BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis dimana pengaruh sinar matahari sangat besar terhadap kehidupan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

OPTIMASI SEDIAAN PELEMBAB EKSTRAK KERING KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN KOMBINASI ASAM STEARAT DAN TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR

FORMULASI SEDIAAN PELEMBAB EKSTRAK KERING KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran gas, perlindungan terhadap patogen, dan memiliki fungsi barrier untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. xerosis yang akan menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit sehingga lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman memicu perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup telah terbukti secara tidak langsung beresiko terhadap paparan senyawa radikal bebas. Salah satunya yaitu paparan sinar matahari, ozon, radiasi, pestisida serta polusi merupakan sumber pembentuk senyawa radikal bebas (Bagchi and Puri, 1998). Salah satu organ tubuh yang rentan terhadap paparan radikal bebas adalah kulit. Radikal bebas pada kulit dapat menyebabkan terjadinya penuaan dini yang ditandai dengan kondisi kulit kering, keriput, flek hitam dan kusam (Masnec and Situm, 2010). Pemberian antioksidan dapat mengurangi efek negatif dari senyawa radikal bebas. Senyawa antioksidan dapat berasal dari bahan sintetis maupun dari bahan alam. Contoh antioksidan dari bahan sintetis adalah butylated hidroxy toluene dan butylated hydroxy anisole, sedangkan antioksidan alami dapat berasal dari buah-buahan maupun sayur-sayuran. Salah satu tanda penuaan dini akibat pengaruh radikal bebas yang diangkat dalam penelitian ini adalah kulit kering. Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya yang berfungsi untuk melindungi kulit dari penguapan air yang berlebihan yang dapat menyebabkan kulit mengalami dehidrasi (Tranggono dan Latifah, 2007). Penguapan yang berlebihan pada epidermis kulit menyebabkan kadar air dalam stratum korneum <10% sehingga mengakibatkan kulit menjadi kering. Diperlukan perlindungan tambahan non alamiah untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan pemberian kosmetika pelembab (Wasitaatmadja, 1997). 1

Komponen penting dalam suatu sediaan pelembab adalah bahanbahan yang dapat meningkatkan kandungan air pada stratum korneum. Berdasarkan mekanisme kerjanya sediaan pelembab dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu emolien, oklusif dan humektan. Emolien yang sebagian besar berupa lemak dan minyak dapat menghidrasi dan meningkatkan penampilan kulit dengan cara meningkatkan fleksibilitas dan kelembutan kulit. Oklusif merupakan bahan yang dapat membentuk suatu lapisan hidrofobik yang dapat mengurangi TEWL (Trans Epidermal Water Loss). Humektan bertindak dengan cara menyerap air dari lingkungan atau dengan meningkatkan absorbsi air dari dermis menuju epidermis (Kraft and Lynde, 2005). Sebagian besar sediaan pelembab menggunakan kombinasi bahan-bahan emolien, oklusif dan humektan. Kombinasi antara humektan dan oklusif merupakan kombinasi yang paling efektif untuk suplai air pada stratum korneum (Schalock, Hsu and Arndt, 2011). Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu buah tropis yang digemari masyarakat Indonesia. Manggis di luar negeri dikenal sebagai Queen of Fruits. Kulit buah manggis kaya akan senyawa kimia yang bermanfaat yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi dan antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, tanin dan xanton (Ho et al., 2002; Jung et al., 2006; Moongkarndi et al., 2004; Weecharangsan et al., 2006). Kemampuan antioksidan yang dihasilkan oleh kulit manggis melebihi vitamin C dan E yang selama ini dikenal sebagai antioksidan yang paling efektif (Hartanto, 2011). Manfaat ekstrak kulit buah manggis dalam sediaan kosmetik secara in vivo telah diteliti manfaatnya dalam meningkatkan kelembaban kulit, menyembuhkan luka, bersifat anti mikroba 2

dan anti inflamasi (Tilaar et al., 2009; Thornfeldt and Bourne, 2010; Wasitaatmadja, 2011). Sediaan yang mengandung ekstrak kulit manggis berkembang pesat untuk penggunaan secara oral sedangkan untuk sediaan kosmetik masih sangat jarang. Efek antioksidan yang ditujukan pada kulit lebih efektif bila diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetika topikal dibandingkan oral (Draelos and Thaman, 2006). Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini ekstrak kulit manggis akan diformulasikan menjadi suatu sediaan krim pelembab yang dapat berfungsi sebagai antioksidan kulit dengan tipe emulsi minyak dalam air. Keuntungan dari krim dengan tipe emulsi minyak dalam air adalah tidak menimbulkan rasa lengket sehingga dapat nyaman digunakan, selain itu krim dapat mudah menyebar pada permukaan kulit, tidak menyumbat pori-pori kulit, lembut dan mudah tercucikan air (Voigt, 1995). Pada penelitian ini ekstrak yang diperoleh dari PT. Natura Laboratoria Prima yang diproses dengan mengekstraksi kulit buah manggis secara maserasi karena metode tersebut memiliki prosedur serta peralatan yang sederhana (Agoes, 2007). Pelarut yang digunakan merupakan pelarut penyari air karena tidak toksik dan zat aktif dalam ekstrak kulit buah manggis memiliki kelarutan dalam pelarut air. Ekstrak kulit buah manggis selanjutnya dipekatkan menggunakan bantuan pengisi yaitu maltodekstrin dengan perbandingan antara ekstrak dan maltodextrin yaitu 9:1. Pengeringan ekstrak yang dilakukan menggunakan metode spray drying. Spray drying adalah proses pengeringan dengan merubah cairan yang akan dikeringkan menjadi butiran kecil fluida dengan menggunakan atomizer dan mengeringkannya dengan udara panas yang dialirkan ke dalam sebuah ruang pengering. Keuntungan dari penggunaan metode spray drying antara lain dapat menghasilkan produk dengan karakteristik dan kualitas yang 3

terkontrol dengan baik dan efektif, produk dapat dikeringkan pada tekanan atmosfir dan temperatur yang rendah sehingga dapat digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas, dapat mengeringkan produk dalam jumlah banyak, prosesnya sederhana, produk yang dihasilkan relatif seragam (Filkova, Huang and Mujumdar, 2006). Ekstrak kulit manggis yang akan diformulasikan dalam sediaan pelembab dapat ditingkatkan efektivitasnya dengan penambahan humektan. Gliserin merupakan humektan yang paling efektif karena memiliki kemampuan untuk meningkatkan absorbsi air dari lapisan dermis ke lapisan epidermis atau mengabsorbsi air dari lingkungan ketika kelembabannya lebih tinggi dari kulit (Lynde, 2005). Konsentrasi gliserin yang tinggi sedikit banyak dapat mengiritasi kulit, gliserin dalam sediaan kosmetik umumnya dibuat dalam konsentrasi antara 3-10% karena di atas konsentrasi tersebut dapat menyebabkan sediaan kosmetik menjadi kurang elegan sehingga dapat menurunkan nilai estetika (Orth and Appa, 2000). Penggunaan gliserin tunggal dalam formula dapat memperparah kerusakan barier kulit yang disebabkan karena penarikan air secara cepat dari lingkungan oleh gliserin melewati barier yang rusak (Draelos et al., 2008). Propilen glikol merupakan bahan yang tergolong sebagai humektan dan oklusif sekaligus (Kraft and Lynde, 2005). Kombinasi antara humektan gliserin dan propilen glikol didasarkan pada kenyataan bahwa gliserin memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan propilen glikol (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009), viskositas yang rendah dari humektan dapat menyebabkan produk mudah dicampurkan ke dalam sediaan dan viskositas humektan yang tinggi dapat meningkatkan stabilitas emulsi dengan mencegah terjadinya creaming (Johnson, 1991). Penggunaan gliserin dapat memberikan kesan lengket dan hangat yang menimbulkan rasa tidak nyaman ketika diaplikasikan pada kulit (Surlina, 2006) dan 4

propilen glikol stabil ketika dikombinasikan dengan gliserin (Loden, 2001). Gliserin dan propilen glikol dikombinasikan dengan perbandingan 5:3 (Board, 2004). Formula basis yang digunakan pada penelitian ini mengacu basis pada penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2014) dengan alasan basis vanishing krim yang mengandung kombinasi antara propilen glikol 3% dan gliserin 5% dapat membantu meningkatkan kemampuan sediaan dalam melembabkan kulit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa formula yang mengandung gliserin 5% dan propilen glikol 3% memiliki nilai Area Under Curve (AUC) pada kurva hubungan antara waktu vs % berat sisa sediaan krim terbesar yaitu 10,17±0,23 mg/4 jam. Modifikasi pada salah satu komponennya diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dari formula sebelumnya dalam hal sifat mutu fisik terutama pada ph sediaan karena pada penelitian tersebut dihasilkan ph sediaan antara 8,43-9,04. Sediaan kosmetik harus memiliki ph yang sesuai dengan ph kulit, ph yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit menjadi bersisik (Purwanto, Mufrod dan Swastika, 2013). Natrium biborat memiliki ph antara 9-9,6 sehingga dapat mempengaruhi ph sediaan menjadi basa. Berdasarkan hal tersebut maka natrium biborat pada basis formula Sutrisno (2014) akan digantikan dengan gliseril monostearat. Gliseril monostearat dapat berfungsi sebagai emulsifying agent, thickening agent serta stabilizing agent (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Gliseril monostearat dapat menyebabkan sediaan menjadi lebih halus (Panda, 2000). Pada penelitian Bernatoniene et al. (2011) penggunaan emulgator tunggal trietanolamin stearat yang terbentuk dari reaksi antara asam stearat dan trietanolamin menunjukkan hasil yang tidak stabil sehingga ditambahkan gliseril monostearat sebagai co-emulsifier. Derajat keasaman gliseril monostearat sangat berpengaruh terhadap sediaan yang dihasilkan dimana pada derajat keasaman yang 5

rendah menghasilkan sediaan krim dengan konsistensi yang lunak dan menunjukkan pemisahan cairan sesaat setelah pembuatan sedangkan krim yang mengandung gliseril monostearat dengan derajat keasaman yang tinggi dapat menghasilkan sediaan dengan konsistensi yang cukup baik (O Laughlin et.al., 1989). Gliseril monostearat dalam sediaan kosmetik diformulasikan dalam rentang konsentrasi antara 0,5-4% (Wilkinson and Moore, 1982). Pada penelitian ini akan dilakukan variasi konsentrasi gliseril monostearat dengan konsentrasi antara 1%, 1,5% dan 2%. Konsentrasi tersebut diacu dari konsentrasi gliseril monostearat pada basis formula krim yang dilakukan oleh Nimisha and Namita (2013) dan Trifena (2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trifena (2012) dan Tilaar et al. (2009) menyebutkan bahwa ekstrak tunggal kulit buah manggis pada konsentrasi 5% memiliki aktivitas antioksidan tertinggi yaitu dapat menangkal radikal bebas sebesar 96%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pada penelitian ini ekstrak kulit buah manggis akan diformulasikan dengan konsentrasi 5%. Bahan-bahan tambahan lain yang digunakan dalam penelitian ini meliputi asam stearat, trietanolamin, gliseril monostearat, metil paraben dan akuades. Asam stearat dikombinasikan dengan trietanolamin yang bersifat basa kemudian akan membentuk suatu garam alkali stearat yang dapat berfungsi sebagai emulgator (Young, 1974). Trietanolamin digunakan sebagai bahan pengemulsi anionik yang dapat menghasilkan produk emulsi minyak-air yang homogen dan stabil. Metil paraben digunakan sebagai pengawet sediaan (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Sediaan krim pelembab yang dihasilkan dalam penelitian ini selanjutnya akan dievaluasi untuk menjamin mutu dari sediaan. Evaluasi yang dilakukan meliputi uji mutu fisik yaitu uji organoleptis sediaan dengan melihat tampilan fisik serta perubahan bentuk, warna serta bau selama 6

kurun waktu tertentu, pemeriksaan homogenitas untuk menunjukkan tercampurnya bahan-bahan yang digunakan secara homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar,uji ph untuk mengetahui ph sediaan serta keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit, uji tipe emulsi untuk menentukan tipe emulsi dari sediaan, uji daya lekat, uji viskositas yaitu dengan mengukur viskositas sediaan dimana kenaikan viskositas dapat meningkatkan kestabilan tetapi semakin tinggi viskositas maka akan sulit untuk diaplikasikan, uji daya sebar, uji tercucikan air. Evaluasi sediaan kemudian dilanjutkan dengan uji keamanan dengan melakukan uji iritasi, uji efektivitas secara in vitro yaitu the sorptiondesorption test, uji aseptabilitas yaitu uji kemudahan diratakan, uji sensasi dingin serta uji kemudahan dibersihkan. Metode analisis data statistik yang digunakan untuk menghitung hasil kuisioner dari homogenitas, kemudahan dibersihkan, kemudahan diratakan, sensasi dingin dan uji iritasi adalah uji peringkat bertanda Wilcoxon test untuk antar bets dan Friedman test untuk antar formula. Pada hasil pengujian ph, viskositas, daya tercucikan air, daya sebar, daya lekat, dan sorption-desorption test digunakan metode analisis data uji t bebas untuk antar bets dan one way anova untuk antar formula (Jones, 2010). 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah ekstrak kering kulit buah manggis pada konsentrasi 5% dapat diformulasikan menjadi sediaan krim pelembab yang memenuhi kriteria mutu fisik, efektifitas, keamanan dan aseptabilitas sediaan? 2. Bagaimana pengaruh konsentrasi gliseril monostearat sebagai coemulsifier terhadap mutu fisik, efektifitas, keamanan dan aseptabilitas sediaan krim pelembab ekstrak kulit buah manggis? 7

1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengembangkan formula sediaan krim pelembab ekstrak kering kulit buah manggis pada konsentrasi 5% yang memenuhi kriteria mutu fisik, efektifitas, keamanan dan aseptabilitas sediaan. 2. Mengetahui pengaruh konsentrasi gliseril monostearat sebagai coemulsifier terhadap mutu fisik, efektifitas, keamanan dan aseptabilitas sediaan krim pelembab ekstrak kulit buah manggis. 1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak kering kulit buah manggis pada konsentrasi 5% dapat diformulasikan menjadi sediaan krim pelembab yang memenuhi kriteria mutu fisik, efektifitas, keamanan dan aseptabilitas sediaan, selain itu sediaan pelembab ekstrak kulit buah manggis yang mengandung gliseril monostearat sebagai co-emulsifier pada berbagai konsentrasi dapat mempengaruhi mutu fisik sediaan serta efektif dalam meningkatkan kelembaban kulit dan menghasilkan sediaan krim pelembab yang memenuhi segala aspek mutu fisik, keamanan dan aseptabilitas. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta datadata ilmiah mengenai pemanfaatan gliseril monostearat dalam sediaan krim pelembab yang mengandung ekstrak kulit manggis yang memberikan hasil sifat mutu fisik serta efektifitas sediaan yang baik sehingga sediaan pelembab ini dapat diproduksi oleh produsen kosmetika. 8