WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Naomi Edy Kantor Kemenag Kota Kupang, Jl. SK Lerik, Kota Baru Kupang

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IX-3 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DI SMP NEGERI 1 PAYUNG T.P. 2015/2016

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 032 SINONOAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DI SMP NEGERI 7 MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI PUJI DADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA BERMAIN BOLA BASKET DI KELAS IX-2 SMPN 1 PATUMBAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA KORPRI BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA MATERI AJAR USAHA-ENERGI

Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

PROSIDING ISBN :

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR IPA MATERI PROSES TERJADINYA TANAH DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

PERBAIKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DI KELAS

Seminar Nasional Pendidikan Matematika Matematika dan Pembelajarannya, Menyongsong Kurikulum 2013 Surabaya, 01 Juni 2013

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N 23 Sabang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

RAHYANTI YUDIATI, S.Pd.

Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp e-issn:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

BAB III METODE PENELITIAN

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hubungan Metode Demonstrasi dengan Ketuntasan Belajar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Keywords: Quantum Teaching model, visual media, science, learning

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

Melalui Strategi Pembelajaran Ekspositori Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Perkembangbiakan Tumbuhan Siswa Kelas VI/A SD Negeri 20 Sabang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungterang,

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 BILAH BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Jonny Nababan SMP Negeri 1 Bilah Barat Jalan Gunung Raya Desa Tebing Linggahara Baru, Labuhan Batu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep IPA Terpadu dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok cahaya dengan menerapkan model quantum teaching di kelas VIII-D SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bilah Barat pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Mei 2015. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII-D tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 20 siswa. Hasil penelitian menunjukkan; 1) penguasaan konsep cahaya siswa meningkat dengan menerapkan model quantum teaching pada formatif I menunjukkan rata-rata 65 dengan ketuntasan klasikal 50% dan formatif II menunjukkan rata-rata 81 dengan ketuntasan klasikal 88% atau mencapai ketuntasan secara kalsikal dan terjadi peningkatan 38%; 2) aktivitas belajar siswa meningkat dengan menerapkan model quantum teaching pada Siklus I aktivitas menulis dan membaca 18%, mengerjakan LKS 66%, bertanya sesama teman 14%, bertanya kepada guru 3%, dan kegiatan yang tidak relevan 0%. Pada siklus II aktivitas menulis dan membaca 10%, mengerjakan LKS 74%, bertanya sesama teman 3%, bertanya kepada guru 13%, dan kegiatan yang tidak relevan 0%. Kata Kunci : Penguasaan Konsep, Quantum Teaching PENDAHULUAN Menurut teori psikologi, anak yang rasional selalu bertindak sesuai tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan reaksi-reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktivitas. Ini mengandung pengertian bahwa jenis aktivitas anak dalam pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan kognitifnya, sementara aktivitas anak dalam pembelajaran menentukan pencapaiannya terhadap kompetensi yang ingin dicapai. Sardiman (2009: 20) mengatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lain sebagainya. Sejak diberlakukannya kurikulum KTSP di SMP Negeri 1 Bilah Barat, pembelajaran IPA Terpadu sebenarnya telah mengupayakan proses belajar berorientasi pada aktivitas siswa. Untuk benar-benar menjamin proses ini terjadi bahkan sekolah telah mengeluarkan kebijakan pembelajaran secara kooperatif dilakukan di seluruh kelas. Kelas telah didesain agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran kooperatif. Namun tidak pernah ditilik masalah kesesuian antara perkembangan kognitif anak dan aktivitas belajar yang dibutuhkannya. Akibatnya ketuntasan hasil belajar atau pencapaian kompetensi secara klasikal tidak tercapai. Sebagai sekolah negeri yang umum maka siswa SMP Negeri 1 Bilah Barat sangat heterogen mulai dari suku, agama, sampai kemampuan kognitifnya. Melihat heterogentis siswa maka pembelajaran kooperatif sangat sesuai, akan tetapi keberagaman dalam kemampuan perkembangan kognitif anak yang terabaikan menimbulkan masalah. Peneliti sebagai guru IPA Terpadu telah melakukan pembelajaran selama puluhan tahun menemukan bahwa beberapa siswa yang lambat dalam mencapai kompetensi (tidak tuntas) belum mendapatkan kesempatan

567 belajar yang lebih baik dari pada temannya yang lebih unggul perkembangan kognitifnya. Pada kenyataannya selama ini pengajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 1 Bilah Barat disajikan dengan menonjolkan persamaan-persamaan matematik dalam bentuk yang kurang menarik dan terkesan sulit bagi siswa terlebih bagi siswa yang lemah, sehingga siswa akan merasa jenuh sebelum mempelajarinya. Selain faktor yang berhubungan dengan konsepnya sendiri, rendahnya hasil belajar IPA Terpadu yang diperoleh siswa juga disebabkan karena faktor yang berhubungan dengan suasana belajar di kelas. Suasana belajar yang kurang sesuai dengan keinginan siswa mengakibatkan sedikit siswa atau bahkan tidak ada yang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sehingga ketuntasan belajar siswa tidak tercapai. Dimyati (2002), memandang hasil belajar sebagai suatu puncak proses belajar. Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Karena tidak mendapatkan penanganan yang baik, terjadilah penumpukan ketidaktuntasan berbagai kompetensi yang seharusnya dicapai siswa. Siswa yang unggul dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, tetapi siswa yang lemah semakin hari semakin tertekan karena tidak memahami sedikitpun dari apa yang berusaha dipelajarinya. Akibatnya aktivitas dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran semakin mengalami penurunan dari waktu ke-waktu. Sebenarnya telah ada program remedial untuk mengatasi masalah ini, tetapi pelaksanaan program remedial tidak berlangsung efektif dan kurang efisien karena membutuhkan banyak waktu untuk menjamin setiap siswa benarbenar telah mencapai kompetensi sehingga dibutuhkan pembelajaran reguler yang mampu memberi ketuntasan belajar berupa penguasaan konsep. Siswa yang lambat mencapai ketuntasan belajar sebenarnya membutuhkan proses belajar dengan desian yang sesuai. Karena pada dasarnya semua anak (siswa) mampu mencapai setiap kompetensi yang ada, hanya saja tiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan waktu yang berbeda-beda. Siswa yang kemampuan kognitifnya lemah mungkin butuh waktu lebih banyak untuk mendapatkan kompetensi yang sama seperti siswa lainnya. Untuk itu diperlukan suatu desain pembelajaran yang sesuai dalam mengakomodasi kebutuhan setiap anak dalam mencapai penguasaan konsep IPA. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran quantum teaching. Model pembelajaran quantum teaching merancang suasana kelas yang menyenangkan, yang dapat menyenangkan aktivitas siswa, membuat pengajaran lebih melekat dan belajar optimis. De Porter (2010:32) menyatakan bahwa : Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya dan quantum teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. TANDUR adalah inti utama model pembelajaran quantum teaching. Langkah-langkah ini dirumuskan berdasarkan makna belajar yang sesungguhnya, bahwa belajar adalah kegiatan Full-Contact yang berarti dalam prakteknya harus melibatkan semua aspek kepribadian pembelajar yang berupa pikiran, perasaan, dan keterampilan atau bahasa tubuh (De Porter 2010:32). TANDUR merupakan singkatan dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Melalui model quantum teaching yang menggunakan langkah pembelajaran TANDUR ini diharapkan seluruh siswa dapat diakomodasi kepentingannya dalam memperoleh penguasaan konsep IPA Terpadu. Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dijawab dalam penelitian adalah sebagai berikut; 1) apakah ada peningkatan penguasaan konsep IPA Terpadu siswa pada materi pokok cahaya

568 dengan menerapkan model quantum teaching di kelas VIII-D SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015?; 2) apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran IPA terpadu dengan menerapkan model quantum teaching pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015?. Sesuai dengan rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk; 1) mengetahui peningkatan penguasaan konsep IPA Terpadu siswa pada materi pokok cahaya dengan menerapkan model quantum teaching di kelas VIII-D SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015; 2) mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran IPA terpadu dengan menerapkan model quantum teaching pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah; 1) memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan proses belajarmengajar IPA Terpadu; 2) meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA Terpadu; 3) menambah pengetahuan dan wawasan guru tentang peranan guru IPA Terpadu dalam meningkatkan pemahaman siswa; 4) sebagai rujukan merumuskan kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA Terpadu. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bilah Barat yang bertempat di Jalan Gunung Raya Desa Tebing Linggahara Baru Kecamatan Bilah Barat, Labuhan Batu. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama empat bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan Mei 2015. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret selama empat (empat) KBM yang dibagi dalam 2 (dua) Siklus. B. Subyek Penelitian Mengingat ketuntasan belajar IPA Terpadu paling lemah dikuasai keelas VIII-D diantara kelas VIII yang lain. Maka penelitian dikenakan pada subyek penelitian yakni siswa-siswi kelas VIII-D SMP Negeri 1 Bilah Barat yang berjumlah 20 siswa. C. Jenis Dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar 4. Tes formatif E. Teknik Analisis Data 1. Untuk menilai hasil belajar atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh ratarata tes formatif dapat dirumuskan: N Dengan : = Nilai rata-rata Σ = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa 2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas

569 belajar bila hasil tesnya telah mencapai KKM, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan KKM. KKM IPA Terpadu kelas VIII SMP Negeri 1 Bilah Barat sebesar 75. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P Siswa yang tuntas belajar x100% Siswa 3. Untuk lembar observasi aktivitas siswa Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut: % x100% dengan jumlah hasil pengama tan P 1 P2 jumlah pengamat 2 Dimana: % =Persentase pengamatan = Rata-rata = Jumlah rata-rata P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 F. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan KKM mata pelajaran IPA. Yakni penelitian dikatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mendapatkan nilai mencapai KKM IPA Terpadu sebesar 75. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan model quantum teaching dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan model quantum teaching data pengamatan aktivitas siswa. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan proses belajar mengajar dengan menerapkan model quantum teaching. Sebelum dilakukan Siklus I, dilakukan pretes dengan perolehan data nilai terendah 0 dan tertinggi 40. Dengan ratarata 16 dan KKM sebesar 75 maka ketuntasan klasikal hanya sebesar 0%. A. Hasil Penelitian Tiap Siklus Siklus I A. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 1 dan 2, LKS 1 dan 2, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan model quantum teaching, dan lembar observasi aktivitas siswa. Perencanaan dilakukan melalui kolaborasi antara peneliti dengan guru sejawat. Dalam 4 (empat) pertemuan pertama diperoleh rumusan tindakan yang akan dilakukan dan perangkat yang akan diterapkan dapat tersusun. B. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2015 di kelas VIII-D. dengan jumlah siswa 20 siswa. Sub-materi yang dicobakan adalah sifat-sifat cahaya dan cermin datar. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2015 di kelas VIII-D dengan jumlah siswa 20 siswa. Sub-materi yang diacobakan adalah pembentukan bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung. Dalam dua KBM Siklus I peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah dua orang guru kolaborator. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan. C. Tahap Observasi 1) Data Observasi Dengan penerapan model quantum teaching diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Berikut disajikan hasil observasi aktivitas siswa pada Tabel 1.

570 Tabel 1: Aktivitas Siswa Pada Siklus I No Aktivitas Persentase 1 2 3 4 5 Menulis dan membaca Mengerjakan LKS Bertanya pada teman Bertanya pada guru Kegiatan tidak relevan 18% 66% 14% 3% 0% Merujuk pada Tabel 1, aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus I adalah mengerjakan LKS yaitu 66%. Sementara aktivitas menulis dan membaca buku menjadi 18%, bertanya antar siswa sebesar 14%, bertanya pada guru sebesar 3%, sedangkan kegiatan tidak relevan 0%. Secara umum aktivitas belajar siswa cukup baik. hal ini sejalan dengan kualitas pengelolaan kelas oleh guru. 2) Data Formatif Formatif dilakukan setelah pembelajaran pertemuan II, hasil formatif I disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Tes Formatif I No Uraian Hasil Siklus I 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase belajar ketuntasan 65 10 50% Merujuk pada Tabel 2, diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 65 dan ketuntasan belajar hanya mencapai 50% atau ada 10 siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada Siklus I ini ketuntasan belajar secara klasikal tidak tercapai. Dengan demikian penerapan model quantum teaching belum berhasil memberi ketuntaan hasil belajar IPA Terpadu pada Siklus I. Sehingga perlu dilakukan revisi tindakan pada Siklus berikutnya agar rumusan masalah dalam penelitian dapat tercapai. D. Tahap Refleksi dan Revisi I Kegagalan Siklus I akan direfleksi dan direvisi melalui kegiatan diskusi kolaboratif antara peneliti, guru mata pelajaran sejenis. Hasil refleksi menunjukkan kondisi sebagai beriku : Beberapa aspek pada pengelolaan pembelajaran oleh guru perlu diperbaiki, diantaranya; memotivasi, membimbing siswa pada perumusan konsep, pengelolaan waktu, dan antusiasme siswa. Ketuntasan hasil belajar baru mencapai 50%, berarti setengah siswa dalam kelas belum mencapai kompetensi secara tuntasn. Meski aktivitas belajar siswa cukup baik, masih banyak siswa yang hanya melakukan kegiatan individual menulis dan membaca. Siswa yang kesulitan masih segan bertanya pada guru. Kegagalan siswa kebanyakan karena ketidakmampuan siswa merumuskan konsep dari hasil kerja menggunakan LKS. Pelaksanaan kegiatan belajar pada Siklus I ini masih terdapat kekurangankekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus I antara lain: Guru melakukan bantuan pada siswa dalam aktivasi otak dengan melakukan senam otak sebelum pembelajaran dimulai. Guru melakukan bantuan pembimbingan dengan memilih beberapa siswa unggul menjadi tutor sebaya dalam kelompok. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. Siklus II A. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 3 dan 4, LKS 3 dan 4, soal

571 tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan model quantum teaching, dan lembar observasi aktivitas siswa. Perencanaan dilakukan melalui kolaborasi antara peneliti dengan guru sejawat. Perencanaan mempertimbangkan hasil refleksi dan revisi yang telah dlakukan. Dalam pertemuan dengan kolaborator diperoleh revisi tindakan yang akan dilakukan dan perangkat yang akan diterapkan dapat tersusun. B. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2013 di kelas VIII-D dengan jumlah siswa 20 siswa. Sub-materi yang dibahas adalah pembiasan pada kaca plan paralel dan lensa cembung. Pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2013 di kelas VIII-D dengan jumlah siswa 20 siswa. Sub-materi yang dibahas adalah pembiasan pada lensa cekung. Dalam dua KBM Siklus I peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah dua orang guru kolaborator. C. Tahap Observasi 1) Data Observasi Penyempurnaan dalam menerapkan model quantum teaching diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. Berikut disajikan hasil observasi aktivitas siswa pada Tabel 3. Tabel 3: Aktivitas Siswa Pada Siklus II No Aktivitas Persentase 1 2 3 4 5 Menulis dan membaca Mengerjakan LKS Bertanya pada teman Bertanya pada guru Kegiatan tidak relevan 10% 74% 3% 13% 0% Merujuk pada Tabel 3. untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada Siklus II adalah mengerjakan LKS yaitu sebesar 74% mengalami peningkatatan dari Siklus I dan kegiatan menulis dan membaca mengalami penurunan menjadi 10%, sementara bertanya antar siswa turun menjadi 3%, bertanya antar siswa dengan guru justru naik menjadi sebesar 13%, aspek ini mengalami peningkatan dibanding siklus sebelumnya. Aktivitas tidak relevan tetap terjaga dengan 0%. Secara umum aktivitas siswa pada Siklus II lebih baik dari pada aktivitas siswa pada Siklus I. Hal ini sejalan dengan membaiknya pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru. Semua pernaikan ini diharapkan meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. 2) Data Formatif Formatif dilakukan setelah pembelajaran pertemuan IV, hasil formatif II disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4: Rekapitulasi Hasil Tes Formatif II No Uraian Hasil Siklus II 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase belajar ketuntasan 82 17 85% Merujuk Tabel 4, diperoleh nilai ratarata tes formatif sebesar 81 dan dari 20 siswa yang telah tuntas sebanyak 17 siswa dan tiga siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada Siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari Siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model quantum teaching sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. D. Tahap Refleksi II Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. Peningkatan aktivitas belajar siswa disajikan dalam Gambar 1.

572 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 74% 66% 18% 14% 10% 13% 3% 3% 0% 0% 1 2 3 4 5 Siklus 1 Siklus 2 Keterangan: 1. Menulis dan membaca 2. Mengerjakan LKS 3. Bertanya pada teman 4. Bertanya pada guru 5. Yang tidak relevan Gambar 1: Grafik aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswsa pada Siklus II mencapai ketuntasan. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa disajikan dalam Gambar 2. Formatif I Formatif II 65 82 85 50 Rata-rata nilai tes Ketuntasan klasikal (%) Gambar 2: Grafik Perubahan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus Pada Siklus II guru telah menerapkan model quantum teaching dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Pembahasan Pembahasan terhadap rumusan permasalahan penelitian tindakan berdasarkan analisis data kualitatif hasil

573 penelitian dari kerja kolaborasi antara peneliti, guru sejawat, pembimbing dan nara sumber yang terlibat dalam kegiatan ini, sebelum dan sesudah penelitian yang dibuat oleh guru yang melakukan tindakan kerja kolaborasi dimulai: 1) dialog awal, 2) perencanaan tindakan, a) identifikasi masalah yang diduga mempengaruhi hasil belajar siswa dan penyebabnya; b) perencanan solusi masalah, 3) pelaksanaan tindakan, dan 4) evaluasi hasil pelaksanaan tindakan. Merujuk pada Gambar 2. pada formatif I menunjukkan nilai rata-rata 65 hanya 10 dari 20 atau sekitar 50% siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75, siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa. Sehingga pembelajaran Siklus I dikatakan gagal memberi ketuntasan dalam penguasaan konsep IPA Terpadu baik rata-rata maupun secara klasikal karena kurang dari 85% siswa memperoleh nilai KKM. Kendala pada Siklus I yang ditindaklanjuti di Siklus II yang telah menunjukkan peningkatan yang berarti dalam perolehan skor. Hal ini nampak pada perolehan data pada Gambar 2, dimana rata-rata mencapai 82, sedangkan siswa yang tuntas mengalami kenaikan, dari 10 siswa di Siklus I menjadi 17 siswa yang tuntas di Siklus II, jadi sekitar 85% telah tuntas. Karena ketuntasan klasikal telah mencapai 85% maka KBM Siklus II dikatakan berhasil meningkatkan penguasaan konsep siswa sampai pada ketuntasan klasikal yang diharapkan. Meskipun ketuntasan masih meninggalkan 4 orang siswa yang belum tuntas. Peningkatan hasil belajar sehingga tuntas klasikal pada Siklus II ini diperoleh dari revisi tindakan pada Siklus II diantaranya guru melakukan bantuan pada siswa dalam aktivasi otak dengan melakukan senam otak sebelum pembelajaran dimulai. Guru melakukan bantuan pembimbingan dengan memilih beberapa siswa unggul menjadi tutor sebaya dalam kelompok. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. Selain itu guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Guru juga sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soalsoal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. Perbaikan kualitas proses dan hasil belajar diperkuat dengan dokumentasi penelitian pada lampiran, observasi pengelolaan pembelajaran dan data aktivitas belajar siswa. Pengelolaan pembelajaran menunjukkan peningkatan ynag cukup berarti, aspek yang dianggap kurang pada Siklus I sudah lebih ditingkatkan pada Siklus II. Perbaikan pengelolaan pembelajaran oleh guru ternyata berdampak pada membaiknya aktivitas belajar siswa. Merujuk pada Gambar 1. Menunjukkan peningkatan kualitas pada aktivitas belajarnya dari Siklus I ke Siklus II. untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada Siklus II adalah mengerjakan LKS yang naik dari 66% menjadi 74% dan kegiatan menulis dan membaca mengalami penurunan dari 18% menjadi 10%, sementara bertanya antar siswa turun dari 14% menjadi 3%, bertanya antar siswa dengan guru justru naik dari 3% menjadi sebesar 13%, aspek ini mengalami peningkatan dibanding siklus sebelumnya. Aktivitas tidak relevan tetap terjaga dengan 0%. Secara keseluruhan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sudah sesuai dengan harapan, karena sudah menggunakan model quantum teaching dengan baik dan benar. Sehingga siswa memiliki minat dalam belajar berkaitan dengan tindak mengajar yang dilakukan peneliti sebagai guru di kelas adalah selalu memberikan tujuan pembelajaran, inti materi ajar dan kegiatan yang akan dilakukan, membimbing dan mengarahkan siswa yang bertujuan menciptakan hubungan baik dengan siswa, mendorong dan membimbing siswa dalam menyampaikan ide, berlaku adil pada semua siswa, mengingatkan siswa untuk mengulangi materi yang telah diajarkan, memberi semangat siswa dalam belajar, menciptakan suasana yang membuat siswa terlibat secara aktif dengan memberi bantuan aktivasi otak melalui senam otak dan bantuan dalam diskusi dengan adanya tutor sebaya dalam kelompok. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan gaya mengajar terbuka merupakan upaya pembenahan gaya

574 mengajar guru. Pembenahan yang diupayakan antara lain model pembelajaran klasikal, yang cenderung dilaksanakan tanpa variasi dibenahi menjadi model quantum teaching berkelompok kooperatif. Pembenahan ini dilaksanakan dengan pembelajaran terbuka, yaitu menjamin rasa aman, nyaman dan senang dalam pembelajarannya serta guru selalu menarik dan memelihara minat belajar siswa. Tindakan mengajar yang sesuai dengan harapan seperti yang telah dilaporkan dapat mendukung ketercapaian penguasaan konsep IPA siswa. Beberapa tindak mengajar tersebut merupakan tindakan guru yang merupakan kunci keberhasilan atau memberikan hasil yang memuaskan dan dipandang memberikan kontribusi yang cukup bagi keberhasilan usaha meningkatkan hasil belajar. Selain itu pemberian LKS yang mengarahkan aktivitas siswa cukup membantu proses pembelajaran sehingga siswa benarbenar aktif melakukan pembelajaran. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penerapan model quantum teaching selama kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPA Terpadu di kelas VIII-D SMP Negeri 1 Bilah Barat sebagai berikut: 1. Penguasaan konsep cahaya siswa meningkat dengan menerapkan model quantum teaching pada formatif I menunjukkan rata-rata 65 dengan ketuntasan klasikal 50% dan formatif II menunjukkan rata-rata 81 dengan ketuntasan klasikal 88% atau mencapai ketuntasan secara kalsikal dan terjadi peningkatan 38%. 2. Aktivitas belajar siswa meningkat dengan menerapkan model quantum teaching pada Siklus I aktivitas menulis dan membaca 18%, mengerjakan LKS 66%, bertanya sesama teman 14%, bertanya kepada guru 3%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 0%. Pada Siklus II aktivitas menulis dan membaca 10%, mengerjakan LKS 74%, bertanya sesama teman 3%, bertanya kepada guru 13%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 0%. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA Terpadu lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan belajar aktif memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan cara belajar aktif model quantum teaching dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Pembelajaran dengan dengan desain berkelompok harap lebih memperhatikan heterogenitas dengan tetap mempertimbangkan motivasi siswa terhadap keinginannya menjadi anggota kelompok siswa tertentu. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas VIII-D SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Deporter. 2010. Quantum Teaching (Mempraktikkan Quantum Learning di. Ruang-Ruang Kelas). Bandung: Kaifa. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Sardiman, A. M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.