BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak, bahkan orang dewasa pun menyukainya. Tempat tujuan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah klorin yang tersedia sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu.

KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN PENGGUNA KOLAM RENANG DI SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

ANALISIS KADAR KLORIN PADA AIR KOLAM RENANG DI TEMPAT WISATA GORONTALO. Liansyah S. Pakaya, Herlina Jusuf, Ramly Abudi 1

HIGEIA: JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktif.

HUBUNGAN SISA KLOR DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT DAN MATA PADA PEMAKAI KOLAM RENANG HOTEL DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan cairan dalam tubuhnya (Suriawiria, U., 1996). Sekitar 70 % tubuh

commit to user BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN IRITASI MATA PADA PENGGUNA KOLAM RENANG X DI KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup akan air tersebut berbeda beda semakin tinggi taraf kehidupan. maka semakin meningkat pula jumlah kebutuhan akan air.

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Hidayatullah dkk., 2013). Kompetisi renang mulai diadakan di Olympics pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan baik di perusahaan maupun di bengkel-bengkel kecil,

HUBUNGAN JUMLAH PERENANG DENGAN KANDUNGAN SISA KLOR PADA AIR KOLAM RENANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

TINJAUAN KONDISI SANITASI LINGKUNGAN KOLAM RENANG, KADAR SISA KHLOR, DAN KELUHAN IRITASI MATA PADA PERENANG DI KOLAM RENANG UMUM KOTA SEMARANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

STUDI KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR KOLAM RENANG DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KOLAM RENANG KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sanitasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar % berat badan terdiri dari

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009(2) menyebutkan. (promotif), pencegahan penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air adalah sumber dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegunaan air bersih bagi manusia dan sebagian besar penduduk terutama untuk keperluan rumah tangga, industri, pertanian, mandi dan mencuci serta dimanfaatkan untuk keperluan berenang sebagai sarana untuk olahraga dan rekreasi bagi sebagian masyarakat. (1) Pemanfaatan air untuk berenang saat ini sudah marak digunakan, karena berenang merupakan olahraga yang direkomendasikan sejak zaman romawi agar tubuh sehat dan bugar. Berenang di kolam renang merupakan salah satu kegiatan olahraga atau rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat termasuk anak-anak dan remaja. (2) Di Amerika Serikat lebih dari 368 juta pengunjung setiap tahunnya dimana Kolam renang umum berjumlah 250.000 dan kolam renang pribadi berjumlah 10.000.000. Di Jerman sebanyak 250-300 juta orang mengunjungi kolam renang setiap tahunnya. Di Inggris 36% remaja (umur >15 tahun) mengunjungi kolam renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun) menggunakan kolam renang setidaknya sebulan sekali. (3) Menurut Dinas Kesehatan Kota Padang, Kota Padang memiliki 10 kolam renang umum dan 14 kolam renang hotel. Kolam renang sebagai sarana umum yang ramai dikunjungi masyarakat dapat berpotensi menjadi sarana penyebaran bibit penyakit maupun gangguan kesehatan

akibat kondisi sanitasi lingkungan kolam renang yang buruk dan kualitas air kolam renang yang tercemar. Banyak yang tidak menyadari bahwa keberadaan kolam renang dapat menjadi sarana dalam penularan penyakit melalui media air secara langsung, contact person yang terjadi di antara pengunjung dapat menjadi transmisi kuman penyakit yang sangat baik. (4) Upaya yang dilakukan untuk kualitas air kolam renang adalah dengan desinfeksi. Desinfeksi yang digunakan meliputi klorin/hypoklorit, ozon, klorin dioksida bromin/hypobrominat/bcdmh. (5) Desinfeksi kolam renang salah satunya adalah pemberian senyawa kimia klor berupa kaporit (Ca(OCl)2) yang berfungsi membunuh mikroorganisme yang bersifat patogen di dalam air dan juga untuk menghilangkan bau. (4, 6) Penggunaan kaporit sebagai desinfektan harus sesuai dengan batas aman, sebab dalam konsentrasi yang kurang akan menyebabkan kuman dalam air tidak ter desinfeksi dengan baik, sedangkan dalam konsentrasi yang berlebih kaporit akan meninggalkan sisa klor yang tinggi dan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. (4) Menurut New York State Department Of Health (2004) Efek kesehatan yang umumnya muncul akibat terpapar klorin yang berlebih antara lain yaitu keluhan iritasi saluran napas, dada terasa sesak, gangguan pada tenggorokan, batuk, keluhan iritasi pada kulit, dan keluhan iritasi pada mata. Penyakit infeksi mata yang dapat ditularkan melalui kolam renang adalah moluskum kontagiosum dan konjungtivitis (adenovirus). (4)

Faktor penting dalam mengontrol klorinasi pada air kolam renang yaitu menjaga ph pada kolam renang. ph dalam air yang juga merupakan faktor risiko lain yang menyebabkan iritasi mata. (7) ph yang rendah mungkin tidak dirasakan oleh perenang, namun dapat menyebabkan iritasi mata pada saat mereka tidak memakai kacamata renang. (8). Pemakaian kaca mata renang juga berperan karena berfungsi sebagai pelindung mata dari paparan bakteri dan bahan kimia. (9) Pada kasus yang terjadi pada kolam renang di Roma 126 dewasa dan 134 anak- anak mengalami iritasi mata, tenggorokan dan hidung dan saluran pernapasan, dimana yang mengalami iritasi mata sebanyak 50% anak-anak dari 134 anak mengalami gangguan iritasi mata dan 61,9% orang dewasa dari 126 orang mengalami iritasi mata. (10) Penelitian yang dilakukan oleh teddy dan dyah (2009) keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel bintang 3 dan 4 di Wilayah Kota Yogyakarta sebanyak 28 orang (58,3%), sedangkan 20 orang (41,7%) yang tidak mengalami keluhan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Baharudin (2015), ditemukan 66, 7% pengguna kolam renang mengalami keluhan iritasi mata dan didapatkan hasil bahwa penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara sisa klor dan ph terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Kolam Renang Teratai merupakan Salah satu kolam renang umum milik pemerintah yang juga merupakan satu-satunya kolam renang yang dapat di gunakan untuk perlombaan renang. Kolam Renang Teratai juga rutin dijadikan sebagai tempat belajar dan pengambilan nilai renang pelajar SD,SMP,SMA dan SMK serta di

jadikan tempat aktivitas olahraga renang oleh Club Renang di kota Padang, dengan jumlah pengunjung pada tahun 2015 sebanyak 182.582 pengunjung. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 16 pengunjung kolam renang di Kolam Renang Teratai dengan ph masing-masing kolam renang yaitu pada kolam 1 ph 7,07, kolam renang 2 ph 7,72, kolam renang 3 ph 4,54. Didapatkan 75% pengunjung kolam renang yang mengalami mata gatal, merah dan perih, 21,25% tidak mengalami keluhan penyakit, 19% mengalami gatal-gatal pada kulit, 12,5% mengalami hidung perih, 6,25% mengalami tegang pada rambut. Berdasarkan hasil tersebut, keluhan iritasi mata merupakan keluhan yang paling banyak dialami oleh pengguna kolam renang. Keluhan iritasi mata akibat paparan klorin dalam air kolam renang sebaiknya tidak dianggap remeh karena hal itu merupakan gejala awal dari timbulnya penyakit mata. Penyakit mata tersebut berupa kelainan pada mata yang berpengaruh terhadap penglihatan karena dapat menyebabkan penurunan ketajaman mata sehingga penglihatan menjadi kabur atau bahkan dapat menyebabkan kebutaan pada kondisi yang parah. (11) Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kualitas air dengan keluhan iritasi mata pada Kolam Renang Teratai Kota Padang tahun 2017.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah Bagaimana hubungan kualitas air dengan keluhan iritasi mata pada pengguna Kolam Renang Teratai Kota Padang tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kualitas air kolam renang dengan keluhan iritasi mata pada pengguna Kolam Renang Teratai Kota Padang tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi keluhan iritasi mata pada pengguna Kolam Renang Teratai Kota Padang. 2. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas air berupa konsentrasi sisa klor pada Kolam Renang Teratai Kota Padang. 3. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas air berupa parameter ph pada Kolam Renang Teratai Kota Padang. 4. Mengetahui distribusi frekuensi penggunaan kaca mata renang (APD) pada Kolam Renang Teratai Kota Padang. 5. Mengetahui distribusi frekuensi Lama Berenang pada pengguna Kolam Renang Teratai Kota Padang. 6. Mengetahui hubungan kualitas air berupa konsentrasi sisa klor dengan keluhan iritasi mata pada pengguna Kolam Renang Teratai Kota Padang.

7. Mengetahui hubungan kualitas air berupa parameter ph dengan keluhan iritasi mata pada pengguna Kolam Renang Teratai Kota Padang. 8. Mengetahui hubungan penggunaan kaca mata renang (APD) dengan keluhan iritasi mata pada pengguna Kolam Renang Teratai Kota Padang. 9. Mengetahui hubungan Lama Berenang dengan keluhan iritasi mata pada pengguna Kolam Renang Teratai Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pengelola Kolam Renang Memberikan informasi kepada pengelola kolam renang mengenai dampak Sisa klor yang terlalu tinggi, ph tidak sesuai standar, sehingga pengelola dapat memperhatikan sesuai ambang batas yang diperbolehkan. 1.4.2 Bagi Perguruan tinggi Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya. 1.4.3 Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan mengenai efek sisa Kadar klor yang tinggi, sehingga masyarakat khususnya pengguna kolam renang diharapkan dapat lebih waspada dan menggunakan alat pelindung diri ketika melakukan aktivitas berenang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kolam renang teratai Padang untuk melihat hubungan kualitas air yang terdiri dari pengukuran ph, kandungan sisa klor, Lama Berenang dan penggunaan kacamata renang pada kolam renang dengan keluhan

iritasi mata pada penggunaan Kolam Renang Teratai setelah melakukan aktivitas berenang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mei tahun 2017 di Kolam Renang Teratai Padang