DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

5 detik dan berada dalam gemngan nitrogen cair (Senger 1980). Waktu. pengambilan sampel semen beku dalam proses pernindahan dari kontainer depo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Semen beku Bagian 1: Sapi

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Semen beku Bagian 2: Kerbau

Penambahan Bovine Serum Albumin pada Pengencer Kuning Telur terhadap Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Anjing

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

MATERI DAN METODE. Materi

Semen beku Bagian 1: Sapi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

Arnold.Ch Tabun *, Petrus Kune **, M.L. Molle *** Oleh:

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

EFEK PENAMBAHAN LAKTOSA DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS MARMUT (Cavia cobaya) SELAMA PRESERVASI SKRIPSI

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

INSEMINASIBUATAN PADADOMBA

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

Sayed Umar* dan Magdalena Maharani** *)Staf Pengajar Departemen Peternakan FP USU, **)Alumni Departemen Peternakan FP USU

KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

AGRINAK. Vol. 01 No.1 September 2011:43-47 ISSN:

Transkripsi:

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2) Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi Jln.Jambi-Ma. Bulian km 15 MendaloDarat Jambi 36361 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hidup spermatozoa asal cauda epididimis kambing yang disimpan pada suhu 5 o C. Perlakuan yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah (P0) sebagai kontrol, (P1) Kualitas Spermatozoa dari Cauda Epididimis setelah 12 jam penyimpanan, (P2) Kualitas Spermatozoa dari Cauda Epididimis setelah 24 jam penyimpanan, (P3) Kualitas Spermatozoa dari Cauda Epididimis setelah 36 jam penyimpanan dan (P4) Kualitas Spermatozoa dari Cauda Epididimis setelah 48 jam penyimpanan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah motilitas sperma, persentase hidup dan abnormalitas sperma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan motilitas spermatozoa pada P0, P1, P2, P3 dan P4 mengalami penurunan yaitu 53,99%, 37,92%, 16,74%, 10,37% dan 8,49%. Rataan persentase hidup dari perlakuan P0 sebesar 56,40%, P1 sebesar 41,49%, P2 sebesar 28,44%, P3 sebesar 17,37% dan P4 sebesar 7,85%. Rataan abnormalitas spermatozoa pada perlakuan P0 sebesar 15,07%, P1 sebesar 13,33%, P2 sebesar 11,26%, P3 sebesar 12,86% dan P4 sebesar 12,53%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyimpanan semen asal cauda epididimis kambing pada suhu 5 o C menurunkan kualitas semen dan sampai 12 jam masih dapat digunakan untuk IB karena masih memiliki standar hidup diatas 40%. Kata kunci : Daya Hidup, Spermatozoa asal Cauda Epididimis, Dipreservasi Keterangan : 1) Pembimbing Utama, 2) Pembimbing Pendamping PENDAHULUAN Spermatozoa yang berasal dari bagian cauda epididimis telah memiliki motilitas dan kemampuan membuahi oosit yang sama baiknya dengan spermatozoa hasil ejakulasi. Upaya pengolahan spermatozoa yang dikoleksi dari cauda epididimis dalam bentuk semen cair atau semen beku untuk keperluan aplikasi berbagai teknologi reproduksi, menjadi metode alternatif yang dapat diterapkan pada ternak atau hewan yang bermasalah dalam melakukan aktivitas reproduksi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya teknologi reproduksi lanjut yang memanfaatkan spermatozoa cauda epididimis seperti Inseminasi Buatan (IB). Upaya pengolahan spermatozoa yang dikoleksi dari cauda epididimis dalam bentuk semen cair atau semen beku, akan sangat membantu dalam upaya menyelamatkan plasma nutfah ternak atau hewan jantan yang mati secara mendadak. Teknologi ini juga dapat menjadi model konservasi terhadap hewan- 1

hewan langka, buas atau liar yang sedang ditangkarkan tetapi tidak dapat kawin secara normal karena kondisi tempat penangkaran yang tidak sesuai dengan kondisi habitat aslinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hidup spermatozoa asal cauda epididimis kambing yang disimpan pada suhu 5 o C selama 12, 24, 36 dan 48 jam. MATERI DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Mat Beken Kota Jambi dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang dimulai pada 20 agustus 2016 sampai 12 september 2016. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Testis kambing sebanyak 30 buah yang diperoleh dari Peternakan Mat Beken Kota Jambi, Kulkas, Plastik, NaCl Fisiologis, Mikroskop, gelas objek, cover gelas, tabung reaksi. Epididimis kambing diperoleh dari Peternakan Mat Beken yang dipilih secara acak, kemudian epididimis dipisahkan dari testis dan dimasukkan kedalam larutan NaCl fisiologis (0,9% NaCl). Kondisi cauda epididimis disesuaikan dengan suhu tubuh, kemudian ditranspor ke Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Selanjutnya spermatozoa langsung dikoleksi dengan cara penyayatan. Spermatozoa di ambil dari masing-masing epididimis lalu dimasukkan ke dalam enam buah cawan petri kemudian ditambahkan NaCl Fisiologis hingga pengenceran 5 ml. kemudian disimpan pada refrigerator pada suhu 5 C. Spermatozoa asal cauda epididimis diamati motilitas (gerak progresif), persentase hidup dan abnormalitas menggunakan mikroskop setiap 12 jam sekali selama 2 hari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Terdiri dari 5 perlakuan dan 6 kelompok. Data yang diperoleh dari setiap parameter yang diamati dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Jika analisis memperlihatkan pengaruh yang nyata (P 0,05) maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah motilitas spermatozoa, persentase hidup dan abnormalitas spermatozoa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari analisis tentang motilitas, persentase hidup dan abnormalitas spermatozoa asal cauda epididimis kambing antara lain sebagai berikut ( Tabel.1): Tabel 1. Rataan Motilitas, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Perlakuan Motilitas Persentase Hidup Abnormalitas P0 53,99±5,54 A 56,40±8,46 A 15,07±5,44 P1 37,92±5,79 B 41,49±8,97 B 13,33±3,74 P2 16,74±7,55 C 28,44±8,62 C 11,26±2,68 P3 10,37±5,42 D 17,37±6,35 D 12,86±7,42 P4 8,49±4,46 D 7,85±2,13 E 12,53±4,84 Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) 2

Motilitas Spermatozoa Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa spermatozoa asal cauda epididimis yang disimpan pada suhu 5 o C dengan pengencer NaCl mengalami penurunan yang signifikan pada pengamatan yang dilakukan setiap 12 jam sekali (P<0,01). Rataan motilitas spermatozoa pada P0, P1, P2, P3 dan P4 mengalami penurunan yaitu 53,99%, 37,92%, 16,74%, 10,37% dan 8,49%. Hal ini diduga kurangnya ketersediaan sumber energi untuk sperma karena selama pengamatan tidak dilakukan penambahan bahan pengencer yang dapat berperan sebagai sumber energi. Selain itu, penurunan motilitas sperma juga dapat di sebabkan oleh perubahan hasil metabolisme menjadi toksik untuk sperma itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Yulnawati dan Setiadi (2005) bahwa penurunan kualitas spermatozoa selama penyimpanan, baik persentase motilitas akibat toksin yang bersumber dari spermatozoa mati maupun yang berasal dari zat yang terkandung dari pengencer yang telah mengalami oksidasi dapat menyebabkan tingginya kadar radikal bebas, yang bisa merusak keutuhan membran plasma spermatozoa. Pada perlakuan P0 yaitu spermatozoa diamati segera setelah pemotongan maka diperoleh motilitas sebesar 53,99%, angka tersebut memenuhi sebagai syarat untuk IB. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizal dan Nasrullah (2004), standar kualitas spermatozoa epididimis sebagai syarat minimal untuk dapat digunakan adalah sama dengan yang dipersyaratakan pada semen hasil ejakulasi, yakni memiliki motilitas paling sedikit 40%. Pada perlakuan P1, P2, P3, dan P4 diperoleh motilitas yang semakin menurun yaitu 37,92%, 16,74%, 10,37% dan 8,49%. Nilai ini menunjukkan bahwa semen kurang baik dan berada di bawah ambang batas persentase motilitas spermatozoa yang dipersyaratkan untuk tujuan IB yaitu 40%. Penurunan angka motilitas ini juga sesuai dengan pendapat Umiyasih (1993) menyatakan bahwa persentase motilitas spermatozoa yang ditunjukkan oleh persentase gerakan individu kurang dari 40% menunjukkan bahwa kualitas semen kurang baik, bila motilitas spermatozoa berkisar antara 50-80% dengan gerakan motil progresif dinyatakan fertil. Persentase Hidup Tabel 1. menunjukkan bahwa lama penyimpanan pada semen yang berasal dari cauda epididimis dengan waktu yang berbeda menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01). Rataan persentase hidup dari perlakuan P0 sebesar 56,40%, P1 sebesar 41,49%, P2 sebesar 28,44%, P3 sebesar 17,37% dan P4 sebesar 7,85%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase hidup paling tinggi adalah perlakuan P0 yaitu sebesar 56,40%. Hal ini diduga karena P0 merupakan spermatozoa dari cauda epididimis yang langsung diamati setelah ternak dipotong (±1 jam), sehingga daya hidupnya masih tinggi. Pada perlakuan P1, spermatozoa disimpan pada suhu 5 C selama 12 jam. Daya hidup spermatozoa menurun yaitu 3

41,49%. Angka tersebut menunjukkan persentase spermatozoa yang masih baik jika digunakan untuk tujuan IB. Hal ini didukung oleh pendapat Rizal dan Nasrullah (2004), standar kualitas spermatozoa epididimis sebagai syarat minimal untuk dapat digunakan dalam program IB adalah sama dengan yang dipersyaratakan pada semen hasil ejakulasi, yakni memiliki motilitas paling sedikit 40%. Salisbury dan van Demark (1985) berpendapat bahwa penurunan daya hidup spermatozoa disebabkan karena terbentuknya asam laktat dalam spermatozoa, sehingga akan menyebabkan proses metabolisme dan respirasi akan terhambat, dan akan menurunkan daya tahan hidup spermatozoa. Derajat keasaman medium yang tetap baik akan berpengaruh baik pula terhadap daya hidup spermatozoa. Menurut Toelihere (1985) daya hidup spermatozoa rendah dengan menurunnya derajat keasaman medium pengencer (medium bersifat asam). Abnormalitas Spermatozoa Tabel 1. menunjukkan bahwa abnormalitas spermatozoa yang disimpan dalam waktu yang berbeda tidak bepengaruh nyata (P>0,05). Rataan abnormalitas spermatozoa pada perlakuan P0 sebesar 15,07%, P1 sebesar 13,33%, P2 sebesar 11,26%, P3 sebesar 12,86% dan P4 sebesar 12,53%. Penyebab tidak terjadinya pengaruh abnormalitas pada masing-masing perlakuan karena abnormalitas hanya berasal dari abnormalitas yang terjadi selama proses pembentukan sperma, perlakuan penyimpanan tidak menimbulkan penambahan jumlah sperma yang abnormal. Hal ini menunjukkan bahwa spermatozoa masih dalam kisaran normal dan dapat digunakan untuk IB. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1985) yang menyatakan bahwa abnormalitas spermatozoa kurang dari 20% masih dapat dipakai untuk inseminasi. Bearden dan Fuquay (1997) menyatakan bahwa abnormalitas spermatozoa 8 10% tidak memberi pengaruh yang cukup berarti bagi fertilitas, namun jika abnormalitas lebih dari 25% dari satu ejakulat maka penurunan fertilitas tidak dapat diantisipasi Selain itu abnormalitas sel spermatozoa dapat terjadi pada saat pembentukan spermatozoa dan selama penanganan semen baik selama dan setelah koleksi (Toelihere, 1985). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Penyimpanan semen asal cauada epididimis kambing pada suhu 5 o C menurunkan kualitas semen. 2. Penyimpanan sampai 12 jam masih dapat digunakan untuk IB karena masih memiliki standar hidup diatas 40%. 4

DAFTAR PUSTAKA Bearden, and Fuquay. 1997. The hypoosmotic Swelling test in fresh goat spermatozoa. A. Review. 2 (2) : 134-144. Rizal, M. dan Nasrullah.,2004. Peningkatan kualitas spermatozoa epididymis kerbau belang yang dikriopreservasi dengan beberapa konsentrasi sukrosa. J. Veteriner 8: 188-193. Salisbury, G. W. and N. L. Van Denmark. 1985. Fisiologi dan Inseminasi Buatan pada Sapi (Physiologi and Artificial Insemination of Cattle). Diterjemahkan oleh Djanuar, R. Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Toelihere, RM. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung. Umiyasih. 1993. Kaji Banding Kualitas Semen Beku Sapi Perah Fh Produk BIB Lembang Dan Singosari Pada Setiap Jalur Distribusi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yulnawati, dan M.A.,Setiadi. 2005. Motilitas dan Keutuhan Plasma Spermatozoa Epididimis Kucing Selama Penyimpanan pada suhu 4 C. Media Kedokteran Hewan 21(3) : 100-104. 5