BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu tindakan. Hasil belajar adalah prilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan aspek-aspek prilaku tersebut tergantung dari apa yang dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perilaku yang dihasilkan berupa penguasaan konsep. Hasil belajar siswa dapat berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Rifa I (dalam Saputra (2011:17) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik/siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangakan menurut Handayani (dalam Saputra (2011:17) hasil belajar terdiri dari tiga aspek penting yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif berupa pemahaman siswa terhadap materi. Hasil belajar afektif berupa perubahan tingkah laku dan sikap. Hasil belajar psikomotor berupa keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar merupakan hasil akhir (umumnya dinyatakan dalam bentuk nilai belajar) yang diperoleh siswa terhadap serangkaian kegiatan evaluasi yang dilakukan guru baik ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil yang diperoleh dapat 6
dikategorikan sangat baik, baik, cukup atau kurang, sesuai dengan standar penilaian yang ditetapkan oleh sekolah tersebut. Menurut Kingsley (dalam Sudjana, 2009: 65) bahwa hasil belajar dapat dibedakan atas tiga macam, yakni: a. Keterampilan dan kebiasaan b. Pengetahuan dan pengertian c. Sikap dan cita-cita Sedangkan menurut Gagne (dalam Dahar, 2011:118) hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kategori, yakni: a. Verbal information. Informasi verbal disebut pengetahuan verbal; menurut teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proporsi-proporsi (Gagne dalam Dahar, 2011:123). Nama lain dari pengetahuan verbal ini adalah pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, membaca dari radio, televise, dan media lainnya. b. Intellectual skill. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dengan penggunaan symbol-simbol atau gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan ini sudah dimulai sejak tingkat pertama sekolah dasar (sekolah taman kanak-kanak) dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual siswa. c. Cognitive strategy. Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir disebut sebagai strategi
kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi modern merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir. d. Attitude. Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian, atau mahluk hidup lainnya. e. Motor skill. Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dangan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrument music, atau dalam pelajaran sains, menggunakan berbagai macam alat seperti mikroskop, berbagai alat-alat listrik, dan lain-lain. Hasil belajar adalah keadaan individu yang dapat menguasai hubungan antara bagian informasi dengan yang telah diperolehnya mengenai proses belajar. Harus selalu kita ingat bahwa hasil belajar bukan hanya dilihat pada satu aspek saja, namun hasil belajar merupakan gabungan seluruh aspek yang dirangkaikan dalam suatu rangkaian yang saling berhubungan secara komprehensif. Proses penagajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Menurut Purwanto (2013: 44) hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang
sudah diajarkan. Oleh karena itu, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur hasil belajar. Dari berbagai penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar di kelas. Hasil tersebut dapat berupa penguasaan konsep/pengetahuan, perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, dan peningkatan keterampilan. 2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Rifa I (dalam Saputra (2011:20) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum terdiri atas dua bagian penting yakni faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal meliputi kondisi fisik, seperti kesehatan tubuh, kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial, seperti kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungan. b. Faktor eksternal meliputi variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana belajar, dan budaya belajar masyarakat. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Daryanto, 2010:55). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran. Hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak tentang diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak tentang diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. 2.1.2 Hakikat Metode Discovery 2.1.2.1 Pengertian Metode Discovery Illahi (2012: 29) menjelaskan apabila ditinjau dari katanya, discover berarti menemukan, sedangkan discovery adalah penemuan. Hamalik (dalam Illahi, 2012: 29) juga menyatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukansuatu konsep atau generalisasi yang dapat ditetapkan di lapangan. Badan Pengembangan SDM menjelaskan bahwa
metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sagala (2012: 196) mengemukakan bahwa metode discovery bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai suatu subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Hanafiah dan Suhana (2012: 77) juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didikuntuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Metode Discovery Learning adalah suatu metode pembelajaran yang membimbing siswa untuk menemukan hal-hal yang baru bagi siswa berupa konsep, rumus, pola, dan sejenisnya (Jamila, dkk, 2011: 82). Discovery Learning dari Bruner (dalam Hasugian, 2013: 4) merupakan model pengajaran yang melambangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pemnbelajaran dalam prinsip konsruksitivis dan discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Pengertian Metode Discovery Menurut Sund (dalam Hasugian, 2013: 4) adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Menurut Joolingen (dalam Rohim, dkk, 2012: 2) menjelaskan bahwa discovery learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun
pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimasud dengan metode discovery pada pelajaran IPS SD adalah suatu metode pembelajaran yang system pembelajarannya lebih berpusat pada siswa dalam rangka untuk menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan dan sikap. 2.1.2.2 Macam-macam Metode Discovery Hanafiah dan Suhana (2012: 77) mengemukakan pembagian metode discovery sebagai berikut. a. Discovery terpimpin, yaitu pelaksanaan discovery dilakukan atas petunjuk dari guru. Mulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapakn. Selanjutnya siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.
b. Discovery bebas, yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuwan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri. c. Discovery bebas yang dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dipshami peserta didik. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenarannya. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode discovery terdiri atas tiga yaitu discovery terpimpin, discovery bebas dan Discovery bebas yang dimodifikasi. 2.1.2.3 Fungsi Metode Discovery Ada beberapa fungsi metode discovery, yaitu sebagai berikut: Hanafiah dan Suhana (2012: 78). a. Membangun komitmen (commitment bulding) di kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran. b. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pmbelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. c. Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka (openness) terhadap hasil temuannya. 2.1.2.4 Langkah-langkah Metode Discovery Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan discovery yakni: (Sagala, 2012: 197)
a. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa, b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, c. Siswa mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/ hipotesis, d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, e. Mengaplikasikan kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru. 2.1.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Discovery Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan mengemukakan kelebihan dan kelemahan metode discovery yaitu: a. Kelebihan: 1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. 2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. 8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; 10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; 11) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; 12) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; 13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; 14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; 15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; 16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; 17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. b. Kelemahan Metode Discovery
1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsepkonsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. 2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. 3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. 4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. 5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPS kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa 6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian yang telah dilakukan Sundari, Rusmana dan Suryawan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan jenis materi
yang diajarkan, sementara persamaan yang dimaksud adalah semua metode yang digunakan dan yang akan digunakan peneliti sama yaitu menggunakan metode discovery dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada siklus I, aktivitas siswa memperoleh skor rata-rata 2,6 dikategorikan cukup dengan persentase 66,07%. Setelah adanya perbaikan pada siklus II, aktivitas siswa mengalami peningkatan persentase menjadi 78,6% dengan skor rata-rata 3,1 dan dikategorikan baik. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis pada penelitian tindakan kelas ini adalah Jika digunakan metode discovery, maka hasil belajar siswa pada mata pembelajaran IPS di SDN 6 Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango akan mengalami peningkatan 2.4 Indikator Kinerja Pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa yang tuntas mencapai 75% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan dengan KKM sebesar 70. Kegiatan belajar siswa dan guru mencapai 85% dari seluruh aspek yang diamati, maka pembelajaran dapat dikatakan berhasil.