BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA Untuk memenuhi solusi yang dijelaskan pada bab 3, perlu adanya rencana implementasi dan perkiraan kebutuhan sumber daya agar solusi tersebut dapat diterapkan sesuai rencana dan memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. 4.1 Rencana implementasi Pada sub bab ini, akan dibahas mengenai implementasi dari solusi bisnis yang telah diperoleh dari analisis solusi bisnis. Implementasi yang dilakukan hanya meliputi yang aktivitas atau program berkaitan dengan kredit macet di Bank X. Implementasi ini mencakup tiga area yaitu proses teknologi (IT), kapasitas dan pengembangan organisasi. Tiga buah area ini yang harus mendapat perhatian sehingga implementasi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Berikut ini adalah penjabaran mengenai tiga area keputusan : Proses teknologi Pembuatan program debitor profile termasuk diantaranya adalah : Melakukan rekap database debitur kredit mikro seluruh Indonesia Outsource konsultan yang expert di bidang kredit dari luar Bank X Pembuatan program/software oleh konsultan Implementasi software untuk kredit mikro di bank. Evaluasi hasil implementasi program debitor profile Perbaikan database debitur supaya lebih detail dan up to date Mengembangkan teknologi yang mendukung integrasi program baru dan program yang telah ada sebelumnya Mengembangkan jaringan informasi yang terintegrasi antara database di Bank X unit dengan kantor pusat Page 98
Kapasitas Menambah jumlah Bank X unit yang dalam terhubung secara real time on line Memantau perkembangan industri debitur dan industri yang terkait lainnya Memantau perkembangan aktivitas rekening debitur setiap bulan pada bank Melakukan kunjungan ke debitur secara berkala untuk memantau aktivitas bisnis debitur Pengembangan organisasi Training karyawan dan AO berupa pelatihan produk kredit mikro Melakukan evaluasi terhadap kinerja karyawan dan AO secara berkala Untuk dapat mengetahui rencana implementasi secara lebih jelas berdasarkan waktu pelaksanaannya, maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Page 99
Tabel 4.1 Timeframe rencana Implementasi Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 No Program Penanggungjawab Oktober 2008 November 2008 Desember 2008 Januari 2009 1 Pembuatan program debitor profile Waktu pelaksanaan a. Rekap database debitur kredit mikro seluruh Indonesia micro business division 2 minggu b. Outsource konsultan dari luar bank X human resources division 2 minggu c. Pembuatan software/program oleh konsultan 1 bulan d. Training AO (account officer) training & education division 1 bulan e. Implementasi software micro business division tiap minggu f. Evaluasi hasil implementasi micro business division & IT division tiap minggu 2 Training karyawan a. kredit mikro training & education division tiap bulan 3 AO; micro business div, recovery Memantau perkembangan industri debitur & industri lainnya loan div tiap bulan 4 AO; micro business div, recovery Memantau perkembangan aktivitas rekening debitur pada bank loan div tiap bulan 5 Melakukan kunjungan ke debitur untuk memantau aktivitas bisnis debitur AO & micro business division tiap bulan 6 Melakukan evaluasi terhadap kinerja karyawan secara berkala human resources division tiap 3 bulan 7 Menambah bank X unit yang dapat terhubung secara real time on line IT division awal tahun 8 Perbaikan database debitur supaya lebih detail dan up to date IT division tiap bulan 9 Membangun teknologi yg mendukung integrasi program baru&lama IT division 1 tahun 10 Membangun jaringan informasi yg terintegrasi antara database & kantor pusat IT division 1 tahun Page 100
Berdasarkan rencana implementasi diatas, dapat dilihat hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat program debitor profile dengan mengoutsource konsultan dari luar bank X. Untuk menganalisa profil debitur macet dengan jumlah total debitur kredit Y lebih dari 6 juta orang, sangatlah tidak memungkinkan bila dilakukan secara manual. Oleh karena itu dibutuhkan suatu program atau software yang dapat mendukung dalam menganalisa profil debitur macet secara tepat dan cepat. Program kedua yang dilakukan adalah melakukan training karyawan dan AO (Account Officer) pelatihan kredit mikro kredit Y. Training mengenai kredit Y bertujuan untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman para account officer dalam menjawab pertanyaan dan informasi seputar kredit yang diajukan oleh debitur. Selain itu dengan training tersebut diharapkan dapat menambah kemampuan teknis dan kemampuan bernegoisasi para account officer dengan debitur di daerah. Pelatihan ini dilakukan bergantian sehingga semua account officer dapat mengikutinya. Program berikutnya yang dilakukan adalah monitoring perkembangan industri debitur, monitoring perkembangan aktivitas rekening debitur dan melakukan kunjungan ke debitur secara berkala. Dengan memonitor perkembangan industi debitur dan perkembangan aktivitas rekening debitur setiap bulannya dapat diketahui tingkat kemajuan dan kemunduran usaha debitur. Kunjungan ke debitur secara teratur bukan saja dapat meningkatkan pemantauan kredit tetapi juga dapat mendeteksi kebutuhan debitur dengan tepat. Program selanjutnya adalah mengembangkan teknologi IT (information technology) untuk mendukung integrasi antara program yang baru dibuat dan program yang telah ada sebelumnya. Selain itu perlu ditambahkan bank X unit mikro yang dapat terhubung secara real time on line. Sampai saat ini baru sekitar 2.500 bank X unit yang terhubung secara real time on line. Dimasa mendatang, diharapkan jumlah bank X unit yang terhubung secara real time on line dapat bertambah sehingga dapat memberikan kemudahan bagi para karyawan dan AO dalam menjalankan tugasnya. Page 101
4.2 Kebutuhan sumber daya Untuk pelaksanaan pengembangan ini, dibutuhkan sumber daya dan dukungan dari divisi-divisi yang terkait agar dapat terlaksana dengan baik, seperti : a. Human resources division Sumber daya manusia memegang peranan penting karena seluruh sumber daya lain yang dimiliki perusahaan akan dikendalikan/dilaksanakan oleh sumber daya manusia. Oleh karena itu human resources division harus membuat suatu program training sistematis yang akan mengasah kemampuan keahlian (skill) karyawan. Kebutuhan training harus dikembangkan secara internal dengan baik melalui pusat-pusat pendidikan mikrobanking yang tersebar. Untuk mendukung aktivitas training yang dilakukan, bank X mempunyai 1(satu) training center dan 6 (enam) regional training center yang terdapat di kota Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Makasar. Training didesain untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan konseptual (managerial) dan aplikatif (bisnis aplikatif). Training aplikatif antara lain untuk meningkatkan keahlian karyawan dalam menggunakan toolkit manajemen risiko kredit, yaitu : keahlian dalam membuat mapping bisnis, menyusun debitor profile dan analisis risk indicator dengan menggunakan portfolio status. Sistem ini digunakan sebagai bagian dari alat monitoring dan early warning sign. Training yang dilakukan secara berkala diharapkan dapat membuat karyawan menguasai pekerjaannya dan dapat mempertahankan motivasi yang dimiliki. Selain itu kerjasama dengan pihak luar dapat digunakan untuk sarana pelatihan karyawan terutama untuk meningkatkan pengetahuan mengenai ekonomi makro Indonesia dan peluang bisnis yang ada. b. Information technology system division Sumber daya teknologi juga mempengaruhi pengembangan usaha. Pada bisnis perbankan saat ini yang menuntut kecepatan layanan, teknologi akan mengurangi keterbatasan karena jarak dan waktu. Oleh karena itu merupakan tugas dari information technology system division untuk mengembangkan teknologi dan jaringan informasi database terintegrasi yang dapat mendukung Page 102
pelaksanaan pemberian kredit dan layanan lainnya kepada nasabah. Bank X yang sampai dengan bulan Maret 2008 telah mempunyai 4.302 bank X unit mikro, tentu membutuhkan penggunaan sistem teknologi informasi yang memadai. Sampai dengan kuartal I/2008, kantor pusat, kantor cabang, kantor cabang pembantu serta lebih dari 2500 bank X unit mikro telah terhubung secara real time on line. Pengembangan dapat dilakukan dengan membuat debitur dapat melakukan transaksi apa saja yang dibutuhkannya, terutama pembayaran kewajiban, dimana saja yang diinginkan tanpa harus datang ke kantor cabang bank X tempat debitur mengajukan permintaan. Pengembangan kepada kemampuan yang saat ini dimiliki seperti internet banking,sms banking, juga dapat memberikan nilai tambah kepada aspek layanan. Bank X dapat mengembangkan tambahan fitur seperti pembayaran pinjaman kedua fitur diatas sehingga akan semakin memberikan kemudahan dan pilihan kepada debitur. Saat ini banyak bank komersial di Indonesia melakukan penetrasi ke pasar usaha mikro. Bank Mandiri dan Bank Danamon merupakan dua bank nasional yang secara terbuka melakukan penetrasi langsung ke segmen usaha mikro dengan menyiapkan sumber daya manusia dan infrastruktur secara besar-besaran. Diharapkan dengan kehadiran pelaku mikrobanking baru tersebut dapat memacu usaha bank X untuk senantiasa memperbaiki diri baik dengan inisiatif sendiri maupun dengan pengembangan produk yang dimiliki pesaing. Page 103
4.3 Saran dan Rekomendasi Adapun saran dan rekomendasi yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian ini hanya membahas mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi kredit macet dan profil debitur usaha mikro yang akan mengalami kredit macet. Sedangkan untuk penanganan kredit macet di bank X, diperlukan suatu penelitian yang lebih mendalam lagi untuk masing-masing debitur berdasarkan keadaan politik, macro economy, keadaan sosial dan budaya. Berdasarkan peraturan pada Basel II, untuk menentukan keputusan kredit diterima atau ditolak, dibutuhkan suatu sistem credit scoring. Sistem credit scoring ini membutuhkan jumlah sampel data yang cukup besar karena hasilnya harus dapat mereprentasikan keadaan debitur seluruh Indonesia. Selain itu dibutuhkan judgement tertentu dan sense of business untuk menghasilkan suatu nilai/score yang dapat dipergunakan dalam bisnis perbankan. Judgement dan sense of business ini hanya bisa didapatkan dari top management bank yang bersangkutan atau konsultan yang dianggap expert di bidangnya. Oleh karena itu, sistem credit scoring ini dapat dijadikan usulan untuk melakukan penelitian lanjutan. Page 104