PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan yang tercermin dalam globalisasi pasar,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Hal ini tentu berdampak pula pada

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

Analisis Isu-Isu Strategis

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya perekonomian nasional. Sehingga banyak usaha-usaha berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia dewasa ini kondisinya dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan informasi saat ini semakin pesat, mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

I. PENDAHULUAN. Pembangunan bangsa Indonesia ke depan sangat tergantung pada kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, juga akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai keunggulan-keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN AKUNTANSI DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI KEUANGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO,KECIL dan MENENGAH (UMKM) DI PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. negara. Khususnya bagi industri-industri, perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di negara-negara berkembang sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran terutama dari golongan masyarakat berpendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, serta masalah urbanisasi dengan segala akibat negatifnya. Artinya, keberadaan atau perkembangan UMKM diharapkan dapat memberi suatu kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas Di Indonesia UMKM menjadi suatu fenomena perekonomian tersendiri ketika terjadi kenaikan harga pangan dan bahan baku sehingga banyak usaha besar mengalami kesulitan dalam usahanya, UMKM mampu mempertahankan usahanya di tengah krisis ekonomi. Peranan UMKM juga sering dikaitkan dengan upayaupaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan, dan pemerataan pendapatan. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan UMKM di Indonesia sering dianggap secara tidak langsung sebagai kebijakan penciptaan 1

2 kesempatan kerja, atau kebijakan anti-kemiskinan, atau kebijakan redistribusi pendapatan. Keberadaan UMKM memang harus tetap dipertahankan dan dikembangkan agar dapat terus berperan dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Kedudukan UMKM di tengah-tengah kehidupan masyarakat telah mendapat tempat yang mantap, banyak menyerap tenaga kerja, mampu berdampingan dengan perusahaan besar dan ikut memperlancar kegiatan perekonomian negara. Untuk mengetahui pertumbuhan UMKM dibandingkan dengan jenis usaha besar dapat dilihat melalui tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Jumlah Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar Menurut Sektor Ekonomi NO SEKTOR Tahun 2008 Mikro (Unit) Kecil (unit) Menengah (Unit) Besar (unit) 1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 26.398.113 1.079 1.677 242 2. pertambangan dan penggalian 258.974 2.107 260 80 3. industri pengolahan 3.176.471 53.458 8.182 1.309 4. listrik,gas dan air bersih 10.756 551 315 125 5. Bangunan 159.883 12.622 1.854 245 6. perdagangan,hotel dan 14.387.690 382.084 20.176 1.256 restoran 7. pengangkutan dan komunikasi 3.186.181 17.420 1.424 319 8. keuangan,persewaan jasa perusahaan 970.163 23.375 3.973 599 9. jasa-jasa 2.149.428 27.525 1.796 197 J U M L A H 50.697.659 520.221 39.657 4.372 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Berdasarkan tabel 1.1, bahwa jumlah usaha mikro, kecil dan menengah mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan dengan usaha besar.

3 Berdasarkan skala usaha, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah mencapai jumlah 51,25 unit usaha. Konstribusi usaha mikro 50,69 juta unit, usaha kecil 520 ribu unit, usaha menengah 39,65 ribu unit. Sisanya usaha besar 4.372 unit usaha. Usaha mikro kecil memang layak disebut sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia. Pencapaian angka-angka ekonomi menyajikan angka fantastis. Pada awal 2010 andil usaha mikro terhadap ekonomi tergambar pada produk domestik bruto 55,56 persen dari total PDB nasional. Untuk konstribusi penyerapan tenaga kerja UMKM sebesar 90,89 juta orang. Usaha mikro sebanyak 83,75 juta orang, usaha kecil menyerap 3,99 juta pekerja dan usaha menengah 3,25 juta pekerja. Jika ditotal dari dari jumlah pekerja berdasarkan semua skala, usaha kecil menyerap 93,56% dari seluruh tenaga kerja Indonesia.(Deddy Edward Tanjung, 2010) UMKM khususnya industri kecil merupakan salah satu bentuk alternatif strategi untuk mendukung pengembangan perekonomian Indonesia. Peranan industri kecil terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat terbukti dapat membantu pemerintah dalam menyukseskan program pengentasan kemiskinan dan menekan angka pengangguran. Selain menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, industri kecil terbukti tahan menghadapi krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia. Secara kualitatif, peranan usaha kecil dalam Suryana (2006:77) yaitu : Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, produksi, penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai

4 transformator antar sektor yang mempunyai kaitan ke depan dan ke belakang. Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel, karena dapat menyerap tenaga kerja dan sumber daya lokal serta meningkatkan sumberdaya manusia agar dapat menjadi wirausaha yang tangguh. Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pendapatan, karena jumlahnya tersebar di perkotaan dan pedesaan. Namun terlepas dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, UMKM sering kali dihadapkan pada berbagai keterbatasan yang menghambat keberhasilan usaha. Rendahnya pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) pelaku UMKM juga menjadi keterbatasan yang perlu mendapat pembinaan yang serius dari pemerintah. Keberadaan UMKM yang berada pada semua lapangan usaha dan tersebar di semua lokasi memang menjadi kendala yang sangat menyulitkan dalam melakukan pembinaan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pengembangkan sentra-sentra UMKM untuk memudahkan pembinaan dengan melihat kelompok komunitas UMKM yang ada atau membentuk komunitas UMKM baru. Fenomena rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki mengakibatkan tingkat pengetahuan dan keterampilan pelaku UMKM untuk menangani usaha relatif lemah. Sehingga pengelolaan usaha serimg kali bukan didasarkan pada strategi bisnis yang cukup mapan melainkan lebih pada perasaan dan intuisi sebagai pengusaha yang secara jelas meski hal tersebut diperlukan dalam dunia bisnis tetapi tidak bisa terus menerus dijadikan sebagai acuan.

5 Keterbatasan lain yang sering dihadapi pelaku UMKM adalah keterbatasan finansial. UMKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial yaitu mobilisasi modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumbersumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi, investasi atau perluasan kapasitas produksi. (Tulus Tambunan, 2002 : 74) Masalah pemasaran juga menjadi salah satu keterbatasan dalam skala UMKM. Aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UMKM adalah kekurangan informasi yang akurat mengenai peluang-peluang pasar dan tekanan-tekanan persaingan di pasar domestik maupun di pasar ekspor, maka strategi pengembangan UMKM ini perlu dicermati dengan seksama agar pertumbuhan UMKM baru tidak melemahkan yang telah ada. Oleh karena itu sebaiknya pembentukan UMKM lebih diarahkan untuk pangsa ekspor atau memenuhi kekurangan permintaan dalam wilayah. Pemilihan saluran pemasaran yang tepat akan sangat menentukan berhasil tidaknya usaha yg dijalankan. Bachtiar Hasan (2003:19) mengemukakan bahwa masalah yang dihadapi industri kecil merupakan masalah klasik sebagai berikut : 1. Masalah kurangnya keterampilan dan jangkauan menggunakan kesempatan yang meliputi kewiraswastaan, pengelolaan usaha dan organisasi. 2. Masalah kurangnya pengetahuan pemasaran dan sempitnya daerah pemasaran. 3. Langkanya modal 4. Masalah teknis dan teknologi, yang meliputi dan pengetahuan produksi, kualitas, pengembangan dan peragaman produk.

6 Sementara itu menurut hasil kajian BPS Jawa Barat dengan Dinas KUKM (2006) masalah yang dihadapi UKM adalah : 1. Masalah belum dimilikinya sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. 2. Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman, baik dari bank maupun modal ventura, karena kebanyakan UKM mengeluh prosedur mendapatkan kredit yang berbelit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi. 3. Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin ketat. 4. Masalah akses terhadap teknologi, terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan atau grup bisnis tertentu, sementara selera konsumen berubah dengan cepat 5. Masalah memperoleh bahan baku, terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkualitas rendah, dan tingginya harga bahan baku. 6. Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi, terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor yang harus mengikuti selera konsumen. 7. Masalah tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil Salah satu yang termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan yang menjadi objek

7 penelitian penulis. Bawang goreng merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Kuningan yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Hasil produksi bawang goreng dari Kabupaten Kuningan telah mencapai wilayah usaha dalam skala nasional. Beberapa perusahaan telah menjadi supplier resmi untuk PT Indofood CBP Sukses Makmur, dan PT. WingsFood. Berikut ini adalah tabel 1.2 yang memperlihatkan tujuan pasar beberapa perusahaan bawang goreng di Kabupaten Kuningan: Tabel 1.2 Tujuan Pasar Beberapa Perusahaan Bawang Goreng di Kabupaten Kuningan NO. Nama Perusahaan Purchase Order 1. PD. Bawang Tunggal PT. Indofood CBP Sukses Makmur 2. PD. Raya Sakti PT. Indofood CBP Sukses Makmur 3. PD. Lahan Rezeki PT. Indofood CBP Sukses Makmur 4. CV. Sumber Rezeki Bawang PT. Indofood CBP Sukses Makmur 5. UD. Sinar tani PT. Indofood CBP Sukses Makmur 6. PD. Mekar Asih PT. WingsFood 7. CV. Satria Palawijaya Utama PT. WingsFood 8. PD. Karunia Asih PT. WingsFood (Sub Distributor) 9. UD. Putra Mekar Asih PT. WingsFood (Sub Distributor) 10. PD. Widyatama Jakarta, Cirebon, Ciamis 11. PD. Sami Mulya Jakarta, Salatiga, Malang 12. Sariwangi I Jakarta, Tasikmalaya, Surabaya 13. Sariwangi II Kuningan, Tasikmalaya, Malang 13. Arum Sari Porwokerto, Semarang 15. Sri Ratu Cirebon, Majalengka, Ciamis Sumber : pra penelitian

8 Dari keseluruhan pengusaha bawang goreng yang ada di Kabupaten Kuningan, pengusaha yang masih beroperasi kini jumlahnya semakin menurun. Berdasarkan data laba yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para pengusaha bawang goreng, kesimpulannya bahwa laba para pengusaha bawang goreng ini pada periode September 2009 Februari 2010 berfluktuatif tetapi cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 1.3 di bawah ini : Tabel 1.3 Rata-Rata Perkembangan Laba Pelaku Usaha Bawang Goreng di Kabupaten Kuningan Bulan September 2009 Februari 2010 Bulan Laba Perkembangan (%) September Rp. 143.280.000 - Oktober Rp. 156.351.000 9.12 November Rp. 148.753.000-4.86 Desember Rp. 167.980.000 12.93 Januari Rp. 154.230.000-8.19 Februari Rp. 134.560.400-12.75 Sumber : pra penelitian, diolah Berdasarkan survey yang dilakukan penulis pada 15 perusahaan di wilayah Desa Garawangi, Pagundan, Taraju dan Ciloa, laba para pengusaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan cenderung mengalami penurunan. Dari tabel 1.3, pada enam bulan terakhir laba dari bulan September ke bulan Oktober naik 9.12%, kemudian di bulan selanjutnya laba para pengusaha bawang goreng di Kabupaten Kuningan menurun sebesar 4.86%, Dan pada bulan Desember ratarata laba para pengusaha bawang goreng mengalami peningkatan sebesar 12.93%. Selanjutnya hingga pada pergantian tahun 2010, di bulan Januari laba para pengusaha bawang goreng mengalami penurunan sebesar 8.19%. Dan penurunan

9 laba pengusaha sebesar 12.75% terjadi pada bulan selanjutnya. Hal ini disebabkan banyak para pengusaha bawang goreng yang gulung tikar sebagai imbas dari kenaikan harga bahan baku dan mengalami kemacetan distribusi hasil produksi. Sehingga banyak hasil produksi yang tertimbun karena tidak tersalurkan ke pasar, selain itu pada kurun waktu tiga bulan terakhir banyak pengusaha yang hanya berproduksi jika bahan baku dari pemasok tersedia. Perolehan laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Seperti yang diungkapkan oleh Tulus Tambunan (2002 : 14) bahwa faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan usaha suatu industri yaitu kekuatan modal, kualitas SDM, penguasaan teknologi, sistem manajemen, dan tingkat entrepreneurship. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha suatu industri yaitu kebijakan ekonomi, sistem perekonomian, tingkat pendidikan masyarakat serta lingkungan global. Faktorfaktor tersebut akan menentukan sejauh mana suatu produksi dapat berjalan secara efisien. Kompetensi pengusaha yang mencerminkan kualitas SDM menjadi faktor penting dalam mencapai keberhasilan usaha. Kompetensi pengusaha yang masih rendah menyebabkan banyak pengusaha tidak dapat berkembang sehingga memberikan dampak kurang baik terhadap penjualan dan pencapaian keberhasilan usaha. Kompetensi pengusaha dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki pengusaha. Rendahnya tingkat pendidikan para pengusaha membawa dampak pada berbagai masalah yang dihadapi oleh industri kecil. Masalahmasalah tersebut adalah kekurangmampuan akses dan perluasan pangsa pasar,

10 kekurangmampuan pada sumber-sumber pendanaan, khususnya bank, keterbatasan akses pada informasi, keterbatasan teknologi dan kelemahan dalam pengelolaan organisasi dan manajemen (Tulus Tambunan, 2002:73) Meningkatnya skala usaha juga merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan usaha. Skala usaha itu sendiri bisa dilihat dari besarnya modal usaha. Modal menjadi faktor yang sangat penting bagi pengusaha untuk meningkatkan usahanya. Karena modal erat kaitannya dengan jumlah produksi yang bisa dihasilkan. Besar kecilnya produksi selanjutnya mempengaruhi perolehan laba pengusaha. Masalah pemasaran juga sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan usaha. Sebagian besar perusahaan tidak melakukan perbaikan yang cukup disemua aspek yang berkaitan dengan pemasaran seperti kualitas produk dan kegiatan promosi sehingga berdampak kurang baik pula terhadap penjualan. Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi pengusaha bawang goreng adalah tekanan-tekanan persaingan di pasar domestik dari produk serupa hasil buatan perusahan lain. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian mengenai adanya isu dari permasalahan keberhasilan usaha khususnya industri bawang goreng yang berada di Kabupaten Kuningan. Untuk itu penulis mengambil judul dalam penelitian ini yaitu Pengaruh Kompetensi Pengusaha, Skala Usaha dan Saluran Pemasaran Terhadap Keberhasilan Usaha (Survey Pada Industri Bawang Goreng di Kabupaten Kuningan).

11 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu kompetensi pengusaha, skala usaha dan saluran pemasaran. Sehingga permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kompetensi pengusaha terhadap keberhasilan usaha industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan? 2. Bagaimana pengaruh skala usaha terhadap keberhasilan usaha industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan? 3. Bagaimana pengaruh saluran pemasaran terhadap keberhasilan usaha industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan? 4. Bagaimana pengaruh kompetensi pengusaha, skala usaha dan saluran pemasaran terhadap keberhasilan usaha industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :: 1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pengusaha terhadap keberhasilan usaha industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan 2. Untuk mengetahui pengaruh skala usaha terhadap keberhasilan usaha industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan 3. Untuk mengetahui pengaruh saluran pemasaran terhadap keberhasilan usaha industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan.

12 4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pengusaha, skala usaha dan saluran pemasaran terhadap keberhasilan usaha industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran kepada para pengusaha bawang goreng, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan, Dinas KUKM Kabupaten Kuningan tentang pengaruh kompetensi pengusaha, skala usaha dan saluran pemasaran terhadap keberhasilan usaha pada industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan. 2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi khususnya ekonomi mikro dalam pembahasan keberhasilan usaha.