BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit Pengertian Hasil Belajar Belajar dalam arti luas adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungannya yang menimbulkan perubahan perilaku. Oleh karena belajar dapat terjadi ketika pribadi langsung bersentuhan langsung dengan lingkungan maka pembelajaran terhadap siswa tidak hanya dilakukan di sekolah, sebab dunia adalah lingkungan belajar yang memungkinkan perubahan perilaku (Purwanto, 2008:47). Selain itu belajar menurut para ahli (dalam Mustofa dan Thabroni 2011 : 19-21) :Hilgar dan Brower Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau atas dasar kecenderungan respons pembawaan. Menurut Gagne Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu dari waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Morgan Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Menurut Wherington Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola daripada reaksi yang berupa kecakapan,

2 8 kepandaian, atau suatu pengertian.traves Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar menurut Suprijono (2009: 3) belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut, guru bertindak pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Sudjana (dalam Syaizah 2010) Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar.tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Oleh sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. dengan mengetahui tercapai-tidaknya tujuan-tujuan instrusional, dapat diambil tindakan perbaikan pengajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan dalam strategi mangajar, memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, dalam hal ini perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses belajar-mengajar. (Sudjana 2008:3) Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan intruksional yang berisi rumusan kemapuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. (Purwanto 2008:44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional.

3 9 Duandini (2012) mengemukakan hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman. Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai hasil dari proses belajar. Dalam hal ini hasil belajar didefinisikan sebagai tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang di tetapkan.selain itu menurut Suprijono (2009: 5-6) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan. Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan yakni hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk kepada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan Hasil Belajar Pada Materi Perubahan Kenampakan Benda Langit Uno (2011 : ) Hasil belajar yang nampak dari kemampuan yang diperoleh siswa, menurut Gagne dapat dilihat dari lima kategori, yaitu ketrampilan intelektual (intellectual skills), informasi verbal (verbal information), strategi kognitif (cognitive strategies), keterampilan motorik (motor skills), dan sika (attitudes). Dalam kegiatan belajar mengajar, keterampilan intelektual dapat dilihat ketika siswa menggunakan symbol untuk berinteraksi dengan lingkungan.informasi verbal dapat dilihat ketika siswa menanyakan suatu konsep atau pengertian. Strategi kognitif digunakan ketika memecahkan suatu masalah

4 10 dengan ara tertentu. Keterampilan motorik digunakan ketika menggunakan perkakas atau alat-alat tertentu.kemudian sikap digunakan untuk memilih perbuatan atau perilaku tertentu. Dari lima tingkat kemampuan tersebut, tiga diantaranya berada pada urutan pertama, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, dan strategi kognitif dapat disejajarkan dengan kemampuan dalam ranah kognitif sebagaimana yang ada dalam taksonomi Bloom. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam materi perubahan penampakan benda langit yaitu diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa yang memfokuskan pada pengetahuan kognitif siswa dengan fakta yang sebanyakbanyaknya, penguasaan konsep bagaimana kedudukan benda langit, misalnya mengamati bagaimana penampakan benda langit, waktu posisi matahari terbit dan tenggelam serta penampakan bulan dari hari ke hari. 2.2 Hakekat Metode Discovery Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit Pengertian Metode Discovery Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Meta dan Hoodos yang berarti cara atau rancangan untuk membuat sesuatu. Menurut T. Raka Joni (dalam Abimanyu 2009:2.5) metode adalah cara kerja yang bersifat relative umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Abimanyu (2009 :2.5) mengemukakan metode adalah jalan atau cara dalam menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian metode dapat diartikan cara penyajian materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ditetapkan oleh guru sesuai dengan tujuan bahan yang akan diajarkan.

5 11 Menurut Gilstrap (dalam UPI 2012) metode penemuan didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual, memanipulasi objek atau pengaturan/pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum genearalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat. Discovery (penemuan) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Model pembelajaran penemuan (discovery) dibuat oleh Bruner. Bruner adalah salah satu ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Bruner (Duandini 2012), discovery merupakan belajar penemuan yang sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang baik. Menurut Encyclopedia of Educational Research (dalam Duandini 2012) discovery (penemuan) merupakan suatu strategi yang unik dapat dibentuk oleh guru dalam berbagai cara. Termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Sund (Susila,2010:10), discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip (dalam Duandini, 2012). Selain itu Menurut Sund (dalam Roestiyah, 2001 : 20) discovery adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah : mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya, suatu konsep misalnya;

6 12 segitiga, panas, demokrasi, dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah; logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa discovery diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan, memanipulasi objek, melakukan percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Metode ini melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi dan mencoba sendri, agar siswa dapat belajar sendiri. Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma, dan semacamnya. Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiri (penyelidikan). Amien (dalam Duandini,2012) berpendapat bahwa discovery ialah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri (mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur menarik kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan inquiri menurut pendapat Richard Suchman pada metode pembelajaran inquiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatnya, seperti merumuskan masalah, merencanakan

7 13 eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalis data serta menarik kesimpulan (dalam Duandini 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan keduanya yaitu jika discovery lebih menekankan pada penemuan proses mental siswa untuk menemukan suatu pengetahuan (konsep dan prinsip) yang dimiliki siswa. Sedangkan inquiry lebih menekankan pada proses-proses mental lebih tinggi tingkatannya.seperti merumuskan masalah, merancang, melakukan, mengumpulkan dan menarik kesimpulan Kelemahan dan Kelebihan Metode Discovery Menggunakan metode discovey merupakan suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Penggunaan metode ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka Abimanyu (2010 :7.10) mengemukakan keunggulan metode discovery sebagai berikut :1) Siswa belajar bagaimana melalui proses penemuan, 2) Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh, 3) Metode discovery membangkitkan gairah siswa dalam belajar, 4) Memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, 5) Siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, 6) Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau fasilitator.

8 14 Walaupun demikian baiknya metode ini adapun kelemahan yang perlu diperhatikan ialah: a. Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang kurang pandai akan frustasi. b. Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuan. c. Dalam pelajaran tertentu fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ideide mungkin terbatas. d. Metode ini selalu mementingkan untuk memperoleh pengertiann sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. e. Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berfikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya di bawah pembinaannya. Dari beberapa penjelasan kelebihan dan kekurangan metode discovery dapat saya simpulkan yaitu pada kelebihan metode discovery dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar serta siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga pengetahuan yang dimiliki dapat kokoh/mendalam dalam jiwa siswa tersebut. Dilihat dari kelemahan metode ini yaitu lebih cenderung sulit diterapkan kepada siswa yang kurang aktif dan memakan waktu yang cukup lama bila kelas terlalu besar.

9 Penerapan Metode Discovery Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit Upaya memperbaiki proses pembelajaran diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Maksud dengan kondisi pembelajaran di sini adalah tujuan bidang studi dari mata pelajaran yang akan diajarkan. Di lihat dari pengertian metode pembelajaran discovery yang di uraikan di atas sangat cocok diterapkan pada materi perubahan penampakan benda langit. Abimanyu (2010:7.10)tujuan dan alasan penggunaan metode discovery, tujuan penggunaan metode discovery antara lain: a. Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. b. Untuk mengatifkan siswa belajar sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.. c. Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan. d. Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, segingga hasilnya setia dan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan. Alasan penggunan metode discovery dalam pembelajaran antara lain: a. Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif. b. Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode discoveryakan betul-betul dikuasai dan mudah digunakan/ transfer dalam situasi apapun.

10 16 c. Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya. d. Siswa dibiasakan berpikir analisis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat. Sesuai dengan tujuan diatas proses pembelajaran dengan pemilihan metode pembelajaran discovery didasarkan atas karakteristik siswa di sekolah tersebut yangtidak hanya berfokus pada apa yang mereka dapatkan di dalam buku tetapi mereka menemukan sendiri pengetahuan atau konsep kendudukan bendabenda langit. Keberhasilan metode pembelajaran pada materi ini selain menggunakan media dan alat peraga sebagai penunjang dalam proses belajar siswa diikutsertakan dalam mencari konsep dengan melihat secara kongkrit di lingkungan di mana mereka dapat amati, baik siang hari maupun malam hari, sehingga pembelajaran mencapai indikator yang diharapkan. 2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut : a. Syafril Dangkua Tahun 2010 dalam skripsinya yang berjudul Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV Pada Konsep Benda Terapung, Tenggelam dan Melayang Dengan Menggunakan Metode Discovery Di SDN 1 Bulila Kecamatan Telaga menyimpulkan bahwa penggunaan metodediscovery sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa dengan capaian rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa

11 17 mencapai 95.83% atau 23 mendapat nilai 65 k e atas, sedangkan 1 siswa atau 4.17% mendapatkan nilai di bawah 65. b. Elfian Lattan Meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi gerak benda melalui metode discoverydi kelas III SDN Kalupi Inpres, Kecamatan Bangkurung, Kabupaten Banggai Kepulauan. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian ini menunjukan siklus I terdapat 5 orang siswa atau 29,42% yang memperoleh nilai minimal 6,5 ke atas dan 12 orang siswa lainnya atau 70,58% dengan daya serap 59,23%. Terjadi peningkatan pada siklus II yaitu 14 orang siswa atau 82,35% yang memperoleh nilai 6,5 ke atas dan 3 orang siswa lainnya atau 17,65% memperoleh nilai 6,5 ke bawah dengan daya serap 80,0%. Dengan demikian indicator kinerja telah tercapai dan pembelajaran dianggap tuntas. Simpulan terhadap penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilkukan pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode discovery maka hasil belajar siswa akan meningkat. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teoritis di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Jika diterapkan Metode Discovery Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit Kelas IV di SDN 1 Telaga Maka Hasil Belajar Siswa Dapat Meningkat.

12 Indikator Kinerja Penelitian tindakan kelas ini berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada materi perubahan penampakan benda langit dengan menggunakan metode discovery sehingga indikator penelitian ini adalah apabila 85% siswa kelas IV mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) nilai 75 dengan menggunakan metode discovery.