BAB III ANALISIS KOMPOSISI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS DATA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa

BAB III ANALISIS DATA

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

(Penggalan frase 1, frase 2 dan frase 3 pada bagian A)

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

BAB II KAJIAN TEORI. bahasa dan sastra, dan lain sebagainya. Menurut Banoe (2003 : 288), musik

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS BENTUK LAGU. Wonderful Slippery Thing merupakan lagu hits Guthrie Govan yang berdurasi

BAB III ANALISIS DATA. Bagian I Kehidupan Penjala Ikan.

BAB V TEKNIK PERMAINAN

BAB III ANALISIS A. Komposisi musik program Perang Pattimura: Penyerbuan Benteng Duurstede

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Variasi

FANTASIA DALAM G MAYOR KOMPOSISI UNTUK PIANO EMPAT TANGAN

BAB I PENDAHULUAN 396.

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan

DAFTAR KEBUTUHAN MODUL

BAB I PENDAHULUAN. Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.3.

MENGENAL IRAMA 8 BEAT

Bentuk Penyajian Karya Musik Follow Me, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Akhir Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013

Unsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo

TEKNIK PERMAINAN PIANO PADA BAGIAN SONATA DALAM KARYA MUSIK JOURNEY TO THE SECRET ISLAND

SONATA JAZZ REGGAE UNTUK FORMAT COMBO BAND

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN HISTORIS DAN ANALISIS REPERTOAR

TEKNIK PERMAINAN DRUM PADA KARYA MUSIK BEGIN FROM BROKEN HEART. Oleh : Hendra Tomy Wahyudi. Pembimbing : Agus Suwahyono, S.Sn, M.

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SENI MUSIK KLASIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

Bentuk Musik Variasi Pada Karya Musik Hom Pim Pah

Teknik Permainan Gitar Pada Karya Musik Spirito Con Grazia Ed Espressivo

TINJAUAN BENTUK MUSIK PADA KOMPOSISI MUSIK PLACE OF BIRTH (SIDAYU)

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

Makalah. Teori Dasar Musik. Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari. Riski Okta Mayasari. Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik

Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.6. 5

Oleh: Dr. A. M. Susilo Pradoko, M.Si dan Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd. dan Pendidikan Seni Musik FBS UNY.

Gambar bagian-bagian gitar

BAB II LANDASAN TEORI

BENTUK MUSIK SONATA DALAM KARYA MUSIK ABORISCO

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

CARA MUDAH MENENTUKAN AKOR SUATU LAGU

Ear Training 2. Direktorat Pembinaan SMK 2013

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

BAB III ANALISIS REPERTOAR. A. French Suite No. 6 in E major, BWV 817 karya Johann Sebastian Bach

KASIH IBU KOMPOSISI MUSIK PROGRAM UNTUK COMBO JAZZ

MATERI AJAR. Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PENELITIAN CONDUCTOR ORCHESTRA DALAM KEGIATAN DIES NATALIS UNY KE 47

BAB III ANALISIS DATA

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. Seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

KARYA MUSIK SCHERZO CON BRILLANTE DALAM TINJAUAN PENERAPAN KOMPOSISI

MAKALAH SENI BUDAYA MENGENAI ARANSEMEN MUSIK. Disusun oleh : Bella Annesha Sherly Melinda Kelas : XI-IPS 1

ELEMEN-ELEMEN MUSIK & TEKNIK PERMAIN MUSIK

TEORI DAN PENGGUNAAN AKOR

Tes Teori Tambahan Pengganti Nilai Kurang pada Kegiatan Praktik

LAPORAN PENELITIAN CONDUCTOR ORCHESTRA DALAM KONSER JANUARY OVERTURE

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

ANALISIS BENTUK MUSIKAL DAN STRUKTUR LAGU TANAH AIRKU KARYA IBU SOED ARANSEMEN JOKO SUPRAYITNO UNTUK DUET VOKAL DAN ORKESTRA

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar

KARYA BERMAIN DALAM TINJAUAN KOMPOSISI

Harmoni I. Progresi I IV V

DIKTAT PERKULIAHAN GITAR DASAR LANJUT. Disusun Oleh: 1. Herwin Yogo Wicaksono 2. Hanna Sri Mudjilah 3. Ayu Niza Machfauzia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banyak lagu langgam keroncong yang cukup terkenal diciptakan oleh

ANALISIS BENTUK MUSIK PADA KARYA YEARS OF THE BITTER AND THE SWEET. Oleh : Ulfa Ayunin ( )

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

*) Penulis Penanggung Jawab. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

Musik dan Lagu Anak Usia Dini

ANALISIS IMPROVISASI GITAR ELEKTRIK GUTHRIE GOVAN PADA LAGU WONDERFUL SLIPPERY THING NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: Khayyan Munada

Transkripsi:

BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan Komposisi Komposisi musik program Tabuhan Telu Kagitaan terbagi dalam tiga bagian yang masing-masing bagiannya menceritakan tentang suasana yang berbeda. Pada bagian pertama menceritakan suasana jalanan di pagi hari di Titik Nol Kilometer kota Yogyakarta yang tenang menuju keriuhan aktivitas. Diawali dengan permainan pola ritmis, kemudian diikuti leitmotif 1 dengan nada-nada sederhana. Pada bagian tengah komposisi, penulis mencoba menggambarkan keriuhan jalanan pada pagi hari dengan leitmotif-letmotif yang kompleks dan dinamika keras. Pada akhir bagian pertama, nada-nada yang digunakan lebih sederhana, namun tetap menggunakan dinamika keras, guna menggambarkan masih ada aktivitas di jalan. Bagian kedua menceritakan suasana keriuhan di siang hari, masih ditempat yang sama. Pada bagian ini, diawali dengan permainan pola melodi instrumen saron dan demung. Tonalitas yang digunakan adalah Bes mayor. Terdapat berbagai leitmotif, melodi utama terletak pada instrumen piano. Tempo yang digunakan pada bagian kedua adalah allegreto. Pada instrumen saron dan bonang terdapat teknik imbalan Jawa dan Bali. Bagian ketiga menceritakan suasana malam hari di Titik Nol Kilometer kota Yogyakarta masih terjadi aktivitas. Pada awal bagian ketiga diawali instrumen piano dengan menggunakan dinamika piano, bersamaan dengan lantunan adzan maghrib untuk menggambarkan suasana malam dimulai. Tonalitas pada bagian ketiga menggunakan Bes mayor. Instrumen gamelan tetap menggunakan tangganada pentatonis, namun lebih terkesan modern. Pada akhir birama dalam komposisi bagian ketiga, penulis sengaja membuat tidak berakhir pada tonika, karena penulis membebaskan pendengar untuk membayangkan suasana malam di 0 kilometer Jogja yang masih banyak aktivitas. B. Analisis Komposisi Struktur 1 Leitmotife adalah tema melodi yang menggambarkan suatu tokoh atau suasana tertentu. 17

Analisis Tabuhan Telu Kagitaan komposisi musik program dalam format gamelan dan combo band dibagi menjadi tiga bagian dan dipaparkan sebagai berikut : 1. Bagian Pertama Pagi Pada bagian ini berbentuk ABA CDB, menggunakan sukat 4/4, dalam tonalitas Bes mayor, dan bertempo moderato. Menceritakan suasana pagi hari yang belum terlalu banyak aktivitas menuju hiruk pikuk pagi yang dilakukan masyarakat Yogyakarta. Bagian introduksi dimulai birama 1-22 menggunakan progresi akord I-IV yang menceritakan suasana pagi di 0 kilometer Yogyakarta masih sepi, hanya beberapa masyarakat yang berlalu-lalang. Gambar 3.1. birama 1-11 Introduksi awal, birama 1-11 diawali instrumen drum, gitar 1, gitar bas, dan syntheziser dengan memainkan pola ritmis. Menggambarkan suasana pagi yang masih sepi. 18

Gambar 3.2. birama 12-23 Birama 12-23, instrumen piano dan gitar 2 memainkan melodi sederhana secara unisono 2. Birama 15 instrumen gitar bas memainkan leitmotif. Pada birama ini menggambarkan sudah mulai ada beberapa aktivitas di pagi hari. Birama 16-23 bagian A memiliki tema utama dan leitmotif dengan pola melodi yang diulang-ulang. Birama 24-31 ada perkembangan bagian A. Gambar 3.3. birama 16-23 Birama 24-31 leitmotif dimainkan instrumen gitar bas. Instrumen saron, demung, dan bonang mulai memainkan birama ini. Instrumen bonang memainkan dengan teknik imbalan Jawa dan pola melodi dimainkan secara berulang-ulang 2 Unisono : memainkan nada dalam satu suara. 19

untuk menambah kesan suasana pagi di Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang masih sepi namun ada beberapa aktivitas seperti para penyuplai kebutuhan pasar yang telah selesai melakukan aktivitasnya, pedagang asongan yang akan kembali ke rumah, anak-anak muda yang melakukan aktivitas di sekitar 0 kilometer Yogyakarta. Gambar 3.4. birama 24-31 Birama 32-39 merupakan transisi bagian A ke B, dengan pola melodi sederhana yang dimainkan instrumen saron dan demung. Transisi ini menggambarkan antara aktivitas sebelumnya ke aktivitas berikutya, seperti, para pedagang koran yang mulai menjajakan dagangannya, masyarakat yang menuju ke pasar, beberapa anak yang akan berangkat ke sekolah. Bagian B memiliki leitmotif dengan dua pola melodi yang berbeda dan dimainkan secara bersamaan, mulai dari birama 40-55. Bagian ini menggambarkan aktivitas pagi yang sudah mulai ramai. Progresi akord yang digunakan pada bagian ini IV Vi V. 20

Gambar 3.5. birama 40-55 Birama 56-63 merupakan A pengulangan dari bagian A. Leitmotif pada bagian ini dimainkan instrumen gitar. Bagian A berfungsi sebagai interlude dalam komposisi ini. Bagian C menggambarkan suasana pagi di Titik Nol Kilometer Yogyakarta semakin ramai. Bagian C dimulai dari birama 64-87, leitmotif dimainkan 21

instrumen piano dengan menggunakan pola melodi yang mengadopsi instrumen sape Dayak Kalimantan. Gambar 3.6. birama 64-87 Bagian D menggambarkan puncak aktivitas pagi di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Keriuhan pagi hari digambarkan dalam birama 88-107, instrumen gitar bas memainkan leitmotif dengan teknik tapping 3, drum memainkan irama salsa, saron dan demung memainkan leitmotif dengan pola melodi yang sederhana. 3 Tapping adalah salah satu teknik permainan gitar atau gitar bas yang menggabungkan tangan kanan dan kiri dengan menggunakan teknik hammer on. 22

Gambar 3.7. birama 88-107 Birama 108-124 adalah bentuk B bagian pengulangan dari bagian B, walaupun bersifat pengulangan, leitmotif bagian B ini pola melodi dimainkan secara bergantian oleh gitar bas dan piano. Birama 116-124 terdapat unisono pada instrumen piano dan gitar. Bagian B menggambarkan aktivitas di pagi hari di Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang kembali sepi, meski masih tetap ada aktivitas. 23

Gambar 3.8. birama 108-124 2. Bagian Kedua Siang Bagian kedua bertempo allegreto yang memiliki bentuk AA BAB C, dengan sukat 4/4 serta menggunakan tonalitas Bes mayor. Bagian kedua ini menceritakan aktivitas suasana siang di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, seperti, aktivitas pulang sekolah, istirahat makan siang, wisatawan yang berlibur di Yogyakarta. Penulis banyak menggunakan pengulangan-pengulangan pada komposisi bagian kedua ini, yaitu pola melodi, leitmotif, dan bentuk lagu. Bagian A dalam komposisi ini menggambarkan suasana siang hari di Titik Nol Kilometer Yogyakarta dimana aktivitas belum begitu ramai, hanya beberapa pengguna jalan dan wisatawan yang melintasi daerah tersebut. Bagian ini digambarkan pada birama 125-158 yang diawali introduksi pada birama 125-132 dengan menggunakan progresi akor I VII IV iii yang dimainkan instrumen gitar dan gitar bas, instrumen drum, saron, demung memainkan aksen-aksen, instrumen piano dan bonang sebagai ketukan. Birama 133-142 instrumen saron dan demung memainkan pola melodi secara bersahutan. 24

Gambar 3.9. birama 125-142 Birama 143-158 dalam bentuk A menggambarkan tema utama dan leitmotif dengan pola melodi yang diulang-ulang, yang dimainkan instrumen piano. Progresi akord yang digunakan I Vi V IV dimainkan instrumen gitar, gitar bas, dan synthesizer. Pada birama ini menggambarkan wisatawan yang sedang menikmati suasana siang di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. 25

Gambar 3.10. birama 143-158 Birama 159-174 merupakan pengulangan dari bentuk A. Pada birama ini instrumen saron dan demung memainkan pola melodi sederhana, instrumen bonang memainkan dengan teknik imbalan Jawa. Gambar 3.11. birama 159-174 26

Bentuk B pada bagian kedua ini terletak pada birama 175-182 yang menggambarkan aktivitas wisatawan, pekerja yang sedang istirahat makan siang, anak-anak pulang sekolah, dan masyarakat Yogyakarta yang berada ataupun melintasi daerah Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Leitmotif dan pola melodi terletak pada instrumen saron dan demung, sedangkan instrumen bonang menggunakan teknik tabuhan Solo diamana bonang barung memainkan pada ketukan sinkop dan bonang penerus memainkan pola ritme yang berulang-ulang. Gambar 3.12. birama 175-182 Birama 183-198 secara keseluruhan merupakan pengulangan dari bentuk A. Pada birama 199-214 merupakan transisi menuju bentuk B. Instrumen saron memainkan pola teknik imbalan Jawa dan demung memainkan pola melodi sederhana yang merupakan pengulangan melodi pada bentuk B. 27

Gambar 3.13 birama 199-214 Bentuk B dalam bagian kedua terletak pada birama 215-230 merupakan pengulangan bentuk B. Pada bentuk ini piano memainkan pola melodi yang sama. Instrumen piano memainkan melodi secara oktav menggambarkan aktivitas siang hari yang semakin ramai. Gambar 3.14. birama 215-230 Birama 231-238 merupakan transisi dari bentuk B ke C. Bentuk C merupakan akhir dari komposisi bagian kedua yang terletak pada birama 239-246 28

yang menggambarkan suasana siang hari di Titik Nol Kilometer Yogyakarta dari keriuhan menuju suasana normal. Progresi akord yang digunakan pada bentuk C IV V iii IV-IV V iii I, leitmotif dan pola melodi terletak pada instrumen piano, saron, dan demung. Gambar 3.15. birama 239-246 3. Bagian Ketiga Malam Bagian ketiga merupakan akhir dari komposisi Tabuhan Telu Kagitaan. Bagian ketiga birama 247-282 bertempo allegreto, terjadi perubahan tempo pada birama 283-343 menjadi vivace. Bentuk atau form yang digunakan pada bagian ketiga AA BCB, dengan sukat 4/4 serta menggunakan tonalitas Bes mayor. Bagian ini menggambarkan tentang suasana malam hari di Titik Nol Kilometer kota Yogyakarta masih terjadi aktivitas. Birama 247-266 merupakan bentuk A dari bagian ketiga komposisi ini. Diawali instrumen piano dengan menggunakan dinamika piano, bersamaan dengan lantunan adzan maghrib yang menggambarkan awal dari suasana malam. Birama 251 instrumen bonang mulai muncul dan instrumen synthesizer pada birama 259. Progresi akord yang digunakan I Vi V IV. 29

Gambar 3.16. birama 247-266 Bentuk A dalam bagian ketiga terletak pada birama 267-282 merupakan pengulangan bentuk A. Bentuk ini lantunan adzan maghrib perlahan menghilang digantikan oleh leitmotif yang dimainkan instrumen saron dengan pola melodi sederhana, menggambarkan mulainya aktivitas pada suasana malam yang berbarengan dengan aktivitas perjalanan pulang dari tempat kerja, bimbingan belajar, kuliah, dan lain sebagainya. 30

Gambar 3.17. birama 267-282 Transisi menuju bentuk B terjadi pada birama 283-290 menggambarkan tentang perpindahan dari aktivitas sebelumnya menuju aktivitas yang lebih ramai dengan adanya perubahan tempo menjadi vivace dan dinamika forte. Gambar 3.18. birama 283-290 31

Bentuk B pada bagian ketiga ini menggambarkan aktivitas malam di Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang semakin ramai, para wisatawan yang sedang duduk-duduk di daerah 0 kilometer Yogyakarta, pedagang yang berjualan, pengguna jalanan yang melintas. Birama 291-306 terdapat dua leitmotif dengan pola melodi yang berbeda, leitmotif pertama dimainkan instrumen piano yang kedua dimainkan instrumen saron dan demung. Progresi akord yang digunakan vi V IV iii dan menggunakan irama rock. Gambar 3.20. birama 291-306 Bentuk C birama 307-318 menggambarkan dibalik keramaian suasana malam di Titik Nol Kilometer Yogyakarta terdapat keegoisan dari masyarakat yang berada di daerah ini, seperti masih banyak wisatawan yang membuang sampah sembarngan, pengguna jalan raya yang tidak mau memberi jalan untuk pejalan kaki yang akan menyeberang. Birama 307-310 dimainkan secara unisono instrumen combo band. Birama 311-314 dimainkan secara unisono instrumen gamelan, sedangkan instrumen drum memainkan irama yang sama dengan bentuk B sebagai pengatur tempo. 32

Gambar 3.21. birama 307-318 Bentuk B merupakan bentuk akhir dari bagian ketiga, yaitu birama 319-334. Secara keseluruhan merupakan pengulangan dari bentuk B. Birama 327-334 terjadi perubahan ritme permainan instrumen drum dan gitar bas, yang menggambarkan suasana malam di Titik Nol Kilometer Yogyakarta semakin malam semakin ramai. Gambar 3.22. birama 319-334 33