PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20

dokumen-dokumen yang mirip

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

Transformator (trafo)

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

atau pengaman pada pelanggan.

BAB III. Transformator

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR. Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB I PENDAHULUAN. atau penurunan tegangan yang diakibatkan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

BAB II TEORI DASAR. Universitas Sumatera Utara

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

Transformator. Dasar Konversi Energi

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN BIAYA RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI TAHUNAN

Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB IV PEMBAHASAN KONSTRUKSI CORE PADA TRANSFORMATOR. DISTRIBUSI 20/0,4 kv, 315 kva. (Aplikasi Di PT Trafoindo Prima Perkasa)

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

STUDI KETEPATAN TEGANGAN SEKUNDER DAN MENGHITUNG HARGA SESATANNYA PADA TRAFO DISTRIBUSI YANG MENGGUNAKAN OFF LOAD TAP CHANGER

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP EFISIENSI TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-DELTA

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

BAB 2 DASAR TEORI. lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik)

BAB II EKSPERIMEN 2 RANGKAIAN TIGA FASA SERTA HUBUNGAN Y (BINTANG) DAN DELTA ( )

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Transformator : peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke ra

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 1/April 2014

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

Politeknik Negeri Sriwijaya

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

Pengujian Transformator

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6

Transkripsi:

Laporan Penelitian PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2013

Kata Pengantar Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yeang maha pengasih, atas segala kasih karunia dan kemurahan-nya kepada peneliti, sehingga penelitian dengan judul Analisa Pengujian Tapping Transpormator Distribusi 20 KV. dapat diselesaikan. Penelitian ini merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi di bidang Penelitian Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen. Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis banyak menerima masukan-masukan dan bantuan dar berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih, khususnya kepada : 1. Bapak Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan 2. Bapak Rektor Universitas HKBP Nommensen 3. Bapak Dekan dan Staf Pegawai Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen 4. Bapak Ketua Program Studi Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen Medan. Akhirnya peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang, semoga penelitian ini berguna bagi institusi Universitas HKBP Nommensen, bagi pembaca maupun masyarakat. Medan, Januari 2013 Peneliti, Ir. Leonardus Siregar, MT

DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Dafta Isi... ii Ringkasan... iii I. Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 1 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 1 II. Tinjauan Pustaka... 2 2.1. Jenis-Jenis Hubungan Belitan Transformator Tiga Phasa... 2 2.2. Tapping... 4 2.2.1. Tap Changer Tanpa beban..... 6 2.2.2. Tap Changer Berbeban... 7 2.3. Variasi Tegangan Selama Perubahan Tapping... 10 III. Metodologi Penelitian... 11 3.1. Penggulungan Kumparan (Coil Winding) Belitan... 11 3.1.1. Sisi Sekunder... 12 3.1.2. Sisi Primer... 12 3.2. Penyambungan Hubungan Antar Kumparan (Coil Assembly)... 14 3.3. Pengujian Transformator... 15 3.3.1. Pengujian Tanpa Beban... 15 3.3.2. Pengujian Hubung Singkat... 16 3.3.3. Peralatan Pengujian... 17 3.3.4. Rangkaian Pengujian Beban Nol... 17 3.3.5. Rangkaian Pengujian Hubung Singkat... 17 3. 3.6. Pemanfaatan Tapping pada Jaringan Distribusi... 18 IV. Hasil dan Analisa... 19 4.1. Data Hasil Pengujian Beban Nol dan Hasil Perhitungan Percobaan Berbeban... 19 4.2. Data Hasil Pengujian Hubungan Singkat... 20 4.3. Hasil Perhitungan Pengaturan Tapping... 25 V. Kesimpulan... 29 Daftar Pustaka... 28

RINGKASAN Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik. Kerugian tersebut disebabkan oleh saluran yang cukup panjang, sehingga dalam penyaluran daya listrik melalui transmisi maupun distribusi akan mengalami tegangan jatuh ( drop Voltage) sepanjang saluran yang dilalui. Salah satu cara untuk memperbaiki jatuh tegangan adalah dengan pemasangan tapping pada transformator distribusi. Tapping transformator dibuat pada sisi tegangan tinggi dan dibagi dalam lima bagian. Mengubah posisi tapping sama dengan mengubah jumlah belitan primer dan dikendalikan oleh tap changer. Perubahan nilai (jumlah belitan primer) akan mempengaruhi rasio perbandingan belitan transformator. Perubahan rasio perbandingan belitan ini menyebabkan perubahan tegangan pada sisi tegangan tinggi sementara tegangan rendahnya konstan. Setelah tapping selesai dibuat, dilakukan pengujian untuk mengetahui rugi-rugi transformator. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa rugi-rugi transformator pada setiap variasi tapping masih pada batas yang ditentukan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem kelistrikan saat ini telah mengarah pada peningkatan efisiensi dan mutu tegangan dalam penyaluran energi listrik. Peningkatan efisiensi dan mutu tersebut dapat dimulai dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Pada sisi distribusi, peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan cara mengurangi terjadinya jatuh tegangan pada saluran dengan memberikan tingkat tegangan yang aman bagi peralatan pelanggan. Besarnya tegangan yang diterima oleh konsumen listrik tidaklah sama, hal ini terjadi karena adanya impedansi dari jaringan. Oleh karena itu, jatuh tegangan selalu ada pada setiap bagian dari sistem tenaga, mulai dari sumber sampai ke pelanggan. Jatuh tegangan berbanding lurus dengan besarnya arus dan sudut phasanya. Dengan pemasangan tapping pada trasformator distribusi maka tegangan sekunder dapat dinaikkan maupun diturunkan sehingga diperoleh tegangan yang kostan. Oleh karena itu, tegangan yang sampai pada pelanggan dapat dikendalikan. Adapun tujuan pengendalian tegangan sistem dengan menggunakan tap changer adalah agar penggunaan daya dan tegangan menjadi lebih ekonomis yang maksudnya tegangan yang digunakan sesuai dengan tegangan yang didesain dari peralatan yang dipakai, sampai pada suatu batas tertentu. Penelitian ini akan menganalisa pemasangan tapping dan rugi-rugi transformator distribusi karena pemasangan alat tersebut,sehingga tegangan keluaran dari transformator distribusi tiga phasa dapat dikendalikan. 1.2. Perumusan Masalah Adapun masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah menjelaskan pemasangan tapping pada sisi tegangan tinggi transformator distribusi tiga phasa, pemanfaatan pengendalian tegangan dengan menggunakan tap changer, mengitug rugi-rugi transformator distribusi tiga phasa dengan variasi tapping. 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dan kegunaan penelitian ini dengan judul pengujian tapping transformator distribusi20 kv di Pt Morawa Elektrik Transbuana adalah : 1. Untuk menambah pemahaman tentang pengujian Transformator. 2. Untuk memberikan pemahaman tentang pemasangan tapping pada transformator distribusi tiga phasa. 3. Untuk mengetahui manfaat pengendalian tegangan dengan tap changer.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jenis-Jenis Hubungan Belitan Transformator Tiga Phasa Pada transformator tiga phasa terdapat dua hubungan belitan utama yaitu hubungan delta dan hubungan bintang dengan kombinasi Y - Y, Y - Δ, Δ - Y, Δ - Δ, bahkan untuk kasus tertentu belitan sekunder dapat dihubungkan secara berliku-liku ( zig-zag), sehingga diperoleh kombinasi Δ - Z dan Y Z. Hubungan zig-zag (Z) merupakan sambungan bintang istimewa, hubungan ini dibuat dengan menambahkan kumparan yang dihubungkan secara segitiga pada kumparan sekunder yang dihubungkan secara bintang. Berikut ini pembahasan hubungan transformator tiga phasa secara umum: 1. Hubungan Wye-Wye ( Y-Y ) Hubunangan ini ekonomis digunakan untuk melayani beban yang kecil dengan tengangan transformasi yang tinggi. Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Transformator Hubungan Y-Y Pada hubungan Y-Y, tegangan primer pada masing-masing phasa adalah = / 3 (1) Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada transformator adalah: = 3 3 = (2) 2. Hubungan Wye-Delta ( Y-Δ ) Digunakan sebagai penaik tegangan untuk sistem tegangan tinggi. Hubungan Y-Δ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Transformator Hubungan Y- Δ Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer = 3 dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa =. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah sebagai berikut: = 3 = 3 (3) 3. Hubungan Delta Wye (Δ Y ) Umumnya digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan transmisi ke tegangan rendah. Hubungan Δ Y pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Transformator Hubungan Δ Y Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa primer = Φ dan tegangan sisi sekunder = 3 φ. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah : = = (4) 3 3

4. Hubungan Delta-Delta (Δ Δ ). berikut Hubungan Δ Δ ini pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar 4 Gambar 4. Transformator Hubungan Δ Δ Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk primer dan sekunder transformator V AB = V BC = V AC = V L. Maka hubungan tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut : V L L = V L N (volt) (5) V A B = V BC = V AC (volt) (6) dengan : V L L = Tegangan line to line V L N =Tegangan line to netral Sedangkan arus pada transformator tiga phasa hubungan delta dapat dituliskan sebagai berikut : I L = 3I P (ampere) (7) dengan : I L = Arus line I P = Arus phasa 2.2. Tapping Prinsip pengaturan tegangan sekunder berdasarkan perubahan jumlah belitan pirmer atau sekunder. 1, 1 dan 2, 2 adalah parameter primer dan sekunder. 1 1 = 2 2

2 = 1 1 2 (8) dimana: 1 = Tegangan Primer 1 = Belitan Primer 2 = Tegangan sekunder Jika 1 berkurang, tegangan per belitan ( 1 1 ) bertambah, sehingga tegangan sekunder 1 1 2 bertambah. Di sisi lain, jika 2 bertambah sementara 1 tetap, tegangan 1 sekunder 2 juga bertambah. 1 Dengan kata lain, pengurangan belitan primer 1 mempunyai pengaruh yang sama dengan penambahan belitan 2. Tapping dapat dibuat di awal, di akhir dan di tengah belitan transformator, ditunjukkan Gambar 5 berikut. Gambar 5. Tapping Akhir dan Tapping Tengah Ketika arus pada belitan primer dan sekunder mengalir dengan arah yang berlawanan. Arus-arus ini berinteraksi dengan fluks bocor diantara kedua belitan dan menghasilkan gaya radial yang saling tolak-menolak. Gaya radial ini menekan belitan dalam ke inti dan mendorong pelitan luar menjauhi inti. Gaya yang berlawanan ini akan menimbulkan gaya aksial jika tapping dibuat pada belitan transformator. Pada gambar diatas, belitan dengan tapping akhir menimbulkan gaya aksial yang lebih besar dengan belitan dengan tapping tengah. Pada keadaan hubung singkat, gaya aksial yang timbul akan sangat besar. Sehingga posisi tapping yang sering dipakai adalah tapping tengah. Tapping transformator distribusi adalah dari tegangan nominalnya. Jadi tegangan pada sisi primer transformator distribusi mempunyai 5 tapping yaitu: Tapping 1 = + (0,1 ) Tapping 2 = + (0,05 )

Tapping 3 = Tapping 4 = (0,05 ) Tapping 5 = + (0,1 ) Jumlah belitan transformator distribusi tiga phasa: Belitan primer dihubungkan Y 1 = 3 / (9) Dimana : V/T = Tegangan per lilitan Belitan primer terhubung Δ 1 = / (10) Jumlah belitan sekunder per kaki, jika belitan terhubung Z 2 = 3 / (11) Jika tap changer didisain beroperasi, ketika transformator di luar rangkaian disebut tap changer tanpa beban. Tap changer yang didisain beroperasi ketika transformator dalam rangkaian disebut tap changer berbeban. 2.2.1. Tap Changer Tanpa Beban Tap changer ini biasanya digunakan pada transformator distribusi, dimana tegangannya lebih stabil. Sehingga pengaturan tappingnya, dilakukan pada saat pemasangan transformator ke dalam sistem tenaga listrik dan dalam jangka waktu yang lama. Tap changer tanpa beban diilustrasikan pada Gambar 6 dan 7. Terdapat enam stut dari 1-6, belitan disadap dalam enam titik, sama dengan jumlah stut. Tap changer dihubungkan ke enam titik sadapan melalui stut yang berbentuk lingkaran. Tap changer transformator dapat ditempatkan dimana saja, bisa di bagian atas tangki atau tempat yang memungkinkan lainnya. Jarum penunjuk dapat diputar melalui pemutar yang ada di luar tangki. Jika belitan disadap pada interval 2,5%, maka dengan pemutaran jarum penunjuk R menyebabkan: 1. Pada stut 1, 2 ; belitan penuh dalam rangkaian 2. Pada stut 2, 3 ; 97,5% belitan dalam rangkaian 3. Pada stut 3, 4 ; 95% belitan dalam rangkaian

4. Pada stut 4,5 ; 92,5% belitan dalam rangkaian 5. Pada stut 5,6 ; 90% belitan dalam rangkaian Gambar 6. Penyusunan Posisi Tap Changer Tanpa Beban yang Terhubung Y Gambar 7 Penyusunan Posisi Tap Changer Tanpa Beban yang Terhubung Stut merupakan posisi akhir dan menjaga jarum penunjuk tidak berputar penuh. Jika stut tidak ada, jarum penunjuk dapat tidak menghubungkan belitan. Mengubah tapping hanya bisa dilakukan, ketika transformator tidak terhubung dengan sumber. Seandainya jarum menunjuk berada pada stut 1 dan 2. Untuk memindahkannya ke stut 2 dan 3, pertama transformator dilepas dari rangkaian dan kemudian jarum penunjuk R diputar ke posisi stut 2 dan 3. Setelah itu, transformator dihubungkan dengan sumber dan sekarang 97,5% saja belitan pada rangkaian. 2.2.2. Tap Changer Berbeban Pengubah tapping ini biasanya digunakan untuk perubahan tegangan dalam periode waktu yang singkat. Tegangan keluaran dapat diatur dengan tap changer, tanpa menyebabkan gangguan terhadap sistem. Selama operasi tap changer berbeban: 1. Rangkaian utama tidak harus dilepas kecuali jika menyebabkan percikan api. 2. Tidak ada bagian dari sadapan belitan yang akan terhubung singkat. Salah satu bentuk tap changer berbeban diilustrasikan pada Gambar 8a. Dilengkapi dengan reaktor untuk menjaga sadapan belitan dari hubung singkat. Tapping transformator

dihubungkan ke segmen 1 sampai 5 secara terpisah. Dua stut dan, terhubung dengan reaktor sadapan tengah melalui saklar dan, sehingga membuat hubungan dengan setiap segmen dalam operasi normal. Gambar 8.a, kedua stut terhubung dengan segmen 1 dan seluruh belitan dalam rangkaian. Saklar, ditutup. Setengah total arus mengalir melalui menuju setengah reaktor pada bagian bawah kemudian ke rangkaian luar. Setengah total arus yang lain mengalir melalui y menuju setengah reaktor pada bagian atas kemudian menuju rangkaian luar. Arus yang mengalir pada bagian atas dan bagian bawah reaktor mengalir dalam arah yang berlawanan. Reaktor dililit dengan dengan arah yang sama, sehingga ggm yang dihasilkan setengah belitan berlawanan dengan ggm yang dihasilkan setengah belitan yang lainnya. Gaya-gaya ini sama besarnya dan penjumlahannya nol. Reaktor hampir tidak induktif dan impedansinya sangat kecil. Oleh karena itu, tegangan jatuh pada reaktor sadapan tengah tidak ada. Gambar 8.a. Tap Changer Berbeban b. Operasi dari Segmen 1 ke Segmen 2 Ketika perubahan tegangan dibutuhkan, stut dan dipindahkan ke segmen 2 dengan urutan operasi sebagai berikut: I. Buka saklar, gambar (. ). Arus masuk melalui reaktor pada bagian bawah. Reaktor menjadi sangat induktif dan tegangan jatuhnya besar. Oleh karena itu, reaktor harus didisain menahan arus beban penuh sesaat. II. Stut tidak dialiri arus, sehingga bisa dipindahkan ke segmen 2 tanpa percikan api.

III. Tutup saklar, gambar (. ). Belitan transformator antara sadapan 1 dan 2 terhubung melalui reaktor. Impedansi reaktor besar, pada saat arus mengalir dalam satu arah, arus sirkulasi yang mengalir melalui reaktor dan sadapan belitan sangat kecil. Pada keadaan ini, reaktor melindungi sadapan belitan dari hubung singkat. IV. Buka saklar. Arus masuk mengalir hanya melalui reaktor pada bagian atas, menyebabkan tegangan jatuh yang besar. V. Pindahkan stut A dari segmen 1 ke segmen 2 dan tutup saklar. pada saat ini perpindahan sadapan 1 ke 2 telah selesai. Untuk transformator yang besar, saklar dan dapat dibuat dari circuit breaker. Jenis tap changer berbeban yang lain, juga dilengkapi dengan reaktor sadapan tengah, diilustrasikan pada Gambar 9. Fungsi reaktor adalah melindungi sadapan belitan dari hubungan singkat. Saklar 1, 2, 3, 4 dan 5 dihubungkan dengan sadapan belitan. Gambar 9. Tapping Berbeban Saklar pada Gambar 9 ditutup selama operasi normal, dengan saklar 2, 3, 4, 5 dibuka dan saklar 1 ditutup. Pada saat ini, arus mengalir melalui reaktor bagian atas dan reaktor bagian bawah dengan arah yang berlawanan. Perubahan sadapan 1 ke sadapan 2, dilakukan dengan urutan operasi sebagai berikut. i. Buka saklar S. Sekarang arus total mengalir melalui reaktor pada bagian atas dan tegangan jatuhnya besar. ii. Tutup saklar 2. Belitan antara sadapan 1 dan sadapan 2 terhubung melalui reaktor. iii. Buka saklar 1. Sehingga arus mengalir melalui reaktor pada bagian bawah dan tegangan jatuhnya besar. iv. Tutup saklar S. Arus mengalir melalui kedua bagian reaktor. Untuk perubahan sadapan 2 ke sadapan 3, urutan operasi di atas diulangi.

2.3. Variasi Tegangan Selama Perubahan Tapping Asumsikan tapping dibuat pada sisi primer, dimana: 1 = jumlah belitan antara tegangan terminal dengan sadapan 1. 2 = jumlah belitan antara tegangan terminal dengan sadapan 2. = jumlah belitan sekunder, diasumsikan lebih kecil dari 1 dan 2. 1 = tegangan primer = arus primer = tahan reaktor ketika arus mengalir pada setengah bagian reaktor. Pada Gambar 8a, ketika semua belitan primer dalam rangkaian, tegangan sekunder 1 adalah: 1 = 1 1 2 = 1 1 (12) (13) 3 = 2 1 1 + 2 4 = 1 5 = 1 1 2 (14) (15) (16) Gambar 10 Variasi Tegangan Selama Perubahan Tapping Perubahan tegangan sekunder 1 ke 2 yang ditunjukkan pada Gambar 10 menjelaskan tegangan sekundernya, pertama-tama berkurang dari ke sampai akhirnya bertambah ke. Tegangan berubah dari ab, bc, cd, ke de dalam Gambar 8 merupakan tegangan yang paling besar.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penggulungan Kumparan (Coil Winding) Belitan Pemasangan tapping pada transformator distribusi tiga phasa bertujuan untuk menjaga tegangan pada sisi tegangan sekunder selalu konstan, meskipun terjadi perubahan tegangan pada sisi tegangan tinggi dengan menggunakan tap changer. Jenis tap changer yang digunakan adalah tap changer tanpa beban. Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui cara pemasangan tap changer tanpa beban dan mengetahui rugi rugi transformator distribusi tiga phasa pada setiap variasi tapping. Hal yang perlu diperhatikan adalah penggulungan kumparan, penentuan jumlah belitan pada setiap variasi tapping, penyambungan hubungan antar kumparan, pemasangan tap changer tanpa beban dan pengujian rugi-rugi pada setiap variasi tapping. 3.1.1. Sisi Sekunder Transformator distribusi tiga phasa, 160 KVA, hubungan Y-Zn5, 20 KV/400 volt, Volt/Turn = 7,02. Untuk menentukan jumlah belitan, dapat kita hitung sebagai berikut: Hubungan belitan zig-zag pada sisi sekunder. Dari data diatas telah dihitung tegangan per satuan belitan V/T = 7,02. Tegangan nominal line to line sisi sekunder = 400 volt. Tegangan nominal line to netral sisi sekunder = 400/ 3 volt. Tegangan nominal per kaki sisi sekunder = Volt Untuk lebih jelasnya, dapat kita perhatikan gambar 11. 38 Gambar 11. Belitan Trafo 3 Phasa 160 KVA dengan Vector Y-Zn5

Terminal-terminal,,, adalah pada sisi primer dan,,, pada sisi sekunder dengan (titik netral) ditarik keluar. N = V /3 V/T (17) Dimana: N 2 = 400 3 7,02 = 19 belitan tiap kaki N = Jumlah belitan tiap kaki Jadi belitan per phasa sisi sekunder terbagi menjadi 2 bagian pada setiap kaki, dengan belitan tiap bagian adalah 19 lilitan. Penampang kawat yang dipergunakan untuk sisi sekunder sebanyak 2 batang, sehingga besarnya penampang kawat total adalah 2 x (3,7 x 11) mm². Kawat-kawat ini berbentuk empat persegi yang dibungkus dengan kertas isolasi setebal 4 x 0,05 mm = 0,2 mm. 3.1.2. Sisi Primer Tegangan pada sisi primer mempunyai 5 tapping yaitu: Tapping 1 = 20 + (0,1 x 20 KV) = 22 KV Tapping 2 = 20 + (0,05 x 20 KV) = 21 KV Tapping 3 = Nominal = 20 KV Tapping 4 = 20 - (0,05 x 20 KV) = 19 KV Tapping 5 = 20 - (0,1 x 20 KV) = 18 KV Kumparan primer dihubungkan Y, tegangan per satuan belitan = 7,02 sehingga belitan pada masing-masing tapping adalah: N 1 = V/ 3 V/T Kumparan primer dihubungkan Y, tegangan per satuan belitan = 7,02 sehingga belitan pada masing-masing tapping adalah: Tapping 1 = Tapping 2 = Tapping 3 = Tapping 4 = 22 3 7,02 103 = 1809,35 1809 belitan 21 3 7,02 103 = 1727,11 1727 belitan 20 3 7,02 103 = 1644,87 1645 belitan 19 3 7,02 103 = 1562,62 1563 belitan (18)

Keterangan: Misalnya, 18 3 Tapping 5 = 7,02 103 = 1480,58 1481 belitan Maka, dapat dicari selisih antartapping dengan perhitungan St = Tn T (n+1) St = Selisih antartapping T = Tapping n = Jumlah belitan yang awal n+1 = jumlah belitan yang ingin dikurangi dari jumlah belitan Tn n = Tapping 1 St = T 1 T (1+1) = T 1 -T 2 = 1809-1727 = 82 n = Tapping 2 St = T 2 T (2+1) = T 2 -T 3 = 1727-1645 = 82 dan seterusnya, Jadi, selisih antar tapping adalah 82 Belitan per phasa pada kumparan primer dibagi menjadi 2 bagian yang dihubungkan seri dengan tiap-tiap bagian adalah 1809/2 = 904,5 belitan dibulatkan menjadi 905 belitan. Gambar 12. Kumparan Primer yang Terbagi 2 dan Dihubungkan Seri Adapun, hubungan taping dengan gambar 3.3 di atas dapat dilihat dari perhitungan sebagai berikut: Tapping 1 : Urutan 4 ke 5 = 905 + (904-0) = 1908 Tapping 2 : Urutan 5 ke 3 = (904-0) + 823 = 1727

Tapping 3: Urutan 3 ke 6 = 823 + (904-82) = 1645 Tapping 4 : Urutan 6 ke 2 = (904-82) + 741 = 1563 Tapping 5 : Urutan 2 ke 7 = 741 + (904-164) = 1481 Masalah yang harus diperhatikan pada penggulungan kumparan adalah Tensile Strength jangan terlalu besar sehingga mengakibatkan permukaan luar kawat (enamel) retak ataupun rusak. 3.2. Penyambungan Hubungan Antar Kumparan (Coil Assembly) Kumparan yang telah selesai digulung, kemudian disambungkan antara kumparan yang satu dengan yang lain,seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 13. Penyambungan Hubungan Antar Kumparan Untuk membandingkannya dengan kumparan yang telah siap dikerjakan dapat dilihat pada gambar 15. Gambar 15. Kumparan yang Selesai Dihubungkan Sedangkan untuk tapping ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 16. Tapping Sisi Primer Setelah transformator selesai dan dimasukkan ke dalam tangki, dilakukan pengujian beban nol dan pengujian hubung singkat untuk menentukan rugi-rugi transformator pada setiap variasi tapping. 3.3. PENGUJIAN TRANSFORMATOR Persamaan yang digunakan dalam menganalisa karakteristik transformator tiga fasa adalah sama dengan analisa karakteristik pada transformator satu fasa, hanya saja besarannya diganti dengan besaran tiga fasa. 3.3.1. Pengujian Beban Nol Persamaan yang digunakan dalam menganalisa karakteristik beban nol transformator tiga fasa, terutama adalah rugi-rugi inti transformator tiga fasa tesebut. Sehingga didapat karkteristik rugi-rugi beban nol terhadap kenaikan tegangan. Sedangkan arus beban nol yang mengalir ada dua komponen, yaitu : 1. Arus rugi-rugi inti atau arus penguat yaitu arus yang aktif yang dapat menimbulkan rugi-rugi int i ( Ic = Io Cos Φ ). 2. Arus yang timbul karena adanya fluks yang menimbulkan arus eddy dan arus hysteresis yang dikenal dengan arus magnetisasi. ( Im = Io Sin Φ ). Pada keadaan beban nol, Io sangat kecil maka rugi-rugi tembaga pada sisi primer dapat diabaikan, jadi rugi-rugi yang ada praktis hanya rugi-rugi besi. Daya beban nol dapat dihitung dengan persamaan: Dimana, P 0 = 3V L I 0 cos Φ (3.3) P 0 = Daya pada beban nol ( rugi-rugi inti ) (watt)

V L = Tegangan saluran pada sisi primer (volt) I 0 = Arus beban nol (ampere) Untuk menghitung faktor daya beban nol pada transformator tiga fasa dapat dihitung sebagai berikut : cos ϕ C = P 0 3V 1 I 0 (3.4) Untuk mencari besar tahanan pada inti besi adalah : = 1 = 1 cos (3.5) Untuk mencari reaktansi magnetisasi adalah : = 1 = 1 0 sin (3.6) Pada keadaan tanpa beban 0 = hysteresis + eddy current dengan hysteresis = = 0 dan eddy current = 0 0 2 3.2.2. Pengujian Hubung Singkat Dalam percobaan ini terminal sekunder transformator dihubung singkat. Tujuannya agar didapat karakteristik daya hubung singkat yang merupakan rugi-rugi tembaga kumparan belitan transformator. Dan juga karakteristik tegangan jatuh yang terjadi akibat adanya arus hubung singkat. Perhitungan yang digunakan untuk mencari karakteristik hubung singkat tersebut adalah sebagai berikut : Untuk mencari impedansi hubung singkat, dimana R = R + R ʹ dan X = X + X ʹ, maka = + = (3.7) Untuk mencari rugi-rugi daya pada kumparan: = (3.8) Sedangkan tegangan jatuh dalam belitan primer dan sekunder: V sc = I sc + Z sc (3.9)

3.3.3. Peralatan Pengujian Pengujian ini menggunakan beberapa peralatan, yaitu : 1. Transformator 3θ, 160 KVA, 20KV/400 V, hubungan Y-Zn5 2. Voltage Regulator 500 V Maxwell Electric Taiwan 3. Wattmeter 3θ 4. Ammeter (YEW skala 2 10 A) 5. Voltmeter (YEW skala 300 750 volt) 3.3.4. Rangkaian Pengujian Beban Nol Gambar 3.7 Rangkaian Pengujian Beban Nol Prosedur Pengujian Beban Nol : 1. Letakkan trafo pada tempat yang cukup aman. 2. Peralatan dirangkai seperti gambar 3. Hidupkan Power Supply. 4. Naikkan tegangan 1 secara bertahap dengan mengatur tegangan keluaran dari Power Supply. 5. Untuk setiap kenaikan tegangan 1 catat pembacaan alat ukur 1, dan 1. 6. Turunkan kembali tegangan 1 dan matikan kembali Power Supply. 7. Percobaan selesai. 3.3.5. Rangkaian Pengujian Hubung Singkat Gambar 3.8 Rangkaian Pengujian Hubung Singkat

Prosedur Pengujian Hubung Singkat 1. Letakkan trafo pada tempat yang cukup aman. 2. Peralatan dirangkai seperti gambar 3. Hidupkan Power Supply. 4. Naikkan tegangan 1 secara bertahap dengan mengatur tegangan keluaran dari Power Supply. 5. Untuk setiap kenaikan arus 1 catat pembacaan alat ukur 1 dan 1. 6. Turunkan kembali arus I1 dan matikan kembali Power Supply. 7. Percobaan selesai. 3. 3.6. Pemanfaatan Tapping pada Jaringan Distribusi Gambar 3.9 Sistem Tenaga Listrik Tapping diset pada tegangan nominal pada saat pemakaian transformator distribusi pada jaringan, tetapi letak pemakaian transformator pada jaringan distribusi menyebabkan tegangan pada sisi tegangan tinggi berubah dari tegangan nominalnya. Sehingga diperlukan pengaturan tapping. Mekanisme pengaturan tapping pada jaringan distribusi: 1. Transformator dengan tapping nominal dirangkai pada jaringan distribusi. 2. Ukur tegangan sekunder. 3. Jika tegangan sekunder tidak sama dengan 400 volt, maka diperlukan pengaturan tapping. 4. Transformator lepaskan dari jaringan. 5. Atur kembali tapping sehingga tegangan sekunder menjadi 400 volt. 6. Transformator dengan tapping yang baru dirangkai pada jaringan.

BAB IV HASIL DAN ANALISA Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian dan mengambil data pada PT. MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA. Penelitian ini memberikan hasil mengenai langkah-langkah pemasangan tapping dan rugi-rugi transformator distribusi tiga phasa dalam bentuk grafik. Dari masing-masing grafik yang diperoleh, dapat diketahui pengaruh perubahan jumlah belitan pada setiap variasi tapping terhadap rugi- rugi hubung singkat atau rugi-rugi tembaga. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa jumlah belitan sangat mempengaruhi rugi-rugi hubung singkat tersebut. 4.1. Data Hasil Pengujian Beban Nol dan Hasil Perhitungan Percobaan Berbeban Data yang diperoleh dari pengujian beban nol: Tabel 4.1 Data Pengujian Beban Nol No. 1 (Volt) 1 (Amp) P 1 Watt) 1 170 0,24 64 2 200 0,27 84 3 225 0,30 108 4 250 0,33 138 5 275 0,36 156 6 300 0,395 188 7 325 0,43 224 8 350 0,47 256 9 375 0,52 308 10 400 0,57 368 Perhitungan pada beban nol dilakukan sebagai berikut : 1 64 cos = = 3 1 1 3 170 0,24 = 0,90 =arc.cos 0,90 (. 0,90) = 25,84 = Sin 25,84 = 0, 435 Arus rugi-rugi besi = 1 cos = 0,24 0,90 = 0,216 Arus rugi-rugi besi magnetisasi = 1 sin = 0,24 0,435 = 0,1044 Tahanan inti besi = 1 = 170 0,216 = 787,04 Ω Reaktansi magnetisasi = 1 = 170 0,1044 = 1628,35

Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel analisa data sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Percobaan Berbeban No. cos (Ω) (Ω) (Ω) ( ) 1. 0,90 783,04 1686,5 0,216 0,1008 2. 0,90 826,45 1666,7 0,242 0,12 3. 0,92 812,27 1875 0,277 0,12 4. 0,97 783,70 2906,98 0,319 0,086 5. 0,91 833,33 1833 0,33 0,15 6. 0,92 833,33 1935,48 0,36 0,155 7. 0,92 821,5 1994,79 0,4 0,163 8. 0,97 770,93 2916,67 0,454 0,12 9. 0,92 791,14 1785,71 0,474 0,21 10. 0,93 754,72 1904,76 0,53 0,21 P 1 (Watt) 400 300 200 100 0 4.2. Data Hasil Pengujian Hubungan Singkat Gambar 4.1 Karakteristik Daya Beban Nol Tapping 1 = 22 KV, 1 = 3 = 160000 3 22000 = 4,2 Data yang diperoleh dari pengujian hubung singkat: 64 Rugi-Rugi Beban Nol 84 108 138 156 188 224 256 308 170 200 225 250 275 300 325 350 375 400 V 1 (Volt) Tabel 4.3 Data Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 22 KV No. 1 (Amp) 1 (Volt) 1 (Watt) 1. 1 194 90 2. 2 385 390 3. 3 585 880 4. 4 800 1640 5. 4,2 902 1980 368

Impedansi hubungan singkat = 1 = 194 1 1 Tahanan hubung singkat = 1 = 90 = 90 Ω 1 2 1 2 Reaktansi hubung singkat = 2 2 = 194 2 90 2 = 171,86 Ω Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel analisa data sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 22 KV No. (Ω) (Ω) (Ω) 1. 194 90 171,86 2. 192,5 98,75 165,24 3. 195 97,78 168,71 4. 200 102 171,74 5. 214,76 112,24 183,1 2500 1 ( ) 2000 1500 1000 500 0 1640 880 390 90 1 2 3 4 4,2 1 ( ) 1980 Tapping 2 = 21 KV Gambar 4.2 Karakteristik Daya Hubung Singkat pada Tapping 22 KV 1 = 3 = 160000 3 21000 = 4,4 Data pengujian hubung singkat dapat ditabelkan seperti ditunjukkan pada Tabel 4.5 Analisa Data : Impedansi hubungan singkat = 1 1 No. 1 (Amp) 1 (Volt) 1 (Watt) 1. 1 170 80 2. 2 355 360 3. 3 545 880 4. 4 710 1500 5. 4,4 805 1996 = 170 1 = 170 Ω

Tahanan hubung singkat = 1 1 2 = 80 1 2 = 80 Ω Reaktansi hubung singkat = 2 2 = 170 2 80 2 = 150 Ω Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel analisa data sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 21 KV No. (Ω) (Ω) (Ω) 1. 194 90 171,86 2. 192,5 98,75 165,24 3. 195 97,78 168,71 4. 200 102 171,74 5. 214,76 112,24 183,1 2500 1 ( ) 2000 1996 1500 1000 500 0 1500 880 360 80 1 2 3 4 4,4 1 ( ) Gambar 4.3 Karakteristik Daya Hubung Singkat pada Tapping 21 KV Tapping 3 = 20 KV 1 = 3 = 160000 3 20000 = 4,6 Data yang diperoleh dari pengujian hubung singkat: Tabel 4.7 Data Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 20 KV No. 1 (Amp) 1 (Volt) 1 (Watt) 1. 1 165 60 2. 2 320 320 3. 3 480 760 4. 4 650 1400 5. 4,6 760 1880

Analisa Data : Impedansi hubungan singkat = 1 1 = 165 1 = 165 Ω Tahanan hubung singkat = 1 1 2 = 60 1 2 = 60 Ω Reaktansi hubung singkat = 2 2 = 165 2 60 2 = 153,7 Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel analisa data sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 20 KV No. (Ω) (Ω) (Ω) 1. 165 60 153,7 2. 160 80 138,56 3. 160 84,44 135,9 4. 162,5 87,5 136,93 5. 165,22 84,85 141,77 2000 1500 1 ( ) 1400 1880 1000 500 0 760 320 60 1 2 3 4 4,6 1 ( ) Gambar 4.4 Kurva Karakteristik Daya Hubung Singkat pada Tapping 20 KV Tapping 4 = 19 KV 1 = 3 = 160000 3 19000 = 4,8 Data yang diperoleh dari pengujian hubung singkat: Tabel 4.9 Data Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 19 KV No. 1 (Amp) 1 (Volt) 1 (Watt) 1. 1 164 55 2. 2 300 340 3. 3 440 720 4. 4 595 1340 5. 4,8 720 1960

Impedansi hubungan singkat = 1 = 164 1 1 Tahanan hubung singkat = 1 = 55 = 55 Ω 1 2 1 2 Reaktansi hubung singkat = 2 2 = 164 2 55 2 = 154 Ω Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel analisa data sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 19 KV No. (Ω) (Ω) (Ω) 1. 164 55 154,5 2. 150 85 123, 6 3. 146,67 80 122,93 4. 148,75 83,75 122,9 5. 150 85,07 123,54 2500 1 ( ) 2000 1960 1500 1000 500 0 1340 720 340 55 1 2 3 4 4,8 1 ( ) Tapping 5 = 18 KV Gambar 4.5 Karakteristik Daya Hubung Singkat pada Tapping 19 KV 1 = 3 = 160000 3 18000 = 5,1 Data yang diperoleh dari pengujian hubung singkat: Tabel 4.11 Data Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 18 KV No. 1 (Amp) 1 (Volt) 1 (Watt) 1. 1 165 50 2. 2 270 320 3. 3 400 680 4. 4 545 1280 5. 5 675 1920 6. 5,1 697 1984

Analisa Data : Impedansi hubungan singkat = 1 1 = 165 1 = 165 Ω Tahanan hubung singkat = 1 1 2 = 50 1 2 = 50 Ω Reaktansi hubung singkat = 2 2 = 165 2 50 2 = 157,24 Ω Dengan cara yang sama, data selanjutnya dapat ditentukan sehingga didapat tabel analisa data sebagai berikut : Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Pengujian Hubung Singkat pada Tapping 18 KV No. (Ω) (Ω) (Ω) 1. 165 50 157,24 2. 135 80 108, 74 3. 133,33 75,56 109,85 4. 136,25 80 110,29 5. 135 76,8 111,03 6. 136,67 76,28 113,4 2500 2000 1500 1000 500 0 1 ( ) 1920 1984 1280 680 320 50 1 2 3 4 5 5,1 1 ( ) Gambar 4.6 Karakteristik Daya Hubung Singkat pada Tapping 18 KV 4.3. Hasil Perhitungan Pengaturan Tapping Asumsikan tegangan sekunder pada masing-masing jarak, pada saat pemakaian transformator distribusi dengan tapping nominal adalah sebagai berikut: 10 = 420 30 = 400 50 = 380

Dari nilai-nilai di atas dapat dihitung tegangan pada sisi tegangan tinggi yaitu: 10 = 420 1645 = 21 3 19 30 = 400 1645 = 20 3 19 50 = 380 1645 = 19 3 19 Jadi, transfromator yang digunakan pada masing-masing jarak adalah: 1. Jarak 10 km menggunakan transfromator dengan tapping 2. 2. Jarak 30 km menggunakan transformator dengan tapping 3. 3. Jarak 50 km menggunakan transformator dengan tapping 4.

BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Transformator distribusi 3θ, 160 KVA, Y-Zn5 mempunyai 5 tapping yang dibuat pada sisi tegangan tinggi dengan tegangan 22 KV, 21 KV, 20 KV, 19 KV dan 18 KV serta tegangan rendahnya 400 KV Standar PLN. 2. Pada pengujian beban nol, ketika tegangan 1 = 170 V, 1= 64 W dan pada = 400 V, 1 = 368 W. Jadi rugi-rugi besi akan bertambah ketika tegangan semakin dinaikkan. 3. Pada pengujian hubung singkat, jika rangkaian dialiri arus 4A pada setiap variasi tapping, rugi-rugi tembaganya akan semakin kecil ketika tapping semakin dinaikkan.

DAFTAR PUSTAKA Berahim,Hamzah.Penghantar Teknik Tenaga listrik.yogyakarta:andi OFFSET,1999 Franklin,A.C,dkk, The J&P Transpormer Book 1983 Kadir,Abdul.,Tranpormator.Gramedia,Jakarta.1998 Kulkarni, S.V. & S.A. Khaparde, Transformer Engineering Design and Practice, Bombay : Marcel Dekker Inc, 2004. Kelompok Pembakuan Bidang Transmisi.1997.Spesufikasi Transformator Distribusi.Jakarta P.T.Perusahaan Listrik Negara (PERSERO) Wijaya, Mochtar.2001.Dasar-Dasar Mesin listrik.djambatan.jakarta Zuhal,1991,.Dasar Tenaga Listrik.Bandung:ITB