BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F )

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB V PENUTUP. Setelah penulis menyelesaikan pembahasan permasalahan yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

A. Analisis Terhadap Metode Penerapan Nilai Tanah Waris di Pulau Bawean. pembagian dengan cara hukum waris Islam. Kedua; pembagian waris dengan

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN PEMBAGIAN KEWARISAN TERHADAP PERKARA YANG DICABUT DI PENGADILAN AGAMA KELAS IA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. atau hak setelah ada seseorang yang meninggal dunia. Maka apabila ada

BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH DI DESA AENG PANAS KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

بسم االله الرحمن الرحیم

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BAB I PENDAHULUAN. dengan ahli waris. Adanya pewarisan berarti adanya perpindahan hak, berupa. harta benda dari si pewaris kepada ahli waris.

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

P U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II WARIS JANDA DALAM HUKUM ISLAM. A. Sebab-sebab Waris Janda Menurut Hukum Islam. Kata waris berasal dari bahasa arab mi>ra>tsun dalam bentuk kata

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB IV ANALISIS DATA. A Pelaksanaan Adat Pelangkahan dalam Perkawinan dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

BAB IV ANALISIS HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA DAN FIKIH MUNAKAHAT TERHADAP STATUS HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian kepustakaan seperti buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, dan lainlain

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB III PEMBAGIAN WARIS JANDA SUKU OSING

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN DUA SAUDARA KANDUNG PADA TAHUN YANG DI DESA PARADO KECAMATAN PARADO KABUPATEN BIMA

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI REPENAN DALAM WALIMAH NIKAH DI DESA PETIS SARI KEC. DUKUN KAB. GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Islam memiliki suatu tatanan dan aturan tersendiri dalam masalah

BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri. Namun, adanya konflik tersebut bukan untuk dihindari tapi harus

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

56 BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS A. Analisis Terhadap Sebab-sebab Janda Tidak Mendapat Waris Sebagaimana hasil wawancara dengan warga desa Kemiren, bahwa Janda dalam suku Osing tidak mendapatkan waris dari suami yang telah meninggal dunia, hal ini disebabkan karena 3 (tiga) hal, yaitu: hubungan suami istri, keturunan, dan usia perkawinan. Menurut pak Pur panggilan dari bapak Purwanto, beliau menjabarkan tentang ketiga sebab tersebut, pertama: hubungan suami istri adalah jika belum melakukan hubungan suami istri (Jima> ) dan suaminya meninggal maka janda tersebut tidak mendapatkan harta waris, hal ini karena anggapan masyarakat Osing bahwa utuhnya perkawinan ditentukan salah satunya oleh adanya hubungan suami istri. 1 Kedua: Menurut anggapan masyarakat Osing bahwa perkawinan yang telah berlangsung secara sah dan telah melakukan hubungan suami istri (Jima> ), baik telah dikaruniai keturunan atau belum janda tersebut tidak mendapatkan harta waris dari suaminya. Hanya saja jika suaminya meninggal dunia dan tidak mempunyai keturunan maka janda tersebut tidak mendapat warisan dari suaminya, dan hanya diberi bagian yang jumlahnya tergantung pada keputusan keluarga suami. Sedangkan jika suaminya meninggalkan 1 Purwanto, wawancara, Kemiren, 10 Mei 2014 56

57 keturunan, maka seluruh harta peninggalannya menjadi milik keturunannya, dan jandanya bahkan tidak mendapatkan sedikitpun dari harta peninggalan suaminya tersebut. Ketiga: Usia Perkawinan adalah jika suami meninggal dunia dan usia perkawinannya masih relatif singkat maka hal itu dianggap keluarga yang kurang utuh walaupun sudah melakukan hubungan suami istri (Jima> ) dan janda tidak mendapatkan warisan dari suaminya. Dengan demikian, maka anilisis hukum Islam terhadap pembagian waris janda menurut suku Osing ini mencakup dua perspektif yaitu Urf, dan Hukum Kewarisan Islam. 1. Sebab-sebab Janda Tidak Mendapatkan Waris dalam Perspektif Urf Urf adalah adat kebiasaan manusia yang sudah dikenal oleh masyarakat sekitar dan kemudian dilakukan oleh mayoritas masyarakat tertentu serta dilakukan secara turun temurun oleh komunitas masyarakat tertentu. Dalam hukum Islam, Urf boleh menjadi landasan hukum baik landasan berbuat, bertindak dan bertutur kata jika memenuhi Kriteriakriteria dibolehkannya Urf menjadi landasan hukum. Adapun kriteria mengenai syarat-syarat Urf yang dapat dijadikan landasan hukum, yang dikemukakan oleh Abdul Kari>m Zaidan bahwa syarat tersebut ada 4 (empat) syarat, sebagai berikut: 2 2 Satria Efendi, M.Zein, Ushul Fiqh., 156

58 a. Hendaknya Urf tersebut tidak menyalahi dalil-dalil nash al-qur an dan sunnah yaitu Urf S}ah}i>h. 3 Misalnya adalah kebiasaan disuatu Negara bahwa sah mengembalikan harta amanah kepada istri atau anak dari pemberi atau pemilik amanah. b. Hendaknya Urf tersebut bersifat umum, dalam artian bahwa adat tersebut sudah menjadi tradisi mayoritas penduduk. 4 c. Hendaknya Urf tersebut sudah ada ketika akan berhukum pada adat tersebut, kemudian adat tersebut dilakukan secara turun temurun, dari generasi sebelumnya dan sesudahnya. 5 Misalnya seseorang mewakafkan hasil kebunnya kepada ulama, atau kepada penuntut ilmu, sedangkan yang terkenal dengan sebutan ulama disana adalah orang yang ahli dalam ilmu agama. Sedangkan penuntut ilmu dikenal sebagai orang yang menempuh pendidikan umum. d. Hendaknya tidak ada perkataan atau perbuatan yang dilakukan pihakpihak yang berlainan dengan adat, maka jika para pihak bersepakat untuk tidak terikat oleh adat maka yang dipegang adalah kesepakatan itu bukan adat. 6 Dari pemaparan penulis diatas mengenai Urf yang dapat dijadikan landasan hukum dikaitkan dengan pembagian waris janda di suku Osing akan ditemukan penjelasan sebagai berikut. 3 Abdul Kari>m Zaida>n, al-waji>z fi> Ushu>l al-fiqh., 256 4 Ibid., 256 5 Ibid., 256 6 Ibid., 257

59 Jika diedintifikasi adat pembagian waris janda di suku Osing yang menjadikan janda tidak mendapatkan warisan dari suaminya adalah merupakan Urf Fa>sid, yaitu suatu adat yang bertentangan dengan nash al-qur an dan sunnah. Didalam al-qur an sudah dijelaskan dengan detail dan terperinci bahwa suami istri dapat saling mewarisi, bagian janda ketika suami meninggalkan anak mendapat 1/8 (Seperdelapan), dan jika suami tidak meninggalkan anak maka janda mendapatkan bagian ¼ (Seperempat). Sedangkan menurut suku Osing janda tidak mendapatkan warisan dari suaminya ketika suaminya meninggalkan anak, dan jika suaminya tidak meninggalkan anak maka janda tersebut mendapat bagian yang besarnya ditentukan oleh keluarga suami yang disebut dengan Jalur Pancer, bagian tersebut untuk menyambung hidup janda ketika ditinggal mati oleh suaminya. Jika ditelusuri lebih lanjut, bahwa dalam memengan tradisi atau adat suku Osing, maka adanya unsur kerelaan dari berbagai pihak, dengan tujuan untuk membentuk suatu kehidupan berkeluarga yang adil, rukun, bahagia, maka sesuai dengan latar belakang kerelaan, keadilan dan kerukunan tersebut dapat dibenarkan sesuai dengan hukum Islam. Hal senada juga diatur dalam KHI pasal 183 yang berbunyi para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya, 7 dari pasal ini 7 Kompilasai Hukum Islam pasal 183.

60 dapat ditarik kesimpulan bahwa jika para ahli waris telash sepakat dengan bagian-bagian yang telah ditentukan maka boleh, dengan satu catatan bahwa masing-masing ahli waris mengetahui bagian masing-masing menurut hukum Islam. Dalam hal mengetahui bagian-bagian menurut hukum Islam, masyarakat suku Osing banyak yang tidak mengetahuinya, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh pak timbul, dan bila ada sengketa tentang pembagian waris biasanya diselesaikan di kepala desa, dan kepala desa memanggil ustad ataupun tokoh agama yang mengetahui tentang hukum Islam untuk musyawarah bersama. 8 Jadi menurut hemat penulis adalah jika masyarakat Osing tidak mengetahui pembagian waris menurut hukum Islam dan tidak ada unsur untuk melanggar hukum Islam maka dalam hal ini masyarakat suku Osing tidak melanggar hukum Islam, sebagaimana Allah Swt Berfirman dalam surat al-isra ayat 15: Artinya: Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul. 9 8 Timbul, wawancara, Kemiren, 10 Mei 2014 9 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, 283.

61 2. Sebab-sebab Janda Tidak Mendapatkan Waris dalam Perspektif Hukum Kewarisan Islam Hukum waris Islam dalah hukum tentang waris yang berlandaskan al- Qur an dan sunnah yang berkaitan dengan waris. Menurut hukum Islam sebab-sebab menerima harta waris ada 3 (tiga), yaitu: nasab, perkawinan, dan wala> (memerdekakan budak), Dari ketiga sebab itu dalah satunya adalah karena hubungan perkawinan antara suami dan istri. maka suami istri dapat saling mewarisi harta waris yang sudah ditinggalkan oleh salah satu pasangan naik suami atau istri, untuk bagian istri atau janda yaitu ¼ (seperempat) bagi suaminya yang meninggalkan anak dan 1/8 (seperdelapan) bagi suaminya yang tidak meninggalkan anak, hal ini sebagaimana disebutkan didalam al-qur an surat al-nisa ayat 12: Artinya: Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan. 10 Jika ditinjau dari sebab-sebab penghalang mendapatkan harta waris, maka dalam pembagian waris suku Osing sebab-sebab janda tidak mendapatkan harta waris dari suaminya adalah bertentangan dengan sebab-sebab penghalang mendapat waris dalam Islam. 10 Ibid., 79.

62 Dalam adat suku Osing sebab-sebab janda tidak mendapatkan warisan ada 3 (tiga), yaitu hubungan suami istri, keturunan, dan usia perkawinan. Sedangkan dalam hukum Islam sebab-sebab penghalang mendapatkan harta waris ada 3 (tiga) juga, yaitu: pembunuhan, berlainan agama dan perbudakan. Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum adat tentang pembagian waris janda pada suku Osing tidak sejalan dengan hukum Islam, meski demikian oaring-orang Osing selalu terbuka dengan bertbagai perkembangan hal ini sebagaimana disampaikan oleh Dul Majid bahwa orang Osing bisa menerima perkembangan-perkembangan yang ada diluar, kemudian disaring atau difilter yang sesuai dengan adat dan istiadat suku Osing. 11 11 Dul Majid, wawancara, Kemiren, 10 Mei 2014