PENGETAHUAN DAN PERAN KADER POSYANDU TENTANG GIZI BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ACEH BESAR

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Keywords: Posyandu, cadres knowledge, infant and under five children growth monitoring

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

OLEH: S. HINDU MATHI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

Jurnal Kesehatan Masyarakat

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG BUKU KIA DI POSYANDU WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

MOTIVASI DAN PENGETAHUAN KADER MENINGKATKAN KEAKTIFAN KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU ABSTRAK

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Balita di Posyandu Desa Bulak Lor Wilayah Kerja Puskesmas Jatibarang

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

EVALUASI PROSES PELAKSANAAAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Kata Kunci : Posyandu, Kader Posyandu, Keaktifan.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

S. Hindu Mathi 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

ARTIKEL GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

Nelly Malahayati 1. STIKes Bina Nusantara ABSTRAK. : Posyandu, Peran Kader,Dukungan Keluarga

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

ARTIKEL GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG BPJS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

HUBUNGAN PEMANFAATAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KECAMATAN KOTA JANTHO

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU PURNAMA DI WILAYAH PUSKESMAS RINGINARUM KABUPATEN KENDAL

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis serta

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU

GAMBARAN PERAN KADER KESEHATAN DALAM KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MINAT IBU HAMIL TERHADAP KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KECAMATAN CANDIROTO KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

PENINGKATAN PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG PMT DALAM UPAYA PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA. Fithria

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENIMBANGAN ANAK USIA 0-5

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Transkripsi:

PENGETAHUAN DAN PERAN KADER POSYANDU TENTANG GIZI BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ACEH BESAR THE KNOWLEDGE AND ROLES OF POSYANDU CADRES ABOUT CHILDREN UNDER FIVE NUTRITION IN WORKING AREA OF PUSKESMAS OF ACEH BESAR Muhammad Sayuthi 1 ; Arfiza Ridwan 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail: sayutisay@yahoo.co.id ; arfiza_ridwan@yahoo.com ABSTRAK Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak di suatu daerah tidak jauh dari pengetahuan dan peran kader posyandu. Kader bekerja secara sukarela ditunjuk dan di angkat berdasarkan kepercayaan dan persetujuan masyarakat setempat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan peran kader posyandu tentang gizi balita diwilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif melalui pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 154 dengan jumlah sampel 67 orang yang diambil dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 23-27 Juni 2016 di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner dengan metode wawancara terpimpin dengan total 39 item pernyataan. Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis dengan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kader posyandu berada pada kategori baik dengan frekuensi 47 responden (70,1%), dan peran kader posyandu berada pada kategori baik dengan frekuensi 62 responden (92,5%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada Puskesmas Darussalam untuk terus memberikan pelatihan kepada kader posyandu terkait masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita sehingga peran kader tetap berjalan dengan efektif. Kata kunci : Pengetahuan, peran kader, posyandu, status gizi, balita. ABSTRACT Nationally, the nutritionalstatusof children in various area of Indonesia stillbecomes a problem. The existence of the nutritional problem of children in an area is closely related to the knowledge and roles of the cadres of Posyandu (center for pre- and postnatal health care and information for women and for children under five). The cadres are appointed based on the trust and consent of the local community. The purpose of this research was to find out the knowledge and roles of the cadres of Posyandu concerning the nutritional status of children under five in working area of Puskesmas (Community Health Center) of Darussalam in Aceh Besar Regency in 2016. This research is a descriptive research with cross sectional study approach. Population of this research was 154 people with total samples of 67 people chosen by using random sampling technique. Data were collected on July 23 to 27, 2016 in the working area of Puskesmas of Darussalam in Aceh Besar Regency by using instrument in the form of questionnaire through guided interview with 39 statement items. Data obtained were then analyzed with univariate analysis. The results of the research showed that the knowledge of the cadres was in the good category with frequency of 47 respondents (70.1%) and the roles of the cadres were in good category with frequency of 62 respondents (92.5%). Based on the results of the research, the researcher suggests that the Puskesmas of Darussalam keep providing training to the cadres of Posyandu concerning the nutritional problem that may occur in children under five so that the roles of the cadres can run effectively. Keywords : Knowledge, roles of cadres, posyandu, nutritional status, children under five 1

PENDAHULUAN Posyandu merupakan upaya peningkatan kualiatas sumber daya manusia sejak dini melalui layanan sosial dasar masyarakat untuk menunjang pembangunan. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa anak balita-balita mereka keposyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui penimbangan berat badannya setiap bulan (Permendagri, 2011). Menurut Harisman dan Nuryani (2012), keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masingmasing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatanan posyandu dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kehadiran anak bawah lima tahun (balita) ke posyandu. Hal ini juga akan menyebabkan rendahnya cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita. Hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh Purwaningsih (2013) mengenai tingkat pengetahuan kader posyandu dari 46 responden, yang berpengetahuan baik sebanyak 10 orang (21,8%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 30 orang (65,2%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (13%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan kader tentang posyandu pada tingkat cukup, yaitu 65,2%. Sementara Berdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan Indonesia (Riskesdas) 2013 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang menurut indikator BB/U pada balita tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 13,9% gizi kurang dan 5,7% gizi buruk. Jika di bandingkan dengan angka prevalensi pada tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevelensi gizi buruk yaitu dari 5,4% pada tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010 dan 5,7% pada tahun 2013. Sedangkan prevelensi gizi kurang naik sebesar 0,9% dari 2007 dan 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevelensi gizi buruk dan kurang secara nasional harus di turunkan sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015.Diantara 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk dan kurang di atas angkaprevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2% sampai dengan 33,1%. Dari 18 provinsi tersebut provinsi Aceh berada di peringkat 7 nasional dengan prevalensi gizi buruk dan kurang berkisar antara 25,0 %-30,0%. Didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA, 2013) secara umum status gizi masyarakat di Aceh sudah menunjukkan perbaikan. Prevelensi balita gizi buruk dan kurang di Aceh menurun dari 26,5% di tahun 2007 menjadi 23,7% di tahun 2010, namun angka ini masih berada diatas angka rata-rata nasional yang telah mencapai 19,6% (Pemerintah Aceh, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Aceh Besar tahun 2014 didapatkan 56 balita mengalami gizi buruk yang tersebar di 22 Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. Kasus gizi buruk tertinggi terdapat di Kacamatan Mesjid Raya yang berjumlah 8 orang, sedangkan Kecamatan Darussalam berada di peringkat 5 dengan jumlah gizi buruk 3 orang. Sementara hasil wawancara dengan petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Darussalam pada hari Senin tanggal 22 Februari 2016 jumlah balita diwilayah kerja Puskesmas Darussalam tahun 2014 adalah 1608 balita dengan 51 balita mengalami gizi kurang dan 3 balita 2

mengalami gizi buruk, sementara di tahun 2015 jumlah balita 1667 dengan 29 balita gizi kurang dan 1 balita mengalami gizi buruk, sehingga gizi merupakan masalah utama dipuskesmas Darussalam. Berdasarkan pembahasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan dan peran kader posyandu tentang gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah Bagaimana pengetahuan dan peran kader posyandu tentang gizi balita di wilayah kerja Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 67 responden, yang diambil dengan teknik random sampling dari jumlah populasi 154 orang kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara terpimpin. Analisa data menggunakan analisa univariat. HASIL Data demografi responden pada penelitian ini meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan, pernah ikut pelatihan tentang gizi balita, dan lama jadi kader posyandu. Tabel 1. Data Demografi Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam (n= 67) Kategori Frekuensi Persentase Usia (Depkes RI, 2009) 1) 17-25 tahun 2) 26-35 tahun 3) 36-55 tahun 4) 46-55 tahun 5 34 22 5 7,5 50,7 32,8 7,5 5) 56-65 tahun 1 1,5 Pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003) 1) Pendidikan rendah 2) Pendidikan menengah 3) Pendidikan tinggi Pekerjaan 1) Mahasiswa 2) IRT 3) Petani 4) Wiraswasta 5) Pegawai swasta Pernah ikut Pelatihan tentang gizi balita 1) Pernah 2) Tidak pernah Lama menjadi kader 1) 1-5 tahun 2) 6-10 tahun 3) > 10 tahun 14 40 13 1 60 2 1 3 60 7 20,9 59,7 19,4 1,5 89,6 3,0 1,5 4,5 89,6 10,4 34 20 13 50,7 29,9 19,4 Total 67 100,0 Berdasarkan tabel 1. diatas, diketahui bahwa pada kategori usia distribusi responden paling banyak yaitu usia 26-35 tahun dengan frekuensi 34 orang (50,7%). Dari kategori pendidikan terakhir, distribusi frekuensi tertinggi adalah pendidikan menengah sebanyak 40 orang (59,7%). Dari katagori pekerjaan, distribusi tertinggi adalah ibu rumah tangga sebanyak 60 orang (89,6%). Dari kategori pernah ikut pelatihan tentang gizi balita, distribusi tertinggi adalah pernah sebanyak 60 orang (89,6%). Kemudian dari kategori lama menjadi kader posyandu, distribusi tertinggi adalah 1-5 tahun sebanyak 34 orang ( 50,7%). 3

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang gizi balita (n=67) Kategori Frekuensi Persentase Baik 47 70,1 Cukup 17 25,4 Kurang 3 4,5 Total 67 100 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebanyak 47 orang (70,1%) kader posyandu memiliki pengetahuan tentang gizi balita dalam kategori baik. Tabel 3.frekuensi responden berdasarkan peran kader posyandu tentang gizi balita (n=67) Kategori Frekuensi Persentase Baik 62 92,5 Kurang 5 7,5 Total 67 100 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebanyak 62 orang (92,2%) kader posyandu menjalankan perannya tentang gizi balita dalam kategori baik. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 2 diketahui bahwa pengetahuan kader posyandu tentang gizi balita dalam kategori baik terdapat 47 responden (70,1%), dalam kategori cukup sebanyak 17 responden (25,4%), dan dalam kategori kurang sebanyak 3 responden (4,5%). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sutiani, Lubis & Siagian (2014) pada 62 responden mengenai pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita diwilayah kerja Puskesmas Desa Lalang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 orang (80,6%). Pengetahuan kader yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang baik tentang tugasnya dimana kader lebih cepat mengerti, memahami, kegiatan serta mampu melaksanakan pencacatan prosedur kegiatan penimbangan balita yang telah ditetapakan dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan rendah dan pengetahuan kader yang termasuk pada usia produktif bekerja lebih baik dari pada kader yang termasuk pada usia tidak produktif bekerja. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Munfarida (2012) mengenai faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan kader posyandu diwilayah kerja Puskesmas Jagir pada 83 responden dengan hasil 79,5% kader posyandu sudah berpengatahuan baik. Menurut Pudjawidjana (2003), pengetahuan merupakan reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan dan biasa terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada sebuah objek tertentu. Pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang dapat dipahami dan di peroleh sewaktuwaktu sebagai alat untuk penyesuaian diri. Pengetahuan juga merupakan pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil stimulasi informasi untuk terjadinya perubahan prilaku (Rizani, Hakimi & Ismail, 2009). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dengan praktik kader posyandu saatkegiatan posyandu. Sehingga untuk merubah perilaku dibutuhkan peningkatan pengetahuan melalui pelatihan secara berkala sehingga menimbulkan kesadaran dalam diri kader untuk berperan secara aktif saat posyandu (Goraahe, 2009). Pengetahuan juga merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang dan meningkatkan pemahaman akan suatu informasi. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang arti kesehatan dan manfaat dari fasilitas 4

kesehatan maka akan semakin besar pula keinginan seseorang untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan khususnya posyandu (Potter & Perry, 2009). Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka pembinaan kelangsungan hidup anak ( Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita (Fallen & Budi, 2010). Menurut Rahman (2008) pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan. Untuk mempengaruhi orang lain, baik inividu atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tinggkat pendidikan yang cukup merupakan dasar pengembangan wawasan serta sarana untuk memudahkan seseorang untuk menerima pengetahuan, sikap, dan perilaku baru. Peneliti berpendapat bahwa, pengetahuan responden tentang gizi balita diwilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada kategori baik disebabkan oleh faktor demografi responden dimana mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan menengah. Tingkat pendidikan responden yang baik menyebabkan responden memiliki kemampuan untuk menyerap informasiinformasi terkait dengan gizi balita dengan baik. Selanjutnya pengetahuan kader baik karena rata-rata umur kader posyandu masih dalam usia produktif bekerja. Selain dari pada itu responden berpengetahuan baik dikarenakan kader berperan aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu dan juga sebanyak 89,6% kader posyandu pernah mengikuti pelatihan serta penyuluhan tentang gizi balita. Sementara Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 3 diketahui bahwa peran kader posyandu tentang gizi balita dalam kategori baik terdapat 62 responden (92,5%). Hasil penelitian ini didukung oleh yang dilakukan oleh Sistiarani, Nurhayati & Suratman (2013) mengenai peran kader dalam penggunaan buku kesehatan ibu dan anakpada 67 responden menunjukkan hasil 53,7% kader posyandu sudah berperan dengan baik. Peran kader posyandu baik dikarenakan kader pernah mengikuti penyuluhan tentang penggunaan buku KIA. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fitriyah (2011) pada 80 responden mengenai peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli, Sumatra Utara memiliki peran yang baik adalah sebanyak (52,5%). Sebagian besar kader posyandu berpendidikan menengah, telah lama menjadi kader posyandu, dan tidak memiliki pekerjaan lainnya. Posyandu merupakan salah satu bentuk pendekatan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan yang dikelola oleh kader posyandu yang telah mendapatkan pelatihan dan pendidikan dari Puskesmas. Kader posyandu memiliki peran yang penting karena merupakan pelayanan kesehatan yang berada di dekat kegiatan sasaran posyandu dan memiliki frekuensi tatap muka kader lebih sering daripada petugas kesehatan lainnya (Nugroho, dkk, 2008). Tugas kader posyandu dalam kegiatan KIA di posyandu adalah melakukan pendaftaran, penimbangan, mencatat pelayanan ibu dan anak dalam buku KIA, menggunakan buku KIA sebagai bahan penyuluhan, serta melaporkan buku KIA dan penggunaan buku KIA kepada petugas kesehatan (Wirawan,2007). Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan 5

menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi balita tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas (Martinah dalam Isaura, 2011). Peran kader yang terkait dengan gizi adalah melakukan pendataan balita, melakukan penimbangan serta mencatatnya dalam kartu menuju sehat (KMS), memberikan makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan penyuluhan gizi serta kunjungan kerumah ibu yang memiliki balita. Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat (Ismarawanti,2010). Peran sebagai seorang kader sangatlah penting dibandingkan dengan masyarakat biasa pada umumnya. Seorang kader adalah relawan darimasyarakat setempat yang dipandang memiliki cukup pengaruh terhadap lingkungan masyarakat setempat dan dianggap mampu memberikan pelayanan kesehatan. Namun keberadaan kader kesehatan relatif labil karena tidak adanya jaminan kader akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Jika ada kepentingan keluarga, maka kader biasanya akan lebih mendahulukan kepentingan pribadinya atau akan lebih memilih untuk meninggalkan tugas (Wulandari,2011). Keberhasilan kegiatan posyandu sangat bergantung pada partisipasi secara aktif dari kader yang bertugas diposyandu dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader. Permasalahan yang sering muncul adalah kegiatan posyandu sebagai kegiatan yang rutinitas penimbang balita, pemberian imunisasi sementara, kunjungan kerumah hampir tidak ada, komunikasi hanya terbatas antara kader dengan ketua tim pergerakan PKK atau antara para ibu dengan petugas kesehatan dan ketidakaktifan kader dalam kegiatan posyandu (Depkes RI, 2005). Masa kerja merupakan rentang waktu kader dalam menjalankan tugasnya sebagai bagian dari kegiatan posyandu yang merupakan upaya program kesehatan ibu dan anak. Semakin lama menjadi kader kesehatan diharapkan akan semakin banyak pengalaman serta pengetahuan sehingga diharapkan kader kesehatan dapat melayani masyarakat dengan baik dan lebih profesional. Kader yang memilki masa kerja lebih lama akan memiliki kedekatan yang lebih mendalam dengan masyarakat, karena kader sudah lebih banyak dikenal dan memiliki interaksi dalam waktu yang lebih lama/sering di masyarakat dibandingkan dengan kader kesehatan yang memiliki masa kerja baru. Faktor usia juga berperan dalam menentukan masa kerja. Kader senior banyak yang memiliki usia yang matang pula, sehingga memiliki pengaruh yang kuat dan disegani dimasyarakat (Sistriarani, Nurhayati & Suratman, 2013). Berdasarkan data-data dan teori diatas maka penulis berasumsi bahwa peran kader posyandu tentang gizi balita dalam kategori baik dikarenakan kader mengetahui tugas dan perannya sebagai kader hal ini ditunjukan dengan pernyataan mayoritas kader selalu melakukan penimbangan berat badan balita pada saat balita dibawa keposyandu, selain itu kader juga selalu memberitahukan masyarakat hari dan jam buka posyandu, kemudian kader juga selalu mendokumentasikan hasil dari penimbangan balita pada kartu KMS, selanjutnya menurut peneliti mayoritas kader posyandu diwilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada usia yang masih muda atau berada pasa usia yang masih produktif sehingga kader masih mampu berperan aktif dalam kegiatan posyandu. Pengalaman kader juga mempengaruhi peran kader posyandu semakin lama seseorang menjadi kader maka akan semakin mudah bagi kader untuk memahami situasi atau kondisi kesehatan balita didesanya, kemudian mayoritas kader diwilayah kerja Puskesmas Darussalam bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga kader masih memiliki waktu 6

yang cukup untuk berinteraksi dengan masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan mengenai pengetahuan dan peran kader posyandu tentang gizi balita diwilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar adalah Pengetahuan kader posyandu tentang gizi balita diwilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada kategori baik yaitu 47 responden (70,1%), sedangkan selebihnya berada pada kategori cukup yaitu 17 responden (25,4%), dan kategori kurang yaitu 3 responden (4,5%) dan peran kader posyandu tentang gizi balita diwilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar pada kategori baik yaitu 62 responden (92,5%), sedangkan selebihnya berada pada kategori kurang baik yaitu 5 responden (7,5%). REFERENSI Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia Fallen, R., & R.Budi Dwi.K. (2010). Catatan kuliah keperawatan komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Fitriah, Z. (2011). Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan. Ilmu Keperawatan. Goraahe, Z.(2009). Perbedaan Pengetahuan Tentang Peran Kader dan Kemampuan Dalam Menilai Kurva Pertumbuhan Balita Sebelum dan Sesudah Pelatihan Partisipatif. Semarang; Universitas Dipenogoro. Harisman, & Nuryani, D. (2012). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi keaktifan Kader Posyandu Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara. Ismarawanti, D. N. (2010). Kader Posyandu : Peranan Dan Tantangan Pemberdayaannya Dalam Usaha Peningkatan Gizi Anak Di Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan KesehatanVolume 13 Nomor 04 Tahun 2010 Munfarida, S. (2012). Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu.Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Nugroho, H.A, Nurdiana, D. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan dan Motivasi Kader Posyandu dengan Keaktifan Kader Posyandu di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Jurnal Keperawatan. Pudjawidjana. (2003). Pengetahuan Atlet dan Obat Doping. PT Askido: Semarang Pemendagri.(2011).No.155/MENDAGRI/PE R/I/2010 Pemeritah Aceh. (2013). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012-2017. Purwandari, A. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kebidanan. Jakarta: EGC Rahman, A. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. EGC,Yogyakarta Riskesdas, (2013). Riset Kesehatan Dasar Rizani. A, Hakimi. M & Ismail. D. (2009). Hubungan pengetahuan, Sikap dan Prilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari di Kota Banjarmasin: Berita Kedokteran Masyarakat Salam. (2009). Pengantar Filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sistiarani, C. Nurhayati, S & Suratman. (2013). Peran Kader Dalam Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran 7

dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia. Dikutip dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index. php/ Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sutiani, R. Lubis, Z & Siagian, A. (2014). Gambaran Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang. FKM USU, Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat. Wirawan, S. (2007). Hubungan Antara Tingkat pendidikan Ibu dan Efektifitas Buku KIA dengan Pengetahuan Ibu Balita di Wilayah Puskesmas Cakranegara, Mataram.Jurnal KesehatanPrima1 : 84-93 Wulandari, R,A. (2011). Faktor yang berhubungan dengan Keaktifan kader Posyandu dalam menunjang keberhasilan pencapaian tingkat partisipasi masyarakat. Surabaya: Universitas Airlangga. 8