastraan tradisional khususnya mengenai babad. Ketertarikan ini dilanjutkan dengan penentuan obyek

babad yang akan peneliti angkat, dan akhirnya peneliti memutuskan menggunakan obyek kajian yaitu Babad Pasek Kayu Selem (yang selanjutnya disingkat dengan BPK), dikarenakan peneliti sendiri memiliki hubungan erat dengan Pasek Kayu Selem dimana peneliti percaya bahwa peneliti berleluhurkan (kawitan) Hyang Pasek Kayu Selem. Selain fakta tersebut, hal lain yang membuat peneliti menarik obyek ini sebagai obyek kajian adalah dikarenakan masih sedikitnya penelitian-penelitian yang mengangkat tentang Babad Pasek Kayu Selem khusunya di lingkungan program studi Sastra Bali, sehingga peneliti berfikiran bahwa penelitian seperti ini sangat perlu untuk dilakukan. Naskah Babad Pasek Kayu Selem ini peneliti peroleh di Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dimana naskah ini telah dialih aksarakan dan dialih bahasakan oleh penyusun yaitu Putu Budiastra dan Wayan Wardha pada tahun 1989. Adapun isi dari Babad Pasek Kayu Selem adalah, dimana pada bagian awal diceritakan keadaan pulau Bali dan Lombok yang saling bergesekan karena tidak ada yang "menumpu" hingga pada akhirnya Bhatara Hyang Pacupati membongkar sebagian Gunung Mahameru dan dipindahkan ke Bali dan Lombok sebagai "penindih" agar tidak terombang-ambingkan ombak. Lalu diceritakan dalam babad ini bagaimana kisah Pulau Bali yang hening tanpa adanya manusia hingga Hyang Jagat Karana mengutus Bhatara Hyang Tiga yaitu, Bhatara Mahadewa, Bhatari Danuh, dan Bhatara Ghnijaya untuk turun ke Bali dan berstana di Bali. Singkat cerita Bhatara Hyang Ghnijaya dan Bhatara Mahadewa bertapa tak henti-hentinya. Dari semadi Bhatara Hyang Ghnijaya lahirlah anak laki-laki antara lain; Sang Brahmanda Pandita, Mpu Mahameru,

Mpu Gana, Mpu Kuturan, dan Mpu Pradhah. Kemudian Sang Brahmanda Pandita menikah dengan Bhatari Manik Gni, putri Bhatara Hyang Mahadewa di Tolangkir dan berganti nama menjadi Mpu Ghnijaya. Dari pernikahan beliau menurunkan Mpu Ktek, Mpu Kananda, Mpu Wirajnana, Mpu Withadharma, Mpu Ragarunting, Mpu Prateka, Mpu Dangka yang kemudian dikenal dengan Pasek Sanak Pitu. Dalam babad ini juga diceritakan bagaimana manusia di Bali itu diciptakan oleh para dewa dengan disertai rangkaian-rangkaian kisah lain yang sangat memukau untuk kita sebagai generasi penerus ketahui, seperti dimana Hyang Pramesti Guru beryoga untuk menciptakan manusia hingga diganggu oleh seekor anjing yang tak lain adalah perwujudan Hyang Yamadipati bermaksud untuk mengganggu yoga beliau dalam mencipta manusia. Singkat cerita telah banyak manusia tercipta di Bali, tetapi oleh karena semakin banyaknya manusia di Bali namun tidak dapat melakukan pekerjaan apaapa, Hyang Pramesti Guru mengutus para dewa untuk mengajarkan manusia, Bhatara Indra diutus mengajarkan manusia sesanggingan (ukir-mengukir), Bhagawan Wiswakarma diutus untuk mengajarkan ngundaginin (membuat bangunan) dan sebagainya. Sehingga dahulu hubungan para dewa dengan manusia sangatlah erat, mereka dapat saling bercakap-cakap dimana manusia dapat melihat serta berkomunikasi dengan para dewa. Namun hingga suatu ketika godaan datang dimana karena seorang manusia berbicara dengan Bhatara sambil buang air, saat itulah mata mereka dicoret dengan kapur hingga tak dapat lagi melihat para dewa, dan sekarang kita bisa melihat tepi bola mata manusia ada putihnya. Dalam Babad Pasek Kayu Selem diceritakan pula asal mula timbulnya pungkusan keturunan Tewel.

Pada bagian lain Babad Pasek Kayu Selem ini juga diselingi oleh ceritera bertahtanya seorang raja bernama Detya Karnapati dengan abiseka Çri Jayapangus yang berkeraton di Balingkang. Setelah kita mengikuti beberapa garis besar isi babad Pasek Kayu Selem yang merupakan uraian pelengkap dalam babad ini, selanjutnya akan diceritakan asal usul warga Pasek Kayu Selem, yang dimana pada inti cerita inilah dikisahkan bagaimana awal mula terciptanya manusia Bali yang berasal dari Tuwed Hitam (dikatakan hitam karena sisa pembakaran hutan dalam pembukaan lahan) yang dijelmakan menjadi manusia oleh Mpu Mahameru. Tuwed Hitam itulah yang dikisahkan menjadi awal mula manusia keturunan warga Pasek Kayu Selem yang kini mayoritas menempati Desa Pakraman Batur. Teks ini layak diteliti karena memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan karya sastra lainnya yang memiliki struktur forma dan naratif yang utuh. Dalam babad struktur forma yang ada meliputi jenis dan ragam bahasa, lalu struktur naratif yang meliputi alur, insiden, tokoh dan penokohan, tema serta amanat. Selain itu dalam Babad Pasek Kayu Selem ini terdapat episode-episode yang menceritakan tentang kisah tokoh-tokoh yang tergabung dalam satu kesatuan cerita dalam babad ini yang seluruhnya belum pernah dikaji sebelumnya. Oleh karena itu, hal tersebut sangat menarik hati peneliti untuk mengangkat babad ini untuk dikaji atau diteliti karena melihat masih minimnya minat masyarakat khususnya mahasiswa untuk mengangkat babad sebagai objek khususnya Babad Pasek Kayu Selem yang notabene adalah salah satu babad yang penting bagi sejarah Bali. Selain itu diharapkan penelitian ini nantinya akan memberikan

gambaran kepada para pembaca bagaimana kisah asal mula warga/klan Pasek Kayu Selem di Bali. 1.2 Rumusan Masalah Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah-masalah yang akan dianalisis, maka penulis jabarkan masalah-masalah penelitian ini sesuai dengan latar belakang. Pokok permasalahan dikemukakan sebagai berikut: Bagaimanakah struktur yang membangun Babad Pasek Kayu Selem? 1.3 Tujuan Setiap penelitian sudah tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai.secara garis besar penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan ini memiliki kedudukan yang sama penting, karena keduanya saling berkaitan. Tujuan umum yang dimaksud adalah tujuan yang meliputi hal hal yang bersifat lebih luas/umum, sehingga tujuan tersebut masih bersifat teoritis. Sedangkan tujuan khusus mengutamakan kepraktisan dan bersifat lebih mengkhusus. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkomunikasikan secara lebih jauh karya sastra tradisional sebagai warisan nenek moyang, serta menginformasikan hasil karya sastra Bali tradisional kepada masyarakat, sehingga dapat menambah wawasan dan kecintaan masyarakat terhadap karya-karya sastra Bali tradisional khususnya babad. Selain itu hasil yang nantinya diperoleh dari penelitian ini diharapkan nantinya akan dipakai sebagai perbandingan dalam penelitian-penelitian selanjutnya, terutama dalam kaitannya dengan karya sastra tradisional.

1.3.2 Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur yang membangun Babad Pasek Kayu Selem. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah untuk ikut memberikan sumbangan terhadap perkembangan kesusastraan Bali tradisional kususnya babad. Berdasarkan tujuan penelitian diatas, adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua yakni, manfaat pertama adalah manfaat yang bersifat teoretis dan manfaat kedua bersifat praktis yang dijabarkan sebagai berikut; 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melestarikan dan memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan cabang cabang seni lainnya pada masa mendatang. Sehingga dengan adanya penelitian ini khasanah sumber bacaan bagi peminat sastra, khususnya babad akan dapat lebih diperkaya. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan masyarakat terhadap karya sastra babad dan secara sadar ikut serta melestarikannya. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca agar dapat mengetahui, dan memahami tentang struktur yang yang membangun Babad Pasek Kayu Selem itu sendiri.