BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

45. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Inquiri Tentang Perubahan Sifat Benda Dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Siniu

Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. (Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). Di tingkat SD/MI pembelajaran IPA diarahkan menekankan pada pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat), sehingga pengalaman belajar siswa dapat merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Dengan demikian, siswa akan merasakan langsung pembelajaran tersebut, baik dalam merumuskan permasalahan, melakukan pengamatan lingkungan, menggunakan teknologi maupun dalam melakukan wawancara dengan masyarakat, sehingga mempunyai pengalaman belajar yang tidak mudah dilupakan. Pengalaman belajar ini memberi makna yang sangat berarti, siswa menjadi terdorong untuk melakukan aktivitas, sehingga memunculkan kreativitas siswa yang luar biasa dalam pembelajaran. Setyawan (2006) menyatakan bahwa pengembangan kreativitas siswa dalam belajar dilakukan melalui kurikulum, pengajaran dan teknik instruksional yang kreatif. Dalam pembelajaran IPA di SD kreativitas siswa dikembangkan melalui aktivitas-aktivitas ilmiah, seperti misalnya melakukan pengamatan, melakukan percobaan-percobaan atau eksperimen tentang pertumbuhan kecambah, dan membuat karya seperti kincir angin. Aktivitas ini mendorong setiap siswa memiliki gagasan/konsepsi tertentu terhadap suatu fenomena alam (Suratno, 2007; 2008). Ragam gagasan/konsepsi tersebut menunjukkan variasi pemikiran siswa (kreativitas) dalam hal mengenali dan memecahkan permasalahan yang terkandung dalam suatu fenomena alam. Kenyataan ini mengindikasikan keterkaitan antara pembelajaran sains dengan kreativitas. Untuk itu, pembelajaran IPA sebaiknya dirancang dan dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry), yang akan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting dalam kecakapan hidup. 1 1

Pembelajaran semacam ini merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri. Hal ini selaras dengan paradigma pembelajaran konstruktivisme dari Piaget yang mengemukakan bahwa dalam proses belajar, siswa memperoleh banyak pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (Dahar dalam Nano Sutarno, 2007: 8,11). Oleh karena itu, setiap siswa akan membawa konsepsi awalnya yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi dari pandangan konstruktivisme ini ialah pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Namun secara aktif dibangun oleh siswa melalui pengalaman nyata. Pendekatan pembelajaran IPA yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme ini memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh dari luar sekolah. Disarankan oleh Bell (dalam Nano Sutarno, 2007: 18,18) agar pengetahuan siswa yang diperoleh dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal dalam sasaran pembelajaran, agar tidak terjadi miskonsepsi. Sebaliknya apabila guru tidak mempedulikan konsepsi atau pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi semakin kompleks. Model belajar konstruktivisme menekankan terjadinya belajar (learning) pada diri siswa, sehingga guru atau teman sebayanya dapat meningkatkan terjadinya belajar pada siswa dengan memberikan konsepsi yang menantang kepada siswa. Bahwa pengetahuan yang kemudian mengendap dalam benak siswa dibangun secara khas oleh siswa tergambar dari apa yang dikemukakan oleh Gustone (Lim Wasliman dkk, 2005) yakni bahwa dalam pandangan konstruktivisme tiap individu secara idiosinkratik membangun maknanya sendiri apabila menerima stimulus, adanya konsep alternative pada siswa merupakan gambaran tentang adanya konsep konstruksi oleh masingmasing individu ini. Jadi pengetahuan itu dibangun dalam pikiran siswa. Setiap siswa harus membangun sendiri informasi yang diperoleh dari lingkungannya, dengan cara mengkonstruksikannya. Konstruksi inilah yang merupakan kreativitas siswa yang sangat diperlukan dalam kegiatan belajar Ciri-ciri kreativitas adalah siswa mau bertanya pada saat pembelajaran, siswa berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya dengan jawaban yang berbeda dengan temannya, siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir (Wardani, NS., 2011: 2). Berdasarkan hasil observasi terhadap pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang pada semester 2 tahun 2011/2012 yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa untuk pencapaian kompetensi dasar (KD) mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya serta 2

menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya, tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 40%. Ini berarti bahwa tingkat kemampuan belajar IPA untuk KD tersebut hanya dikuasai kurang dari separuh siswa yang ada. Berdasarkan butir-butir soal yang diberikan kepada siswa mengukur aspek pengetahuan dan pemahaman saja, aspek kognitif yang berfikir tingkat tinggi tidak diukurnya, sehingga unsur konstruksi yang merupakan aspek kreatif siswa tidak menjadi perhatian guru dan tidak pernah dilakukan pengukuran. Demikian juga, ketika pembelajaran yang berlangsung menggunakan tanya jawab, guru tidak pernah melakukan penilaian terhadap siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan berani memberi tanggapan dalam diskusi kelompok sebagai bentuk kreativitas siswa. Kegiatan untuk melakukan percobaan-percobaan IPA tidak pernah dilakukan oleh guru, diskusi kelompok jarang dilakukan. Kedua kegiatan tersebut merupakan kegiatan kreativitas siswa. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan idenya baik melalui pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas sangat terbatas sehingga tidak ada ruang bagi siswa untuk menunjukkan kreativitasnya. Kondisi ini sangat rawan dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang utuh yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor (taksonomi Bloom). Pembelajaran IPA yang tidak memberikan pengalaman belajar ini menyebabkan siswa banyak diam dan mengantuk selama pembelajaran, sehingga minat keingintahuan dan minat untuk belajar IPA tidak nampak. Hal ini ditunjang dengan jarangnya siswa dan bahkan tidak pernahnya siswa mengamati media pembelajaran IPA dan tidak pernah diadakan percobaan-percobaan IPA. Apalagi dalam semester 2 kompetensi dasar yang harus dicapai adalah Membuat suatu karya/model untuk menunjukkanperubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut, yang menuntut siswa untuk berbuat dan praktek. Selama ini pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik bagi siswa, pembelajaran yang ada monoton, sehingga siswa tidak merasakan adanya inovasi dalam pembelajaran, siswa tidak terbangun (terkonstruksi) dalam pembelajaran, tidak ada kreativitas yang dimotivasi guru, dan siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan pembelajaran yang dialami siswa bersifat statis. Kreativitas siswa yang tidak terbangun inilah yang perlu dicarikan pemecahannya melalui penelitian. 3

Mendasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penelitian yang dilakukan berjudul Upaya Meningkatkan Kreativitas Belajar IPA tentang Perubahan Energi melalui Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Tahun 2011/2012. 1.2. Permasalahan Penelitian Dari latar belakang masalah diatas, permasalahan yang dapat diidentifikasi terkait dengan pendekatan pembelajaran IPA dan kreativitas belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang semester 2 tahun 2011/2012 adalah: 1. Secara rutinitas pembelajaran IPA berpusat pada guru, sehingga seluruh waktu pembelajaran didominasi oleh guru untuk memberikan ceramah materi yang harus diselesaikan oleh guru, yang belum tentu materi tersebut sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. 2. Dalam pembelajaran IPA, penilaian yang dilakukan hanya mengukur kognitif melalui teknik tes. Kognitif yang diukur mencapai taraf berfikir tingkat rendah yakni aspek pengetahuan dan pemahaman saja, sehingga taraf berfikir tingkat tinggi yang meliputi aspek penerapan sampai aspek berbuat yang menuntut kreativitas tidak pernah dicapainya. Penilaian dengan menggunakan teknik non tes yang mengukur kreativitas, sikap dan ketrampilan tidak pernah dilakukan. 3. Pembelajaran yang dilakukan tidak bervariasi, tidak pernah menggunakan pendekatan dan model-model pembelajaran yang inovatif. 4. Dalam pembelajaran IPA, siswa tidak aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran artinya siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja, siswa tidak mengajukan pertanyaan sendiri jika tidak diminta oleh guru, siswa tidak merespon penjelasan guru, siswa tidak pernah diberi permasalahan IPA yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak terlibat dalam pembelajaran, siswa cenderung mengantuk dan ada yang bermain sendiri dalam pembelajaran. 5. Dalam pembelajaran IPA, siswa tidak pernah didorong untuk menemukan sendiri, sehingga belajar secara ilmiah tidak pernah dilakukan oleh siswa, apalagi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri 4

6. Langkah-langkah belajar bekerja secara ilmiah (pembelajaran inkuiri) seperti siswa merumuskan permasalahan sendiri, siswa melakukan pengamatan di lapangan, mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data dan membuat kesimpulan ataupun menemukan sesuatu yang baru yang merupakan bentuk-bentuk kreavitas siswa tidak pernah dilakukan 1.3. Cara Pemecahan Masalah Salah satu langkah awal yang perlu dipersiapkan dalam usaha memecahkan masalah pembelajaran IPA ini adalah dengan menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak dicapai. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan KD adalah pendekatan inkuiri yang merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang didalam melaksanakan langkah-langkah tersebut muncul unsur kreativitas, seperti dalam melakukan pengamatan terhadap suatu obyek, nampak keingintahuan siswa terhadap obyek tersebut. Keingin-tahuan inilah yang merupakan aspek kreativitas. Masalah kreativitas belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang perlu diselesaikan dengan penelitian tindakan kelas (PTK), yang menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart dan terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan melaksanakan pendekatan pembelajaran yang inovatif yaitu pendekatan pembelajaran inkuiri dan diyakini dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Konsep pendekatan pembelajaran ini menghadapkan siswa pada suatu permasalahan secara langsung siswa diajak keluar kelas untuk mengamati penyebab ranting pohon dapat bergerak, siswa mengumpulkan dan mencari benda lain yang dapat bergerak akibat pengaruh angin misalnya kincir angin dari kertas, siswa mengamati kincir angin dari kertas dan melalui diskusi kelompok siswa menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kincir angin dari kertas, siswa secara berkelompok membuat kincir angin dari kertas, siswa membuktikan pengaruh angin terhadap gerak baling-baling di luar kelas, dan pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan bahwa angin dapat menggerakkan kincir angin dari kertas serta menyimpulkan akhir yaitu bahwa angin dapat mempengaruhi gerak benda. Dengan 5

langkah-langkah pembelajaran tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Dalam pembelajaran tersebut, siswa bekerja, merasakan dan menyimpulkan sendiri secara langsung, bukan hanya mentransfer pengetahuan dari guru yang biasa dilakukan dalam pembelajaran konvensional. Pendekatan pembelajaran inkuiri ini lebih mengutamakan proses pembelajaran dan kreativitas belajar siswa. Melalui PTK ini, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah peningkatan kreativitas belajar IPA tentang perubahan energi dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun 2011/2012. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kreativitas belajar IPA tentang perubahan energi dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 tahun 2011/2012. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, adalah: 1. Mendorong siswa untuk memecahkan permasalahan IPA sendiri dengan kreatifitasnya yang tinggi untuk menemukan permasalahan, mencari penyebabnya, mempraktikannya serta menyimpulkan sendiri sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri. 2. Memberikan bekal dan pertimbangan kepada guru dalam pemilihan pendekatan pembelajaran IPA yang tepat, sehingga guru trampil menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri khususnya dalam pembelajaran IPA, sekaligus mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran. 6

3. Memberikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk memperbaiki pembelajaran IPA khususnya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dan mengembangkan kreativitas siswa. 4. Memberikan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran inkuiri khususnya dalam pembelajaran IPA dan meningkatkan kreativitas belajar siswa SD. 7