Kajian Efektivitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow Sand Filter dalam menurunkan kadar Besi air tanah.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB IV METODE PENELITIAN

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui konsentrasi besi (total, Fe2+), maka dilakukan pengujian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur)

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

menumnkan konsentrasi besi total dan mangan. Serta untuk mengetahui

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

BAB I PENDAHULUAN. yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air (Sutrisno dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

28 Jurnal Teknik WAKTU Volume 12 Nomor 02 Juli 2014 ISSN :

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting di dunia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah dengan Metode Aerasi Conventional Cascade dan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman ISSN:

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Mengapa Air Sangat Penting?

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia itu sendiri (Mulia, 2005). fungsi tersebut dengan sempurna. Konsumsi air rata-rata setiap orang adalah

Terpadu Universitas Islam Indonesia. Namun dalam pemanfaatannya air tanah

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat di bumi dan sangat penting bagi kehidupan. Suatu molekul air terdiri atas

EFEKTIFITAS UNIT SLOW SAND FILTER DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN, SALINITAS, TDS SERTA COD PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH

BAB IV METODE PENELITIAN

Rancang Bangun, Jumsan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

IMPLEMENTATION of RAPID SAND FILTER TECHNOLOGY for GROUNDWATER PROCESSING in KULIM TENAYAN RAYA, PEKANBARU

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. keperluaan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya

PENURUNAN KADAR BESI (FE) PADA AIR SUMUR SECARA PNEUMATIC SYSTEM ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. air. Demikian juga dengan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Tubuh kita

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM SIDOARJO MENGGUNAKAN ROUGHING FILTER UPFLOW DENGAN MEDIA PECAHAN GENTENG BETON

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

MODEL ALAT PENGOLAHAN Fe DAN Mn MENGGUNAKAN SISTEM VENTURI AERATOR DENGAN VARIABEL DIAMETER PIPA VENTURI DAN KEMIRINGAN IRISAN PIPA VENTURI

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

PENGGUNAAN AERATOR, SODA ASH, DAN FILTRASI DALAM MENURUNKAN KADAR FE. Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Pontianak, Indonesia

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

Transkripsi:

Kajian Efektivitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow Sand Filter dalam menurunkan kadar Besi air tanah. Oleh Bambang Prayitno NRP. 3309201008.

Latar belakang. Kebutuhan sehari-hari air minum penduduk setempat menggunakan air hujan, untuk yang lain menggunakan air sungai atau PDAM. Untuk mendapatkan air minum masyarakat kecamatan sungai kunyit kabupaten Pontianak sangat sulit, sungai yang dimanfaatkan PDAM pada musim kemarau kandungan garamnya tinggi. Meningkatnya aktifitas masyarakat kota maupun masyarakat desa mencoba mengambil sumber air dari dalam tanah (air tanah).

Akan tetapi air tanah tersebut tidak dapat digunakan secara langsung karena kandungan unsur besi masih tinggi. Akhirnya air tersebut dibiarkan saja mengalir. Bantuan Pemda Kabupaten dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum sudah mencoba mengambil air dalam tanah (sumur bor dalam) dikarenakan kandungan besi yang tinggi, dibiarkan saja air tersebut mengalir. Unsur besi 30-70mg/L(penelitian awal) Unsur besi yang tinggi antara 30 70 mg/l (data awal)

Rumusan Masalah. Seberapa besar efesiensi penyisihan besi dengan cara aerasi. Seberapa besar efesiensi penyisihan besi dengan cara penambahan larutan kapur. Seberapa besar efesiensi penyisihan besi dengan cara filtrasi.

Untuk mengetahui seberapa besar penurunan kadar Fe dengan menggunakan aerator. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui seberapa besar penurunan kadar Fe dengan penambahan larutan kapur. Untuk mengetahui seberapa besar pemisahan flok-flok dengan menggunakan slow sand filter.

Kebutuhan akan air dikota dan didesa berbeda dikota 80-120 liter/orang/hari didesa 60-80 liter/orang/hari. Penyediaan air bersih bagi KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. masyarakat. Sugiharto,(1985). Dibawah suasana kurang oksigen besi mudah larut kuat di dalam air (Apha dkk, 1993). Besi merupakan unsur alam yang terdiri dari tanah dan batuan. Yang terbentuk didalam air tanah yang berasal dari kandungan logam-logam dan mineral konsentrasi kandungan besi melebihi 10 mg/l(kawamura, 2000).

Ada beberapa macam metoda aerasi untuk menurunkan kandungan unsur besi air dalam tanah salah satunya adalah spray aerator. Menurut Popel (1974), spray aerator adalah sebuah alat untuk menurunkan unsur Fe 2+ air tanah yang disemprotkan keatas melalui lubang-lubang yang terpasang pada saluran pipa berupa nozel air akan keluar melalui nozel tersebut dalam bentuk tetesan air yang halus sehingga terjadi oksidasi. 2Fe(OH 2 ) + O 2 2 H2O + 2 FeO.

Menurut Degremont (1979), aerasi hanya dapat menurunkan kadar Fe 65% - 75%, belum signifikan sehingga perlu penambahan kapur, agar kadar Fe dapat turun kembali, dengan penambahan larutan kapur akan memberikan pengaruh terhadap ph air tanah. Sehingga air akan menjadi asam atau basah, karena larutan kapur bersifat basa menurut teori (Benefiel, 1982.). Oksidasi yang baik pada ph berkisar antara 7,5-8, selain Fe air tanah juga mengandung karbon (CO 2 )

dalam bentuk bebas yang dapat mempengaruhi ph semakin besar CO 2 maka ph semakin kecil menjadi asam (Sawyer,dkk. 1994). Keberadaan CO2 dapat dikurangi dengan proses aerasi dan desorbsi. Menurut Degremont,(1979) Desorbsi terjadi penurunan konsentrasi kadar Fe dalam cairan dalam keadaan oversaturated. Absorsi penambahan konsentrasi gas pada cairan selama kondisi belum jenuh (saturated)

seperti terlihat pada gambar. Gambar tersebut diatas menunjukan pada 2 fase cair dan gas pada dua sisi (liquid dan gas). Cil dan Cig adalah konsentrasi yang sama,

hanya Cl dan Cg parameter yang diukur. Persamaannya adalah : N = k 1 (Cl Cil )=k g (Cig Cg ) persamaan tersebut diasumsikan tidak terjadi akumulasi pada dua sisi interface. N adalah aliran transfer gas Cl dan Cg parameter yang mungkin diukur. Dari percobaan tersebut kadar besi dalam air tanah tidak semua dapat dihilangkan perlu penambahah kapur, agar kandungan unsur besi dapat diikat oleh larutan kapur membentuk flokflok.

Menurut (AWWA, 1990) waktu kontak antara kapur dan air sangat dipengaruhi oleh temperatur dan temperatur yang rendah membutuhkan waktu lama. Untuk selanjutnya hasil dari pencampuran antara air dan kapur menghasilkan berupa flok-flok, partikel-partikel dan bahan organik yang harus dihilangkan dengan saringan pasir menggunakan saringan pasir lambat. Dimaksudkan kadar Fe air tanah akan turun kembali sesuai dengan yang diinginkan

Sehingga peraturan Menteri Kesehatan no.907 tahun 2002 maksimum kadar besi dalam air sebesar 0,3 mg/l terpenuhi.

Metoda Penelitian Merancang alat berupa bak sebanyak 2 (dua) buah yang terdiri dari masing-masing 2(dua) tingkat, bak I (pertama) diberi batu dengan ukuran 2 mm,10 mm dan 25 mm, dan dipasang diatas alat spray aerator. Batu berfungsi sebagai penyaringan bahan organik dan selanjutnya sumber air tanah dihubungkan melalui pipa pralon ukuran 1,5 inc, pipa tersebut dipasang nozel (alat spray) agar air yang mengalir keluar melalui spray aerator akan terpancar keluar membentuk berupa butiran-butiran kecil sehingga terjadi kontak dengan oksigen.

Bahan dan Alat. 1. Papan. 2. Kayu cerucuk. 3. Terpal plastik. 4. Spray. 5. Pralon uk.2,5 ;1,5 ; 1 6. Saringan pasir lambat. 7. Pasir dan krikil. Alat. Gelas ukur dan ph meter.

Reaktor Pengolahan air Bak 1 Bak 3 Pipa Paralon 80 cm Spray Uk. 2mm Uk. 10 mm Uk. 25 mm Saringan Mesin Pompa 50 cm 70 cm Sumber Air Artesis Bak 2 Bak 4 200 cm 78 cm

Gambar proses alur penelitian penurunan kadar Fe 2+ Keterangan : Fe 0 = Kandungan besi awal. Fe 1 = Kandungan besi setelah di aerasi. Fe 2 = Kandungan besi setelah penambahan kapur. Fe 3 = Kandungan besi setelah melalui slow sand filter. Fe O Fe 1 Fe 2 Fe 3 mvcc KKap S Aerasi Kapur Slow sand

Experimen Pendahuluan. Bertujuan untuk uji coba alat dan bahan yang akan dioperasikan berfungsi atau tidaknya sehingga dapat diketahui dengan baik dan benar. Kec.aliran air di inlet dianalisis didapatkan Fe awal (Fe O mg/l ). Selanjutnya air diaerasi, dianalisis hasilnya di dapatkan (Fe 1 mg/l). Kemudian masuk bak 2 pemberian kapur dianalisis hasilnya di dapatkan (Fe 2 mg/l). Untuk menghilangkan flokflok dilakukan filtrasi dengan slow sand filter dianalisis hasilnya didapatkan (Fe 3 mg/l). Selain Fe diperiksa zat organik didapatkan ZO

Penelitian lanjutan. sebesar 10.36 mg/l. Selanjutnya air diaerasi sebanyak 400 liter, didapatkan Fe sebesar 0.9502 mg/l,kemudian 30 liter dimasukkan pada bak 2 untuk pemberian kapur, terjadi penurunan Fe sebesar 0.041 mg/l. Untuk menghilangkan flok-flok dilakukan filtrasi dengan slow sand filter, terjadi penurunan kembali Fe sebesar 0.039 mg/l. Untuk lebih jelas pada penambahan kapur dapat dilihat pada hasil, Tabel 4.1 Dengan slow sand filter hasilnya pada Tabel 4.2

No Fe 0 mg/l Tabel 4.1 Penambahan kapur. Tabel 4.1 Penurunan kandungan Fe setelah penambahan kapur. Fe 1 mg/l Efesiensi (%) No Fe 0 mg/l Fe 1 Efesiensi (%) No Fe 0 mg/l Fe 1 mg/l Efisiensi (%) 1 0.950 0.041 95.68 10 0.950 0.025 97.05 19 0.950 0.009 99.05 2 0.013 98.63 11 0.005 99.15 20 0.014 98.52 3 0.008 99.16 12 0.027 97.15 21 0.039 95.05 4 0.008 99.16 13 0.022 97.68 22 0.084 91.15 5 0.062 93.37 14 0.175 81.58 23 0.059 93.79 6 0.006 99.36 15 0.022 97.68 24 0.017 98.10 7 0.094 89.89 16 0.054 94.31 25 0.011 98.8 8 0.103 89.16 17 0.189 80.10 26 0.006 99.36 9 0.065 93.16 18 0.042 95.05 27 0.009 99.05

R u n Dbt mg/ L Tabel 4.2 Hasil Penurunan Fe setelah melalui slow sand filter. ph unit Fe(a eras i) mg/ L Fe 1 mg/l(i ts) Fe 2 mg/l( Kes) D.O mg/ L Z.O mg/l Eff. Z.O (%) Vol. (Ltr) Eff. Fe 1 (%)its Eff. Fe 2 (%)ke s ptk 1 1 7,5 0.95 0,180 0,039 0,8 2,95 71,53 30 81,06 95,85 2 1 7,5 0.95 0,110 0,011 1 2,41 76,74 40 88,42 98,80 3 1 7,5 0.95 0,060 0,007 1,4 2,95 71,53 60 93,69 99,27 4 1 8 0.95 0,200 0,007 1 3,21 69,02 30 78,95 99,31 5 1 8 0.95 0,08 0,059 2 4,55 56,08 40 91,58 93,78 6 1 8 0.95 0,180 0,005 2 7,23 30,21 60 81,06 99,49 7 1 8,5 0.95 0,050 0,092 0,9 1,61 84,46 30 94,74 90,28 8 1 8,5 0.95 0,700 0,100 1,5 3,66 64,67 40 26,33 89,45 9 1 8,5 0.95 0,060 0,063 1,4 4,73 54,34 60 93,69 93,38

Ru n Dbt ltr/ mnt ph Lanjutan Tabel 4.2 Fe( ars mg/ ltr Fe 1 (lap. its) Fe 2 (lap.k es) DO lap kes Z.O Eff.Z.O (%) Vol ltr Eff.1 (its) (%) Eff.2 (Kes) (%) 10 3 7.5 0.95 0.620 0.023 1 4.28 58.69 90 34.75 97.62 11 3 7.5 0.95 0.150 0.004 1.5 1.61 84.46 120 84.21 99.55 12 3 7.5 0.95 0.090 0,025 0,9 2,68 74.13 150 90.53 97.33 13 3 8 0.95 0,110 0,021 1,2 2,95 71.53 90 88.42 97.76 14 3 8 0.95 0,150 0,173 1 2,95 71.53 120 84.21 81.78 15 3 8 0.95 0.060 0.020 1.2 2,68 74.13 150 93.69 97.93 16 3 8,5 0.95 0.140 0.052 1.2 3.21 69.02 90 85.27 94.49 17 3 8,5 0.95 0.150 0.187 1.4 4.28 58.69 120 84.21 80.34 18 3 8,5 0.95 0.250 0.040 0.7 2.95 71.53 150 73.69 95.83 19 5 7,5 0.95 0.060 0.007 1.8 2.95 71.53 160 93.69 99.31 20 5 7,5 0.95 0.180 0.013 1.1 3.14 69.69 200 81.06 98.63 21 5 7,5 0.95 0.100 0.036 1.9 5.36 48.26 300 89.48 96.25

Lanjutan Tabel 4.2 Ru n Dbt L/mt ph Fe ars mg/l Fe 1 mg/l( its) Fe 2 mg/l( kes) D.O mg/ L(ke s) Z.O mg/l (its) eff Z.O( %)its Vol Ltr eff.1 (%) ITS eff.2 (%) Kes. 22 5 8 0.95 0.090 0.082 1.6 2.95 71.53 160 90.53 91.33 23 5 8 0.95 0.070 0.057 1.3 2.14 79.34 200 92.63 94.05 24 5 8 0.95 0.060 0.015 1.1 2.14 79.34 300 93.69 98.45 25 5 8.5 0.95 0.150 0.010 1 5.89 43.15 160 84.21 98.91 26 5 8.5 0.95 0.100 0.005 2 8.17 21.14 200 89.48 99.51 27 5 8.5 0.95 0.090 0.008 1.7 7.23 30.21 300 90.53 99.15

Kesimpulan. Sebelum aerasi kandungan Fe sebesar 71.13 mg/l, setelah di aerasi penurunan Fe 98.66 %, setelah melalui pemberian kapur kandungan Fe mengalami penurunan antara 80.10 % - 99.47 %. Setelah melalui slow sand filter terjadi penurunan Fe antara 26.33 % - 93.69 %, zat organik mengalami penurunan antara 21.14 % - 84.46 %. Setelah melalui slow sand filter terjadi penurunan Fe antara 80.34 % - 99.55 % DO antara 0.8 mg/l 2 mg/l.

Terima kasih

No. Desain penelitian ini menggunakan penelitian 3 faktor (variabel) dengan masing-masing 3 level maka percobaan sebanyak 3 x 3 x 3 =27 percobaan dan dilakukan 2 kali ph DO Fe O Fe 1 Ulangan 1 Ulangan 2 pengulangan Unit mg/l (awal) sehingga Aerasi Lab.Kes jumlah Lab. 54 TL mg/l mg/l (mg/l) ( mg/l) percobaan. Untuk lebih jelas dilihat pada tabel 3.1 Debit Lt/m (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 1 7,5 71.13 0.9502 0.039 0.180 2 1 7,5 2 71.13 0.9502 0.011 0.110 3 1 7,5 2 71.13 0.9502 0.007 0.060

(1) (2) (3) (4 ) (5) (6) (5) (6) 4 1 8 2 71.13 0.9502 0.007 0.200 5 1 8 2 71.13 0.9502 0.059 0.080 6 1 8 2 71.13 0.9502 0.005 0.180 7 1 8,5 2 71.13 0.9502 0.092 0.050 8 1 8,5 2 71.13 0.9502 0.100 0.700 9 1 8,5 2 71.13 0.9502 0.063 0.060 10 3 7,5 2 71.13 0.9502 0.023 0.620 11 3 7,5 2 71.13 0.9502 0.004 0.150 12 3 7,5 2 71.13 0.9502 0.o25 0.090 12 3 8 2 71.13 0.9502 0.021 0.110 14 3 8 2 71.13 0.9502 0.173 0.150 15 3 8 2 71.13 0.9502 0.020 0.060

(1) (2) (3) (4) ( 5) ( 6 ) (7) (8) 16 3 8,5 2 71.13 0.9502 0.052 0.140 17 3 8,5 2 71.13 0.9502 0.187 0.150 18 3 8,5 2 71.13 0.9502 0.040 0.250 19 5 7,5 2 71.13 0.9502 0.007 0.060 20 5 7,5 2 71.13 0.9502 0.013 0.180 21 5 7,5 2 71.13 0.9502 0.036 0.100 22 5 8 2 71.13 0.9502 0.082 0.090 23 5 8 2 71.13 0.9502 0.057 0.070 24 5 8 2 71.13 0.9502 0.015 0.060 25 5 8,5 2 71.13 0.9502 0.010 0.150 26 5 8,5 2 71.13 0.9502 0.005 0.100 27 5 8,5 2 71.13 0.9502 0.008 0.090

Tabel tersebut diatas merupakan hasil akhir dari penelitian yang berkaitan dengan Kajian Efektifitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow sand Filter dalam menurunkan kadar Fe air tanah desa Sengkubang. Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat.