BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Terapi rasional emotif behavior adalah terapi yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu siswa. Metode pembelajaran yang baik kelak memberikan

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan hidup ini

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

Sigit Sanyata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan yang akan dilaksanakan oleh konselor untuk mencapai tujuan, 1. Tujuan program layanan bimbingan dan konseling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

ARTIKEL ILMIAH KREATIVITAS GURU PEMBIMBING DALAM MENCAPAI TUJUAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdullah Qurbi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

EKSISTENSI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI BALIK UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N (AKHIR) Bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

KORELASI ANTARA KEPRIBADIAN KONSELOR DENGAN PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING PADA SMP NEGERI 1 PALANGKA RAYA

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

PERSEPSI MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO TERHADAP PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang yang lahir dari rahim yang berbeda, manusia yang terlahir sebagai kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang dibawanya. Keragaman atas keunikan yang dimiliki manusia tersebut menjadi dasar bagi perlunya optimalisasi potensi personal, sehingga terarah pada jalur yang benar, normatif, sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat tempat dirinya berada. Kajian terhadap keunikan manusia mendorong munculnya pendidikan dalam arti luas yang diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh-kembangnya karakterkarakter unik yang positif secara optimal. Dalam arti sempit, pendidikan yang diselenggarakan di sekolah seyogianya menyediakan ruang bagi keunikan individu (siswa) untuk berkembang optimal sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri tidak saja atas penilaiannya secara subjektif, tapi juga secara objektif berdasarkan perspektif lingkungan masyarakat sekitarnya. Rasa percaya diri yang positif didorong oleh kondisi olah rasa penghargaan terhadap diri, baik melalui pandangan personal maupun pandangan lingkungan terhadap diri individu yang bersangkutan. Dalam hal ini self esteem menunjukkan peran yang signifikan dalam optimalisasi keunikan individu. 1

2 Keunikan individu, atau siswa dalam konteks pendidikan, dapat didorong dengan cara meningkatkan self esteem yang bersangkutan. Tidak mungkin seseorang akan tumbuh dengan segala keunikannya, bila dirinya tidak percaya diri atau bahkan dianggap tidak berharga oleh lingkungannya. Apabila kondisi demikian terjadi maka yang muncul adalah perasaan rendah diri atau terkenal dengan istilah minder di kalangan siswa. Apalah arti sebuah self esteem? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah jelas, berarti, dan penting sekali dimiliki oleh individu dalam menjalani kehidupannya. Self esteem (self-esteem) mengandung pengertian siapa dan apa diri saya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang melekat dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam proses berinteraksi. Pada gilirannya, proses ini dapat menguji individu, yang memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat dan orang lain (Sriati, 2008). Self esteem dalam pembicaraan sehari-hari lebih sering dikaitkan dengan situasi tersinggung atau penghargaan terhadap diri maupun orang lain yang dinilai melalui perilaku orang yang bersangkutan. Misalnya ungkapan, Dia tidak punya self esteem, atau Nggak PD (percaya diri). Ungkapan-ungkapan seperti ini memang tidak terlalu tepat dalam konteks psikologi, namun tetap menggambarkan arti penting dari self esteem. Self esteem itu sendiri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap sikap yang dapat bersifat positif

3 dan negatif. Cara seseorang menilai dirinya akan memengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari hari. Self esteem yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Berkaitan dengan masa perkembangan remaja, hasil-hasil studi yang panjang di berbagai negara menunjukkan bahwa masa yang paling penting dan menentukan perkembangan self esteem seseorang adalah pada masa awal remaja. Pada masa inilah seseorang akan mengenali dan mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya, sehingga menentukan kepemilikan self esteem yang positif atau negatif (Tambunan, 2001). Seorang remaja atau siswa yang memiliki self esteem yang positif, akan yakin dapat mencapai prestasi yang diharapkan, baik oleh dirinya maupun oleh orang lain. Pada gilirannya, keyakinan itu akan memotivasi siswa tersebut untuk sungguh-sungguh mencapai yang diinginkan. Sebaliknya, seorang siswa yang memiliki self esteem yang negatif akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Di samping itu, siswa dengan self esteem yang negatif cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.

4 Pada siswa yang memiliki self esteem negatif inilah sering muncul perilaku negatif. Berawal dari perasaan tidak mampu dan berharga, mereka mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dia lebih berharga. Misalnya, dengan mencari pengakuan dan perhatian dari temantemannya. Berawal dari hal tersebut kemudian muncul penyalahgunaan obat atau tawuran misalnya, yang dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungannya. Kendatipun demikian, tidak semua kompensasi self esteem negatif menyebabkan perilaku negatif. Ada juga yang menyadari perasaan rendah diri kemudian mengkompensasikannya melalui prestasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam hal ini, prestasi apapun yang dicapai, akan meningkatkan self esteem seseorang. Gejala-gejala siswa yang menunjukkan kecenderungan self esteem negatif juga ditemukan di SMPN 43 Bandung. Berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku siswa dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling, para siswa tampak kurang memiliki self esteem dengan menunjukkan rasa percaya diri yang rendah, serta kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan. Di samping itu, masih ada pula siswa yang menarik diri dari pergaulan dengan teman-temannya karena merasa minder, atau merasa pesimis dengan masa depan yang akan dihadapinya. Semua gejala yang ditunjukkan siswa tersebut tentu akan dapat menghambat tujuan pendidikan yang telah dicanangkan baik di tingkat nasional maupun di tingkat satuan sekolah. Dalam hal ini termasuk pula tujuan-tujuan pendidikan yang didistribusikan ke dalam pelayanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah. Isi bagi pencapaian tujuan BK yang dimaksud adalah Standar

5 Kompetensi Kemandirian siswa. Disebutkan bahwa dalam masalah pengembangan diri, peserta didik khususnya siswa SMP diharapkan mampu: 1) mempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan sosial (pengenalan); 2) menerima keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya (akomodasi); dan 3) menampilkan keunikan diri secara harmonis dalam keragaman. Di samping itu, dikaitkan dengan kesadaran gender, siswa SMP pun diharapkan mampu berkolaborasi secara harmonis dengan lain jenis dalam keragaman peran. Rambu-rambu Penyelenggaraan Layanan BK di Jalur Pendidikan Formal (2007) secara khusus mencantumkan self-esteem (self esteem) pada urutan pertama sebagai materi yang baku dalam pelayanan dasar, sehingga keberadaannya wajib ada sebab menjadi dasar pencapaian Standar Kompetensi Kemandirian siswa. Pada kenyataannya, pentingnya self esteem sebagai bagian dari kepribadian individu dalam menjalani kehidupan yang secara eksplisit dijabarkan dalam buku Rambu-rambu Penyelenggaran Layanan BK di Jalur Pendidikan Formal belum menjadi perhatian konselor di sekolah-sekolah termasuk di SMPN 43 Bandung. Secara spesifik, program-program bimbingan dan konseling yang selama ini dijalankan di SMPN 43 Bandung lebih banyak dilakukan untuk merespon permasalahan siswa namun belum secara khusus dirancang untuk membantu meningkatkan self esteem siswa. Dalam konteks bimbingan dan konseling, peningkatan self esteem siswa termasuk ke dalam bidang bimbingan pribadi-sosial. Program yang dimaksudkan

6 untuk meningkatkan self esteem siswa perlu dibuat secara terencana dan sistematis berdasarkan kondisi objektif self esteem siswa di sekolah. Atas dasar permasalahan yang telah diungkapkan di atas maka perlu dikembangkan sebuah Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Self esteem Siswa B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian 1. Batasan Masalah Penelitian Uraian latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya secara aktual membatasi penelitian ini pada pengembangan program bimbingan pribadisosial untuk meningkatkan self esteem siswa. Secara kontekstual siswa yang dimaksud adalah siswa SMPN 43 Bandung baik laki-laki maupun perempuan, khususnya kelas VIII. Secara konseptual, penelitian ini dibatasi pada pengembangan program bimbingan bidang pribadi-sosial yang didasarkan pada buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikeluarkan oleh Depdiknas 2007, khususnya pada bagian Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Adapun konsep self esteem yang menjadi dasar pengembangan program, dirujuk secara teoretik dari hasil kajian Bush (1991) tentang self esteem (selfesteem) yang telah teruji lengkap baik dari sisi konsep, konstruk, maupun pengukurannya.

7 2. Rumusan Masalah Penelitian Hasil akhir penelitian adalah sebuah program bimbingan bidang pribadisosial untuk meningkatkan self esteem siswa SMPN 43 Bandung, khususnya siswa kelas VIII. Program dikembangkan berdasarkan gambaran objektif yang diperoleh dari pengumpulan data sampel secara langsung beserta kajian teoretik yang mendalam tentang self esteem remaja dari berbagai sumber yang relevan. Dengan demikian permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi-sosial yang dapat meningkatkan self esteem siswa SMP khususnya kelas VIII? Guna menjawab permasalahan tersebut, dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. a. Bagaimana profil self esteem siswa kelas VIII SMPN 43 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011? b. Bagaimana gambaran kegiatan layanan bimbingan pribadi-sosial yang telah dilaksanakan di SMPN 43 Bandung khususnya bagi pengembangan self esteem siswa? c. Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem siswa kelas VIII SMPN 43 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011? C. Tujuan Penelitian Penelitian secara umum bertujuan memperoleh rumusan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem siswa kelas VIII SMPN 43 Bandung. Secara lebih rinci tujuan yang ingin dicapai meliputi hal-hal berikut.

8 1. Memperoleh gambaran mengenai profil self esteem siswa kelas VIII SMPN 43 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011. 2. Memperoleh gambaran empirik mengenai kegiatan layanan bimbingan pribadi-sosial yang telah dilaksanakan di SMPN 43 Bandung khususnya bagi pengembangan self esteem siswa. 3. Menghasilkan rumusan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan self esteem siswa kelas VIII SMPN 43 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu psikologi remaja dan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya berkaitan dengan kajian teoretikkonseptual tentang self esteem pada remaja dan pengembangan intervensi perilaku melalui program bimbingan bidang sosial-pribadi untuk meningkatkan self esteem siswa SMP. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dasarnya memiliki dua produk, yaitu: (1) program bimbingan bidang sosial-pribadi untuk meningkatkan Self esteem siswa; dan (2) data deskriptif tentang kondisi objektif self esteem siswa pada sekolah yang

9 menjadi tempat penelitian. Diharapkan kedua hal ini dapat menjadi bermanfaat pada beberapa konteks kepentingan berikut. Pertama, bagi konselor, program yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk memberikan wawasan, pengertian, pemahaman, dan pengembangan perilaku yang lebih positif pada siswa SMP dalam konteks self esteem, khususnya dalam pencapaian kompetensi kemandirian siswa, yakni (1) masalah pengembangan diri: mempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan sosial (pengenalan), menerima keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya (akomodasi), dan menampilkan keunikan diri secara harmonis dalam keragaman; serta (2) kesadaran gender: berkolaborasi secara harmonis dengan lain jenis dalam keragaman peran. Kedua, bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan bagi kebijakan sekolah, terutama dalam rangka mengembangkan self esteem positif siswanya melalui pemberian fasilitas, wewenang dan dukungan yang memadai kepada konselor di sekolahnya, untuk mengembangkan dan menjalankan program bimbingan yang diorientasikan pada kepentingan siswa, dalam hal ini adalah self esteem positif yang dikoneksikan dengan peningkatan prestasi akademik para siswa. Ketiga, untuk peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini menambah penjelasan deskriptif tentang perkembangan self esteem pada remaja secara konseptual berbasis data, dan dapat dikembangkan lebih mendalam melalui penelitian lanjutan.

10 E. Asumsi Penelitian Beberapa anggapan dasar yang melandasi penelitian adalah sebagai berikut. 1. Pada hakikatnya self esteem merupakan penilaian personal (personal judgement) mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya (Copersmith dalam Burns, 1998). 2. Individu yang memiliki self esteem tinggi menunjukkan perilaku menerima dirinya apa adanya, percaya diri, puas dengan karakter dan kemampuan diri, sementara individu yang memiliki self esteem rendah akan menunjukkan perhargaan buruk terhadap dirinya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial (Keliat dalam Sariati, 2008). 3. Seorang remaja yang memiliki self esteem yang cukup positif akan yakin dapat mencapai prestasi yang diharapkan dirinya dan orang lain (Tambunan, 2001). 4. Layanan bimbingan dan konseling khususnya bidang bimbingan pribadi dan sosial harus memfasilitasi para siswa agar memiliki self esteem (self-esteem) dalam rangka mendorong pencapaian prestasi akademik yang optimal (Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007). 5. Jika kegiatan layanan bimbingan dan konseling ingin berlangsung efektif dan efisien, maka program yang dikembangkan harus didasarkan pada kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan peserta didik (Kartadinata dalam Juntika & Yusuf, 2001).

11 F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan gabungan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif secara umum melibatkan teknik analisis data secara statistik. Dalam penelitian ini pendekatan kuantitatif mencakup penormaan menggunakan skor ideal, standar deviasi, dan kategorisasi persentase. Alat pengungkap data yang digunakan berupa kuesioner/angket. Adapun pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis secara mendalam implementasi program dan kegiatan layanan BK yang telah dilakukan di SMPN 43 Bandung, khususnya untuk meningkatkan self esteem siswa. Teknik pengumpulan data pada pendekatan kualitatif menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-pengembangan (Sevilla, et. al., 1993: 81-84). Metode deskriptif digunakan karena penelitian ini berusaha mendeskripsikan atau menjelaskan kondisi objektif peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Kondisi yang dimaksud adalah self esteem siswa kelas VIII SMPN 43 Bandung. Metode yang sifatnya pengembangan digunakan dengan pertimbangan pada akhirnya deskripsi yang diperoleh dari pengambilan data lapangan tentang self esteem siswa merupakan dasar bagi pengembangan program bimbingan pribadi-sosial dalam rangka meningkatkan

12 self esteem siswa ke arah yang lebih positif, terutama hubungannya dengan optimalisasi prestasi akademik siswa. 3. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh siswa SMPN 43 Bandung, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas VIII. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratifiedrandom sampling (Sevilla, et. al., 2003) dengan cara mengambil 50% dari masing-masing kelas VIII yang terdapat di SMPN 43 Bandung.