BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan salah satu alat

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari dan menggungkapkan suatu keinginannya. Menurut Chaer (2003: 4) bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kehidupannya tentu saja memerlukan suatu alat untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB I PENDAHULUAN. makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer 2003:296).

2015 ANALISIS MAKNA VERBA TORU SEBAGAI POLISEMI (KAJIAN SEMANTIK)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian seseorang, baik kepribadian tersebut adalah kepribadian yang baik

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang makna. Makna, sebagai penghubung satu bahasa dengan bahasa lain di

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Abstraksi. Kata kunci : fungsi partikel mo, Umibe no Kafuka.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mirharatulisa Dyah Amoendria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam bermasyarakat,

BAB 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

2015 ANALISIS MAKNA KANYOUKU DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KATA MIZU

untuk menyampaikan maksud. Frase dalam bahasa Jepang disebut dengan 句 salah satu bentuk ungkapan dalam bahasa Jepang. Ungkapan dilihat dari segi

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB I PENDAHULUAN. bagian-bagian kalimat digunakan kata sambung (konjungsi) yang membuat

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dan informasi serta kebutuhan komunikasi dengan negara Jepang, bahasa Jepang

2015 UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAYA BAHASA KIASAN DALAM ALBUM CLICKED SINGLES BEST 13 KARYA L ARC~EN~CIEL SKRIPSI OLEH JAHRATUN NISA

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis bahasa yang berisi nasihat dan pedoman hidup atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi linguistik kognitif memandang bahwa makna suatu kata tidak akan muncul dengan sendirinya, tetapi dibalik itu ada hal yang melatarbelakanginya. Tujuan dan sasaran dari linguistik kognitif itu sendiri berfokus pada pemotivasian hubungan antara makna dan bentuk. Salah satu objek kajian dari linguistik kognitif adalah idiom, yang di dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah kanyouku. Idiom memiliki peranan penting dalam penggunaan bahasa ketika berkomunikasi di kehidupan sehari-hari, sebab idiom sering kali hadir dalam proses transformasi informasi manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Penelitian mengenai idiom merupakan salah satu kajian dalam linguistik kognitif, yang menggunakan gaya bahasa untuk menjelaskan interpretasi makna suatu kata ataupun kalimat. Dari sekian banyak gaya bahasa yang ada, secara umum gaya bahasa metafora, metonimi, dan sinekdoke dapat digunakan untuk menginterpretasikan makna kata, frase, maupun kalimat, dalam hal ini juga termasuk untuk menginterpretasikan makna idiom. Linguistik kognitif memandang metafora secara alamiah merupakan proses kognitif fundamental yang juga merupakan aspek fundamental dari bahasa, bukannya sekedar pemanis retoris, permasalahan linguistik semata, dan merupakan aspek pinggiran dan pikiran dalam bahasa (Lakoff & Johnson, 2003 dalam Fittiska, 2012: 6). Gaya bahasa ini memandang sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Selanjutnya, metonimi dari sudut pandang linguistik kognitif dipandang sebagai mekanisme kognitif alamiah yang dimiliki oleh manusia, dibandingkan hanya sekedar pergantian suatu kata untuk menyatakan hal lain

2 yang terkait begitu dekat atau ada bersama (belong together) (seperti pada contoh retoris klasik, crown untuk mengacu pada king) (Lakoff & Johnson, 2003; Hilpert, 2006; Kövecses; 2010 dalam Fittiska, 2012: 4). Sedangkan sinekdoke merupakan mekanisme kognitif dari bentuk hubungan sesuatu yang umum, namun dipandang dan digunakan untuk menyatakan sesuatu yang lebih khusus, atau sebaliknya. Berkaitan dengan penyampaian informasi, terkadang orang atau pengguna bahasa tidak menyampaikan pesan atau pendapatnya secara terus terang dan lugas. Namun, acap kali mereka menggunakan bahasa kiasan untuk menyampaikannya. Penyampaian secara tidak langsung ini, dipertimbangkan untuk menghindari ketersinggungan seseorang terhadap ujaran tertentu, dan ada juga yang mengungkapkan bahwa penyampaian seperti itu dianggap lebih tepat dan terarah. Idiom merupakan salah satu istilah yang tidak asing lagi dalam dunia kebahasaan. Kehadiran idiom sangat dipengaruhi oleh pola pikir penutur bahasa itu sendiri. Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidahkaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1985: 109 dalam Prayogi: 2010: 2). Dalam bahasa Jepang, ada beberapa penggolongan jenis-jenis idiom, salah satunya adalah penggolongan berdasarkan asal mula kata yang terdapat pada idiom itu sendiri. Salah satu jenisnya adalah shintai-teki bui o mochiita kanyouku, yaitu idiom yang berasal dari kata-kata yang menggunakan nama-nama bagian tubuh. Selain idiom yang merujuk pada nama anggota tubuh, ada juga idiom yang terbentuk dari nama hewan, makanan, dan sebagainya (Kurashina, 2008: 3 dalam Prayogi: 2010: 3). Salah satu media sastra yang tidak luput dari penggunaan idiom dalam menyampaikan isi dan alur ceritanya adalah karya sastra novel. Perhatikan contoh kalimat-kalimat yang diperoleh dari karya novel berbahasa Jepang berikut ini:

3 (a) 脚を組み 指でこめかみを押さえながら本を読んでいたが それはまるで頭に入ってくる言葉を指でさわってたしかめているみたいに見えた (Murakami, 1992: 30) Ia melipat kakinya, membaca buku sambil menekan pelipis dengan jarinya, terlihat seperti sedang memastikan kata-kata yang masuk ke kepalanya dengan meraba dengan jarinya (Murakami, 2005: 309). (b) そんなのないよ 僕の頭は痛みはじめた (Murakami, 1994: 33) Tidak ada yang begitu kok. Kepalaku mulai pusing (Murakami, 2005: 29). (c) 目が覚めると女は一緒に朝ごはんが食べたいと言った (Murakami, 1994: 81) Ketika bangun, ia mengatakan ingin sarapan bersamaku (Murakami, 2005: 265). Ungkapan-ungkapan di atas yang digarisbawahi merupakan idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama anggota tubuh dalam pembentukannya. Mengapa anggota tubuh dapat mewakili berbagai macam idiom-idiom dalam bahasa Jepang? Tentunya ada hal-hal yang melatarbelakangi pembentukan idiomidiom tersebut. Untuk mengetahuinya, dapat dilakukan peninjauan berdasarkan pada linguistik kognitif, yaitu dengan menginterpretasikan maknanya melalui beberapa gaya bahasa, seperti metafora (inyu), metonimi (kanyu), ataupun sinekdoke (teiyu). Idiom 頭に入る pada kalimat (a) menyatakan idiom yang memiliki makna leksikal masuk ke kepala dan berdasarkan pada data kalimat di atas makna idiomatikalnya dapat diartikan memikirkan. Dengan melihat pada teori metafora konseptual, masuk dan keluar secara konkret diartikan sebagai masuk-keluarnya suatu benda ke atau dari dalam suatu ruangan. Sehingga dalam hal ini, terdapat similarity (kesamaan) dengan informasi yang masuk ke otak manusia. Informasi dari luar akan masuk ke dalam otak manusia, dicerna, dan dapat dikeluarkan lagi

4 ketika dibutuhkan. Source domain pada idiom ini adalah memasukkan atau mengeluarkan benda dari suatu tempat atau ruangan tertentu, sedangkan target domainnya adalah masuk atau keluarnya informasi dari kepala manusia. Karena adanya hubungan similarity tersebut, maka idiom ini dapat diinterpretasikan melalui metafora. Idiom 頭は痛い pada kalimat (b) menyatakan idiom yang memiliki makna leksikal sakit kepala dan makna idiomatikal kepala pusing dan kepala sakit. Ketika seseorang merasa sakit kepala, sebenarnya bukan seluruh bagian luar dan dalam kepalanyalah yang sakit, tapi hanya bagian dalam dari kepalanya. Penyebab dari sakit kepala itu sendiri adalah terganggungnya kerja saraf-saraf yang ada di dalam kepala, ketegangan otot, gangguan pada pembuluh darah, dan berbagai faktor lainnya. Maka dari itu, dalam hal ini kepala dapat dinyatakan sebagai wadah dari isi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemaknaan idiom ini dapat diinterpretasikan melalui metonimi, karena adanya kedekatan secara ruang, yaitu wadah mewakili isinya. Terakhir, idiom 目が覚める pada kalimat (c) menyatakan idiom yang memiliki makna leksikal membangunkan mata dan berdasarkan pada data kalimat di atas makna idiomatikalnya dapat diartikan terbangun dari tidur atau terjaga dari tidur. Hubungan makna leksikal dan makna idiomatikal pada idiom ini dapat diketahui ketika seseorang atau hewan bungun dari tidurnya. Saat itu sebenarnya merupakan awal kembali bekerjanya organ-organ tubuh manusia yang tampak secara konkret. Dalam hal ini, mata dijadikan sebagai acuan pada idiom karena mata merupakan organ yang pertama bekerja ketika mendapat ransangan dari otak untuk kembali sadar. Meskipun sebenarnya ketika tersadar dari tidur, tidak hanya mata yang kembali berfungsi, namun secara menyeluruh organ tubuh kembali bekerja. Karena kata mata digunakan untuk menyatakan

5 tubuh secara keseluruhan, maka idiom ini dapat diinterpretasikan melalui sinekdoke. Berdasarkan pada tiga contoh kalimat di atas, jika kita hanya memahami idiom secara harfiah saja, maka akan mengakibatkan terjadinya salah penerjemahan terhadap informasi tertentu yang kita dengar. Proses pemaknaan idiom ini juga tidak terlepas dari latar belakang sosiologis masyarakat Jepang. Suryadimulya (2009: 1) menyatakan bahwa latar belakang sosiologis tidak terbatas pada struktur internal bahasa, tetapi juga berdasarkan faktor sejarah, kaitannya dengan sistem linguistik lain, dan pewarisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain kalimat-kalimat yang mengandung idiom di atas, pada novel Jepang masih banyak terdapat idiom yang memakai nama anggota tubuh dalam pembentukannya. Novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami yang ditulis pada tahun 1991 adalah salah satu dari banyaknya novel-novel Jepang yang terkenal. Novel ini dapat dijadikan sebagai objek penelitian terkait dengan idiom yang menggunakan nama anggota tubuh sebagai unsur pembentuknya. Karena alur ceritanya yang cukup panjang, maka novel ini dibagi menjadi dua jilid, yaitu Noruwei no Mori bagian satu dan Noruwei no Mori bagian dua. Berdasarkan uraian di atas, maka melalui penelitian ini penulis mencoba untuk menjabarkan latar belakang pembentukan idiom ini berupa pendeskripsian hubungan makna leksikal dengan makna idiomatikal idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama anggota tubuh yang terdapat pada novel Noruwei no Mori (1994). Analisis makna yang dilakukan melalui pendekatan linguistik kognitif, lalu makna tersebut akan diinterpretasikan melalui gaya bahasa, baik gaya bahasa metafora, metonimi, maupun sinekdoke. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Analisis Makna Idiom Anggota Tubuh dalam Novel Noruwei no Mori (Suatu Tinjauan Linguistik Kognitif).

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah penelitian di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Idiom apa sajakah yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori? 2. Bagaimana interpretasi makna melalui gaya bahasa metafora yang terjadi pada idiom yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori? 3. Bagaimana interpretasi makna melalui gaya bahasa metonimi yang terjadi pada idiom yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori? 4. Bagaimana interpretasi makna melalui gaya bahasa sinekdoke yang terjadi pada idiom yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori? Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih jelas dan tidak meluas, maka penulis membatasinya pada hal-hal yang berkaitan dengan masalah di atas, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya memfokuskan pada idiom-idiom yang terdapat di dalam novel Noruwei no Mori yang menggunakan nama anggota tubuh sebagai unsur pembentuknya. 2. Pembahasan masalah difokuskan pada pendeskripsian latar belakang terbentuknya idiom-idom tersebut dengan cara menganalisis hubungan antara makna leksikal dan makna idiomatikal idiom-idiom tersebut. 3. Interpretasi makna ini ditinjau melalui gaya bahasa, baik gaya bahasa metafora, metonimi, maupun sinekdoke. C. Tujuan Penelitian

7 Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembelajar bahasa Jepang mengenai idiom-idiom bahasa Jepang. Namun, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui idiom-idiom yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori. 2. Mengetahui interpretasi makna melalui gaya bahasa metafora yang terjadi pada idiom yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori. 3. Mengetahui interpretasi makna melalui gaya bahasa metonimi yang terjadi pada idiom yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori. 4. Mengetahui interpretasi makna melalui gaya bahasa sinekdoke yang terjadi pada idiom yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori. D. Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, di antaranya yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Bagi penulis, penelitian ini memiliki manfaat teoretis berupa pembuktian bagaimana teori-teori linguistik kognitif, termasuk dalam hal gaya bahasa metafora, metonimi, dan sinekdoke teraplikasi dalam makna idiom-idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari nama-nama anggota tubuh. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi penulis

8 Dapat memperkaya pengetahuan penulis yang merupakan bentuk upaya untuk meningkatkan pemahaman akan bahasa Jepang, khususnya pemahaman mengenai idiom bahasa Jepang. b. Manfaat bagi pembelajar Dapat meningkatkan pemahaman dan memberikan informasi, agar dapat memperdalam wawasan bahasa Jepang, khususnya mengenai idiom bahasa Jepang. Sehingga pembelajar dapat memahami perbedaan makna idiom secara implisit dengan makna ungkapan secara harfiah, dapat menggunakan idiom-idiom tersebut secara tepat, dapat menghindari dan meminimalisir terjadinya kesalahan, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajar bahasa Jepang dimasa yang akan datang. c. Manfaat bagi pengajar Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk materi ajar, bahan evaluasi pembelajaran, dan sebagainya. Selain itu, dapat menjadi masukan untuk mengatasi kesulitan pembelajar terkait dengan penggunaan idiom bahasa Jepang dalam kalimat. d. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk meneliti dan mengkaji lebih mendalam mengenai idiom bahasa Jepang. E. Definisi Operasional a. Idiom (kanyouku) Kuramochi dan Sakata (1987) dalam Jitsuyou Kotowaza Kanyouku Jiten menyatakan bahwa, Futatsu ijou no tango ga kimatta musubitsuki o shite ite, sorezore no tango no imi o tada tsunagi awasetemo rikai dekinai betsu no imi o arawasu ii kata o kanyouku to yonde imasu.

9 Idiom adalah kata-kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang memiliki hubungan yang tetap, namun dalam pengucapannya menunjukkan arti yang berbeda yang tidak dapat dipahami dengan hanya menggabungakan arti dari masing-masing kata tersebut. Idiom yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh idiom-idiom yang terdapat dalam novel Noruwei no Mori (1994), di mana idiom yang diteliti hanya terbatas pada jenis idiom shintai-teki bui o mochiita kanyouku, yaitu idiom yang berasal dari kata-kata yang menggunakan nama-nama bagian tubuh. b. Linguistik Kognitif Berdasarkan namanya, linguistik kognitif merupakan ilmu bahasa yang merefleksikan penggunaan cognition pada manusia dan cognitive ability secara umum yang dimiliki oleh manusia (Momiyama, 2010: 1). F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam rancangan laporan penelitian yang akan dibuat nanti meliputi: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Secara keseluruhan memaparkan mengenai perencanaan penelitian, pemaparan masalah, dan gambaran penyelesaian masalah penelitian. BAB II LANDASAN TEORI

10 Dalam bab ini penulis akan menjabarkan mengenai cakupan teori yang berhubungan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian, yaitu mengenai linguistik kognitif, gaya bahasa metafora, metonimi, dan sinekdoke, idiom, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dideskripsikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan data-data yang diperoleh yang disertai dengan pembahasan analisis data tersebut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian untuk menjawab tujuan penelitian ini, serta menyampaikan saran-saran yang terkait dengan penelitian-penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN