BAB VI PENUTUP. temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai A) Kesimpulan; B) Implikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), 3. 1 Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan Di Pesantren Lirboyo, (Yogyakarta: Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksistensi pondok pesantren Mamba us Sholihin dalam memenuhi kebutuhan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan simpulan dan saran-saran hasil penelitian. darul Istiqamah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Dudung. Metode Penulisan Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

PENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB V PEMBAHASAN. Kebijakan Pondok Pesantren dalam Menjawab Tantangan Modernitas; C) Faktor

BAB I PENDAHULUAN. adalah adalah suatu bentuk lingkungan masyarakat yang memiliki tatanilai

BAB I PENDAHULUAN. kaku (rigid) mempertahankan tradisi lama yang dianggapnya masih sophisticated 3

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TRANSFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN SALAFIYAH DI JAWA TIMUR: STUDI KUALITATIF DI PESANTREN LIRBOYO KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang keberadaannya masih eksis hingga

BAB V KESIMPULAN. peran yang cukup penting bagi dinamika intelektual bangsa Indonesia. Pesantren

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB V KESIMPULAN. Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara. resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda.

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, dan PENUTUP. 1. Pondok Pesantren At-Tauhid didirikan berdasarkan melihat dan memperbaiki

PERLUKAH PERGURUAN TINGGI PASCA PESANTREN. Disusun oleh : Azwan Lutfi Pembina Ponpes As ad Jambi

PERANAN YAYASAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL MIDAD DESA SUMBEREJO KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Sukardi, Manajemen Sarana dan Prasarana, dalam diakses pada 20 Juni 2013.

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT. dalam pesantren, pendidikan sangat berhubungan erat dengan

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB VI PENUTUP. serta pembahasan lintas situs, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini penulis akan memaparkan. telah dikaji. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. tampak dengan mengintegrasikannya nilai-nilai karakter ke dalam proses

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu motto pondok pesantren Al-Basyariyah adalah Mau memimpin

BAB 1 PENDAHULUAN. anak pun dijelaskan bahwa diantaranya yakni mendapatkan hak pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Kasus : SMA AL-ISLAM 2 SURAKARTA) TESIS. Oleh MAHMUDAH : Q

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QURAN ROUDLOTUT THOLIBIN HIDAYATUL QURAN PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

1. PENDAHULUAN. Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain

EFEKTIVITAS MODEL PELATIHAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MUDARRIS DISERTASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

Masih Spiritualitas Bisnis

Nama pondok pesantren LPI MUDI PUTRI SAMALANGA

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi Islam, perlu pembenahan dan berperan diri dalam

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan masyarakat yang madani dalam kehidupan pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk terus dijadikan penelitian, terlebih lagi jika dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB V PEMBAHASAN. A. Keterampilan Teknikal Pimpinan Pondok Pesantren dalam Pengelolaan. Pendidikan Pesantren di Kota Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun lembaga keagamaan memang cukup menarik untuk dicermati dan

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB V PENUTUP. Kepemimpinan Mudîr dalam Pengelolaan Pondok Pesantren Tahfizhul Qur an di

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER PASCASARJANA

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

Meski siswa SMK pakainnya penuh oli lantaran bergelut dengan mesin otomotif, tetap tunaikan shalat tanpa alasan tanggung kotor.

2015 PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI SANTRI WARIA D I PESANTREN AL-FATAH KOTAGED E YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pesantren yang sudah memakai sistem syariah dalam mengembangkan bisnisnya.

BAB I PENDAHULUAN. agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER PASCASARJANA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan organisasi mengatasi berbagai tantangan dan berhasil

Vialinda Siswati Mahasiswa Doktor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO) HIMPUNAN MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL (HIMAHI) UNIVERSITAS PARAMADINA

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB V PENUTUP. A. Analisis

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. peranan guru, kepala madrasah dan komite madrasah dalam mengelola. satuan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas Islam, khususnya di Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. transfer of knowledge akan tetapi juga merupakan nilai pendidikan dari satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, maka tuntutan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil fokus penelitian, paparan data, hasil pembahasan dan temuan penelitian tentang kepemimpinan Kiai dalam pembaruan pondok pesantren (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Al Falah Kediri), penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Gaya kepemimpinan pondok pesantren Lirboyo memiliki tiga Gaya kepemimpinan antara lain, (a) Gaya Kepemimpinan Tunggal, gaya yang dipakai otoriter dan karismatik. (b) Gaya Kepemimpinan Dwi Tunggal, gaya yang digunakan demokratis karismatik namun dari dua pimpinan ini memiliki 2 pengaruh yang berbeda. (c) Gaya Kepemimpinan Kolektif dengan tergabung dalam BPK-P2L. Otorita kepemimpinan kiai bersifat individualistik namun proses keorganisasian berjalan secara kolektif, secara otomatis dalam kepengurusan sudah terdelegasikan kepada unitunit yang ada. Sedangkan Gaya kepemimpinan pesantren Al Falah terdapat beberapa Gaya (a) Gaya kepemimpinan Tunggal dengan gaya otoriter-karismatik. (b) Gaya Tri Tunggal dengan gaya kepemimpinan demokratis keikut sertaan santri senior mewarnai dalam kepengurusan. (c) Gaya kepemimpinan kolektif Al Falah secara keorganisasian, namun otorita kepemimpinan bersifat individualistik. 2. Periodesasi dalam kedua pondok pesantren dapat dilaporan sebagai berikut: 215

216 Periodesasi pesantren Lirboyo diantaranya: (a) Generasi perintis pertama dilakukan oleh K.H. Abdul Karim. (b) Generasi 2 pengembangan dapat dikatakan periode 2 dan 3 dengan dua pimpinan kiai KH. Marzuqi Dahlan dan KH Mahrus Aly. (c) Generasi 3 periode 4 kepemimpinan BPK-P2L dengan ketua umum KH. A Idris Marzuqi (cucu KH Marzuqi Dahlan), (d) Generasi 3 periode 5 Kepemimpinan BPK-P2L dengan ketua Umum KH Anwar Manshur. Sedangkan dalam pesantren Al Falah dapat terlaporkan sebagai berikut: (a) Periode peristis KH A Djazuli Usman, (b) Periode 2 Generasi 2 Dewan Masyayihk dengan 4 kiai sebagai pimpinannya (kolektif), (c) Periode 3 dewan masyayihk dengan pimpinan 3 Kiai. 3. Beberapa hal yang menjadi perakit jalinan keharmonisan pesantren baik komunikasi secara formal maupun nonformal dalam kedua pesantren sama, terdapat 2 perbedaan yang menjadikan perakit antara keduanya adalah moto (prinsip) yang dipegangi hingga saat ini diantaranya. NO Nama Pesantren Simbol Motifasi (pengikat keharmonisan) 1 Pesantren Lirboyo Yang ditanamkan oleh Muasis adalah Dzuriyah bi nasab (keturunan biologis) dan Dzuriyah fil ilmi (karena ikatan ilmu) kedua hal ini menjadikan metode motivasi bagi keturunan langsung dari pendiri pesantren dan santri alumni untuk menjaga dan mengembangkan pesantren Lirboyo ke depan. 2 Pesantren Al- Falah Yang ditanamkan oleh Kiai Generasi Awal adalah Al itihad al Wahdah (persatuan dan kesatuan dalam mengelola pesantren Al Falah) karena putra-putra yang banyak sehingga sangat perlu adanya moto yang harus di gunakan oleh muasis Yang menjadi perbedaan ialah dalam pondok pesantren terdapat budaya kawin silang antar dzuriyah hal ini tidak terdapat dalam pesantren Al Falah.

217 4. Kebijakan yang harus diikuti oleh unit-unit ialah pelaksanaan Madrasah yang ditetapkan pondok induk semua harus diikuti oleh semua unit-unit baik di pesantren Lirboyo maupun Al Falah. Keputusan dewan tertinggi (BPK-P2L dan Dewan Masyayik) dalam pondok pesantren mutlak diikuti, namun tidak semua keputusan dapat dilakukan oleh unit disebabkan oleh oleh berbedanya sistem yang digunkan. Kiai dalam menyikapi perbedaan dan pembaruan kiai (pimpinan) merestui. Terdapat dua alasan yang melatar belakangi pembaruan di dua Pondok Pesantren, yaitu (1) faktor intern, yaitu keinginan para kiai untuk mencapai tujuan ideal mereka yaitu "pondok pesantren sebagai pelayan umat (2) Faktor ekstern, yaitu perubahan yang terjadi di masyarakat akibat dampak perubahan zaman. Dalam menyikapi kedua faktor tersebut, para kiai menerapkan prinsip social need assessment dengan berpegang teguh kepada kaidah fiqhiyah Al Ashlah untuk mempertemukan idealisme para kiai dengan keinginan masyarakat. Peran para kiai Podok Pesantren (a) figurehead (pemimpin lambang), (b) Leader (pemimpin), (c) Liasion (penghubung), (e) spiritual figure (pemimpin rohani), (f) monitor (g) Desiminator (h) Enterphrenhur (i) Allocator (j) Negosiator. Dari keseluruhan paparan data dan hasil temuan penelitian ini ditemukan suatu tesis, bahwa efektivitas, efisiensi dan keberhasilan proses pembaruan yang dilaksanakan dalam pondok pesantren akan berjalan dengan menerapkan tipe kepemimpinan situasional-kontekstual (situasi-kondisi) sebagai respon atas tuntutan pembaruan yang diinginkan oleh masyarakat dan seluruh komponen pesantren. Karena tidak ada satu tipe yang paling baik dan

218 efektif ketika tipe serta model kepemimpinan ini diterapkan hanya dengan melihat situasi dan kondisi yang ada pada saat itu. Sedangkan Gaya kepemimpinan yang harus diterapkan ialah kepemimpinan kolektif atau multi leader. B.Implikasi 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini memberikan implikasi teoritis yaitu: menguatkan teori yang dibangun oleh Max Weber dan Ingo Winkler tentang karismatik, pengaruh kekarismatikan seorang pimpinan (kiai) ini sangat melegitimasi terhadap semua lini yang ada di bawahnya. Gaya ini sangat memiliki dampak terlihat otoriter sangat tradisional terhadap pengikutnya, sangat kaku sekali namun memiliki power dalam memimpin bawahanya. Dari pengaruh hal tersebut hingga terbangun rasa penghormatan yang berlebihan dari semua komponen yang ada di bawah naungan pondok pesantren. Tranformasi kepemimpinan yang terjadi pada pondok pesantren keduanya masih menempatkan karismatik kiai dalam segala hal walaupun Gaya yang terjadi dalam setiap periodesasi berbeda. Penerapan prinsip yang dipegang pondok pesantren salafiyah al-mukhafadhah ala al-qadim al-shalih wa al- akhdzu bi al-jadid al-aslah (memelihara hal-hal yang baik yang telah ada dan mengambil hal-hal yang baru yang baik) merupakan wujud nyata penerimaan pondok pesantren terhadap hal yang baik yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai salaf. Namun prinsip di atas penerapanya sangat terbatas.

219 Penelitian ini juga mengafirmasi teori yang dibangun Mujamil Qomar mengenai kepemimpinan multileader, mengingat pondok pesantren Lirboyo dan Al Falah termasuk pesantren yang besar dan eksis hingga saat ini perlu adanya kepemimpinan secara koleftif dalam penangan pondok pesantren. Bukan berarti wewenang dan karismatik kiai menjadi hilang akan tetapi kiai akan tetap berposisi sebagai top leader dengan kekarismatikanya mengawal perubahan yang ada, untuk mempertahankan kesalafan pondok pesantren. Pengaruh kiai tidak akan pernah berkurang sedikitpun, kiai akan tetap berkedudukan sebagai agen perubahan bagi masyarakat terhadap tatanan agama yang ada. Penelitian ini juga mengafirmasi teori Zamakhsyari Dhofier dan Karel Steenbrink tentang perkawinan silang yang terjadi dalam lingkup pondok pesantren perkawinan antara mindoan dan misanan dalam lingkup keluarga kiai sangat sering terjadi dan Gaya inilah dianggap paling ideal karena secara darah tidak terlalu dekat, tetapi kerabat yang masih dekat. Perkawinan antara nak sanak sering pula terjadi. Dalam pesantren Lirboyo perkawinan silang ini terjadi hingga sekarang sedikit sekali jika dibanding dengan pesantren Al Falah. Namun kedua pondok pesantren menerapkan Gaya perkawinan silang ini. Fungsi bani tidak hanya melestarikan keharmonisan dan keakraban hubungan kekerabatan namun juga untuk menguatkan kultur santri antara semua anggota serta melestarikan perkawinan yang bersifat endogamous antara anggota bani yang bukan muhrim.

220 2. Implikasi Praktis Implikasi kepemimpinan kiai dalam pembaruan di pondok pesantren Lirboyo dan pondok pesantren Al Falah Kediri adalah pemimpin dapat mempertahankan fungsi utama dari pesantren yaitu pentransferan keilmuan agama Islam, mempertahankan tradisi salaf serta menpersiapkan kader-kader ulama yang militan. Di samping itu, perubahan Gaya kepemimpinan yang terjadi juga menunjukkan adanya transformasi kepemimpinan, transformasi pembelajaran terlebih transformasi manajemen pesantren. Implikasinya membawa pengaruh terhadap perkembangan serta kemajuan pondok pesantren ke masa yang akan datang. Adanya trasformasi kepemimpinan yang terjadi menjadikan adanya keterlibatan santri senior dalam mengelola pesantren, adanya manajemen konflik yang ada dalam pesantren, pendelegasian tugas dan wewenang yang semakin jelas dan tertata secara teratur. Dengan tidak mengurangi wewenang kiai sebagai pimpinan tertinggi yang memiliki multi peran kompleks terhadap pembaruan yang terjadi. C. Saran. Dari hasil penelitian ini maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: Bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik dan pantas mendapatkan perhatian, dan biarkanlah pcsantren tersebut berdiri dan bertahan di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan karakter yang dimiliki. Karena dengan karakter yang dimiliki tersebut pondok pesantren mampu bertahan melewati perubahan zaman yang terus berjalan hingga sekarang dan seterusnya.

221 Hendaknya para pemimpin pondok pesantren menyesuaikan dengan perubahan zaman, bahwa zaman terus mengalami kemajuan. Perubahan itu harus disikapi dengan arif bijaksana serta positif, tanpa apriori yang menyebabkan pondok pesantren terasing dengan lingkungan atau zamannya. Maka pembaruan pondok pesantren itu mesti harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan kemajuan zaman namun dalam melakukan pembaruan jangan sampai menyebabkan tercerabutnya ciri khas pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional yang memegang teguh pada idealisme salafiyah. Untuk menunjang pembaruan di pondok pesantren hendaknya kiai melaksanakannya dengan tipe kepemimpinan situasional-kontekstual, dengan Gaya kekolektifan kiai. Hendaknya pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap pondok pesantren mengingat adalah cikal bakal pendidikan bangsa yang sumbangsih (kontribusi) besar terhadap negara khususnya pasca kemerdekaan. Banyak kader-kader militan yang berasal dari pondok pesantren yang ikut adil dalam bangsa ini. Sepatutnya pemerintah membuat kebijakan yang baik bagi pesantren agar keberlangsungan pondok dapat berjalan. Hendaknya bagi peneliti lanjutan hendaknya mengembangkan penelitian ini menjadi lebih sempurna karena banyak yang belum terangkat yang sifatnya sangat baik untuk dilakukan penelitian kembali. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan sebelum peneliti lanjutan lebih jauh masuk ke lingkup pesantren. Hendaknya bagi pesantren, pengasuh, pengurus pesantren dapat membaca hasil penelitian ini sebagai bahan dalam memehami strategi dan

222 langkah pesantren dalam mensiasati perubahan zaman. Sehingga dapat secara arif dan bijaksana menyikapi transformasi yang terjadi dalam pesantren.