Studi Investigasi Longsor di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

Evaluasi Ringkas Geologi Waduk Penjalin

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi. Peristiwa tanah

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

Rencana Kontijensi untuk Tanah Longsor di Desa Kalikuning, Pacitan, Jawa Timur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) :

BAB II TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh iklim sangat berpengaruh dalam menjaga kestabilan tanah,

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

BAB IV STUDI LONGSORAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

penghidupan masyarakat (Risdianto, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN UMUM

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

GAMBARAN UMUM WILAYAH

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE MEI-AGUSTUS 2009

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III TINJAUAN LOKASI

Transkripsi:

Studi Investigasi Longsor di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan Tatas 1, Machsus 2, Amien Widodo 3 1,2,3. Pusat Studi Kebumian dan Bencana (PSKB) ITS email:tatas@ce.its.ac.id;machsus@ce.its.ac.id;amien@ce.its.ac.id ABSTRAK Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang mengalami longsor pada tanggal 2 Januari 2011. Longsor tersebut tepatnya terjadi di Dusun Sono. Letak Desa Kalikuning berada di sebelah timur laut Kota Pacitan. Posisi astronomis Dusun Sono ada pada kisaran koordinat UTM 524522 m Timur; 9101831 m Selatan. Longsor terjadi pada daerah yang memiliki kemiringan topografi. Peristiwa tanah longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya yang sering terjadi pada lereng alam maupun lereng buatan. Investigasi lapangan dilakukan dengan cara menelusuri retakan tanah dan amblesannya sebagai gejala awal dari longsoran selanjutnya. Pencatatan lokasi retakan berisi tentang koordinat astronomisnya yang diperoleh dari hasil rekaman Global Potitioning Sistem (GPS). Pencatatan koordinat dapat menggunakan sistem yaitu sistem koordinat Universal Transverse Mecator (UTM). Potensi longsor yang lebih besar diperkirakan akan terjadi di Dusun Sono, Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan dengan luasan longsor diperkirakan mencapai 250.000 meter persegi (horisontal). Apabila longsor tersebut terjadi, maka akan menimpa sekitar 47 KK atau 266 jiwa, serta fasilitas umum seperti sekolah dan jalan juga permukiman warga tersebut. Kata Kunci: bencana alam, longsor, Pacitan. 1. PENDAHULUAN Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang mengalami longsor pada tanggal 2 Januari 2011. Longsor tersebut tepatnya terjadi di Dusun Sono. Letak Desa Kalikuning berada di sebelah timur laut Kota Pacitan. Posisi astronomis Dusun Sono ada pada kisaran koordinat UTM 524522 m Timur; 9101831 m Selatan. Dusun Sono tersebut dapat ditempuh melalui perjalanan darat antara 1-2 jam dari pusat pemerintahan, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Jarak horisontal antara Kecamatan Pacitan dengan Dusun Sono, Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan adalah sekitar 16 Km (Tatas, 2011)[4]. Longsor terjadi pada daerah yang memiliki kemiringan topografi. Peristiwa tanah longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya yang sering terjadi pada lereng alam maupun lereng buatan. Sebenarnya peristiwa tanah longsor merupakan fenomena alam, yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah. Selain kondisi topografi yang miring, biasanya juga ada pemicu lain yang mengakibatkan suatu tanah mengalami longsor. Pemicu tersebut dapat berupa air hujan dan gempa bumi (Priyono, 2008)[2]. Kontribusi pengurangan kuat geser tanah pada lereng alam yang mengalami longsor disebabkan oleh faktor yang dapat berasal dari alam itu sendiri. Hal ini erat kaitannya dengan kondisi geologi yaitu jenis dan tekstur (komposisi) tanah pembentuk lereng, yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya longsoran. Kondisi geologi tersebut dapat berupa sensivitas sifatsifat tanah lempung, adanya lapisan tanah shale, Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 15

loose, pasir lepas, dan bahan organik (Suryolelono, 2002)[1]. Pasca terjadinya longsor di Desa Kalikuning tersebut, Pusat Studi Kebumian dan Bencana (PSKB) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membentuk tim investigasi untuk memantau kondisi lapangan tempat terjadinya longsor. Bekerjasama dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Tim PSKB ITS melakukan survey lapangan terkait bencana tersebut. Tujuan dilakukannya studi investigasi longsor yang berlokasi di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan (lihat Gambar 1) ini adalah melakukan investigasi awal kejadian longsor pasca terjadinya longsor di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan, serta merumuskan rekomendasi terkait kejadian longsor tersebut kepada stakeholder. Jurnal APLIKASI 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Kondisi geologi wilayah Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada Gambar 2. Sebagian besar merupakan batuan gamping miosen yang berupa: kepingan koral, konglomerat batugamping, kalsilutit dan batu gamping hablur (Tml) seperti pada Formasi Punung atau Puger. Selain itu, juga terdapat batuan sedimen miosen yang berupa: pasir tufaan, batu lempung, tufa, serpih, batu lanau, batu pasir dan konglomerat (Tms). Batuan gunungapi oligo-miosen berupa lava, breksi, anglomerat dan tufa, bersusun andesit sampai basal, berlensa, batu gamping hablur, berurat kuarsa, terubah kuat, setempat, termineralkan emas dan tembaga (Tomv). Gambar 1. Lokasi longsor di Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan (BNPB, 2010) Halaman 16 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Gambar 2.Peta geologi Pacitan dan sekitarnya (Radman, dkk., 1998). 2.1. Topografi Topografi di wilayah studi, Dusun Sono, berkisar antara 400-600 meter di atas permukaan air laut (Gambar 3). Bentuk potongan melintang lokasi studi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 3.Peta Topografi Pacitan dan sekitarnya dan lokasi studi, dalam tanda lingkaran. Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 17

Jurnal APLIKASI Gambar 4.Prakiraan kemiringan lereng di lokasi studi. 3. METODE STUDI Investigasi lapangan dilakukan dengan cara menelusuri retakan tanah dan amblesannya sebagai gejala awal dari longsoran selanjutnya. Pencatatan lokasi retakan berisi tentang koordinat astronomisnya yang diperoleh dari hasil rekaman Global Potitioning Sistem (GPS). GPS yang digunakan adalah GPS yang bermerk Garmin tipe 76CSx. Pencatatan koordinat dapat menggunakan dua sistem yaitu sistem koordinatuniversal Transverse Mecator (UTM) atau dengan menggunakan sistem derajat.untuk laporan investigasi ini, digunakan sistem UTM.Selain posisi astronomis retakan, juga dilakukan pencatatan terkait dengan elevasinya dan arah retakan terhadap arah utara. Sebagai tahap awal pengolahan data, dilakukan plotting lokasi studi pada google mapper map. Plotting lokasi tersebut berdasarkan data koordinat UTM yang telah direkam sebelumnya seperi pada Gambar 5.Selanjutnya pada Gambar 6 ditunjukkan hasil digitasi lokasi retakan dan amblesan yang berhasil diidentifikasi di lapangan. Metode pencatatan dilakukan dengan cara menyusuri jalan umum, namun apabila terdapat retakan tanah dan amblesan maka diidentifikasi panjang retakan, lebar retakan, kedalaman amblesan, elevasi, dan arah retakan. Wawancara dengan masyarakat dilakukan untuk menggali dan mendalami informasi terkait kejadian longsor. Informasi tersebut meliputi: proses alam sebelum longsor terjadi, pada saat terjadi longsor dan setelah longsor terjadi. Sumber informasi, selain berasal dari masyarakat juga dilakukan wawancara kepada dinas terkait dengan penanganan bencana. 4. HASIL INVESTIGASI DAN PEMBAHASAN 4.1. Investigasi Teknis Berdasarkan hasil investigasi lapangan, maka diperoleh informasi yang berupa: dokumentasi kondisi lapangan, gambar olahan dan deskripsi kejadian. Halaman 18 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Gambar 5. Posisi lokasi studi dan luasan studi terkait longsor Gambar 6. Sketsa lokasi studi beserta kode fotonya Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 19

Jurnal APLIKASI Gambar 7. Sketsa lokasi studi Gambar 7 menunjukkan peta situasi Dusun Sono, sebagai lokasi utama terjadinya longsor.berdasarkan informasi dari warga setempat, tanda-tanda retakan telah terjadi pada pertengahan tahun 2010. Tanda-tanda tersebut terlihat antara lain dari tanah yang retak dan memanjang. Pada tanggal 30 Desember 2010 terjadi hujan yang sangat deras.berdasar naluri, masyarakat memutuskan bahwa pada malam hari mengungsi ke tempat yang dianggap lebih aman.setelah hujan berselang selama dua hari, maka pada tanggal 2 Januari 2011, terjadilah longsor pada bukit di sisi selatan Telaga Sono. Longsor di bukit tersebut diiringi dengan suara yang bergemuruh yang terdengar oleh masyarakat sekitar.akibat longsoran, maka Sungai Sono tertutup oleh material longsor, sehingga sempat terbentuk tampungan kecil selama beberapa hari.seiring dengan peristiwa longsor, beberapa titik mengalami keretakan dan amblesan sebagaimana terlihat pada Gambar 8.Retakan dan amblesan tersebut berada di permukiman warga, jalan akses dan fasilitas umum lainnya, seperti sekolah. Halaman 20 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Gambar8. Hasil Investigasi Lapangan dalam Bentuk Visual Keterangan: R1. Jalan di sisi kiri telah mengalami amblesan sekitar 30 cm. bagian atas mengalami retakan yang arahnya tegak lurus dengan bukit R2. Retakan kecil yang terbentuk R3. Rumah Pak Misran yang mengalami amblesan, sehingga tiang di ujung rumah mengalami gap dengan lantai R4. Pemotongan lereng untuk dijadikan permukiman. R5. Dua retakkan memanjang dan searah dengan jarak sekitar 2 meter pada lantai rumah. R6. Dua buah retakan tanah dan amblesan sejarak 2 meter. Berdasarkan hasil analisis, diperkirakan bahwa arah retakan tanah seperti pada Gambar 9 berikut ini. Luasan longsor yang telah terjadi pada tanggal 2 Januari 2011 adalah 12.000 meter persegi (asumsi adalah jarak horisontal pada gambar), sedangkan potensi longsor lanjutan adalah diperkirakanseluas 250.000 meter persegi. Longsor pada tanggal 2 Januari 2011 tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, ataupun korban material secara langsung mengingat lokasi longsor adalah bukit kosong tanpa permukiman.namun potensi longsor selanjutnya berada di jalan akses, sekolah serta permukiman warga Dusun Sono. Kemungkinan longsor tersebut akan terjadi di RT 1/IX, RT 2/IX serta RT 3/IX yang terletak di dalam mangkuk potensi longsor. Jumlah kepala keluarga (KK) dan penduduk masing-masing RT tersebut berturut-turut adalah sebagai berikut 29 KK, 183 jiwa; 10 KK, 45 jiwa dan 8 KK, 38 jiwa (sumber : papan informasi posko bantuan). Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 21

Jurnal APLIKASI Gambar 9. Prakiraan luasan longsor yang kemungkinan akan terjadi (garis sambung) dan longsor yang telah terjadi (garis putus). 4.2. Adaptasi Masyarakat Berdasarkan pantauan dan wawancara kepada masyarakat, masyarakat telah mengenali tanda-tanda longsor.informasi tersebut diperoleh dari media informasi.pengenalan tersebut yaitu dengan memahami tanda-tanda longsor adalah retakan tanah yang memanjang, serta amblesan tanah, juga curah hujan yang tinggi sebagai salah satu pemicunya. Salah satu bentuk adaptasi adalah dengan cara mengungsi ke tempat yang tidak ada tanda-tanda longsor tiap malam hari, baik ada ataupun tidak ada hujan. Selain itu masyarakat dengan sadar memutuskan membongkar rumah (pindah) ke daerah lain, terutama rumah yang telah mengalami retak-retak, seperti tampak pada Gambar 10 berikut. Gambar 10. Rumah warga yang dibongkarakibat adanya retakan tanah di lantai dan penyelamatan bagian rumah hasil bongkaran Halaman 22 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Potensi longsor yang lebih besar diperkirakan akan terjadi di Dusun Sono, Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan dengan luasan longsor diperkirakan mencapai 250.000 meter persegi (horisontal). 2. Apabila longsor tersebut terjadi, maka akan menimpa sekitar 47 KK atau 266 jiwa, serta fasilitas umum seperti sekolah dan jalan juga permukiman warga tersebut. Mitigasinya, Prosiding Seminar Nasional Mitigasi Bencana Alam. BPPT Jakarta. [4] Tatas dkk. 2011. Laporan Hasil Investigasi Longsor Desa Kalikuning Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan. PSKB-LPPM ITS Surabaya. 5.2. Rekomendasi Rekomendasi teknis yang dapat disampaikan adalah : 1. Mengevakuasi warga untuk dapat pindah ke lain tempat yang lebih aman. 2. Melarang untuk mengupas lereng untuk dijadikan lahan permukiman. 3. Edukasi masyarakat terkait potensi bencana dan cara penanganan perlu dilakukan. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Suryolelono K.B. 2002. Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu Geologi Teknik. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. [2] Priyono. 2008. Analisis Morfometri dan Morfostruktur lereng Kejadian Longsor di Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara. Forum Geografi, 22 (1). pp. 72-84. ISSN 0852-0682 [3] Karnawati D. 2002. Pengenalan Daerah Rentan Gerakan Tanah dan Upaya Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 23