IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kota lainnya baik yang berada dalam satu wilayah administrasi propinsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

Lampiran 1. Wawancara dengan Moda Transportasi Penumpang/Orang (angkutan Kota, Mobil Pribadi dan Kendaraan bermotor Roda dua)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kata Kunci : Biaya Operasional Kendaraan, Kenaikan Tarif, Kenaikan Harga BBM, 2015

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN

BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demak tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk menunjang pertumbuhan

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Fidel Miro, 2004). Dewasa ini transportasi memegang peranan penting

BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

Transkripsi:

66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah studi. 4.2. Pembahasan Pembahasan berikut di bawah ini terdapat pada lampiran. 4.2.1. Prasarana Transportasi 4.2.1.1. Jalan dan Jembatan Jalan memiliki peran penting mendukung fungsi transportasi secara keseluruhan. Seperti yang tertuang dalam arahan jaringan transportasi nasional jangka panjang sampai tahun 2020 diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dengan memperhatikan keterkaitan antara kebutuhan dan pelayanan transportasi. Serta pengembangan transportasi diarahkan untuk penyediaan pelayanan yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah. Sistim penghubung prasarana wilayah berupa jalan adalah jaringan yang menghubungkan satu pusat kegiatan dengan pusat kegiatan lainnya, yaitu antara

67 satu permukiman dengan permukiman lainnya, antara lokasi budidaya yang satu dengan lokasi budidaya lainnya. Pada dasarnya, sistim prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut, seperti yang terdapat Tabel 1. Jalan dan jembatan yang terhubungkan pada kawasan wilayah studi merupakan jalur perkembangan kawasan. (Gambar 1). Jalur tersebut menghubungkan kawasan dii wilayah studi dengan kawasan di sekitarnya yang memiliki keterkaitan potensi wilayah. Sebagian besar kawasan penelitian memiliki potensi wisata alam yang sangat besar. Demikian halnya dengan jalur yang terhubungkan oleh sarana angkutan bis damri. Jalur tersebut terdapat di wilayah lempasing yang sebagian besar merupakan kawasan wisata bahari dan pantai. Sehingga keberadaan angkutan bis damri yang ada menjadikan kawasan terbuka aksesibilitasnya ke luar wilayah studi. Jalan memiliki peranan yang sangat besar. Sama halnya dengan jembatan. Dimana orang akan berkunjung ke suatu lokasi terkait dengan salah satu faktor yang menentukan lokasi tersebut menarik atau tidak untuk dikunjungi karena aksesibilitas. Maka, jalan dan jembatan yang ada diwilayah studi berperan sebagai jalur penghubung karena adanya keterkaitan dengan aktivitas ekonomi yang terjalin antara dua lokasi (Gambar 2). Dalam hal ini adalah kegiatan ekonomi

68 berupa potensi obyek wisata dengan prasarana perhubungan. Dengan demikian potensi mempengaruhi aksesibilitas, dan sebaliknya aksesibilitas menaikan potensi wilayah. Bila dilihat dari pengembangan tata ruang kota Bandar Lampung berdasarkan bagian wilayah kota, dimana termasuk BWG G memiliki fungsi utama sebagai pengembangan holtikultura, kawasan konservasi, pariwisata (hutan wisata) dan pengembangan permukiman. Maka, pengembangan wilayah menjadi aspek penentu dalam meningkatkan pertumbuhan lalu lintas. Dengan sendirinya akan meningkatkan mobilitas pada wilayah studi dengan ditandai pada meningkatnya jumlah pergerakan kendaraan menuju dan meninggalkan wilayah tersebut. Selain faktor pertumbuhan lalu lintas, peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata maupun sektor lainnya seperti hasil bumi yang terdapat di wilayah studi pun akan dibangkitkan. Sehingga hal ini akan meningkatkan mobilitas orang dan barang untuk masuk ke dalam kawasan. 4.2.1.2. Sarana Sarana merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sarana dalam pembahasan penelitian ini berupa alat angkut / moda transportasi, baik berupa angkutan umum seperti bis, angkot, angdes, angkutan pribadi maupun angkutan barang seperti gerobak sapi yang banyak di temui di lokasi penelitian.

69 a. Angkutan Kendaraan Roda Dua (Ojek) Penelitian terhadap pengendara sepeda motor ojek dari tiap masing-masing kelurahan menunjukkan beragam tujuan warga sekitar (Tabel 2, Gambar 3). Angkutan alernatif bagi warga sekitar wilayah studi ini menjadi sarana angkutan yang sangat vital, dimana keberadaan ojek telah lebih dulu ada dari bis damri. Ojek menjadi penting karena kendaraan ini dapat menjangkau jauh masuk ke perkampungan warga yang relatif sulit jangkauannya, tidak seperti bis damri. Dengan tarif yang bervariasi berdasarkan jangkauan wilayah tujuan, terjadinya pergerakan/mobilitas warga menjadikan sarana ojek selalu dibutuhkan kapanpun waktunya. Penelitian dilakukan terhadap responden dimana, masyarakat di sekitar wilayah penelitian juga merupakan masyarakat yang menggantungkan hidupnya lewat ojek. Sehingga, kebanyakan responden termasuk warga sekitar juga pengendara ojek. Keberadaan ojek juga akan meningkatkan pertumbuhan lalu lintas, meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, bangkitan pergerakan lalu lintas baik di dalam maupun di luar kawasan. Ojek menjadi pilihan matapencaharian untuk mencari nafkah warga, sehingga ojek menjadi alat angkut komersil yang mendukung pengembangan wilayah, terutama membuka akses pertumbuhan perekonomian warga sekitar.

70 b. Angkutan Kendaraan Roda Dua Pribadi Rata-rata warga di empat kelurahan di wilayah studi memiliki kendaraan roda dua yang berfungsi ganda. Milik pribadi dan sebagai usaha sampingan yaitu sebagai jasa ojek. Prosentase kendaraan roda dua 0.025% dari total seluruh penduduk yakni 12038 orang. (Tabel 3, Gambar 2). Perbandingan jumlah penduduk yang bermatapencaharian sebagai pegawai dan petani sangat besar. Karena pada umumnya masyarakat di sekitar wilayah penelitian merupakan masyarakat bertani dan buruh. Ini dibuktikan dengan luasnya wilayah perkebunan dan ladang warga oleh tanaman sayuran. Berdasarkan data pekerjaan (mata pencaharian penduduk kawasan), berkisar 1 : 100 (sumber : Kelurahan Sumber Agung, data monografi Kecamatan, 2007). Artinya 1 orang berprofesi pegawai terhadap 100 warga petani. Artinya sebagian besar warga merupakan masyarakat bertani dan berkebun, sehingga roda dua belum merupakan barang yang sangat mendesak. c. Angkutan Umum Bis Damri Angkutan umum bis damri melalui wilayah studi melewati empat kelurahan yakni Kelurahan Sumber Rejo, Kelurahan Sumber Agung, Kelurahan kedaung dan Kelurahan Batu Putu. Bis damri merupakan satu-satunya angkutan penumpang massal yang melewati wilayah studi.

71 Tujuan utama keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, cepat murah, dan nyaman. Selain itu, keberadaan angkutan umum penumpang juga membuka lapangan kerja. Pada penelitian ini, angkutan umum bis damri yang melewai wilayah studi mempunyai tujuan yang ditempuh adalah Pasar Hanura dari terminal asal Rajabasa demikian sebaliknya. (Tabel 4 dan Tabel 5). Jalur/rute wilayah studi merupakan akses utama menuju kawasan sehingga bis cukup mengantarkan penumpang turun naik di jalur utama. Rute bis yang terbatas, jarak yang panjang serta waktu tempuh bis yang cukup lama, menjadi faktor utama masyarakat tidak bergantung dengan angkutan ini. Hal ini dilihat dari jumlah penumpang bis. Prosentase pengguna angkutan bis damri (Gambar 4 sampai Gambar 10 dan Gambar 11 sampai Gambar 17) yang menyebar ke berbagai tujuan memperlihatkan cakupan jangkauan angkutan melewati wilayah studi. Namun hal ini tidak diikuti dengan kapasitas muatan penumpang bis damri di wilayah studi dan sekitarnya. (Gambar 18). Hinton (1981) yang disadur dari warpani dalam buku merencanakan Sistem angkutan kebutuhan dan peranan sarana angkutan umum penumpang tampaknya akan tetap memainkan peranan penting, apalagi dengan ancaman merosotnya cadangan bahan bakar minyak. Demikian halnya dengan angkutan bis damri di

72 wilayah studi. Angkutan bis yang ada saat ini ditujukan kepada kawasan yang potensial dalam pemanfaatan ruang. Dimana di kawasan studi memiliki potensi obyek wisata alam yang sangat banyak dan beragam. Sehingga dibutuhkan sarana angkutan umum massal untuk membuka akses menuju wilayah ini. Giannopoulus (1989) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kinerja angkutan umum antara lain adalah nilai okupansi bis. (Tabel 6 dan Tabel 7). Nilai okupansi bis adalah perbandingan antara jumlah penumpang dengan kapasitas tempat duduk bis, misalnya nilai okupansi 150% berarti penumpang tidak mendapatkan tempat duduk atau berdiri 50 % dari kapasitas yang ditetapkan. Dari penelitian pada umumnya mendapatkan prosentase nilai yang kecil yaitu kurang dari 50%. (Tabel 8). Total penumpang bis damri naik dan turun penumpang selama sehari berpengaruh juga terhadap kinerja angkutan bis (Gambar 20 dan Gambar 21). Selain waktu sehari penuh pulang dan pergi angkutan bis damri asal terminal rajabasa tujuan pasar hanura dan sebaliknya Demikian halnya waktu hari puncak yang dilakukan pada penelitian (Tabel 9). Sehingga faktor manusia mempengaruhi orang untuk menggunakan angkutan umum bis. Nilai faktor muatan penumpang bis dibawah 50%. Artinya, penumpang lebih memilih moda lainnya selain armada bis damri. (Gambar 22 dan Gambar 23). Kondisi angkutan bis damri yang melewati wilayah studi hanya memiliki tiga unit kendaraan. Hal ini dikategorikan sebagai trayek perintis. Kondisi angkutan trayek

73 perintis di wilayah studi berlaku karena fungsi trayek tersebut dikaitkan dengan fungsi potensi wilayah sebagai kawasan pariwisata dan kawasan pengembangan holtikultura, juga sebagai kawasan konservasi. Peraturan Pemerintah yang mengatur hal ini yaitu Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 pasal 28 ayat 2. Angkutan bis belum memiliki peranan di wilayah studi dan sekitarnya, karena faktor waktu menunggu yang lama, jarak tempuh, jangkauan wilayah yang luas, terjal dan berbukit serta keterbatasan tempat pemberhentian bis pada titik tertentu, menyebabkan orang tidak terlalu bergantung pada angkutan ini. Lokasi lokasi yang potensial sebagai titik pemberhentian bis seperti pada lokasi obyek wisata seharusnya memiliki peranan cukup besar, dimana terjadi aktifitas menunggu warga sehingga faktor kenyamanan penumpang lebih diperhatikan. Sedangkan pada wilayah penelitian, tidak terdapat lokasi pemberhentian bis, sehingga kurang nyaman. Karena pada umumnya warga sekitar wilayah studi hanya menunggu di depan rumah mereka masing-masing. d. Angkutan Kota (Angkot) Selain angkutan penumpang bis damri di wilayah studi, terdapat angkutan kota yang dikenal dengan sebutan angkot (Tabel 10). Keberadaan angkot di wilayah studi hanya sebatas fungsi angkutan temporer, sewaktu waktu dan terbatas. Karena angkutan kota ini sebenarnya tidak melewati jalur wilayah studi. Hanya Karena keperluan warga mengantarkan mereka ke tempat tujuan wisata tertentu (Gambar 24).

74 Angkot hanya sebagai jasa angkutan penumpang wisata dengan sistim sewa. Dan biasanya hanya dengan antar jemput penumpang, tidak menunggu penumpang. Angkot ada di waktu libur sekolah. Dan pada umumnya angkot disewa oleh sekolah tertentu. Terkadang juga oleh satu keluarga bersama keluarga mereka lainnya untuk berwisata. Sedangkan warga disekitar wilayah studi tidak menggunakan angkot, karena memang angkot tidak melewati kawasan ini. Kalaupun ada, angkot terkadang sebagai sarana warga untuk menyewa sesaat. e. Angkutan Desa (Angdes) Angkutan desa memiliki peranan yang cukup besar bagi warga sekitar. Angdes dipergunakan oleh masyarakat sekitar sebagai sarana angkutan hasil bumi, kerajinan tangan dari pengrajin setempat dan warga sekitar menuju pasar terdekat, yakni Pasar Cimeng, Pasar Teluk, Pasar Bambu Kuning dan juga Kalianda (Tabel 11). Berdasarkan pada penelitian terhadap pemilik kendaraan angdes di wilayah studi, jumlah angkutan ini sangat terbatas, karena faktor ekonomi warga sekitar dan juga saling ketergantungan warga terhadap pemilik kendaraan untuk memasarkan hasil bumi yang bersifat temporer, sesaat dan hanya di waktu panen tiba. Sehingga dari sebagian besar penduduk sekitar wilayah studi, kepemilikan angdes sebagai angkutan hasil bumi sangat terbatas. (Gambar 25, Gambar 26, dan Gambar 27).

75 f. Gerobak sapi Gerobak sapi merupakan angkutan tradisional masyarakat yang ada di sekitar wilayah studi. (Tabel 12). Sarana angkutan tradisional ini sebagai sarana angkut menuju ladang/kebun warga yang kurang mampu, bermatapencaharian sebagai petani dan buruh kasar. Angkutan tradisional ini merupakan angkutan bagi minoritas warga wilayah studi (Gambar 28) dan telah lebih dulu ada dari kendaraan bermesin. Selain digunakan warga menuju ke ladang, digunakan juga sebagai alat angkut hasil bumi seperti sayur untuk menghidupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hingga saat ini, keberadaan dan eksistensi angkutan tradisonal ini masih diperlukan warga sebagai sarana angkutan selain murah, hemat biaya, cukup dengan memelihara sapi dengan baik. Ini dapat dilihat dari adanya kegiatan warga sehari hari dari dan menuju ke kebun/ladang yang melalui jalur di kawasan wilayah studi. g. Mobil pribadi Kendaraan roda empat milik pribadi warga menjadi obyek penelitian selanjutnya (Tabel 13). Jenis kendaraan ini umumnya difungsikan oleh warga yang memiliki mobil sebagai sarana angkutan hasil bumi warga sekitar yang membutuhkan, untuk menjual hasil panen mereka. Mobil ini telah menjadi andalan masyarakat sekitar, karena dengan pola penanaman yang didasarkan pada jenis tanaman dan

76 sayuran tertentu serta dapat menghasilkan panen dalam waktu yang tidak lama, fungsi mobil sebagai sarana angkutan menjadi dominan. Keberadaan mobil teroganisir, sehingga sewaktu panen tiba, mobil siap kapanpun diperlukan. Kendaraan model ini sangat membantu warga menjadi sarana angkutan andalan sebagian besar warga di empat kelurahan di wilayah studi untuk membawa keluar hasil panen mereka. Keterbatasan kepemilikan kendaraan ini (hasil penelitian), tidak menghalangi warga sekitar untuk cepat memasarkan hasil panen menuju lokasi pasar terdekat di wilayah studi (Gambar 29). 4.2.1.3. Obyek wisata Pertumbuhan lalu lintas yang terjadi di wilayah studi dan sekitarnya, sangat tergantung dari beberapa aspek. Selain faktor pertumbuhan penduduk dan ekonomi wilayah, sektor pariwisata memiliki peranan yang sangat besar. Lampung terkenal sebagai propinsi dengan obyek wisata yang tersebar di seluruh wilayah. Tidak terkecuali obyek wisata di wilayah studi. (Tabel 14). Dengan asumsi bahwa semakin besar perkembangan sektor wisata yang ada, semakin besar pula nilai pertumbuhan lalu lintas. Sehingga kebijakan pemerintah kota untuk membuka jalur angkutan bis damri menuju ke wilayah studi merupakan suatu keharusan dan kebutuhan yang tepat. Hal ini tidak didukung dengan memaksimalkan angkutan bis damri sebagai sarana angkut menuju wilayah studi dan sekitarnya oleh pendatang maupun pengelola

77 obyek wisata (Tabel 15 sampai Tabel 20). Masing-masing pengelola pariwisata dan juga pengunjung yang datang ke lokasi memiliki peranan yang besar terhadap pergerakan. Bukan berarti angkutan bis damri sebagai angkutan massal berhenti disitu saja, namun eksistensi dan peranan angkutan bis sebagai alat angkut di masa datang lebih ditingkatkan baik dalam jumlah armada maupun kualitas pelayanan dari operator angkutan bis. Hal ini didasarkan pada tingkat pertumbuhan penduduk suatu wilayah, kebijakan pemerintah setempat serta kesadaran warga masyarakat untuk lebih memilih moda bis sebagai alat angkut. Sebagai gambaran, dari Terminal Rajabasa menuju ke lokasi obyek wisata berjarak ± 14 km. Sedangkan jarak dari masing masing obyek wisata bervariasi antara 1 km 3 km jaraknya. Letak obyek wisata yang tidak begitu jauh bahkan berdekatan dan saling menunjang, disesuaikan dengan karakteristik wilayah masng-masing. Namun pada umumnya, obyek wisata di kawasan ini merupakan obyek wisata alam. Obyek wisata buatan juga tidak kalah menariknya untuk dikunjungi. 4.2.1.4. Potensi Obyek Wisata Di wilayah studi terdapat obyek wisata potensial berupa obyek wisata alam dan buatan serta wisata agro. Sebagai daya tarik potensi obyek wisata yang besar dalam menarik minat kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini sepatutnya didukung oleh lokasi obyek wisata yang nyaman, aman dan dapat melengkapi berbagai fasilitas pendukung lokasi bagi pengunjung.

78 Terkait dengan penelitian penulis pada lokasi obyek wisata potensial, prasarana dan sarana transportasi pendukung untuk mendukung pengembangan wilayah, dapat dirangkum dalam hasil tanggapan responden terhadap obyek wisata yang mereka kunjungi. (Gambar 30 sampai Gambar 38). Prosentase kunjungan wisatawan terhadap lokasi obyek wisata sangat berpengaruh terhadap fasilitas yang ada pada obyek wisata. Tingkat kepuasan pengunjung terhadap kunjungan obyek wisata terbanyak di wilayah studi, produk wisata yang ditawarkan juga berpengaruh terhadap kepuasan pengujung ke lokasi wisata. Sarana angkutan pengunjung wisata pada umumnya, pengetahuan responden terhadap angkutan bis umum damri serta penjadwalan pemberangkatan bis, jarak menuju lokasi serta kondisi prasarana menuju lokasi memiliki peranan yang cukup besar sebagai koreksi dari berbagai masukan responden terhadap lokasi wisata yang mereka kunjungi. Untuk perbaikan kualitas obyek wisata, maka sudah sepatutnya pengelola obyek wisata berbenah untuk memperbaiki kekurangan dalam pengelolaan dan mempertahankan serta meningkatkan kondisi yang sudah baik. Dari hasil penelitian, keberadaan sarana angkutan bis damri yang melewati wilayah studi kurang berperan bagi penumpang bis menuju obyk wisata. Karena ketidakpengetahuan responden terhadap angkutan bis dan penjadwalan rute perjalanan. Bagi operator angkutan bis damri untuk lebih meningkatkan mutu

79 pelayanan terutama sosialisasi kepada warga kota agar eksistensi dan peranan angkutan dapat berjalan optimal sesuai dengan yang diharapkan warga. Terlebih dengan pengaturan waktu penjadwalan bis, serta memperbanyak armada bis damri di masa yang akan datang. Terlepas dari fungsi armada bis damri saat ini sebagai armada perintis, yang keberaannya sekarang berfungsi sebagai angkutan potensial untuk pengembangan kawasan yang sudah berjalan cukup baik bagi pertumbuhan lalu lintas dan perekonomian kawasan. 4.2.1.5. Pengembangan Pariwisata Prasarana dan sarana transportasi perkotaan di wilayah studi, berpotensi untuk menunjang pengembangan potensi obyek wisata. Pengembangan transportasi diarahkan untuk mengintegrasikan dan mengkombinasikan antar moda transportasi. Apabila aksesibilitas menuju lokasi obyek wisata telah tersedia, dan potensi untuk dikembangan juga semakin terbuka. Artinya, suatu wilayah menjadi berkembang dan maju. Aksesibilitas ini seharusnya dapat mendukung pengembangan pariwisata tidak terkecuali di wilayah studi. Peranan prasarana serta sarana pendukung bagi pengembangan pariwisata di wilayah studi harus lebih ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya menjadi baik dari segi palayanan maupun jasa. Hal ini nantinya akan dapat membangkitkan pergerakan orang maupun barang menuju ke lokasi di wilayah studi. Dengan demikian, akan meningkatkan pertumbuhan lalu lintas dan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pariwisata, sert hasil bumi setempat. Dan

80 akhirnya lokasi pariwisata pada lokasi tersebut akan semakin berkembang dan dikenal oleh masyarakat luar.