BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saat yang sama usia onset depresi menjadi semakin muda. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini kenakalan pada remaja semakin meningkat. Kapolda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Smartphone merupakan suatu media yang sudah biasa dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. lain begitu juga dengan subjek D, R dan S dalam memberikan pola asuh dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Istilah remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat banyak variasi dalam perkembangan fisik, kognitif dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran, ayat 185 yang berbunyi: Tiap-tiap yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan masa terjadinya berbagai macam perkembangan baik dari segi fisik, emosi maupun kognitif. Fase perkembangan tersebut merupakan fase pencarian identitas yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar. Beberapa faktor dari luar tersebut antara lain adalah tali persahabatan dengan teman seusia serta hubungan pada anak dengan orang tua yang dapat menjadi sumber cara penyesuaian perkembangan mereka terutama pada perkembangan emosinya (Boudreault-Bouchard et al., 2013). Jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2012 adalah 245 juta jiwa dimana 52 juta dari jumlah tersebut adalah anak-anak (UNICEF, 2012). Data terkini menyatakan bahwa dari 250 juta jiwa pada tahun 2013, nilai dependency ratio yang tercatat adalah sekitar 48% (Tabel Dependency Ratio, n.d) dan 28% pada populasi 0-14 tahun (Indonesia, n.d). Dilihat dari data tersebut diperkirakan masih akan terjadi peningkatan jumlah penduduk di usia 0-14 tahun. Usia tersebut merupakan fase kunci pembentukan identitas diri berdasarkan pengalaman emosi masing-masing individu. Era globalisasi saat ini memberikan stressor pada para remaja. Tuntutan orang tua mengenai prestasi yang bagus maupun tekanan dari teman dalam pergaulan merupakan pengalaman emosi remaja yang mempengaruhi pembentukan identitas dan karakteristik emosi mereka. Gangguan mental emosional (GME) baik depresi, agresivitas, maupun mood disorder lain akan 1

dialami 20% remaja setiap tahunnya di Indonesia (Budijanto, 2014). Hasil Riskesdas 2013 mencatat dari 598.078 jiwa remaja di Yogyakarta, sekitar 8,1% mengalami gangguan mental emosional. Marah merupakan salah satu ekspresi emosi yang sering terjadi dalam kehidupan manusia. Ekspresi yang digunakan untuk menyalurkan marah dapat menggambarkan masalah kesehatan utama pada orang dewasa maupun anak-anak (Blake & Hamrin, 2007). Emosi marah selalu dikaitkan dengan kondisi maladaptive pada individu yang mana tergambar sebagai masalah eksternal maupun internal. Beberapa masalah tersebut antara lain penggunaan obat terlarang, bullying, keikutsertaan dalam geng, dan penurunan nilai akademik (Konishi & Hymel, 2014). Laporan CDC (2006) menyebutkan bahwa kemarahan yang tidak dapat dikendalikan remaja berkontribusi terhadap tiga masalah utama timbulnya kematian remaja yaitu: pembunuhan, bunuh diri dan timbulnya luka. Tindakan menarik diri atau menghindari masalah juga merupakan salah satu cara remaja bereaksi terhadap emosi marah (Mayasari, 2013). Teknologi yang semakin berkembang diiringi dengan munculnya berbagai macam media sosial menjadi cara yang nyaman bagi mereka yang tidak berani mengungkapkan emosinya secara langsung. Tingkat agresivitas maupun intensitas kemarahan yang tinggi pada remaja seperti ditunjukkan pada tawuran antar pelajar yang sering terjadi menggambarkan bagaimana emosi yang dicoba ditunjukkan oleh remaja. Bentuk perilaku agresivitas remaja juga semakin bervariasi dalam era modernisasi ini yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya remaja menggunakan senjata tajam bahkan pistol dalam melakukan tindakan kekerasan. Kejadian tawuran antar pelajar pada tahun 2013 mencapai 255 kasus di seluruh Indonesia yang didominasi wilayah Jakarta (Aji, 2013). Kasus tawuran di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak banyak muncul, namun begitu 2

perkumpulan (geng) banyak terbentuk di kota ini (Saputro, 2013). Menurut laporan dari POLDA DIY selama bulan Januari hingga Oktober 2014 terdapat 20 kasus kenakalan remaja yang beberapa diantaranya yaitu tawuran. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2013 hanya tercatat 12 kasus. Kejadian tawuran tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor pergaulan, peran pendidik maupun masyarakat (KPAI, 2013). Novaco cit. Howells et al. (2005) menjelaskkan bahwa tindakan kriminal pada remaja khususnya kekerasan dapat muncul diakibatkan oleh pengaruh emosi marah yang tidak terkendali. Ekspresi marah yang tidak dapat ditunjukkan dengan cara yang tepat mungkin akan menimbulkan efek pada kesehatan seseorang berupa fisik maupun psikologis yang negatif (Baldacchino, 2012). Safaria dan Saputra (2009) menjelaskan bahwa ekspresi marah seseorang dapat memicu timbulnya somatisasi apabila individu tersebut kurang dapat mengendalikan marahnya sehingga ekspresinya meluap-luap atau justru ditekan. Penelitian Koh (2003) mempertegas pernyataan ini dengan menjelaskan bahwa masalah psycho-physiologist berhubungan dengan cara mengekspresikan marah yang dipendam. Emosi yang terpendam tersebut selanjutnya dapat menimbulkan gangguan dalam pola tidur atau insomnia serta depresi (Engin et al., 2010). Salah satu hal yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak yaitu pola asuh orang tua (Meeus et al., 2005) serta hubungan orang tua dengan anak. Hubungan anak dengan orang tua dapat mempengaruhi sikap anak dalam kesehariannya. Dampak negatif dari ketidakseimbangan hubungan orang tua dengan anak dapat mempengaruhi nilai akademik serta memicu munculnya perilaku destruktif pada tahap perkembangan anak selanjutnya, misalnya penyalahgunaan narkoba. 3

Pola asuh yang diberikan orang tua dengan cara memberikan dukungan emosi terhadap anak dapat membentuk pengalaman emosi pada mereka (Aknicar & Baydar, 2014). Pola asuh yang cenderung mengekang kreativitas anak ternyata mampu meningkatkan gejala depresi, sedangkan pada anak yang menerima pola asuh yang benar akan menurunkan stress psikologis tersebut (Aquillino & Supre 2001). Penjelasan di atas dapat sekilas menggambarkan bahwa ekspresi marah remaja dapat ditunjukkan sebagai perilaku destruktif yang akan beresiko kurang baik terhadap kesehatan. Mengingat keluarga merupakan lingkungan utama pembelajaran dari anak maka penyusun tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pola asuh dengan ekspresi marah yang timbul pada remaja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian sebagai berikut Adakah hubungan antara ekspresi marah remaja dan kecenderungan pola asuh yang diterapkan orang tua?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Mengetahui hubungan kecenderungan pola asuh otoriter dengan ekspresi marah remaja. b. Mengetahui hubungan kecenderungan pola asuh demokratis dengan ekspresi marah remaja. c. Mengetahui hubungan kecenderungan pola asuh permisif dengan ekspresi marah remaja. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik ekspresi marah yang timbul pada remaja di Kota Yogyakarta. 4

b. Mengetahui kecenderungan pola asuh orang tua terhadap remaja di Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penambahan khasanah pengetahuan tentang pola asuh orang tua terhadap perilaku marah yang timbul pada remaja. 2. Manfaat Praktis a. Bagi remaja, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan guna mempermudah memahami resiko timbulnya kemarahan yang tidak terkendali serta sebagai sumber bacaan guna mengetahui karakteristik tipe ekspresi marah yang timbul pada masing-masing individu. b. Bagi keluarga, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah informasi mengenai pola asuh yang tepat pada anak remaja, dikarenakan melihat pentingnya peran hubungan orang tua dengan anak terhadap perkembangan anaknya. c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi para pendidik mengenai pentingnya pola pendidikan dan pengajaran yang tepat guna menurunkan kejadian kekerasan pada remaja. d. Bagi profesi keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya keperawatan keluarga mengenai peran penting dari pola asuh orang tua terhadap pembentukan emosi pada anak. Selain itu guna menambah khasanah tentang emosi khususnya marah yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini. E. Keaslian Penelitian 5

Sepengetahuan penulis sejauh ini penelitian mengenai Hubungan Pola Asuh dan Ekspresi Marah pada Remaja belum pernah dilakukan, namun terdapat beberapa penelitian mengenai pola asuh dan ekspresi marah, di antaranya adalah: 1. Trisnaningsih (2011) dengan judul Hubungan Pola Asuh dengan Derajat Depresi pada Siswa SD Negeri di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan crosssectional dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pola asuh otoriter dan pola asuh permisif terhadap derajat depresi anak. Persamaan dengan penelitian ini adalah rancangan penelitian serta sama-sama ingin mengetahui dampak pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak. Perbedaannya terdapat pada sampel penelitian dimana pada penelitian ini respondennya adalah anak remaja pada usia 12-14 tahun serta variabel terikat yang diteliti juga berbeda. Penelitian ini ingin mengetahui tipe ekspresi marah yang muncul sedangkan pada penelitian Trisnaningsih variabelnya adalah derajat depresi. 2. Sukmawati (2012) meneliti mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kecemasan pada Remaja di SMP Negeri di Kota Banjarsari, Ciamis. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional dengan metode kuantitatif didukung dengan kualitatif melalui wawancara. Melalui analisis yang dilakukan didapatkan hasil adanya hubungan bermakna antara kecemasan pada remaja dengan pola asuh yang dilakukan ibu otoriter. Apabila dilihat melalui analisis bivariat jenis kelamin, maka remaja perempuan memiliki kecemasan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hubungan remaja dengan ibu lebih dekat dibandingkan dengan ayah serta remaja kurang memiliki suara untuk berpendapat dalam lingkup keluarga. Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam hal rancangan penelitian berupa cross-sectional dan sampel penelitian yaitu remaja. Perbedaan 6

dengan penelitian ini adalah berada pada variabel terikat dimana pada penelitian Sukmawati yang diteliti adalah tingkat kecemasan sedangkan penelitian ini mengenai ekspresi marah remaja yang timbul akibat pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. 3. Konishi dan Hymel (2014) dengan judul An Attachment Perspective on Anger Among Adolescence yang meneliti mengenai gambaran emosi marah yang timbul pada remaja dilihat dari sudut pandang bagaimana hubungan yang terbentuk antara orang tua dan remaja. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa intensitas marah remaja dapat timbul dikarenakan pengaruh hubungan mereka dengan orang tua. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat yaitu marah dan subjek penelitian berupa remaja. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas dimana dalam penelitian Konishi dan Hymel ini adalah melihat gambaran hubungan orang tua dan anak sedangkan penelitian ini adalah kecenderungan pola asuh yang diterapkan orang tua. 7