BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. lain begitu juga dengan subjek D, R dan S dalam memberikan pola asuh dan

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Setiap orangtua memiliki polah asuh yang berbeda satu dengan yang lain begitu juga dengan subjek D, R dan S dalam memberikan pola asuh dan peran orangtua dalam menerapkan pola asuh kepada anak remaja perempuanya. Subjek D merasakan kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya yang kini telah bercerai, dan kurang di perdulikan oleh paman dan bibinya sebagai pengasuhnya sekarang, factor itulah yang menyababkan D lebih nyaman berada di luar rumah dan bersama temantemanya yang selalu menberikan kehangatan, perlindungan dan perhatian kepada D. Subjek R agak berbeda dengan subjek D dan S, subjek R mendapatkan kasih saying yang penuh dari kedua orangtuanya, namun kurangnya control dari kedua orangtuanya, menyebabkan R terlalu jauh terbawa arus pergaulan, membawanya hingga R terbiasa melakukan prilaku yang negative seperti, minum-minuman keras dan seks bebas sedangkan Subjek S merasa terabaikan oleh orangtuanya sehingga S mencari pelampiasan keluar rumahuntuk mencari perhatian dan kenyamanan kepada teman-temanya, tidak jarang S melakukan hubungan seksual dengan alasan S merasakan perhatian dan rasa nyaman dari teman prianya, kurangnya control dari orangtua S, membuat S semakin mengikuti arus pergaulan negative. 90

2 Seluruh aspek pola asuh yang diterapkan dalam ketiga orangtua subjek yaitu aspek kontrol, ekspektasi, komunikasi dan perhatian/kasih sayang berbeda satu dengan yang lain. Pada subjek D, paman dan bibinya yang di berikan tanggung jawab sebagai orangtua asuh cenderung mengabaikan dan kurang perduli tentang keseharian D khususnya dalam pergaulan. Pada orangtua subjek R, sebenarnya mereka menjalankan pola asuh secara baik, namun lemahnya pengawasan dan control orangtua R membuat R lepas kendali dan terjun lebih jauh kedalam pergaulan yang negative. Sedangkan pada subjek S, orangtua S lebih membagi perhatian dan kasih sayingnya kepada adik-adik S dan S merasa cemburu dan terabaikan oleh orangtuanya.aspek control, komunikasi dan perhatian sepenuhnya S dapat dari orangtuanya sehinggaa membuat S mencari aspekaspek itu dari teman-temanya Diskusi Penelitian peran orangtua dalam pembentukan fenomena kenakalan remaja cabe-caben yang telah peneliti lakukan memberikan hasil yang dapat di jadikan bahan diskusi yang baik.dari ke tiga gaya pengasuhan yaitu otoriter, demokrasi dan permisiv, yang di terapkan orangtua pada masing-masing subjek D yang di asuh menggunakan gaya pengasuhan permisiv yang menyebabkan D merasa teracuhkan dalam pengasuhan paman dan bibinya membuat D mencari kesenangan dan perhatian lebih dari lingkungan sosialnya yang bisa memberikan ia kenyamanan dan kebebasan untuk D. Sama dengan subjek D, orangtua subjek S juga menggunakan gaya 91

3 pengasuhan permisif yang cenderung kurang memperhatikan tumbuh kembang anak. Subjek S merupakan hasil dari ketidakperdulian ayah dan ibunya yang mengacuhkan S dan lebih memilih mengurus pekerjaan dan mengasuh ke dua adiknya di bandingkan S, semenjak kecil orangtua S memang bekerja keras demi mencukupi keperluan rumah tangga terlebih lagi saat kelahiran adik keduanya, orangtua S mulai beralih mengasuh adiknya ketimbang memperhatikan S, dari situlah S sedikit demi sedikit mulai mencari perhatian ke dunia luar, bergaul dan mencari kenyamanan terhadap teman dan hal itu terus berlanjut sampai S duduk di bangku sekolah menegah atas dimana orangtua S menganggap S sudah besar dan bisa mengurus dirinya sendiri. Padahal masa remaja yang di alami oleh subjek D dan S adalah masa peralihan menuju kedewasaan yang perlu bimbingan dari orang tua dan lingkungan social.hal ini sesuai dengan yang di jelaskan oleh Stanley hall, masa remaja sering juga dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm dan stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Jika terarah dengan baik, maka ia akan menjadi individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi jika tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Menurut Erikson (2011) masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis, yang dimana remaja berusaha sendiri untuk mencari identitas diri ( Search for self identity ). Kedua subjek diatas yaitu D dan S mengalami pengasuhan dengan gaya permisiv yang menyebabkan keduanya tidak menemukan kenyamanan dan perhatian dari 92

4 pola asuh kedua orangtuanya, dan itu yang menyebabkan mereka terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Ada beberapa judul yang terkait dengan pola asuh pada kenakalan remaja. Pertama ada peneitian dengan judul Hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di kecamatan siduarjo oleh Ninik Murtiyani ( 2011 ) penelitian ini menemukan, dari 100 responden terdapat 67% kenakalan remaja yang terlahir dari gaya pengasuhan otoriter. Penelitian lain yang berkaitan dengan pola asuh anak adalah penelitian yang di lakukan oleh Diah Nurvita Rahmasari ( 2014 ) dengan judul Kenakalan remaja ditinjau dari persepsi pola asuh orangtua pada siswa sekolah menengah penelitian ini menemukan kenakalan remaja terlahir dari gaya pengasuhan permisif yang di persepsikan oleh remaja kepada orangtuanya. Penelitian lain yang berkaitan dengan kenakalan remaja dengan judul Pengaruh pola asuh orangtua terhadap kenakalan remaja di kabupaten lumajang yang di lakukan oleh Wibri Juniadi ( 2012 ) mendapatkan data 77% kenakalan remaja di sebabkan oleh gaya pengasuhan permisif. Dari beberapa penelitian yang meneliti tentang pola asuh dan kenakalan remaja yang biasanya kenakalan remaja tidak tercipta dari gaya pengsuhan demokrasi. Namun pada penelitian ini terdapat subjek R yang terindikasi sebagai cabe-cabean terlahir dari pengasuhan demokrasi. Kenapa dalam penelitian ini gaya pengasuhan demokrasi dapat melahirkan kenakalan remaja pada subjek R? 93

5 Sepanjang perkembangan pola asuh yang di terapkan oleh orangtua R, ia hanya menggunakan pola asuh demokrasi saat subjek R masuk ke sekolah menengah atas, sebelumnya orangtua R menerapkan gaya pengasuhan otoriter yang mengekang, sehingga membuat R merasa terkurung dan sulit untuk mengekspresikan dirinya di usianya yang beranjak remaja. Subjek R jarang mempunyai teman di sekitar rumah karna orangtua R yang melarang R untuk bergaul dengan sembarang orang.pada saat R duduk di bangku SMA barulah peralihan pola asuh terjadi menjadi demokrasi, orangtua R mulai membebaskan R dalam bergaul dan memilih teman, memberikan kepercayaan dan keputusan kepada R. Gaya mengekang yang biasa di lakukan orang tua R kini mulai di tinggalkan namun tetap mengawasi serta membimbing R dalam ruang lingkup pergaulanya. Disisi lain R menjadi haus akan pergaulan, R merasa bebas, R menggap dirinya telah dewasa dan mulai mencoba bergaul dengan banyak orang yang menjadikan R masuk kedalam pergaulan yang negatif Saran Saran Teoritis Untuk peneliti yang akan datang pemilihan subyek harus disesuaikan kemampuan peneliti. Dan pembagian waktu dalam pengambilan data dan pengolahan data harus tepat agar tidak terburu-buru dan pengambilan data yang kurang.building rapport merupakan hal yang terpenting agar subyek 94

6 yang di wawancara akan merasa nyaman dan berjalannya wawancara tidak terlalu formal. Penelitian yang akan datang harus dibekali kemampuan probing sehingga dapat menggali pertanyaan lebih dalam. Dan pertanyaan yang lebih ke arah perasaan dan penghayatan subyek Saran Praktis Bagi para pembaca khusunya orangtua, pentingnya peranan orangtua dalam mendidik dan menjaga anak remaja, khususnya anak remaja perempuan dalam ruang lingkup perkembangan dan lingkungan pergaulan remaja.orangtua tentu harus berperan aktif dalam menerapkan aspek-aspek pengasuhan yang baik, menjaga anak remaja perempuanya dari pengaruh lingkungan yang negative. Perlunya orangtu dalam memahami kondisi perkembangan anak, menjadi orangtua yang menyayangi, mengerti, memahami, menjaga kelakatan emosi dengan anak dan menjadi sahabat yang bisa dipercaya di dalam keluarga sehingga terjalin komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sebagai penghubung yang baik dalam penerapan control pada anak remaja khususnya remaja perempuan. 95