BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Productive Theory of Credit (Commercial Loan Theory)

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. biasa yang pola operasinya mengikuti prinsip-prinsip syariah. Menurut UU

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. atau nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan maka bank dalam operasinya selalu

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH RASIO KESEHATAN BANK TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Bank dapat diartikan sebagai suatu lembaga keuangan yang mempunyai manfaat serta berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (deficit unit). Di sisi lain bank juga sebagai lembaga yang memperlancar aliran lalu lintas dalam hal pembayaran, penyimpanan uang serta fungsi bank juga mewadahi sebagai pengkreditan masyarakat atau hal lainnya yang berhubungan dengan keuangan pada umumnya. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga seharusnya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara (Prayudi, 2011). Dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 yang tertuliskan bahwa bank umum melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional ataupun berdasarkan prinsip syariah. Biasanya yang menjadi perbedaan mendasar antara bank konvensional dan bank syariah yaitu adanya larangan bunga atau riba dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga yang dianut oleh bank 36

37 konvensional, karena pada bank konvensional adanya selisih antara peminjam dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan merupakan sumber keuntungan terbesar, sehingga pendapatan tersebut dapat mempengaruhi kinerja keuangan perbankan konvensional. Sistem bagi hasil pada perbankan syariah yang diterapkan relatif mempertahankan kinerjanya dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban operasi lebih rendah dari konvensional. Hal inilah yang menjadi permasalahan pokok antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional dalam meningkatkan kinerja keuangannya (Sabir, 2012). Perkembangan dan ke-eksistensian perbankan syariah saat ini sangat meningkat sejak adanya undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang bank syariah yang memberikan penjelasan lebih rinci tentang landasan operasi bagi bank syariah (Pratiwi dan Mahfud, 2011). Entitas syariah ini terus meningkat dan berkembang tak kalah bersaing dengan bank konvensional yang sudah familiar di mata masyarakat. Dengan adanya hal tersebut mendorong entitas syariah untuk mengadakan penilaian kinerja bank syariah (Srihastuti, 2012). Kinerja bank syariah dapat diukur dari profitabilitasnya. Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia diatur dalam ketentuan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan Syariah. Salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan yaitu profitabilitas. Sedangkan rasio yang sering digunakan untuk mengukur dan

38 menilai kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah ROA (Return On Asset). Dipilihnya ROA sebagai ukuran kinerja alasannya yaitu karena ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Pratiwi dan Mahfud, 2011). Semakin besar ROA makan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh suatu bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan aset. Tingkat kesehatan suatu bank juga mencerminkan baik atau tidaknya kinerja keuangan bank tersebut. Dalam surat edaran BI no. 9/24/DPbs disebutkan penilaian tingkat kesehatan bank dipengaruhi oleh faktor CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). Aspek capital bank meliputi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau CAR, aspek Asset Quality meliputi non performing financing dan kualitas aktiva produktif (KAP), aspek earnings meliputi return on equity, return on asset dan operational efficiency ratio sedangkan aspek liquidity meliputi financing to deposit ratio (Pratiwi dan Mahfud, 2011). Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, seperti resiko kredit, resiko operasional dan resiko pasar. Semakin tingginya CAR berarti semakin kuat dan besar kemampuan bank tersebut dalam beroperasi menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang nantinya akan beresiko.

39 Apabila nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, maka keadaan yang menguntungkan tersebut mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Bachri et. all, 2013). Penelitian yang dilakukan Srihastuti (2012) tentang pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan bank syariah menemukan hasil bahwa CAR memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan bank syariah yang berarti bank syariah mampu menghadapi resiko dari aktifitas operasional bank dan memiliki kecukupan modal yang kuat namun hasil berbeda ditemukan pada penelitian Pratiwi dan Mahfud (2011), Bachri et. all (2013) bahwa rasio CAR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank syariah. Menurut Bachri et. all (2013) rasio CAR yang tinggi atau besar belum tentu mencerminkan peningkatan ROA, karena beban operasional bank yang semakin tinggi serta banyaknya kredit yang bermasalah menyebabkan turunnya laba, sehingga tidak mampu menunjang ketersediaan modal yang mencukupi. Rasio NPF (Non Performing Financing) merupakan rasio keuangan yang berkaitan dengan resiko kredit. NPF (Non Performing Financing) merupakan perbandingan antara total pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada debitur. Penelitian yang dilakukan Nugroho (2011), Pratiwi dan Mahfud (2011) menemukan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan. Menurut Pratiwi dan Mahfud (2011), semakin tinggi rasio NPF maka semakin buruk kualitas kredit yang pada akhirnya akan mengakibatkan jumlah

40 kredit bermasalah semakin tinggi. Hasil berbeda ditemukan pada penelitian Srihastuti (2011) dan Bachri (2013) yang menemukan NPF berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan bank. Terkait dengan rasio OER (Operational Efficiency Ratio) untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap yang lainnya. Penelitian Pratiwi dan Mahfud (2011), Nugroho (2011) dan Bachri et. all (2013) berhasil menemukan bahwa rasio OER berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal ini berarti semakin rendah OER maka semakin efisiensi dan efektif bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan bank akan semakin besar (Bachri et. all, 2013). Penilaian likuiditas bank yaitu salah satunya dengan menggunakan Financing to Deposite Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) yang analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional yaitu perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh suatu bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank. Penelitian yang dilakukan Pratiwi dan Mahfud (2011), Nugroho (2011) menemukan hasil bahwa FDR berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank syariah sedangkan hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Srihastuti (2012) dan Bachri et. all (2013) yang menemukan hasil bahwa FDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap FDR.

41 Penilaian kualitas aktiva produktif merupakan penilaian terhadap kemampuan bank dalam menggunakan aktiva produktifnya untuk mendapatkan laba yang maksimal, selain itu kualitas aktiva produktif juga digunakan dalam menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas resiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul (Kusumo, 2008). Ukuran kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank menggunakan rasio PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) merupakan rasio untuk menilai dan mengukur kemampuan manajemen bank untuk mengelola aktiva produktif yang dimiliki bank. Menurut Hesti (2010) rasio PPAP yang semakin besar menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif dan kualitas aktiva produktif yang menurun akan berpotensi terjadinya kerugian sehingga laba yang dihasilkan bank akan menurun dan mengakibatkan kinerja bank yang kurang baik. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Sartika (2011). Hasil berbeda ditemukan oleh Nugroho (2011) dan Widati (2012). Menurut info bank (2001) dalam Srihastuti (2012) menyatakan bahwa Kinerja keuangan perbankan tahun 2000 merupakan kinerja terbaik setelah krisis perbankan, dilihat dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan. Banyak perusahaan perbankan yang semula terpuruk dalam tahun 2000 sudah menunjukkan perbaikan pada Non Performing Loans (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Net Interest Margin (NIM). Laporan keuangan perbankan tahun 2000 yang menjadi latar belakang penelitian antara lain: pertama; tahun 2000 seluruh bank selesai direkapitulasi, kedua; sektor dunia

42 usaha belum dapat dikatakan pulih sehingga perusahaan perbankan masih dihadapkan pada disintermediasi, ketiga; sumber pendapatan perusahaan perbankan masih tergantung pada surat berharga dan sebagian bersumber dari obligasi, keempat; bank-bank makin dipercaya masyarakat dalam bentuk peningkatan dana pihak ketiga sehingga terdapat idle money, kelima; restrukturisasi perusahaan dan kredit yang ditangani BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) masih belum berjalan sesuai harapan perusahaan perbankan dan dunia usaha, keenam; faktor ketidakstabilan situasi dalam negeri memberikan aroma yang kurang baik terhadap iklim perbankan. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan bank syariah karena perbankan syariah merupakan perbankan yang berlandaskan nilai ajaran agama Islam yang tergolong baru namun berkembang secara pesat dengan pertumbuhan aset, jaringan operasional dan pangsa perbankan syariah yang terus meningkat dan mampu bersaing dengan perbankan konvensional meskipun dalam pertumbuhannya masih jauh berbeda di bawah pangsa perbankan konvensional. Ini terbukti dengan perkembangan aset perbankan syariah yang meningkat sangat signifikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih dari 33,37 persen. Penghimpunan dana dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41,84 dan 22,74 persen. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, maka peneliti ingin menguji kembali tentang pengaruh rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank syariah. Penelitian ini mengacu pada penelitian Bachri, Suhadak

43 dan Saifi (2013). Berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu menambahkan variabel Kualitas Aktiva Produktif (KAP) menggunakan rasio PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) dengan rentan waktu yaitu tiga tahun dari tahun 2009-2012. Penelitian ini penting dilakukan karena masih banyak perbedaan hasil penelitian pada tahun sebelumnya tentang kinerja keuangan pada bank syariah, selain itu juga untuk menambah referensi tentang perkembangan kinerja bank syariah yang saat ini sudah mulai berkembang pesat dengan pertumbuhan aset, jaringan operasional dan pangsa pasar perbankan syariah yang terus meningkat dengan program-program bank yang menarik minat masyarakat menggunakan jasa bank syariah dan juga mampu bersaing dengan bank konvensional yang ada saat ini. II. RUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Operational Efficiency Ratio (OER), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan? 2. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan?

44 3. Apakah Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan? 4. Apakah Operational Efficiancy Ratio (OER) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan? 5. Apakah Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan? 6. Apakah Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan? III. BATASAN MASALAH Dalam penelitian tersebut untuk menghindari meluasnya masalah ataupun topik yang diteliti, sehingga topik yang diteliti akan lebih terarah dengan jelas maka peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu penelitian yang akan menggunakan aktiva pada salah satu bank syariah dan variabel yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Operational Efficiancy Ratio (OER), Financing to Deposit Ratio (FDR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap kinerja keuangan bank yang diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA).

45 IV. TUJUAN PENELITIAN Dari permasalahan tersebut maka tujuan penelitian adalah : 1. Untuk menguji pengaruh signifikan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Operational Efficiency Ratio (OER), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap kinerja keuangan. 2. Untuk menguji pengaruh signifikan Capital adequacy Ratio (CAR) terhadap kinerja keuangan. 3. Untuk menguji pengaruh signifikan Non Performing Financing (NPF) terhadap kinerja keuangan. 4. Untuk menguji pengaruh signifikan Operational Efficiency Ratio (OER) terhadap kinerja keuangan. 5. Untuk menguji pengaruh signifikan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap kinerja keuangan. 6. Untuk menguji pengaruh signifikan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap kinerja keuangan.

46 V. MANFAAT PENELITIAN Dari tujuan penelitian tersebut, maka manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru serta referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dan untuk membuktikan kebenaran dari teori-teori yang sudah ada. 2. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan serta membuktikan secara empiris faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja keuangan. 3. Bagi Bank Syariah Diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan terhadap kebijakan pembiayaan maupun ekspansi aset serta untuk langkah antisipasi terhadap semua faktor yang nantinya akan mempengaruhi kinerja perusahaan.