TINGKAT KELULUSAN HIDUP LARVA UDANG GALAH BERDASARKAN SUMBER GENETIK YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
PERSENTASE POST LARVA UDANG GALAH SEBAGAI PEMBENTUK POPULASI SINTETIS G1 DARI SUMBER GENETIK SUNGAI PAGATAN, KINTAP DAN BARITO

25 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

LAJU PETUMBUHAN CALON INDUK UDANG GALAH POPULASI SINTETIS G1 DARI SUMBER GENETIK YANG BERBEDA

KARAKTERISASI INDUK PEMBENTUK POPULASI G0 SINTETIS UDANG GALAH DARI SUMBER GENETIK SUNGAI BARITO, KINTAP DAN PAGATAN

Fakultas Pertanian Prodi Budidaya Perairan Universitas Achmad Yani Banjarmasin 1) 2)

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :46-56 (2013) ISSN :

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL: PENEBARAN NENER

Akuarium. Disucihamakan dengan larutan klorin 150 mg/l selama 24 jam. Dinetralisir dengan 50 mg/l Natrium Thiosulfat. Dibilas dengan air bersih

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 42/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG GALAH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH TIPE PERSILANGAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN POPULASI BENIH UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

Tingkat Kelangsungan Hidup

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

BAB 4. METODE PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERKEMBANGAN LARVA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) ASAHAN PADA SALINITAS BERBEDA ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

HASIL DAN PEMBAHASAN

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

Oleh: RINIANINGSIH PATEDA NIM: Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji. Mengetahui, KetuaJurusan/Program StudiBudidayaPerairann

II. BAHAN DAN METODE

PERBANDINGAN INDUK JANTAN DAN BETINA TERHADAP KEBERHASILAN PEMBUAHAN DAN DAYA TETAS TELUR IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

II. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB III BAHAN DAN METODE

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS Artemia sp DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO. Abstrak

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Artemia sp UMUR HARI DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG GALAH GIMACRO

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.)

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

Transkripsi:

TINGKAT KELULUSAN HIDUP LARVA UDANG GALAH BERDASARKAN SUMBER GENETIK YANG BERBEDA Anny Rimalia, Yulius Kisworo, Mukhlisah Universitas Achmad Yani Banjarmasin annyrimalia.uvaya@gmail.com, yuliuskisworo@gmail.com, mukhlisah.66@gmail.com ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelulusan hidup udang galah dari sumber genetik sungai Barito, Kintap dan Pagatan. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap 3 X 3. Hasil penelitian ini didapat Tingkat kelulusan hidup larva udang galah tertinggi pada Sumber genetik Pagatan (93,07%) kemudian sumber genetik Barito (90,40%) dan terakhir sumber genetik Kintap (86,93%). hasil anava menujukkan bahwa sumber genetik yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelulusan hidup larva udang galah dengan kelulusan hidup larva terbaik di dapat dari sumber genetik Pagatan. Nilai parameter kualitas air suhu, DO, ph dan amoniak selama masa penetasan, pemeliharaan larva masih dalam batas yang mampu ditoleransi oleh larva udang galah. Kata Kunci: Tingkat Kelulusan Hidup; Sumber Genetik; Udang Galah PENDAHULUAN Udang galah merupakan komoditas perikanan air tawar yang sangat potensial untuk dibudidayakan secara komersial. Pertumbuhan yang cepat, ukuran yang besar, tingkat prevalensi penyakit yang rendah, dan permintaan pasar yang luas, baik pasar domestik maupun ekspor, merupakan potensi yang menjadikan komoditas ini memegang peran penting dalam usaha budidaya perikanan air tawar di Indonesia. Sampai saat ini kendala dalam penyediaan benih udang galah berkualitas, terutama di Kalimantan Selatan, terkendala dalam penyediaan benih udang galah, karena masih sangat tergantung dari alam dan mendatangkan benih dari pulau Jawa atau Sumatera, sehingga dapat menimbulkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh petani budidaya di daerah Kalimantan Selatan, hal ini dikarenakan ketidak mampuan benih menyesuaikan kondisi lingkungan di kalimantan Selatan. Untuk menghasilkan benih udang galah tahapan kritis dalam pemeliharaannya adalah pada fase larva, ini dikarenakan secara fisiologis larva masih memiliki keterbatasan dalam memfungsikan organ tubuhnya serta pada fase ini proses metomorfosis pada udang mengalami tahapan yang relatif panjang dibandingkan dengan ikan, secara teoritis memerlukan 11 fase perubahan dengan waktu kurang lebih 30 hari untuk menjadi udang muda sehingga rentan akan kematian selama pemeliharaan fase larva. Perbedaan sumber lokasi indukan secara geografis diduga memberikan fermorma yang berbeda terhadap laju perkembangan larva dan tingkat kelulusan hidup kondisi ini diduga informasi genetis yang diturunkan akibat aliran gen (gen flow) memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan hidup larva yang dihasilkan. Berdasarkan konsep di atas maka diperlukan informasi tentang tingkat kelulusan hidup larva udang galah berdasarkan sumber gentik yang berbeda sehingga didapat data dasar dalam pengembangan perbaikan genetik untuk menghasilkan udang galah unggul lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tingkat kelulusan hidup udang galah yang dari sumber genetik sungai Barito, Kintap dan Pagatan. Penelitian ini berguna sebagai kerangka acuan untuk pengembangan penelitian udang galah yang bersumber dari genetik lokal kalimantan Selatan. 140

METODE PENELITIAN Waktu penelitian dilaksanakan bulan Maret-Mei 2016, dengan lokasi penelitian di Laboratorium BBUG Pulau Salak Kabupaten Tanah Bumbu. Adapun tahapan kegiatan (1) persiapan, yang meliputi persiapan personalia, perijinan, penyediaan bahan, alat penelitian dan survey lokasi dan mengumpulkan koleksi indukan dari sungai Kintap di desa Kintapura, induk Barito dari anak sungai Barito di desa Tanipah dan Induk Pagatan di sungai Pagatan. (2) Pelaksanaan penelitian, meliputi Pemijahan udang dan pemeliharaan telur dan larva (3) pengamatan secara visual tingkah laku larva dan mengamati larva yang mati diakhir pemeliharaan serta analisis data. Metode Percobaan a. Rancangan Penelitian Untuk melihat tingkat kelulusan hidup larva dilakukan dengan mengamati larva udang galah secara terkontrol. Dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL), model umum RAL yang digunakan menurut La Daha (2011) sebagai berikut : Y ij = μ ij + T ij + E ij Keterangan : Y ij = Nilai pengamatan untuk perlakuan ke i pada ulangan ke j μ ij = Rata-rata atau nilai harapan T ij = Pengaruh perlakuan ke i pada ulangan ke j E ij = Kesalahan percobaan pada perlakuan ke i pada ulangan ke j b. Perlakuan, Ulangan dan Tata Letak Perlakuan yang diujjikn : A : Sumber Genetik Pagatan (Pg), B : Sumber Genetik Kintap (Kt), C : Sumber Genetik Barito (Br), dengan tata letak sebagai berikut : Tabel.1 Tata Letak Unit Percobaan 1 Pg1 2 Br2 3 Kt2 4 Pg2 5 Br3 6 Br1 7 Kt3 8 Pg3 9 Kt1 c. Hipotesis Uji Ho : Sumber Genetik udang galah yang berbeda tidak memberikan pengaruh pada tingkat kelulusan hidup larva udang galah sebagai calon induk unggul pembentuk populasi sintesis G-1. Hi : Sumber Genetik udang galah yang berbeda memberikan pengaruh pada tingkat kelulusan hidup larva udang galah sebagai calon induk unggul pembentuk populasi sintesis G-1 Perlakuan dan Ulangan Pada penilitian ini yang menjadi perlakuan adalah asal indukan, yaitu sumber sumber genetik berdasarkan letak geografis untuk melihat tingkat kelulusan hidup larva yang dihasilkan Perlakuan A : Induk berasal dari sungai Barito (kode Genotif Br) Perlakuan B : Induk berasal dari sungai Kintap (kode Genotif Ki) Perlakuan C : Induk berasal dari sungai Pagatan (kode Genotif Pg) Setiap perlakuan dilakukan pengulangan 3 kali ulangan yang diletakkan pada unit penelitian sehingga jumlah unit penelitian sebanyak 9 petakan pada 3 kelompok. Penempatan unit petakan mengadopsi prosedur La Daha (2011) yang diilustrasikan sebagai berikut seperti Gambar 1. Manajemen Penelitian Persiapan Indukan Lokasi Asal Indukan (Parental) Penentuan lokasi dilakukan secara purposif (Sukandarrumidi, 2006), dengan mempertimbangan keberadaan sampel udang galah (Macrobrancium rosenbergii de man) 141

yang tersebar tidak homogen dan dapat mewakili keberadaan udang galah. Lokasi pengambilan udang galah dilakukan di tiga lokasi yaitu di perairan muara sungai Barito (jarak 45 km dari kota Banjarmasin), muara sungai Kintap (Jarak 120 km dari Kota Banjarmasin dan muara Sungai Pagatan (Jarak 190 km dari Kota Banjarmasin). Untuk jelasnya lokasi asal indukan secara geografis dapat dilihat pada Gambar 2. Muara Sungai Barito Muara Sungai Pagatan Laut Jawa Laut Jawa Muara Sungai Kintap Gambar 1. Letak Geografis Lokasi Asal Indukan Udang Galah (Peta Prov. Kal-sel sumber Google Map) Pemeliharaan Larva Setelah udang memijah dan telur yang telah ditetaskan pada hari pertama penetasan maka pengamatan larva di mulai dengan menghitung jumlah larva yang dihasilkan pada saat ovulasi. Perlakuan terhadap air dilakukan untuk mengatur tingkat salinitas selama pemeliharaan larva ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan kondisi alami proses ekologis udang galah. Pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 2. Tingkat Salinitas Air di Setiap Fase Pemelihraan Larva Hari Ke : 1-3 4-7 8-12 13-15 > 16 Tingkat Salinitas ( o / oo) 10 8 6 3 0 Pemberian pakan pada fase larva dilakukan secara atlibitum dengan memperhatiakan bukaan mulut larva, pakan yang digunakan adalah artemia yang telah ditetaskan. Interval pemberian pakan 4 kali sehari pagi siang sore dan malam. Pengamatan terhadap larva yang mati dilakukan pada akhir pemeliharaan fase larva di hari ke 30 dengan asumsi larva telah bermetamorfosis sempurna di hari ke 30. Fasilitas Pemeliharaan dan Kepadatan Larva Fasilitas penelitian yang digunakan adalah akuarium ukuran 45X60X45 cm. Ketinggian air di akuarium 35 cm. Sehingga ± 94,5 liter. Padat Penebaran Larva dicobakan 250 ekor/akuarium, dengan asumsi larva mengalami pertumbuhan selama 30 hari sehingga kepadatan menjadi bertambah akibat ukuran. Pada fase larva tidak dilakukan penjarangan padat tebar ini bertujuan untuk mengurangi stres larva akibat terlalu sering penanganan. Variabel Penelitian Variabel yang dikumpulkan berupa a) jumlah larva udang mati, b) jumlah larva udang hidup dan c) data kualitas air meliputi parameter suhu, DO, ph, NH 3. 142

Analisis Data Untuk mengetahui tingkat kelulusan hidup larva udang galah dilakukan dengan membandingkan jumlah larva yang hidup diakhir pemeliharaan dengan jumlah larva yang dipelihara dikali 100%. Dengan persamaan sebagai berikut. Tingkat Kelulusan Hidup = Selanjutnya Data yang diperoleh berupa presentase daya tetas telur udang galah selajutnya diuji kenormalan (uji Lilliefors) dan keragaman datanya (uji Bartlett), selanjutnya dilakaukan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dengan kaidah sebagaiberikut. Jika F hitung F tabel (5%,1%),terima Ho tolak H1 > F tabel (5%,1%), terima H1 tolak Ho Jika pengujian hipotesa adalah menolak Ho dan terima H1, maka analisis data dilanjutkan dengan uji lanjutan beda nilai tengah. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelulusan Hidup Larva Udang Galah Secara umum masa inkubasi telur udang galah dalam air tawar berkisar antara 20 hari dari masa pembuahan (Himawan et al, 2010). Secara alami udang galah termasuk binatang yang beruaya ke perairan payau untuk memijah dan menetaskan telur. Setelah telur menetas larva akan mengalami metamorfosis hingga mengalami stadia post larva dan akan kembali beruaya ke air tawar hingga dewasa (Hadie et al, 2006). Pada penelitian ini di lakukan pengamatan keragaan larva hasil penetasan pada salinitas 10 o / oo, yang selanjutnya larva dipelihara pada salinitas yang menurun sesuai dengan fase perkembangan larva dari salinitas 10 o / oo, 8 o / oo,6 o / oo,3 o / oo sapai menjadi salinitas 0 o / oo permil dengan pengamatan terhadap larva adalah jumlah larva hidup, jumlah larva mati dan pengamatan kondnisi kualitas air, dengan hasil pada masing-masing perlakuan sebagai berikut. Tabel 3. Rerata Sintasan Larva Udang Galah Selama Masa Pemeliharaan Sumber Genetik ulangan Larva Awal Pemeliharaan Jumlah Larva (ekor) larva mati larva Hidup akhir pemeliharaan Tingkat Kelulusan Hidup (%) Pg 250,00 32,33 217,67 87,07 Kt 250,00 63,33 186,67 74,67 Br 250,00 44,67 205,33 82,13 Nampak terlihat dari Tabel 3 tingkat kelulusan hidup larva udang galah dimasing-masing perlakuan memiliki tingkat kelulusan hidup yang berbeda dengan kelulusan hidup tertinggi pada Sumber genetik Pagatan (87,07%) kemudian sumber genetik Barito (82,13%) dan terakhir sumber genetik Kintap (74,67%). Selanjutnya dari hasil analisis sidik ragam di peroleh nilai F hitung (27,75) > F tabel 5% (5,14) sehingga terima hipotesis Hi dan tolak Ho. Ini menujukkan bahwa sumber genetik yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelulusan hidup larva udang galah atau dengan nilai sig 0,001 < 0,05. Dengan demikian sumber genetik memberikan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kelulusan hidup larva udang galah. Untuk mengetahui tingkat perbedaan kelulusan hidup larva yang terbaik dilakukan pengujian LSD dengan hasil sebagai berikut. 143

Tingkalt Kelulusan HIdup (%) Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016 Tabel 5. Hasil Uji LSD Tingkat Kelulusan Hidup Larva Udang Galah (I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sumber Genetik Pg Sumber Genetik Kt 12,40000 * 1,67597,000 Sig. Sumber Genetik Br 4,93333 * 1,67597,026 Sumber Genetik Kt Sumber Genetik Pg -12,40000 * 1,67597,000 Sumber Genetik Br -7,46667 * 1,67597,004 Sumber Genetik Br Sumber Genetik Pg -4,93333 * 1,67597,026 Sumber Genetik Kt 7,46667 * 1,67597,004 *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Berdasarkan Tabel 5 diketahui tingkat kelusan hidup larva dari sumber genetik Pagatan berbeda sangat nyata dengan sumber genetik Kintap dan berbeda nyata dengan sumber genetik Barito. Kemudian tingkat kelusan hidup larva dari sumber genetik Barito berbeda nyata dengan sumber genetik Kintap. Dengan demikian sumber genetik Pagatan menghasilkan tingkat kelulusan hidup terbaik. Untuk lebih jelasnya tingkat kelangsungan hidup dapat dilihat pada Grafik 2 berikut ini. 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68 87.07 74.67 82.13 Pg Kt Br Sumber Genetik Pagatan (Pg), Kintap (Kt) dan Barito (Br) Gambar 2. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Larva Udang Galah Gambar 2 memberikan penjelasan tingkat kelulusan hidup sumber genetik Pagatan lebih baik dari sumber genetik Barito dan sumber genetik Kintap. Ini memberikan gambaran kemampuan hidup larva dari induk yanag berasal dari sungai pagatan lebih baik dari pada yang berasal dari sungai Barito dan sungai Kintap. Ini mengindikasikan Sumber Genetik Pagatan memiliki daya tahan dan kemampuan adatif terhadap lingkungan lebih tinggi di bandingna sumber genetik lainnya. Pendapat ini di dukung oleh Purwanto (2007) yang menyatakan faktor lain yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisme air selain faktor makanan, padat penebaran kualitas air dan penanganan serta faktor internal maka faktor umur dan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan juga mempengaruhi kelangsungan hidup larva. Selain itu pula menurut Melianawati dan Imanto (2004), tingkat kelulusan hidup dapat juga dipengaruhi oleh kemampuan renang yang masih terbatas sehingga kemampuan untuk mencari makan juga terbatas sehingga ikan atau udang cenderung memakan pakan alami yang berada didekatnya saja. 144

Kualitas Air Saat Pemeliharaan Larva Udang Galah Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan larva disajikan pada Lampiran 2. dan untuk memperjelas gambaran hasil pengukuran parameter kualitas air disajikan dalam bentuk grafik berikut ini. Gambar 3. Grafik Kualitas Air Selama Pemeliharaan Larva Secara keselurahan kondisi kualitas air dari hasil pengukuran yang di tampilan pada grafik 3 di atas memberikan gambaran kualitas air masih dalam kisaran yang mendukung untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva udang galah. KESIMPULAN 1. Tingkat kelulusan hidup larva udang galah tertinggi pada Sumber genetik Pagatan (93,07%) kemudian sumber genetik Barito (90,40%) dan terakhir sumber genetik Kintap (86,93%). hasil anava menujukkan bahwa sumber genetik yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelulusan hidup larva udang galah dengan kelulusan hidup larva terbaik di dapat dari sumber genetik Pagatan. 2. Nilai parameter kualitas air suhu, DO, ph dan amoniak selama masa penetasan, pemeliharaan larva masih dalam batas yang mampu ditoleransi oleh larva udang galah. 3. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan untuk mendapatkan tingkat kelulusan hidup larva udang galah dapat dilakukan dengan menggunakan induk udang galah yang bersal dari Sungai Pagatan. 145

DAFTAR PUSTAKA Hadie, L.E., W. Hadie, dan O. Praseno. 2001. Distribusi geografis dan karakterisitik ekologi udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man). Prosiding Hasil Penelitian Budidaya Udang Galah Pusat Riset Perikanan Budidaya Jakarta. Jakarta 21 Juli 2001. Hal 48 55. Himawan. Y., dan Khasani. I. 2010. Pengaruh salinitas Media terhadap Lama Waktu Tas Inkubasi dan Daya Tetas Telur Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) La Daha, 2011. Rancangan Percobaan untuk Bidang Biologi dan Pertanian Teori dan Aplikasinya. Masagena Press. Makasar. Melianawati, R. dan P.T. Imanto, 2004. Pemilihan Pakan alami larva Ikan Kakap Merah Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 10(4): 21-24. Purwanto, J., 2007. Pemeliharaan Pembenihan Ikan Sidat (Anguila bicolor) dengan padat penebaran yang berbeda. Jurnal Perikanan Indonesia. 6(2): 85-89. Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk Penelitian Pemula. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.. 146