BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN & IMPLIKASI 5.1. Simpulan Penelitian bertujuan untuk formulasi strategi kompetitif Kantor Akuntan Publik dalam rangka meraih keunggulan kompetitif dan daya saing profesi di kawasan ASEAN dan global. Penelitian ini menghasilkan beberapa simpulan, yaitu sebagai berikut: a) Penelitian ini berhasil mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal Kantor Akuntan Publik yang penting, yaitu: i. Faktor strengths, yaitu: (1) adanya aliansi dan kerjasama (S1), (2) citra profesi yang relatif baik (S2), (3) Indonesia telah menerapkan standar internasional (S3), (4) jumlah lulusan akuntansi banyak (S4), (5) kedudukan hukum Akuntan Publik kuat karena telah memiliki UU AP (S5), (6) pengelolaan beberapa KAP dan kompetensi SDM baik, pangsa pasar tumbuh (S6), (7) minat meningkatkan mutu (S7), dan (8) profesi Akuntan Publik memiliki perangkat profesi (S8). ii. Faktor weaknesses, yaitu: (1) kelemahan kapasitas dan kapabilitas asosiasi profesi (W1), (2) kelemahan program pengembangan SDM, regenerasi lambat (W2), (3) disparitas kompetensi SDM antar KAP (W3), (4) daya tarik sebagian besar KAP rendah (W4), (5) kompetensi SDM sebagian besar KAP lemah (W5), (6) pengelolaan sebagian besar KAP lemah (W6), (7) persaingan 114
kurang sehat dan daya saing lemah (W7), dan (8) profesi Akuntan Publik belum dianggap pilar penting GCG (W8). iii. Faktor opportunities, yaitu: (1) ketentuan wajib audit (O1), (2) bisnis berbasis lingkungan (O2), (3) jasa konsultansi IFRS (O3), (4) jasa non-asurans (O4), (5) upaya enforcement sanksi pidana bagi pemalsu Akuntan Publik (O5), (6) tumbuhnya UKM (O6), (7) perkembangan IT (O7), (8) peluang jasa bidang LHKPN (O8), (9) terbukanya pasar ASEAN (O9), dan (10) peningkatan kesadaran praktik good governance (O10). iv. Faktor threats, yaitu: (1) kompetensi penyusun laporan keuangan lemah, tekanan klien kuat (T1), (2) audit laporan keuangan dianggap formalitas (T2), (3) praktik akuntan publik palsu (T3), (4) politik dan penegakan hukum kurang menguntungkan profesi Akuntan Publik (T4), (5) tidak ada sanksi atas pelanggaran kewajiban audit dan penyusunan laporan keuangan (T5), (6) adanya tekanan profesi lain (T6), (7) praktik bisnis koruptif (T7), (8) adanya tekanan CPA asing (T8), dan (9) munculnya tenaga freelance (T9). b) Penelitian ini menggunakan metode AHP untuk menentukan derajat importansi faktor SWOT. Penelitian ini menghasilkan bahwa faktor strengths lebih prioritas dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Faktor strengths memiliki nilai prioritas 0,3 dibandingkan faktor lainnya, sedangkan faktor weaknesses sebesar 0,28, faktor opportunities 115
sebesar 0,257 dan faktor threats sebesar 0,162. Nilai prioritas tersebut juga menunjukan bahwa fakor internal memiliki bobot lebih tinggi sebesar 1,38 kali dibandingkan dengan faktor eksternal. c) Penelitian ini juga berhasil menentukan prioritas faktor SWOT berdasarkan metode AHP, yaitu sebagai berikut: i. Faktor strengths dengan urutan prioritas, yaitu: (1) pengelolaan beberapa KAP dan kompetensi SDM baik, pangsa pasar tumbuh (S6), (2) profesi Akuntan Publik memiliki perangkat profesi (S8), (3) adanya minat meningkatkan mutu (S7), (4) citra profesi yang relatif baik (S2), (5) kedudukan hukum Akuntan Publik kuat karena telah memiliki UU AP (S5), (6) adanya aliansi dan kerjasama yang telah berjalan (S1), (7) Indonesia telah menerapkan standar internasional (S3), dan (8) jumlah lulusan akuntansi banyak (S4). ii. Faktor weaknesses dengan urutan prioritas, yaitu: (1) kompetensi SDM sebagian besar KAP lemah (W5), (2) kelemahan program pengembangan SDM, regenerasi lambat (W2), (3) profesi Akuntan Publik belum dianggap pilar penting GCG (W8), (4) kelemahan kapasitas dan kapabilitas asosiasi profesi (W1), (5) disparitas kompetensi SDM antar KAP (W3), (6) daya tarik sebagian besar KAP rendah (W4), (7) persaingan kurang sehat dan daya saing lemah (W7), dan (8) pengelolaan sebagian besar KAP lemah (W6). 116
iii. Faktor opportunities dengan urutan prioritas, yaitu: (1) ketentuan wajib audit (O1), (2) upaya enforcement sanksi pidana bagi pemalsu Akuntan Publik (O5), (3) jasa nonasurans (O4), (4) peningkatan kesadaran praktik good governance (O10), (5) tumbuhnya UKM (O6), (6) jasa konsultansi IFRS (O3), (7) LHKPN (O8), (8) perkembangan IT (O7), (9) terbukanya pasar ASEAN (O9), dan (9) bisnis berbasis lingkungan (O10). iv. Faktor threats dengan urutan prioritas, yaitu: (1) praktik akuntan publik palsu (T3), (2) tidak ada sanksi atas pelanggaran kewajiban audit dan penyusunan laporan keuangan (T5), (3) politik dan penegakan hukum kurang menguntungkan profesi Akuntan Publik (T4), (4) praktik bisnis koruptif (T7), (5) audit laporan keuangan dianggap formalitas (T2), (6) tenaga freelance (T9), (7) tekanan CPA asing (T8), (8) kompetensi penyusun laporan keuangan lemah, tekanan klien kuat (T1), dan (9) tekanan profesi lain (T6). d) Penelitian ini juga mengidentifikasi strategi prioritas yang disusun berdasarkan TOWS matrix, yaitu sebagai berikut: i. Maxi Maxi Strategy, yaitu: (a) intensifikasi pasar, (b) diversifikasi Produk, dan (c) extensifikasi jumlah CPA of Indonesia; ii. Maxi Mini Strategy, yaitu : (a) kampanye publik, (b) kerjasama IAPI dengan penegak hukum, (c) kerjasama dengan pemerintah 117
dan Publik, dan (d) pengakuan internasional terhadap CPA of Indonesia; iii. Mini Maxi Strategy, yaitu: (a) kerjasama dengan universitas, (b) kerjasama dengan regulator dan instansi pemerinah, dan (c) penguatan peran IAPI dalam praktik GCG dan sektor publik; iv. Mini Mini Strategy, yaitu: (a) penguatan organisasi IAPI, (b) peningkatan kapasitas, kapabilitas dan branding KAP, dan (c) peningkatan kompetensi SDM. 5.2. Keterbatasan Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah dalam pemilihan sampling responden dan expert dari Akuntan Publik yang diundang dalam penelitian ini. Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling mengingat periode penelitian dilaksanakan pada periode dimana para Akuntan Publik sedang menghadapi periode beban puncak pekerjaan (peak season). Kemudian penggunaan metode AHP membawa implikasi pada banyaknya pertanyaan yang harus diisi oleh para expert. Beberapa expert menyampaikan penolakan untuk turut berpartisipasi dalam penelitian SWOT AHP ini karena alasan banyaknya pertanyaan yang harus diisi tersebut. 5.3. Implikasi Penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya berupa formulasi strategi dengan menggunakan analisis SWOT dan AHP. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Badan Kebijakan Fiskal pada tahun 2011 dalam rangka menyusun kebijakan untuk meningkatkan daya saing 118
jasa akuntansi nasional menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Perbedaan antara penelitian BKF dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini lebih memfokuskan Akuntan Publik sebagai responden dan expert, sedangkan pada BKF tidak diperoleh informasi yang memadai mengenai narasumbernya. Selain itu penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang didukung dengan metode AHP dan uji kualitas data, sedangkan penelitian BKF tidak didapatkan informasi mengenai metode penelitiannya. Namun demikian penelitian SWOT AHP pada bidang profesi Akuntan Publik masih sulit dijumpai sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi. Penelitian ini menghasilkan rumusan strategi alternatif bagi Kantor Akuntan Publik yang disusun berdasarkan TOWS matrix, namun demikian strategi tersebut belum ditentukan urutan prioritasnya. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menerapkan metode AHP atau metode lain untuk menentukan prioritas strategi alternatif tersebut. 119