ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

Oksidasi dan Reduksi

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

I. Tujuan. Dasar Teori

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KARBURISASI PADAT DENGAN KATALISATOR CANGKANG KERANG DARAH (CaCO2) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KEASUHAN BAJA St 37

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR KALSIUM KARBONAT DAN TAPIOKA TERHADAP TINGKAT LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA TANGKI BALLAST AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DAN BAJA LATERIT PADA LINGKUNGAN AIR SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

Bab IV Hasil dan Pembahasan

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN TINGKAT KOROSIFITAS AIR DI PERAIRAN PEMBANGKIT LISTRIK AIR WADUK CIRATA

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT LAJU KOROSI KNALPOT KENDARAAN TYPE C 100 PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN PURBALINGGA

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

PENAMBAHAN EDTA SEBAGAI INHIBITOR PADA LAJU KOROSI LOGAM TEMBAGA. Abstrak

TARIF LINGKUP AKREDITASI

DISTRIBUSI TINGKAT KARAT DAN LAJU KOROSI BAJA ST 37 DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT DAN AIR TANAH

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

DALAM. Johannes Abstrak. media. Dapat. linkungann. biofilm terhadap korosi. permukaan. Pendahuluann. sumuran. anaerobik.

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Transkripsi:

PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 e-mail: johannesleonard55@yahoo.com Abstrak Percobaan menentukan laju korosi material penukar panas kapal telah dilakukan dalam medium air laut sintetik dan air tawar. Air laut sintetik dibuat berdasarkan metode ASTM dan air tawar berasal dari PDAM Makassar, Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah perendaman benda uji kedalam ke dua medium tersebut. Waktu perendaman adalah 10 minggu dengan interval waktu pengambilan data setiap 2 minggu. Laju korosi dihitung berdasarkan kehilangan berat selama perendaman dalam mqasing-masing media. Kedua media yang digunakan masing-masing disterilkan, untuk menghindari pengaruh bakteri yang ada dalam kedua media tersebut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa laju korosi lebih besar dalam medium air laut tersebut dari pada dalam medium air tawar. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa peranan khlor dalam medium amat menentukan naiknya laju korosi tersebut. Pada awal minggu perendaman hingga minggu ke 4, laju korosi menjadi lambat. Hal ini diasumsikan karena pengaruh lapisan film pasif yang terbentuk sebelum perendaman. Lapisan ini terbentuk karena oksidasi dengan udara. Lapisan ini menjari retak dan pecah setelah menjelang minggu ke 4 perendaman. Laju korosi meningkat secara signifikan hingga minggu ke 10 dalam medium air laut sintetik. Sedangkan dalam medium air tawar, kenaikan laju kurang besar dibanding dalam medium air laut sintetik. Hingga minggu ke 10, masih belum diperoleh nilai laju korosi yang konstan. Hal ini menunjukkan bahwa proses korosi yang berlangsung belum mencapai tahap yang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketahanan material penukar panas mesin kapal dalam lingkungan korosif, air laut dan air tawar. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang menunjukkan pengaruh elemen-elemen korosif dalam kedua media, utamanya khlor. Selain itu, dapat pula diketahui efek dan lama perendaman terhadap laju korosi yang terjadi. Kata kunci: material penukar panas, laju korosi, air laut sintetik PENDAHULUAN Pada alat penukar panas mesin kapal laut yang berfungsi menyerap panas dari air tawar, dimana air tawar tersebut sudah digunakan untuk mendinginkan mesin. Hal tersebut dilakukan agar mesin dapat beroperasi dengan efesien. Alat penukar panas pada mesin kapal laut, rentan terkena korosi karena adanya sentuhan langsung dengan air laut sebagai pendingin. Demikian pula dengan air tawar yang didinginkan untuk nantinya dipakai sebagai pendingin mesin. Dalam hal ini air laut berfungsi untuk menyerap panas dari air tawar yang telah digunakan untuk mendinginkan mesin, agar mesin dapat beroperasi secara efesien (1). Air tawar, dimana komposisi zat terlarut tergantung pada umumnya mengandung Ca2+, Mg2+,NH4+, Cl-, dan SO42-. Zat yang terlarut biasanya jauh lebih rendah dari air laut. Agresivitas korosi air ini lebih rendah dari air laut. Namun jika sudah diolah menjadi air PDAM, kandungan khlor jadi naik, dan agresivitas korosifnya naik pula. Air yang mengandung CO2 akan menghasilkan HCO3- yang korosif. Jadi air PDAM yang mengandung CO2 dapat mengakibatkan korosi. Air ini dengan ph kecil (bersifat sebagai asam) merupakan lingkungan yang korosif yang bisa menimbulkan korosi pada logam. Air tawar mencakup keadaan fisik, kimia dan biologi. Diantara karakteristik fisik air ini adalah larutan sedimen, suhu air dan tingkat oksigen yang terlarut didalamnya. Dalam air sungai terdapat mineral dan gas yang umum ditemukan antara lain karbon, sulfur, sedium, kalsium, oksigen, nitrogen dan silikon. Laju korosi yang terjadi Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6 TM5-1

Analisa Laju Korosi Material dalam air tawar khususnya pada plat baja karbon berkisar 0,05 mm pertahun, namun laju korosi ini akan memrrun hingga 0,01 mm pertahun bila endapan yang mengandung kapur sudah terbentuk. Pada air laut, proses korosi berlangsung sama seperti pada medium air tawar atau udara lembab, tetapi lajunya dipercepat dengan adanya ion khlorida yang berjumlah kurang lebih 55% dibanding ion atau unsur lain. Laju korosi suatu metal yang terkorosi umumnya ditentukan konduktivitas elektrolit yang terlarut. Salah satunya yaitu lingkungan yang mengandung ion-ion klorida atau lingkungan laut. Pada lingkungan laut dengan kadar garam hingga 3,5% atau lingkungan dengan mempunyai kadar ion klorida yang cukup tinggi. Air laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Suatu contoh air laut sebesar 1000 g berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% air laut berupa air murni dan 3,5% zat terlarut. Banyaknya zat yang terlarut disebut salinitas. Zat-zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion. Enam ion anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Ion-ion ini adalah Klor, Natrium, Belerang (sebagai sulfat), Magnesium, Kalsium, dan Kalium. Empat ion berikutnya menambah 0,71% berat, hingga sepuluh ion bersama-sama membentuk 99,99% berat zat terlarut. Tembaga nikel sensitif terhadap kondisi tertentu yang ditemukan dalam beberapa kondensor maupun penukar panas. Umumnya penukar panas terdiri dari 90/10 Cu-Ni atau 70/30 Cu-Ni. Unsur lain yang biasanya ditambahkan adalah Mangan hingga 2%, besi hingga untuk resistansi korosi erosi, 25 Krom hingga 1% untuk meningkatkan kekuatan, dan Niobium dan silikon untuk pengecoran. Tembaga nikel, 30% (C71500) secara umum memiliki ketahanan terbaik dibanding campuran tembaga lain terhadap serangan korosi dari sebagian besar perairan dan asam. Bahan ini digunakan untuk meningkatkan kualitas di bawah kondisi yang sangat korosif di mana masa kerja lebih panjang dari campuran tembaga lain yang diinginkan. Bahan ini digunakan untuk sebagian besar kondensor dan penukar panas kapal. Campuran ini lebih disenangi untuk air laut yang terpolusi walaupun tidak imun terhadap serangan. Untuk kondisi yang abrasif karena adanya pasir dalam air laut campuran ini lebih cocok dan dengan kandungan 2Fe dan 2Mn adalah superior (2). Korosi logam pada lingkungan akuatik mengikuti mekanisme pada elektrokimia dimana pada logam yang mengalami korosi terdapat tempat-tempat berupa anoda dan katoda. Tembaga-nikel sensitif terhadap kondisi tertentu yang ditemukan dalam beberapa kondensor, maupun penukar panas. Tabung dengan paduan-paduan seperti ini, dapat mudah terserang jika tak dijaga dalam kondisi yang bersih. Penelitian ini diutamakan untuk memberi perhatian pada usaha-usaha yang bergerak dalam bidang transportasi, lembaga pertahanan keamanan yang menggunakan kapal laut sebagai sarana aktivitasnya. Masalah korosi yang merupakan hal yang masih kurang mendapat perhatian bagi berbagai instansi yang terkait, diharapkan dapat menggunakan teknologi yang ada secara efektif dalam penanggulangan korosi METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian in akan dilaksanakan pada Laboratorium Metalurgi Fisik Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Penelitian berlangsung dari Juni 2012 hingga Oktober 2012. Bahan dan Alat Material logam yang diuji dalam penelitian ini adalah material penukar panas yang didapatkan di PT. PAL Surabaya, EX KRI Nala yang telah di gudangkan sejak tahun 1986. Air laut sintetik dibuat berdasarkan standar ASTM, dan air tawar diambil dari air PDAM. Kedua lingkungan ini sebagai media lingkungan korosif. Komposisi Material Spesimen Uji Dari uji komposisi yang dilakukan untuk material spesimen uji yang dilaksanakan di SUCOFINDO, material penukar panas dalam penelitian ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut : Ni 28,31%, Co 0,003%, Cr 0,003%, Cu 67,64%, Fe 1,96%, Al 0,003%, Mn 2,01%, Zn 0,03%, dan Sn 0,003%. Sesuai dengan hasil uji komposisi, dapat disimpulkan bahwa mesin penukar panas ini menggunakan material jenis C71500 atau campuran 70/30 Cu-Ni. ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012 TM5-2

PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Media Perendaman Air tawar, diambil dari PDAM Kota Makassar. Air Laut Sintetik, diformulakan unsur-unsurnya mendekati air laut di perairan Indonesia dan dibuat sesuai dengan standar ASTM (3). Perendaman dilakukan selama 10 minggu dengan interval pengambilan data setiap 2 minggu. Kedua media ini, diperbarui setiap seminggu sekali dan dilakukan sterilisasi sebelum digunakan. Benda Uji Spesimen/material logam yang diuji dalam penelitian ini adalah material penukar panas yang didapatkan di PT. PAL Surabaya, EX KRI Nala yang telah di gudangkan sejak tahun 1986. Gambar 1. Sampel benda uji Gambar 2. Media perendaman Langkah-langkah Penelitian Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah: sebelum direndam, permukaan spesimen dibersihkan terlebih dahulu dengan kertas ampelas kemudian ditimbang berat awalnya sebelum direndam. Setelah ditimbang, spesimen kemudian direndam ke dalam instalasi pengujian yang berisi media korosif. Kedua media korosif ini disterilkan di otoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Spesimen disterilkan dengan pemijaran di atas lampu spiritus yang sebelumnya direndam dengan alkohol 70%. Setelah 2 minggu spesimen I diangkat kemudian dibersihkan dan dikeringkan, setelah itu ditimbang berat akhirnya dan dilakukan pemeriksaan visual untuk melihat bentuk korosi yang ada. Hal yang sama dillakukan pada spesimen II setelah waktu pengujian 4 minggu dan seterusnya untuk masing-masing media korosif hingga 10 minggu berakhir. Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6 TM5-3

Mpy Analisa Laju Korosi Material Perhitungan Laju Korosi K W I (mpy) A T D Dimana: I = Kecepatan Korosi (mils/year ) P e = Daya efektif (kw) K = Konstanta korosi = 3,45 x 106 W = Kehilangan Berat (gr) A = Luas permukaan spesimen (cm 2 ) T = Waktu perendaman (Jam) D = Densitas = 8,94 (g/cm 3 ) PEMBAHASAN Dari hasil pengujian diketahui besarnya kehilangan berat dari benda uji sebagaimana terliaht pada tabel 1 dan besarnya laju korosi yang terjadi pada benda uji dapat dilahat pada tabel 2. Tabel 1. Hasil Perhitungan Kehilangan Berat Waktu Kehilangan Berat W (gr) Perendaman Air Laut (Minggu) Sintetik Air Tawar 2 0,00576 0,00113 4 0,01606 0,00223 6 0,36811 0,04768 8 0,49343 0,13225 10 1,04205 0,29286 Tabel 2. Hasil Perhitungan Laju Korosi Laju Korosi Permukaan Waktu [mpy] Perendaman Air Laut (Minggu) Air Tawar Sintetik 2 0,00121 0,00272 4 0,00392 0,00478 6 0,06101 0,00841 8 0,09151 0,02191 10 0,15593 0,04382 Setelah minggu ke 10, hasil laju korosi yang diperoleh dari kedua medium air laut dan air tawar, berdasarkan kehilangan berat, ditunjukkan dalam bentuk grafik pada Gambar 3. 0.2 0.16 0.12 Air Laut Sintetik Air Tawar 0.08 0.04 0 0 2 4 6 8 10 Minggu Gambar 3. Laju korosi material penukar panas ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012 TM5-4

PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Laju korosi sebesar 0,00392 Mpy terjadi pada medium perlakuan hingga akhir percobaan pada minggu ke 3. Kenaikan laju korosi dalam medium ini secara signifikan dimulai pada minggu ke 4. Hal ini dialami pula oleh metal dalam medium air tawar. Dalam medium air laut kenaikan secara beraturan yang tinggi hingga akhir percobaan dengan laju mencapai 0,15593 Mpy hingga akhir pecobaan. Sementara untuk air laut, kenaikan nya pada waktu perendaman yang sama hanya mencapai 0,04382. Dalam minggu-minggu awal perendaman hingga minggu ke 3, kenaikan yang kecil dan tidak signifikan diasumsikan karena adanya lapisan film pasif dari material. Hal ini terjadi karena setelah pembersihan, tak langsung dimasukkan ke dalam medium perendaman. Keadaan ini membuat material uji mengalami oksidasi (4). Nilai laju korosi yang cenderung terus naik, belum dapat memberikan suatu hasil laju korosi yang konstan. Kenaikan laju korosi dalam kedua medium tak sama besarnya, karena kandungan khlor yang lebih besar dalam medium air laut daripada dalam air tawar menyebabkan reaksi korosi yang lebih cepat. Retaknya film pasif ini, merupakan satu hal yang menyebabkan kenaikan secara drastis, utamannya dalam medium air laut. Penutupan menyeluruh suatu permukaan dengan suatu lapisan atau deposit dapat menjadi penghalang yang efektif dan mengurangi korosi metal (5,6). Dalam kedua medium, air laut dan air tawar, evolusi laju korosi nampaknya ada kesamaan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan laju korosi, seiring dengan waktu perendaman. Namun waktu-waktu kritisnya tak sama dalam kedua medium tersebut. Melihat kecenderungan kenaikan laju korosi dalam kedua medium, maka dimungkinkan risiko korosi menjadi bertambah. Dalam medium air laut dengan lebih banyak khlor, variasi laju korosi lebih penting daripada dalam medium air tawar. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Kecenderungan secara umum laju korosi pada material penukar panas dengan lingkungan yang terdapat air laut adalah lebih besar dibandingkan dengan laju korosi yang terjadi dalam air tawar. Laju korosi maksimum pada material dengan disertai pertumbuhan bakteri adalah 0,15593 mils per year. Dalam lingkungan air tawar mencapai 0,04382 mils per year. Pengaruh khlor berperan besar dalam meningkatkan laju korosi serta lapisan film oksida dari material penukar panas. Laju korosi material penukar panas kapal ini belum mencapai hasil yang konstan, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk perendaman. DAFTAR PUSTAKA Fontana, Maars, G., 1987. Corrossion Enginering, Third Edition, MeGraw Hill Book Company, Singapore. Herbert H. Uhlig, 1971, Corrosion and Corrosion Control, Second Edition, Cambridge, Massachusetts. Robert Baboian, 1995. Corrosion, Test And Standart, Fredericksburg, VA. Sadic Kakac, Hong Tan Liu, 1997. Heat Exchanger Selection, Rating, And Thermal Design, CRC Press Boca Raton, Florida. Leonard J., Dirayah R. Husain, 2005, Pengaruh Aktivitas Isolat Bakteri Air Laut Pada Alat Penukar Panas Mesin Kapal, Prosiding Seminar Nasional Material Teknik, ITS Surabaya Harjuno Susilo, 2004, Analisa Korosi oleh Pengaruh Bakteri Air laut pada Material Penukar Panas Mesin Kapal, Skripsi Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6 TM5-5

Analisa Laju Korosi Material ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012 TM5-6