KAJIAN OPERASI RSG-GAS DENGAN MENGGUNAKAN DUA TRANSFORMATOR

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

KAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

REAKTOR BEROPERASI DENGAN BEBAN LISTRIK PADA JALUR 1 DAN JALUR 2. Koes Indrakoesoema KONSUMSI ENERGI LISTRIK PUSAT REAKTOR SERBA GUNA (PRSG) SAAT

MODIFIKASI SUPLAI DAYA LISTRIK KATUP GBA01 AA001 SISTEM DISTRIBUSI AIR BAKU RSG-GAS

PENGARUH KEDIP LISTRIK PADA OPERASI RSG-GAS TERAS 66

REFUNGSIONALISASI PEMUTUS PADA PANEL DISTRIBUSI UTAMA BHB03/04 DAN BHC03/04

PERHITUNGAN KEANDALAN PENGGABUNGAN JALUR DISTRIBUSI SISTEM KELISTRIKAN RSG-GAS

Kiswanto, Teguh Sulistyo, Muhammad Taufiq, Yuyut S

PERHITUNGAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SETELAH MODIFIKASI PERIODA TEST RUN DISEL BRV 10/20/30 RSG-GAS

GANGGUAN OPERASI RSG-GAS PADA SIKLUS OPERASI 61-75

MODIFIKASI PANEL LISTRIK SISTEM LAPISAN AIR HANGAT KOLAM REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

Jonner Sitompul Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MCB SEBAGAI PEMUTUS dan PENGHUBUNG MERESPONS TERJADINYA GANGGUAN CATU DAYA INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

20 Tahun SISTEM LISTRIK RSG-GAS Mendukung Operasi Reaktor

EV ALUASI KONSUMSI DAY A LISTRIK RSG-GAS PADA SIKLUS OPERAS I TERAS KE 58. Teguh Sulistyo Pusat Reaktor Serba Guna Kawasan Puspiptek Serpong 5310


EVALUASI PENGOPERASIAN POMPA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER UNTUK MENUNJANG OPERASI REAKTOR RSG-GAS

KAJIAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMASANGAN INVERTER PADA MOTOR FAN MENARA PENDINGIN RSG - GAS

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

OTOMATISASI PERPINDAHAN JALUR LISTRIK ANTARA PLN DENGAN GENERATOR

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR

PENUTUP BAB V. 5.1 Kesimpulan. Dari audit dan analisa yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

KAJIAN KEGAGALAN PENGUKURAN KETINGGIAN AIR SISTEM PENAMPUNGAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH (KPK01 CL001) DI RSG-GAS

ANALISIS KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA FASILITAS INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

ANALISIS HASIL PENGUKURAN KUALITAS DAYA ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI TEKSTIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

PENGENDALIAN OPERASI REAKTOR SAAT TERJADI GANGGUAN CATU DAYA LISTRIK UTAMA DI RSG-GAS. (Pardi, Kusno)

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

DEGRADASI KEMAMPUAN SISTEM PENDINGIN DARURAT KOLAM REAKTOR JNA 10/20/30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DI GEDUNG PT.STRA GRAPHIA TBK

PENGARUH SOFTSTARTER PADA ARUS MOTOR POMPA PENDINGIN PRIMER RSG-GAS

EVALUASI GANGGUAN SCRAM PADA PENGOPERASIAN REAKTOR SERBA GUNA GA SIWABESSY KURUN WAKTU Sriawan

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

RANCANGAN BUS BAR PERANGKAT HUBUNG BAGI (PHB) LISTRIK BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci-prfn.

OPTIMASI BEBAN PADA DISEL PEMBANGKIT

RANCANGAN PENGHEMATAN BIAYA PEMAKAIAN LISTRIK DI INSTALASI RADIOMETALURGI PTBN

Pembuatan Alat Pengukur Kecepatan Pompa Sistem Pendingin Sekunder Berbasis AVR 8535

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING


ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

Karakteristik Kerja Paralel Generator Induksi dengan Generator Sinkron

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

EVALUASI PERAWATAN KATUP-KATUP OTOMATIS PADA SISTEM INSTALASI DI REAKTOR SERBA GUNA G.A. SIWABESSY

BAB III KEBUTUHAN GENSET

GANGGUAN OPERASI RSG-GAS PADA SIKLUS OPERASI 61-75

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

ABSTRAK Kata Kunci :

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

EVALUSI KINERJA SISTEM PENYEDIA AIR DINGIN (QKJ 01/02/03)

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

EVALUASI KEJADIAN ABNORMAL/GANGGUAN OPERASI REAKTOR RSG-GAS KURUN WAKTU TAHUN Diterima Editor : Diperbaiki :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

ALAT KONTROL KESINAMBUNGAN DAYA OTOMATIS AKIBAT ADANYA BEBAN LEBIH. Keywords - Automatic Power Continuity Control, Flow Sensors ACS758, Load Shedding

PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS

EVALUASI PENYEBAB GANGGUAN MESIN DIESEL BRV10 DI RSG-GAS. Asep Saepuloh, Kiswanto, Muh. Taufiq, Yuyut S

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

DETEKSI KEGAGALAN FUNGSI KAPASITOR BANK GEDUNG RSG-GAS MENGGUNAKAN INFRARED THERMOGRAPY

SIMULASI KEGAGALAN SISTEM VENTILASI RSG-GAS DAN PENANGANANNYA

Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

PENGUJIAN KEBOCORAN SISTEM PENDINGIN GENSET BRV20 RSG-GAS DENGAN MENGGUNAKAN PRESSURE TEST PUMP

BAB III RENCANA SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

BAB II DESKRIPSI GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (PT ASTRA INDONESIA)

MODIFIKASI SISTEM KENDALI MOTOR POMPA PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS UNTUK MENANGGULANGI KEDIP LISTRIK

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

STUDI TENTANG PENGUKURAN PARAMETER TRAFO DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN EMT (ELECTRICAL MEASUREMENT & DATA TRANSMIT)

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK. MEMENUHI PENAMBAHAN BEBAN 300 kva TANPA PENAMBAHAN DAYA PLN

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Transkripsi:

286 ISSN 0216-3128 Yan Bony Marsahala KAJIAN OPERASI RSG-GAS DENGAN MENGGUNAKAN DUA TRANSFORMATOR Yan Bony Marsahala Pusat Reaktor Serba Guna, BATAN ABSTRAK KAJIAN OPERASI RSG-GAS DENGAN MENGGUNAKAN DUA TRANSFORMATOR. Tulisan ini mengkaji kebolehjadian menggunakan hanya dua transformator BHT untuk kebutuhan catu daya pada operasi reaktor. Dasar pemikirannya adalah daya maksimum beban terpasang sistem listrik RSG-GAS 1994 KVA, dan daya tersedia oleh pasokan catu daya PLN 3000 KVA, dan kapasitas tiap unit transformator BHT sebesar 1600 KVA. Dengan demikian bila dua unit trafo dioperasikan, masing-masing diberikan daya tersedia 1500 KVA, serta menanggung 50% beban, maka kebutuhan daya listrik untuk keperluan operasi reaktor dapat dipenuhi. Permasalahannya adalah bahwa sistem distribusi daya listrik RSG-GAS didesain untuk tiga jalur, sehingga bila pola ini diterapkan dibutuhkan modifikasi jaringan untuk panel distribusi daya primer BHA, BHB, dan BHC. Dari hasil pembahasan diperoleh bahwa, dengan mengubah pola jaringan distribusi pada sisi hulu distribusi daya menjadi topologi ring dengan menambahkan rangkaian coupler sebagai penghubung antar busbar, maka kebolehjadian operasi reaktor dengan hanya menggunakan dua transformator layak dipertimbangkan. Kata kunci: operasi RSG, dua transformator ABSTRACT THE ASSESSMENT OF RSG-GAS OPERATION BY USING TWO TRANSFORMERS. These papers discussed the possibility to use only 2 of 3 units of transformers BHT for reactor operation power supply of RSG-GAS. The basic idea is that the maximum power loaded by electrical system for RSG-GAS is only 1994 KVA and the power supplied by PLN is 3000 KVA. It means, by using two units of transformers, with each capacity of 1500 KVA, are quite sufficient. The problems are the electric power distribution system of RSG- GAS was designed for three distribution lines. Therefore, the modifications of the circuit for power distribution boards BHA, BHB and BHC are required. The assessment results showed that the modification can be carried out by changing the distribution circuit mode on primary side becomes ring system by adding the coupler between two bus bars. So, the possibilities to use 2 of 3 units of transformer for reactor operation are reasonable to be considered. Key word: RSG-GAS operation, two transformers. PENDAHULUAN B erdasarkan total beban terpasang pada sistem listrik RSG-GAS, diketahui bahwa daya maksimum yang ditanggung oleh sistem adalah 1994 KVA, sedangkan daya tersedia oleh pasokan catu daya PLN sebesar 3000 KVA, dan kapasitas tiap unit transformator BHT adalah 1600 KVA. Dengan sistem berjalan, daya tersedia tersebut dibagi sama besar oleh tiga unit transformator BHT01, BHT02, dan BHT03 masing-masing menerima daya sebesar 1000 KVA. Daya tersedia ini hanya 62.5% dari kemampuan trafo. Dari uraian di atas, timbul pemikiran bagaimana seandainya hanya dua unit trafo dioperasikan secara bergantian, sehingga memberi waktu pada satu unit trafo secara bergilir untuk diistirahatkan. Dengan demikian bila dua unit trafo dioperasikan, dan masing-masing diberikan daya tersedia 1500 KVA (93.75% dari kemampuannya), serta masing-masing menanggung 50% beban, maka kebutuhan daya listrik untuk keperluan operasi reaktor dapat dipenuhi. Permasalahannya adalah bahwa sistem distribusi daya listrik RSG-GAS didesain untuk tiga jalur, sehingga bila pola ini diterapkan dibutuhkan modifikasi jaringan untuk panel distribusi daya primer BHA, BHB, dan BHC, serta peralatan tambahan untuk paralelisasi. Tulisan ini akan mengkaji kemungkinan yang dapat ditempuh yaitu mengubah pola jaringan distribusi pada sisi hulu distribusi daya menjadi topologi ring dengan menambahkan rangkaian coupler sebagai penghubung antar busbar.

Yan Bony Marsahala ISSN 0216-3128 287 TEORI Dengan moda operasi sistem bantu reaktor two of three, maka dari tiga jalur distribusi tersedia, dibutuhkan cukup dua jalur yang diatur sedemikian rupa secara berpasangan untuk memasok beban persiapan sarana operasi (PSO) reaktor. Beban terpasang utama yang menarik arus-arus besar terdiri atas tiga jenis sistem bantu yaitu: 1. Sistem pendingin sekunder, 2. Sistem pendingin primer, dan 3. Sistem menara pendingin. Ketiga jenis sistem bantu tersebut memberi kontribusi hingga 70% pemakaian daya listrik, dan ketiga sistem tersebut terhubung secara redundan dengan ketiga jalur distribusi terpisah yaitu train A, train B, dan train C. Namun pada sistem hulu, yaitu pada panel hubung tegangan menengah (PHTM), ketiga jalur tersebut menjadi satu seperti ditunjukkan pada diagram satu garis pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram satu garis konfigurasi distribusi daya panel distribusi primer.

288 ISSN 0216-3128 Yan Bony Marsahala Dari uraian di atas, maka secara teoritis dapat disimpulkan bahwa ketiga jalur distribusi dimaksud dapat disatukan pada sisi hulu melalui rel daya bantu, yaitu setelah sisi sekunder tranformator BHT01, BHT02, dan BHT03 dengan bantuan alat paralelisasi. Dengan cara ini daya tersedia pada rel daya bantu dapat dipertahankan 3000 KVA walaupun salah satu transformator dalam perbaikan ataupun mengalami kegagalan. METODOLOGI Metoda pembahasan dilakukan dengan menghitung kebutuhan daya maksimum diperlukan untuk operasi reaktor, dimana beban paling besar adalah sistem pendingin sekunder, sistem pendingin primer, dan sistem menara pendingin. Kemudian melakukan pengukuran arus beban pada tiap jalur distribusi pada sisi hulu yaitu total arus beban yang masuk ke panel distribusi primer BHA, BHB, dan BHC dari pasokan masing-masing transformator BHT01, BHT02, dan BHT03. Hasil pengukuran dibandingan dengan kapasitas penuh tiap transformator, dan daya tersedia dari pasokan PLN. Membuat modifikasi rancangan sistem distribusi sebagai sumber pasokan untuk ketiga jalur distribusi yang ada dalam rangka mempertahankan moda operasi two of three. Ruang Lingkup Untuk menentukan apakah modifikasi sistem hulu seperti diuraikan di atas layak digunakan atau tidak, diperlukan pembahasan lebih lanjut mencakup: kebutuhan daya operasi reaktor, total daya beban terpasang, kapasitas transformator, kapasitas MCB, beban maksimum pada saat starting motor, moda operasi paralel, dan kehandalan sistem. HASIL DAN PEMBAHASAN Total daya beban terpasang pada setiap jalur ditribusi diperoleh seperti pada Tabel 1, dimana dengan pola operasi sistem bantu two of tree, maka diperoleh: 1. Total beban terpasang sistem bantu operasi reaktor, adalah: Moda 1 : Train A dan Train B : 2.470 + 2.358 = 4.828 A Moda 2 : Train A dan Train C : 2.470 + 2.375 = 4.845 A Moda 3 : Train B dan Train C : 2.358 + 2.375 = 4.733 A 2. Daya maksimum sistem bantu operasi reaktor, adalah: Moda 1 : Train A dan Train B : 1.727 + 1.649 = 3.376 A Moda 2 : Train A dan Train C : 1.727 + 1.659 = 3.386 A Moda 3 : Train B dan Train C : 1.649 + 1.659 = 3.308 A Kebutuhan daya maksimum tertinggi terjadi pada operasi sistem bantu dengan moda 2, yaitu 3386 Amper. Daya maksimum tersebut bila dikonversi dalam satuan KVA, menjadi: P = 3 V I m 3φ m = 3 400 3.386 0,85 P m = 1.994 KVA Kondisi Kerja cosϕ Dari data spesifikasi transformator diperoleh bahwa tiap unit transformator BHT01, BHT02, dan BHT03 memiliki kapasitas daya 1.600 KVA. Sehingga bila dua unit transformator dioperasikan secara paralel akan mampu memberikan kapasitas 2 1.600 KVA = 3.200 KVA. Angka ini signifikan dengan besar daya tersedia dari pasokan PLN sebesar 3.000 KVA. Dengan kata lain, kerja maksimum transformator adalah (3000/3200) 100% = 93.75% dari kapasitasnya. Dari uraian di atas, untuk daya maksimum 1.994 KVA, maka kondisi kerja yang ditanggung oleh transformator hanya: (1.994/3.200) 100% = 62.31% dari kapasitasnya. Selanjutnya, beban terpasang pada tiap jalur distribusi dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan beban terpasang yang tetap diperlukan walaupun reaktor dalam kondisi shut down ( tidak operasi ) yang harus dipasok oleh masing-masing jalur distribusi dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Daya terpakai Daya terpakai yang diperlukan untuk memasok sistem bantu opertasi reaktor dapat diperoleh dari hasil penjumlahan daya terpasang pada setiap unit transformator seperti diberikan pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.

Yan Bony Marsahala ISSN 0216-3128 289 Tabel 1. Beban terpasang pada sistem listrik. Jalur Distribusi Train A Train B Train C Busbar I t (A) I mak (A) Busbar I t (A) I mak (A) Busbar I t (A) I mak (A) Panel Distribusi Primer BHA 961 672 BHB 1018 712 BHC 928 649 Panel Distribusi Sekunder BHD 846 592 BHE 799 559 BHF 797 557 Panel Distribusi Darurat BNA 662 463 BNB 540 378 BNC 648 453 Jumlah 2,470 1727 2,358 1649 2,375 1659 Daya terpasang untuk sistem bantu pada saat reaktor tidak dioperasikan. Tabel 2. Daya terpasang pada transformator BHT 01. No Busbar Sistem Komponen Daya Terpasang (KW) Arus (Amper) 1 BHA Air Demi GHC02-S001 5.00 10.00 Boster Hidrolik 2 Distribusi QKJ00-GS001 135.00 270.00 Ventilasi 3 Pemurnian Air Kolam FAK01-AA012 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 4 Penyimpanan B3 FAK01-AA016 0.12 0.44 Katup Elektromagnetik 5 BHD FAK01-AP001 4.00 8.40 Motor Pompa 6 Penampung limbah KPK01-AA037 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 7 cair aktifasi rendah KPK01-AA040 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 8 KPK01-AA044 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 9 KPK01-AP002 5.50 11.20 Motor Pompa 10 Kompresor Udara SCA02-S001 50.00 100.00 Panel sub distribusi 11 Ventilasi KL00-GS001 100.00 250.00 Panel sub distribusi 12 Angkat Berat SMJ10 18.50 36.00 Crane 13 Penerangan UJA02-GP101 75.00 100.00 lampu& stop kontak 14 Lapisan Air Hangat KBE02-AA023 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 15 KBE02-AA001 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 16 Pemurnian Air KBE01-AA067 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 17 Ventilasi KLK60-AA601 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 18 KLK06-AN101 0.90 4.00 Blower AC 19 BNA Proteksi Radiasi KLK06-CR001 0.90 4.00 Monitor Radiasi 20 KLK06-CR003 0.50 4.00 Monitor Radiasi 21 KLK01-CR003 0.90 4.00 Monitor Radiasi 22 Ventilasi KLK02-CR002 0.90 4.00-23 KLK04-CR001 0.90 4.00-24 KLA40-AN101 11.00 22.00 Blower AC 25 KLA40-BC101 3.00 5.00 Panel sub distribusi 1Φ 26 Distribusi KLA00-GS006 8.00 16.00 Panel sub distribusi 27 KL00 -GS002 42.00 100.00 Panel sub distribusi 28 KLE00-GS011 12.00 25.00 Panel sub distribusi 29 Pendingin kolam JNA10-AN001 7.50 15.60 Blower AC 30 darurat JNA10-AN002 7.50 15.60 Blower AC 31 JNA10-AP001 4.00 8.80 Motor Pompa 32 Ventilasi QKJ00-GS005 38.50 125.00 Ventilasi 33 QKJ00-GS010 38.50 125.00 Ventilasi 34 Air Demi GHC01-A021 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 35 Pemurnian Air Kolam FAK01- A023 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 36 Penyimpan B3 FAK07- A001 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 37 Proteksi Radiasi P.M 0.50 1.60 Portable Monitor 38 Distribusi UJA02-GP201 25.00 50.00 lampu& stop kontak 39 Detektor JKT01-AE011 0.25 0.80 Motor traksi 40 Distribusi Saluran keluar 60.00 125.00 Pasokan ke gd.kantor* 656.53 1447.86 Ket.

290 ISSN 0216-3128 Yan Bony Marsahala Tabel 3. Daya terpasang pada transformator BHT 02. No Busbar Sistem Komponen Daya Terpasang (KW) Arus (Amper) 1 BHB Chiller QKJ00-S001 135.00 270.00 Chiller 2 Air bebas mineral GCA01-S001 25.00 50.00 Demi water plant 3 Pemindah barang SMK00 7.00 15.00 Crane 4 Pemurnian Air Kolam FAK01-AA013 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 5 Penyimpan B3 FAK01-AA017 0.12 0.44 Katup Elektromagnetik 6 BHF FAK01-AP002 3.00 6.40 Motor Pompa 7 Penampung limbah cair aktifasi tinggi KPK02-P001 4.00 8.20 Motor Pompa 8 Air demi GHC01-A020 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 9 Drainase KTA01-AP001 3.00 6.40 Motor Pompa 10 Angkat Berat FCB00 15.00 37.00 Handling bridge 11 Ventilasi KL00-GS009 4.50 20.00 Ventilasi 12 KL00-GS010 12.00 63.00 Ventilasi 13 Chiller QKJ00-S004 20.00 50.00 Chiller 14 Hot Cell FJQ20-S001 25.00 50.00 Hot Cell 15 Penerangan UJA09-P106 70.00 140.00 lampu& stop kontak 16 Pemurnian Air Kolam FAK01-AA002 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 17 Penyimpan B3 FAK01-AA024 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 18 Lapisan Air Hangat KBE02-A068 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 19 KBE02-A024 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 20 KBE02-A002 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 21 BNB Proteksi Radiasi KLK06-R001 0.90 4.00 Proteksi radiasi 22 KLK06-R002 0.90 4.00 Proteksi radiasi 23 Ket. KLK06-R004 0.90 4.00 Proteksi radiasi 24 Pendingin Kolam Darurat JNA20-AN001 7.50 15.60 Blower AC 25 JNA20-AN002 7.50 15.60 Blower AC 26 JNA20-AP001 4.00 8.80 Motor Pompa 27 Proteksi Radiasi PA02-CR001 0.90 4.00 Proteksi radiasi 28 Ventilasi KLA60-AA602 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 29 KLA00-S006 8.00 16.00 Ventilasi 30 KLA40-AN201 11.00 22.00 Blower 31 KLA40-BC201 3.00 6.00 Heater 32 Ventilasi QKJ00-S006 38.50 125.00 Ventilasi 33 QKJ00-S007 38.50 125.00 Ventilasi 34 KL00-GS003 36.00 100.00 Ventilasi 35 Air Demi GHC01-A022 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 36 Ventilasi KLE00-S012 12.00 25.00 Ventilasi 37 JBF01-AP003 1.10 2.70 Motor Pompa 38 JBF01-AN001 3.60 7.70 Blower 39 Proteksi Radiasi KONTAMAT 2 0.50 1.60 Proteksi radiasi 40 Detektor JKT01-AE021 0.25 0.80 Motor traksi 41 Penerangan UJA09-P207 25.00 50.00 lampu& stop kontak 524.21 1256.22

Yan Bony Marsahala ISSN 0216-3128 291 Tabel 4. Daya terpasang pada transformator BHT 03. No Busbar Sistem Komponen Daya Terpasang (KW) Arus (Amper) 1 Penerangan UKA04- P101 30.00 63.00 lampu & stop kontak 2 BHC Pembersih Kolam HE PAH01-GS001 5.00 10.00 Blower 3 PAH02-GS002 5.00 10.00 Blower 4 Ventilasi KLC00-GS017 26.00 50.00 Panel sub distribusi 5 Chiller QKJ00-GS003 135.00 270.00 Panel sub distribusi 6 Pemurnian air kolam KBE01-AA005 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 7 KBE01-AA013 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 8 Ket. KBE01-AP002 7.50 14.9 Motor Pompa 9 BHE Resin flushing KPK01-AP001 5.50 11.20 Motor Pompa 10 KBK01-AA003 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 11 KBK01-AA004 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 12 KBK01-AA054 0.06 0.22 Katup Elektromagnetik 13 KBK01-AP001 7.50 15.00 Motor Pompa 14 KBB01-AP001 11.00 21.50 Motor Pompa 15 Pemindah barang SMJ20 7.00 15.00 Crane 16 SMJ30 30.00 60.00 Crane 17 Penerangan KL00-GS007 100.00 250.00 Panel sub distribusi 18 Hot Cell FJQ10-GS001 7.20 15.00 Hot Cell 19 Beam Tube KWA01-S001 3.00 8.00 Beam tube 20 Penerangan UJA09-GP107 23.60 63.00 lampu& stop kontak 21 Proteksi Radiasi KLK06- AN201 0.90 4.00 Blower AC 22 KLK06-CR002 0.90 4.00 Proteksi radiasi 23 KLK06-CR005 2.40 10.60 Proteksi radiasi 24 BNC KONTAMAT 3 0.06 4.00 Proteksi radiasi 25 Pendingin kolam JNA30-AN001 7.50 15.60 Blower AC 26 darurat JNA30-AN002 3.00 4.60 Blower AC 27 JNA30-AP001 4.00 8.80 Motor Pompa 28 Ventilasi KLA00-GS006 8.00 16.00 Ventilasi 29 KLA40-BC301 3.00 6.00 Heater 30 KLA40-AN301 11.00 22.00 Blower 31 Ventilasi QKJ00-GS008 38.50 125.00 Ventilasi 32 QKJ00-GS009 38.50 125.00 Ventilasi 33 KL00-GS004 36.00 100.00 Ventilasi 34 KLE00-GS013 12.00 25.00 Ventilasi 35 Penerangan UJA09-GP206 30.00 80.00 Penerangan darurat 36 UKA04-GP201 9.00 18.00 Penerangan darurat 37 Distribusi Saluran keluar 40.00 80.00 Pasokan ke gd.kantor 648.36 1526.30

292 ISSN 0216-3128 Yan Bony Marsahala Daya terpakai untuk keperluan sistem bantu operasi reaktor pada setiap unit transformator, yaitu: Daya terpasang pada transformator BHT01, = 656,53 KW Daya terpasang pada transformator BHT02, = 524,21 KW Daya terpasang pada transformator BHT03, = 648,36 KW Sehingga total daya terpakai untuk keperluan operasi reaktor merupakan jumlah aljabar dari daya terpasang pada masing-masing transformator BHT, sehingga: Daya t or = daya trafo BHT01 + daya trafo BHT02 + daya trafo BHT03 = 656,53 KW + 524,21 KW + 648,36 KW Daya tor = 1.829,1 KW. Kapasitas daya terpasang operasi reaktor Dengan asumsi bahwa faktor daya rata-rata sistem, Cos φ = 0,85, maka kapasitas daya terpasang untuk keperluan operasi reaktor merupakan total daya terpakai dibagi dengan faktor daya, sehingga memberikan harga : 2.286,37 KVA. Dengan menentukan demand factor, kd = 0,7, maka kebutuhan daya maksimum beban terpasang menjadi : P mak = Kd Pt = 0.7 2.286,37 KVA P mak = 1.600 KVA. Modifikasi Topologi Distribusi Diperlukan modifikasi pada sistem hulu distribusi daya agar sistem hilir distribusi yang terdiri dari tiga jalur redundan TrainA, Train B, dan Train C tetap dapat dilayani sesuai dengan moda operasi two of three. Modifikasi konfigurasi distribusi daya yang diusulkan dapat dilihat seperti pada Gambar 1. Berdasarkan konfigurasi distribusi daya pada Gambar 1, dimungkinkan melayani kebutuhan daya listrik untuk operasi reaktor dalam tiga moda operasi, yaitu Moda 1 : Yang bekerja adalah transformator BHT01 dan BHT02 Moda 2 : Yang bekerja adalah transformator BHT02 dan BHT03 Moda 3 : Yang bekerja adalah transformator BHT01 dan BHT03 Dengan konfigurasi seperti di atas, jelas bahwa dua unit transformator bekerja bersama-sama secara paralel. Untuk itu, operasional sistem memerlukan penambahan rel daya bantu dan peralatan paralelisasi yang penempatannya seperti pada Gambar 1. Peralatan paralelisasi tersebut diperlukan agar persaratan paralel seperti: tegangan sama, frekuensi sama, dan urutan phasa sama, dapat dipenuhi. Dengan demikian, maka dua unit transformator dapat dioperasikan secara bersamasama untuk memasok rel daya bantu. Dan satu unit transformator lainnya dapat diistirahatkan untuk alasan memperlambat proses penuaan akibat pembebanan elektrik, atau untuk keperluan perawatan/perbaikan. Topologi Ring (Cincin) Bila pada sistem hulu dari Gambar 1, dilengkapi dengan rel daya bantu dan peralatan paralelisasi, maka pada sistem hilir yaitu pada panel distribusi daya primer dapat ditambahkan peralatan coupler yang berfungsi sebagai alat hubung antar busbar BHA, BHB, dan BHC sedemikian sehingga ketiga rangkaian busbar tersebut dihubungkan oleh: Coupler AB sebagai penghubung busbar BHA dan BHB, Coupler AC sebagai penghubung busbar BHA dan BHC, Coupler BC sebagai penghubung busbar BHB dan BHC, sehingga ketiga busbar membentuk suatu rangkaian tertutup dan akan menjadi satu unit rangkaian dengan sistem distribusi yang disebut dengan topologi ring. Kapasitas dari tiap unit coupler tersebut haruslah dapat memikul beban dari satu jalur distribusi yaitu sebesar 2.500 A. Prinsip Kerja Rel Daya Bantu. Rel daya bantu seperti pada Gambar 1 bekerja sebagai berikut: Asumsi bahwa reaktor beroperasi, maka kebutuhan daya listrik maksimum untuk sistem bantu diperlukan untuk menunjang operasi reaktor sebesar 1994 KVA disuplai oleh dua unit transformator dengan pola katakanlah Moda 1. Berarti transformator BHT01 dan BHT02 yang bekerja dan dioperasikan melalui alat paralelisasi,

Yan Bony Marsahala ISSN 0216-3128 293 dimana setelah semua persaratan paralel dipenuhi maka sakelar S 1 dan sakelar S 2 di tutup sehingga arus masing-masing dari transformator BHT01 dan BHT02 memasok rel daya bantu R DB dan selanjutnya memasok jalur distribusi Train A, Train B, dan Train C. Bila diinginkan pasokan dengan moda 2, maka proses di atas dapat diulang, demikian seterusnya. Pada penggantian moda operasi, harus dilakukan sebelum reaktor dioperasikan. Hal ini penting untuk menghindari agar daya tersedia pada rel daya bantu lebih kecil dari beban maksimum. Bila sistem ini diterapkan maka pada setiap moda operasi, salah satu transformator dapat diistirahatkan. Dan untuk memdapatkan hasil optimal, maka manajemen operasi rel daya bantu dapat diatur sedemikian dengan jadual tertentu agar terdapat pemerataan waktu istrirahat bagi setiap unit transformator secara merata. Tambahan lagi, dapat diterapkan bahwa bilamana reaktor tidak sedang operasi, maka kebutuhan daya listrik untuk sistem bantu hanya digunakan untuk suplai sistem pengkondisian udara/ventilasi, penerangan, instrumentasi, dan kontrol. Total daya yang diperlukan untuk memasok sistem-sistem tersebut seperti diuraikan di atas adalah 1371 KVA, dengan demikian pasokan daya untuk rel daya bantu cukup dilayani oleh satu unit transformator saja dengan kapasitas daya tersedia 1.500 KVA. Prinsip Kerja Topologi Ring Topologi ring seperti skematik diagram pada Gambar 2, bekerja sebagai berikut: setiap jalur distribusi Train A, Train B, dan Train C seolah-oleh disuplai oleh satu unit busbar sehingga bila salah satu, katakanlah Train A gagal, maka beban dari train A tetap dapat dilayani oleh sistem. Demikian sehingga bila satu atau dua sumber pasokan dari rel daya bantu gagal, maka jalur distribusi dibawahnya tidak akan gagal. Dengan kata lain kehandalan dari sistem menjadi lebih tinggi. Gambar 2. Skematik diagram topologi ring.

294 ISSN 0216-3128 Yan Bony Marsahala 1. Catu daya Catu daya untuk memasok topologi ring diambil dari tiga unit transformator BHT, yang dioperasikan hanya menggunakan dua sumber daya berdasarkan mekanisme 3 moda operasi, yaitu: OPERASI SUPLAI 1 SUPLAI 2 Moda I Moda II Moda III BHT01 BHT02 BHT01 BHT02 BHT03 BHT03 Pengaturan mekanisme moda operasi dapat dilakukan secara manual atau dengan menambahkan alat kendali otomatis. 2. Aliran daya Catu daya seperti diuraikan di atas tersedia pada rel daya bantu RDB, selanjutnya oleh tiga unit saluran masuk Sl 1, Sl 2, dan Sl 3 diteruskan ke panel distribusi primer BHA, BHB, dan BHC yang terintegrasi menjadi topologi ring. Arah aliran daya pada topologi ring dapat bergerak dalam dua arah, tergantung besarnya arus beban yang dibutuhkan oleh masing-masing busbar. Hal ini dimunkingkan karena antar busbar dilengkapi dengan peralatan coupler yang berfungsi sebagai jembatan antar busbar. Misalnya bila suatu saat arus beban pada busbar BHA lebih besar dari daya yang tersedia padanya, maka kekurangan daya tersebut dapat ditarik dari busbar BHB dan BHC, demikian sebaliknya bila beban pada busbar BHB lebih besar dari daya yang tersedia padanya, maka kekurangan daya tersebut dapat ditarik dari busbar BHA dan BHC. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebolehjadian operasi reaktor dengan hanya menggunakan dua unit transformator BHT dapat diterapkan. Bahkan bilamana reaktor sedang shut down, maka kebutuhan daya listrik untuk keperluan ventilasi, penerangan, instrumentasi dan kontrol dapat dipenuhi melalui hanya mengoperasikan satu unit transformator. Sistem distribusi daya dengan moda two of three tetap dapat dipenuhi dengan menambahkan rel daya bantu pada sistem hulu setelah sisi sekunder transformator. DAFTAR PUSTAKA 1. INTERATOM GmBH, MPR-30 Electrical Power Supply Summary, System Description, 1986. 2. INTERATOM GmBH, MPR-30 Electrical Power Supply Summary, System Spesification, 1986. 3. YAN BONY MARSAHALA, Modifikasi Sistem Listrik RSG-GAS Menjelang 20 Tahun Operasi, REAKTOR Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir, Volume III, No. 2, Oktober 2006, ISSN 0216 2695. 4. YAN BONY MARSAHALA, Kajian Keseimbangan Beban Pada Sistem Distribusi Daya Listrik RSG-GAS, Jurnal Ilmu dan Rerkayasa Industri (JIRTI), Volume 11, Nomor 1, Tahun Ke VI, April 2005, ISSN 1411-4275. 5. B.L. THERAJA, Electrical Technology, S. Chand & Company Ltd, New Delhi 110055, 1979. 6. HASAN BASRI, Sistem Distribusi Daya Listrik, ISTN, Jakarta 1997.