KEPATUHAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN DIET HIPERTENSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBU GA A TARA TI GKAT PE DIDIKA DA DUKU GA KELUARGA TERHADAP KEPATUHA BEROBAT PADA PE DERITA HIPERTE SI DI PUSKESMAS GALIYA SEMARA G

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita


*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI. Kurniawati*, Wiwiek Widiatie*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu


BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

Transkripsi:

Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi (Agrina, Sunarti Swastika Rini dan Riyan Hairitama) KEPATUHAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN DIET HIPERTENSI Agrina 1, Sunarti Swastika Rini 2, Riyan Hairitama 3 1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau ABSTRACT The purpose of this study was to know about pursuance of hypertension elderly in complience diet hypertension. The research was conducted in the working area Sidomulyo health care center, in the Village of West Sidomulyo, Pekanbaru City. The respondents in this study is 60 people with purposive random sampling method. This study is the simple descriptive design with Cross-Sectional approach. The data is collected by questionnaires.the analysis data by univariat in frequency distribution to know pursuance of hypertension elderly in complience diet hypertension. The result is study that found that 26 people (43,3%) the hypertension elderly are pursuance in diet hypertension and 34 people (43,3%) the hypertension elderly aren t pursuance in diet hypertension. Recomendation to health workers to provide counseling about hypertension specially about diet of hypertension, so the incidence of hypertension can be reduced significantly. Keywords: elderly, pursuance, diet of hypertension PENDAHULUAN Modernisasi saat ini mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup didalam masyarakat, seperti kebiasaan makan berlebihan, terlalu banyak aktivitas, banyak merokok, dan kurang istirahat. Pola dan gaya hidup tersebut menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah banyak menyerang, terutama penduduk usia di atas 40 tahun. Salah satunya yaitu timbulnya penyakit darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi (Wiryowidagdo, 2002). Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmhg untuk sistolik dan 80 mmhg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). Hipertensi belum diketahui faktor penyebabnya, namun ditemukan beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu kelebihan berat badan yang diikuti dengan kurangnya berolahraga, serta mengonsumsi makanan yang berlemak dan berkadar garam tinggi (Palmer, 2007). Begitu banyaknya penyebab hipertensi sehingga menyebabkan hipertensi merupakan penyakit dengan penderita yang banyak. 46

Vol 6, No 1, April 2011: 46-53 Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa di dunia menyandang tekanan darah tinggi, dan jumlah ini cendrung terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang di Inggris, dengan 34% pria dan 30% wanita menyandang tekanan darah tinggi diatas 140/90 mmhg. Pada populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak lagi, dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia diatas 60 tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan penderita tekanan darah tinggi mencapai hampir 1,6 miliar orang di dunia (Palmer, 2007). Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya mengakibatkan penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Riskesdas (2007) menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Yoga, 2009). Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi garam, lemak, gula, dan kalori yang terus meningkat sehingga berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi. Makanan yang dimakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium memiliki kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi. Pelaksaanaan diet yang teratur dapat menormalkan hipertensi, yaitu dengan mengurangi makanan dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan melakukan aktivitas olahraga (Julianti, 2005). Penderita hipertensi di kota Pekanbaru sebanyak 12781 orang, jumlah penderita hipertensi terbanyak terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru yaitu sebanyak 3723 orang (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2010). Data yang diperoleh dari Puskesmas Sidomulyo pada bulan Januari sampai Mei tahun 2011 melaporkan jumlah penderita hipertensi sebanyak 1734 orang. Jumlah penderita hipertensi terbanyak terdapat di Kelurahan Sidomulyo Barat yaitu sebanyak 963 orang. Penderita hipertensi terbanyak pada usia 40-65 tahun, yaitu sebanyak 591 orang. Hasil wawancara dengan penderita hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru pada bulan Maret 2011, didapatkan bahwa penderita mengatakan telah mendapatkan informasi dari petugas Puskesmas untuk mengurangi makanan yang asin-asin dan makanan yang berlemak tinggi. Setelah dikonfirmasi langsung dengan petugas puskesmas tersebut, ternyata petugas sudah memberikan anjuran untuk mengurangi makanan yang asin-asin dan berlemak tinggi kepada penderita hipertensi. Meskipun telah dianjurkan petugas kesehatan untuk melakukan diet penderita hipertensi, namun angka 47

Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi (Agrina, Sunarti Swastika Rini dan Riyan Hairitama) hipertensi masih tinggi terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian bagaimana gambaran kepatuhan lansia penderita hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota Pekanbaru. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan lansia penderita hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang penderita hipertensi yang berusia diatas 40 tahun yang diambil secara purposive random sampling di kelurahan Sidomulyo Barat. Data diambil dengan menggunakan kuisioner yang berisi tentang karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan) dan data pemenuhan diet hipertensi sehari-hari dengan menggunakan skala likert (sangat sering, sering, jarang, dan tidak pernah). Alat pengumpulan data sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas. Data yang di dapat di ketegorikan menjadi patuh dan tidak patuh. Data yang diambil, dianalisa menggunakan analisa univariat yang ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden (umur, jenis kelamin pendidikan, pekerjaan), pengetahuan, sikap, dan kepatuhan. Hasil analisa univariat masing-masing diuraikan sebagai berikut: 1. Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Penderita Hipertensi Di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota Pekanbaru No Umur Jumlah Persentase 1 40-50 Tahun 27 45 2 51-65 Tahun 33 55 Tabel 1 menunjukkan distribusi responden menurut umur penderita hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Kota Pekanbaru, didapatkan responden yang berumur 40-50 tahun sebanyak 27 orang (45%) dan responden yang berumur 51-65 tahun sebanyak 33 orang (55%). Sugiharto dkk (2003), kejadian hipertensi berbanding lurus dengan peningkatan usia. Pembuluh darah arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang tekanan darahnya meningkat ketika usia 50-60 tahun keatas. Nursalam (2002) menyatakan bahwa semakin cukup usia seseorang, tingkat kematangan dan 48

Vol 6, No 1, April 2011: 46-53 kemampuan seseorang dalam berpikir akan lebih baik. Namun demikian tingkat kematangan dan berpikir seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman dan informasi-informasi dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor usia tidak menjamin seseorang untuk memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang positif bila tidak didukung oleh faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, pengalaman pribadi, maupun informasi dari lingkungan yang ada disekitarnya. 2. Jenis Kelamin Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Hipertensi Di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota Pekanbaru No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 25 41,7 2 Perempuan 35 58,3 Tabel 2 menunjukkan distribusi responden menurut jenis kelamin penderita hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Kota Pekanbaru, didapatkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (58,3%) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (41,7%). Jenis kelamin perempuan memang lebih menonjol dari pada laki-laki, hal ini dapat dihubungkan dengan faktor hormonal yang lebih besar terdapat didalam tubuh perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Faktor hormonal inilah yang menyebabkan peningkatan lemak dalam tubuh atau obesitas. Selain faktor hormonal yang menyebabkan timbulnya obesitas pada perempuan, obesitas juga disebabkan karena kurangnya aktifitas pada kaum perempuan dan lebih sering menghabiskan waktu untuk bersantai dirumah. (Junaidi, 2010). 3. Pendidikan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Penderita Hipertensi Di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota Pekanbaru No Pendidikan Jumlah Persentase 1 SD 13 21,7 2 SLTP 18 30 3 SLTA 22 36,7 4 PT 7 11,7 Tabel 3 menunjukkan distribusi responden menurut pendidikan penderita hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Kota Pekanbaru, didapatkan responden yang terbanyak berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 22 orang (36,7%) dan responden yang paling sedikit berpendidikan PT yaitu sebanyak 7 orang (11,7%). Sugiharto dkk (2003), tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan perilaku hidup sehat, terutama mencegah penyakit hipertensi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kemampuan 49

Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi (Agrina, Sunarti Swastika Rini dan Riyan Hairitama) seseorang dalam menjaga pola hidupnya agar tetap sehat. Menurut Nursalam (2002), bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi dan akan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada responden dengan tingkat pendidikan yang rendah. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh responden maka semakin mudah menerima informasi yang diberikan sehingga dapat menjalankan diet hipertensi dengan baik dan benar. 4. Pekerjaan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Penderita Hipertensi Di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota Pekanbaru No Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Swasta 8 13,3 2 Wiraswasta 10 16,7 3 PNS 7 11,7 4 Dagang 16 26,7 5 IRT 19 31,7 Tabel 4 menunjukkan distribusi responden menurut pekerjaan penderita hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Kota Pekanbaru, didapatkan responden yang terbanyak bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 19 orang (31,7%) dan responden yang paling sedikit bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 7 orang (11,7%). Perempuan yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga berisiko lebih tinggi menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan yang bekerja. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya aktivitas yang dilakukan ibu rumah tangga, dimana kebanyakan hanya berdiam diri dirumah dengan rutinitas yang membuat suntuk. Berbeda dengan ibu yang bekerja, justru lebih banyak aktivitasnya dan menyempatkan waktu untuk melakukan olahraga. Selain itu, biasanya ibu yang bekerja lebih aktif daripada ibu yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Individu yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% dari individu yang aktif (Waren, 2008). Kehidupan modern membuat orang jadi malas bergerak, waktu dihabiskan dengan menonton TV atau bekerja dimeja makan hingga setiap hari. Begitu juga dengan penderita hipertensi yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, karena sibuk dengan pekerjaan rumah tangga membuat ibu menjadi malas. Setelah pekerjaan selesai ibu lebih banyak berdiam dirumah dengan menonton TV, memakan makanan (mengemil) tidak sesuai diet, tidur siang yang terlalu lama, dan jarang melakukan olahraga sehingga pelaksanaan diet hipertensi tidak berjalan dengan semestinya 50

Vol 6, No 1, April 2011: 46-53 5. Kepatuhan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Penderita Hipertensi Di Kelurahan Sidomulyo Barat Tampan Kota Pekanbaru No Kepatuhan Jumlah Persentase 1 Patuh 26 43,3 2 Tidak Patuh 34 56,7 Tabel 5 menunjukkan distribusi responden menurut kepatuhan diet penderita hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Kota Pekanbaru, didapatkan responden pada kategori tidak patuh yaitu sebanyak 34 orang (56,7%) dan responden pada kategori patuh yaitu sebanyak 26 orang (43,3%). Pada umummya responden tidak patuh untuk melakukan diet hipertensi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan ataupun sikap penderita hipertensi itu sendiri. Pengetahuan yang kurang dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh oleh penderita, baik dari petugas kesehatan maupun media cetak atau elektronik. Faktor sikap negatif yang sering muncul dikarenakan kejenuhan serta tidak terbiasanya penderita hipertensi untuk menjalankan diet hipertensi, yang disebabkan oleh budaya responden itu sendiri yang sudah melekat sejak lahir sehingga sangat sulit sekali untuk dihilangkan. Penelitian Kharisna (2008), yang menghubungkan jus mentimun dengan hipertensi, menunjukkan bahwa penderita yang rajin mengonsumsi jus mentimun secara teratur dapat menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati (2009) juga menunjukan bahwa kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalankan diet hipertensi seperti diet rendah garam dapat mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, perilaku berkaitan dengan kebiasaan yang dapat menghasilkan suatu yang bersifat positif maupun negatif. Sehingga perilaku penderita hipertensi yang secara rutin mengonsumsi jus mentimun dapat menurunkan tekanan darah dalam tubuh penderita hipertensi, dan perilaku penderita yang menghindari konsumsi garam setiap harinya dapat mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Begitu juga dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap mempengaruhi penderita hipertensi untuk berperilaku/bertindak patuh tidaknya terhadap diet hipertensi. Suatu perilaku juga dipengaruhi oleh keyakinan bahwa, perilaku tersebut akan membawa hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan yang bersifat normatif dan memotivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan. Harapan normatif tersebut membentuk normanorma subjektif dalam diri individu. Hal ini ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan pengalaman orang disekitar serta individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku tersebut. 51

Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi (Agrina, Sunarti Swastika Rini dan Riyan Hairitama) Hasil penelitian Ginting (2006), yang berjudul hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi. Pada penelitian didapatkan hasil bahwa lansia yang memiliki pengetahuan yang baik patuh menjalankan diet hipertensi. Hal ini berarti, keputusan penderita hipertensi untuk patuh melakukan diet hipertensi juga akan semakin baik jika pengetahuannya tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika pengetahuan penderita rendah, maka keputusan penderita hipertensi untuk patuh melakukan diet hipertensi juga akan berkurang. KESIMPULAN Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 34 orang (56,7%) responden tidak patuh dalam pemenuhan diet hipertensi dan sebanyak 26 orang (43,3%) yang patuh dalam pemenuhan diet hipertensi. Hal ini yang menjadi penyebab semakin bertambahnya penderita hipertensi dan kambuhnya penyakit hipertensi pada penderita hipertensi. Faktor makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada penderita hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita hipertensi harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari, dengan ada atau tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan darah penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi dan komplikasinya. Disarankan kepada petugas kesehatan untuk lebih sering memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang penyakit hipertensi kepada penderita hipertensi, terutama tentang diet hipertensi yang baik dan benar. Sebaiknya penyuluhan dilakukan tidak hanya pada saat penderita datang berobat ke Puskesmas akan tetapi langsung turun kelapangan menemui penderita hipertensi. Materi penyuluhan yang diberikan kepada penderita hipertensi harus bervariasi, artinya tidak hanya melarang makanan yang asin-asin dan berlemak namun harus diberitahukan secara detil mengenai penggunaan garam kurang dari 1 sendok teh/hari, serta makanan apa saja yang dianjurkan untuk penderita hipertensi. Media penyampaian materi sebaiknya menggunakan media tertulis seperti leaflet ataupun brosur sehingga penderita akan mudah mengerti dan tidak lupa dengan apa yang disampaikan sebelumnya. Disarankan untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai pengaruh peran keluarga penderita hipertensi terhadap kepatuhan diet penderita hipertensi dan pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan penderita hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi. 52

Vol 6, No 1, April 2011: 46-53 DAFTAR PUSTAKA Ginting, F, 2006, Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia di Kecamatan Medan Johor, Universitas Sumatera Utara Julianti, D, dkk., 2005, Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus, Puspa Swara, Jakarta Junaidi, I., 2010., Hipertensi: Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta Kharisna, D., 2010, Efektifitas Konsumsi Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Universitas Riau Mahdiana, R., 2010, Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini, Tora Book, Yogyakarta Mardiyati, Y., 2009, Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Sikap Menjalani Diet Hipertensi di Puskesmas Ngawen I Kabupaten Gunung Kidul Provinsi D.I.Y. Universitas Muhammadiyah Surakarta Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan, Aplikasi Dalam Praktik Keperawtan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Nursalam., 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba medika, Jakarta Palmer, A & Williams, B. Simple Guide., 2007, Tekanan Darah Tinggi. (Yasmine, Penerjemah), Erlangga: Jakarta Potter, P & Perry, A., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Volume 1, EGC, Jakarta Purnomo, H., 2009, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Yang Paling Mematikan, Buana Pustaka, Yogyakarta Sarwiji, B & Paramita, 2011, Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit, PT Indeks, Jakarta Sugiharto, A, dkk., 2003, Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karang Anyar). Diakses Pada Juni 2011, dari http/www.eprints.undip.ac.id Utomo, P., 2005, Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan Modern, PT. Rineka Cipta, Jakarta Waren, A, dkk., 2008, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang. Diakses Pada Juni 2011, dari http/www.scribd.com Wawan, A & Dewi, M., 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M., 2002, Tanaman Obat Untuk Jantung, Darah Tinggi, & Kolesterol,PT Agromedia Pustaka, Jakarta Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M., 2008, Tanaman Obat Untuk Jantung, Darah Tinggi, & Kkolesterol. Cetakan 13, Edisi revisi, PT Agromedia Pustaka, Jakarta Yoga, T., 2009, Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok Teh Per Hari. Diakses Pada Maret 2011, dari http/www.depkes.go.id 53