BABI PENDAHULUAN. Indonesia dan menjadi komoditas andalan dari sektor perikanan yang umumnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Budidaya (2014), menyatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tertinggi sehingga paling berpotensi menjadi sumber limbah.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

BABI PENDAHULUAN. Pohon intaran (neem tree) adalah pohon hijau tropis yang berasal dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya perkembangan industri, tidak akan terlepas

BABI PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan sebagai sarana transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah

'... ~ Tl~;zi;- ~ . <ts-~?_:-,?-ot;., ~ SKRIPSI EKSTRAKSI KAROTENOID DARI LIMBAH KULIT UDANG

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

HASIL DAN PEMBAHASAN


I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan golongan surfaktan anionik yang dibuat

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

PENDAHULUAN. secara kimia (warna sintetis) dan warna yang dihasilkan oleh makhluk hidup yang biasa.

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

I. PENDAHULUAN. Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

Gambar I.1. Pertumbuhan Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sale pisang merupakan salah satu produk olahan pisang masak konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bahwa ternyata zat warna sintetis banyak mengandung azodyes (aromatic

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah produksi, konsumsi dan impor bahan bakar minyak di Indonesia [1]

Sistem CO 2 -Etanol Dalam Bentuk Gas-Expanded Liquid (GXL) sebagai Pelarut untuk Ekstraksi BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BABI. Udang merupakan salah satu produk ekspor non migas yang cukup penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

PENDAHULUAN. komoditas nonkonsumsi yang berpengaruh terhadap sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sehingga memiliki umur simpan yang relatif pendek. Makanan dapat. dikatakan rusak atau busuk ketika terjadi perubahan-perubahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. goreng segar, 15% pada daging ayam/ikan berbumbu, 15-20% pada daging

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu masalah lingkungan hidup teerutama masalah limbah. proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi dan bahkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Pisang adalah nama umum yang

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar

Bab II Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

BAB I PENDAHULUAN. sintetis seperti boraks dan asam benzoat. Boraks dapat meningkatkan sifat

I. PENDAHULUAN. komoditi tanaman perkebunan yang menghasilkan minyak dan sebagai komoditi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

/ BABI PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan 1 BABI PENDAHULUAN Ll. Latar Belakang Udang (Panda/us borealis) [1] merupakan salah satu hasil!aut terbesar di Indonesia dan menjadi komoditas andalan dari sektor perikanan yang umumnya diekspor dalam bentuk beku. Indonesia saat ini menjadi pengekspor udang terbesar kedua di Amerika Serikat setelah Thailand [2]. Potensi produksi udang di Indonesia dari tahun ke tahun terns meningkat dengan kapasitas produksi sekitar 500.000 ton per tahun. Pacta proses pembekuan udang, 60-70% dari berat udang dibuang sebagai limbah dalam bentuk cangkang atau kulit dan kepala udang. Diperkirakan, dari proses pengolahan seluruh unit pengolahan udang yang ada di Indonesia, limbah kulit dan kepala udang yang dihasilkan sebesar 325.000 ton per tahun [3]. Selama ini masyarakat Indonesia memanfaatkan limbah kulit udang hanya terbatas untuk pakan temak, pembuatan terasi, kerupuk dan petis. Sementara itu masih banyak limbah kulit udang yang dibuang dan dibiarkan membusuk. Jika limbah tersebut tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan [3]. Limbah kulit dan kepala udang dapat dimanfaatkan karena mengandung senyawa karotenoid, terutama dalam bentuk pigmen wama merah astaxanthin [4]. Astaxanthin merupakan salah satu pigmen karotenoid alami yang banyak ditemukan pacta hewan!aut terutama ikan salmon dan golongan krustasean (5]. Karotenoid adalah salah satu sumber vitamin A yang berfungsi sebagai anti

Bab I. Pendahuluan 2 oksidan yang baik untuk kesehatan mata dan menjaga kulit dari kerusakan akibat sinar ultra violet serta meningkatkan daya tahan tubuh dan bersifat anti karsinogenik [6, 7]. Astaxanthin juga merupakan anti oksidan bagi manusia karena mempunyai gugus radikal yang dapat melindungi tubuh terhadap proses peroksidasi lipid dan kerusakan akibat proses-proses oksidasi pada membran sel dan jaringan tubuh sehingga bisa menghambat proses penuaan [8]. Selain itu, astaxanthin biasa ditambahkan pada pakan ikan untuk membangkitkan wama ikan seperti wama merah pada daging ikan salmon, meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan ikan salmon, serta meningkatkan daya hidup udang [9, 10]. Kandungan karotenoid yang terdapat pada limbah kulit udang dapat diambil dengan proses ekstraksi, antara lain dengan menggunakan pelarut minyak nabati seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari [4], pelarut organik seperti aseton dan alkohol [11], dan fluida superkritis seperti C0 2 [12]. Ekstraksi karotenoid menggunakan pelarut organik membutuhkan pelarut organik dalam jumlah yang besar, padahal pelarut organik biasanya harganya mahal, berbahaya dan tidak ramah lingkungan [12]. Sedangkan ekstraksi karotenoid yang menggunakan fluida superkritis C0 2 membutuhkan peralatan yang banyak dan mahal harganya. Penggunaan minyak nabati untuk ekstraksi karotenoid merupakan metode yang paling murah, mudah dilakukan, dan tidak berbahaya. Untuk merancang proses ekstraksi dalam skala yang lebih besar, diperlukan data-data kinetika dan termodinamika. Oleh karena itu, pada penelitian ini dipelajari beberapa variabel yang berpengaruh pada proses ekstraksi karotenoid dari kulit udang dengan menggunakan minyak kelapa sawit yang telah dimumikan, beserta kinetika ekstraksi dan besaran termodinamikanya. Sampai

Bab I. Pendahuluan 3 saat ini, ekstraksi karotenoid dari lim bah kulit udang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai pelarutnya belum pemah diteliti, padahal minyak kelapa sawit mudah didapatkan dan harganya Iebih murah dibandingkan dengan minyak nabati Iainnya. Dengan mengekstrak karotenoid dari Iimbah kulit udang ini, diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi Iimbah tersebut sehingga menjadi produk bemilai ekonomi lebih tinggi. Ekstrak karotenoid digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan karotenoid yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk yang bermanfaat bagi kesehatan manusia serta pakan ikan dan unggas. Karotenoid yang diekstrak dengan pelarut minyak memiliki keuntungan karena dapat digunakan sebagai bahan makanan dan sumber energi kehidupan biota!aut [4]. Selain itu, pengolahan Iimbah ini dapat meminimalkan polusi yang disebabkan oleh bau yang ditimbulkan dari Iimbah kulit udang [ 4, 11]. 1.2. Tujuan Penelitian 1. Mempelajari pengaruh ukuran partikel, suhu, dan waktu ekstraksi terhadap yield karotenoid. 2. Menentukan kondisi optimum proses ekstraksi senyawa karotenoid dari Iimbah kulit udang menggunakan pelarut minyak kelapa sawit ditinjau dari ukuran partikel Iimbah kulit udang, suhu dan waktu ekstraksi. 3. Menentukan persamaan kinetika dan mempelajari sifat termodinamika proses ekstraksi senyawa karotenoid dari limbah kulit udang dengan pelarut minyak kelapa sawit. Ehtraksi Karotenoid dari Limbah Kulit Udang

Bab I. Pendahuluan 4 1.3. Pembatasan Masalah 1. Yield karotenoid yang dihasilkan dinyatakan sebagai astaxanthin. 2. Kondisi optimum adalah ukuran partikel, suhu dan waktu ekstraksi yang menghasilkan yield karotenoid terbesar. 3. Minyak kelapa sawit yang digunakan adalah minyak kelapa sawit yang sudah dimumikan.