BAB I PENDAHULUAN 1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA BANDUNG Catatan Atas Laporan Keuangan BAB I PENDAHULUAN

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) Oleh : Nathasia dan Susanti

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. Neraca Komparatif NERACA PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Per 31 Desember 2009 Dan 2008 (Dalam Rupiah)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2014

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008


BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 102 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PROFIL KEUANGAN DAERAH

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

B U P A T I K U N I N G A N

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KOTA DENPASAR CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2014 BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

AKUNTANSI PENDAPATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

NERACA PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH Per 31 Desember Uraian Ref

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan entitas pelaporan selama 1 (satu) periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang ditetapkan, menilai kondisi neraca keuangan, menilai efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan. Laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan cara: 1) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan; 2) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasilhasil yang telah dicapai; 3) Menyediakan informasi mengenai upaya pemerintah daerah dalam mendanai seluruh kegiatan dan mencukupi kebutuhan kas; 4) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 1

penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; 5) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah Kota Bandung. Laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung disusun dan disajikan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dalam penyusunan Laporan keuangan tahun anggaran 2016 terlebih dahulu dilakukan konversi laporan keuangan yang telah disusun berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Konversi mencakup jenis laporan, basis akuntansi, pengakuan, pengukuran dan pengungkapan pada pos-pos laporan keuangan, Struktur APBD, klasifikasi anggaran, aset, kewajiban, ekuitas, arus kas, serta catatan atas laporan keuangan. Dengan ketersediaan informasi-informasi tersebut, maka diharapkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, artinya dapat menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan dan dihasilkan untuk operasi yang berkelanjutan, risiko dan ketidakpastian yang terkait, serta dapat menyajikan informasi bagi pengguna mengenai indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran. Selain itu juga untuk mengetahui apakah sumber daya uang yang diperoleh dan digunakan telah sesuai dengan ketentuan termasuk kepatuhan terhadap batas penggunaan anggaran yang telah ditetapkan dalam APBD. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 2

Laporan keuangan tahun anggaran 2016, merupakan tahun kedua laporan keuangan disusun berbasis akrual sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Dalam penyusunan laporan keuangan tahun 2016, Pemerintah Kota Bandung tidak melakukan Penyajian kembali untuk laporan keuangan tahun anggaran 2015. Kondisi ini sesuai dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 04 tentang Perubahan Kebijakan Akuntansi Dan Koreksi Kesalahan tanpa Penyajian kembali Laporan Keuangan, sehingga untuk hal-hal yang tidak disajikan kembali tidak dilakukan perbandingan perangkaan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung disusun dengan melakukan proses konsolidasi dari seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Neraca saldo dari semua entitas akuntansi SKPD dan entitas akuntansi PPKD menjadi dasar dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, sehingga dengan demikian laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan, atau entitas akuntansi sampai dengan tersaji sebagai satu entitas tunggal. 1.2. LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Sebagai bentuk kepatuhan terhadap amanat peraturan perundangundangan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah, Pemerintah Kota Bandung Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 3

menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2016 sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2016, meliputi: 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA); 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL); 3. Neraca; 4. Laporan Operasional (LO); 5. Laporan Arus Kas (LAK); 6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan; 7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). 1.3. SISTEMATIKA PENULISAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Bab I Pendahuluan 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan 1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Capaian Kinerja Keuangan 2.1. Ekonomi Makro 2.2. Kebijakan Keuangan 2.3. Capaian Kinerja Keuangan berbasis LRA 2.4. Capaian Kinerja Keuangan berbasis LO Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan 3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan 3.2. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Berbasis LO 3.3. Hambatan dan Kendala yang Ada dalam Pencapaian Target yang telah Ditetapkan Bab IV Kebijakan Akuntansi 4.1. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 4

4.2. Entitas Pelaporan Keuangan 4.3. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan. 4.4. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan. Bab V Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan 5.1. Penjelasan Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 5.2. Penjelasan Pos-pos Saldo Anggaran Lebih 5.3. Penjelasan Pos-pos Neraca 5.4. Penjelasan Pos-pos Laporan Operasional 5.5. Penjelasan Pos-pos Laporan Arus Kas 5.6. Penjelasan Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas Bab VI Penjelasan atas Informasi-informasi Non Keuangan Bab VII Penutup Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 5

BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN CAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. EKONOMI MAKRO Untuk dapat memahami kondisi dan posisi keuangan, berikut ini diuraikan hal-hal mengenai kebijakan fiskal/keuangan, kondisi ekonomi makro, dan perubahan APBD dalam tahun anggaran 2016 sebagai berikut: a) Kebijakan fiskal/keuangan yang ditempuh oleh Pemerintah kota Bandung adalah dengan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2016 baik APBD murni maupun APBD perubahan. Beberapa produk hukum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung tahun anggaran 2016 adalah : (1) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2015 tanggal 31 Desember 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016; (2) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10 Tahun 2016 tanggal 25 November 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016; (3) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 6

(4) Peraturan Walikota Bandung Nomor 1249 Tahun 2015 tanggal 31 Desember 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 1305 Tahun 2016 tanggal 25 November 2016 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Walikota Nomor 1249 Tahun 2016 Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016; (5) Keputusan Walikota Bandung Nomor 954/Kep.002 DPKAD/2016 tanggal 4 Januari 2016 tentang Penunjukan Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang, Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang, Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan Pembantu dan Bendahara Pengeluaran Pembantu Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2016. di Lingkungan (6) Keputusan Walikota Bandung Nomor 954/Kep.001- DPKAD/2016 tanggal 4 Januari 2016 tentang Penunjukkan Sekretaris Daerah Kota Bandung selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung Selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan Bendahara Umum Daerah, serta pejabat pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Bandung selaku Kuasa Bendahara Umum Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2016. b) Indikator Ekonomi Makro Hasil Pelaksanaan kebijakan fiskal/keuangan yang telah diimplementasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kota Bandung Tahun Anggaran 2016, dapat dilihat dalam beberapa indikator Ekonomi Makro, yaitu: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 7

(1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sesuai dengan ketersediaan data pada Badan Pusat Statistik Kota Bandung, Realisasi pencapaian IPM Kota Bandung Tahun 2016 belum dapat disajikan. Namun demikian sebagai gambaran bahwa IPM Kota Bandung tahun 2015 adalah sebesar 79,67 point, dibandingkan tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,01 poin yaitu dari 79,66 pada Tahun 2014 menjadi 79,67 pada Tahun 2015 Berdasarkan kriteria dari UNDP hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan/ kemakmuran masyarakat Kota Bandung dalam tingkat yang mengarah pada peningkatan yang berkelanjutan, berarti menunjukkan sub komponen terhadap IPM yaitu pendidikan, daya beli, dan kesehatan, memiliki kecenderungan positif terhadap tolok ukur internasional. (2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sesuai dengan data pada Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung tahun 2016 belum dapat disajikan. Namun demikian sebagai gambaran dapat kami sampaikan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2015 berdasarkan harga konstan adalah sebesar Rp 149.566.782.000.000. (3) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) kota Bandung tahun 2015 adalah sebesar 7,63%. Kondisi ini apabila dibandingkan dengan LPE tingkat Nasional maupun Regional pada Provinsi Jawa Barat lebih tinggi, yang mana LPE Nasional pada tahun yang sama adalah sebesar 5% (sumber youtube). Kondisi ini menggambarkan bahwa kebijakan fiskal yang telah ditetapkan dapat menstimulir kegiatan perekonomian di Kota Bandung. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 8

(4) Tingkat Inflasi PEMERINTAH KOTA BANDUNG Adapun tingkat inflasi di Kota Bandung tahun 2015 menunjukkan angka sebesar 3,93%, sedangkan tingkat inflasi pada tahun 2016 adalah sebesar 2,93% lebih rendah dibandingkan dengan angka inflasi pada tahun 2015, dengan demikian perekonomian Kota Bandung pada tahun 2016 sudah lebih terkendali dibanding tahun 2015. c) Perubahan APBD Tahun Berjalan APBD Kota Bandung Tahun Anggaran 2016 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2016. Selanjutnya APBD murni dimaksud dilakukan perubahan dengan Perda Kota Bandung Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. Rincian APBD Tahun 2016 dan Perubahan APBD Tahun 2016 diuraikan sebagai berikut: (dalam rupiah) NO U R A I A N SEBELUM PERUBAHAN SETELAH PERUBAHAN TAMBAH/(KURANG) 1. Pendapatan 6.355.754.514.638,00 6.684.129.617.384,00 328.375.102.746 2. Belanja 7.214.820.553.022,00 7.360,848.469.022,00 146.027.916.000 3. Surplus/(Defisit) (859.066.038.384,00) (676.718.851.638,00) 182.347.186.746,00 4. Pembiayaan : - Penerimaan 859.066.038.384,00 994.140.890.638,00 135.074.852.254,00 - Pengeluaran 0,00 317.422..039.000,00 317.422.039.000,00 -Pembiay. Neto 859.066.038.384,00 (676.718.851.638,00) (182.347.186.746,00) 5. SiLPA / (SiKPA) 0,00 0,00 0,00 Perubahan anggaran Pemerintah Kota Bandung dilakukan mengingat terdapatnya beberapa hal yang harus diakomodasi dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang sedang berjalan. Kondisi-kondisi tersebut di antaranya adalah: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 9

(1) Terjadinya perubahan pendapatan yang disebabkan adanya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya serta adanya perubahan pencapaian target pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, maupun Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. (2) Perubahan belanja perlu dilakukan karena adanya kebijakan-kebijakan strategis yang harus diakomodir, disamping adanya pergeseran-pergeseran antar kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan kode rekening pada pos belanja sehingga target kinerja dari pelaksanaan program/kegiatan dapat tercapai. (3) Terjadinya perubahan pembiayaan terutama disebabkan adanya perhitungan sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya setelah pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia pada bulan Mei Tahun 2016. 2.2. KEBIJAKAN KEUANGAN Penyerahan sumber keuangan daerah baik berupa pajak daerah dan retribusi daerah maupun berupa dana perimbangan merupakan konsekuensi dari adanya penyerahan Urusan Pemerintahan kepada Daerah yang diselenggarakan berdasarkan Asas Otonomi. Untuk menjalankan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangannya, Daerah harus memberikan pelayanan dan kesejahteraan kepada rakyat di Daerahnya. Pemberian sumber keuangan kepada Daerah harus seimbang dengan beban atau Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah. Keseimbangan sumber keuangan ini merupakan jaminan terselenggaranya Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 10

Sejalan dengan pembagian kewenangan yang disebutkan di atas, maka pengaturan pembiayaan daerah dilakukan berdasarkan asas penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi dilakukan atas beban APBD, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBN dan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahandalam rangka tugas pembantuan dibiayai atas beban anggaran tingkat pemerintahan yang menugaskan. Selanjutnya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayananan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi, kepada Daerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi (tax assignment) dan pemberian bagi hasil penerimaan (revenue sharing) serta bantuan keuangan (grant) atau dikenal sebagai Dana Perimbangan. Daerah juga diberikan kewenangan untuk melakukan pinjaman baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pinjaman tersebut dapat berupa pinjaman jangka pendek untuk membiayai kesulitan arus kas Daerah dan pinjaman jangka panjang untuk membiayai kebutuhan pengeluaran untuk penyediaan sarana dan prasarana Daerah. Transparansi dan akuntabilitas merupakan wujud pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap pelaksanaan anggaran, sementara disiplin anggaran ditunjukkan untuk tercapainya keseimbangan antara pendapatan dan belanja. Prinsip yang lain yang dilaksanakan adalah prinsip partisipatif untuk mengakomodir aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta prinsip anggaran kinerja yang didasarkan pada indikator-indikator yang jelas dan terukur. Sumber-sumber pembiayaan Daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal meliputi: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 11

1) Pendapatan Asli Daerah PEMERINTAH KOTA BANDUNG Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi Daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensinya masingmasing. Kewenangan Daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah diatur dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan penyempurnaan dari Undang- undang Nomor 34 Tahun 2000. Berdasarkan Undang-Undang, Daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 (sebelas) jenis pajak dan 28 jenis retribusi. Penetapan jenis pajak dan retribusi daerah tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa jenis pajak dan retribusi daerah tersebut secara umum dipungut hampir di semua Daerahdan merupakan jenis pungutan yang secara teoritis dan praktik merupakan jenis pungutan yang potensial. Sesuai dengan amanat Perundangan yang berlaku dan potensi yang ada pada pemerintah Kota Bandung jenis pajak yang dipungut meliputi sembilan jenis pajak yaitu: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan Umum, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Pajak Reklame dan Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan. Adapun jenis retribusi yang dipungut meliputi 16 jenis. Pengaturan pengelolaan pendapatan asli daerah Kota Bandung berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : (1) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah; (2) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Rumah Potong Hewan; Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 12

(3) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pencegahan, Penanggulangan Bahaya Kebakaran dan Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; (4) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; (5) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi; (6) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perhubungan dan Retribusi di Bidang Perhubungan; (7) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2016 tentang Izin Gangguan dan Retribusi Izin Gangguan; (8) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 21 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan dan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; (9) Peraturan Walikota Bandung Nomor 386 Tahun 2012 tentang Tatacara Pemungutan Pajak Hotel sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1323 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Walikota Bandung Nomor 386 tahun 2012 Tentang Tata cara Pemungutan Pajak Hotel; (10) Peraturan Walikota Bandung Nomor 387 Tahun 2012 tentang Tata cara Pemungutan Pajak Restoran sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1324 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Walikota Bandung Nomor Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 13

387 tahun 2012 tentang Tata cara Pemungutan Pajak Restoran; (11) Peraturan Walikota Bandung Nomor 388 Tahun 2012 tentang Tatacara Pemungutan Pajak Hiburan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1325 tahun 2014 Tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Walikota Bandung Nomor 388 Tahun 2012 tentang Tata cara Pemungutan Pajak Hiburan; (12) Peraturan Walikota Bandung Nomor 389 Tahun 2012 tentang Tatacara Pemungutan Pajak Reklame sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1326 Tahun 2014 Tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Walikota bandung Nomor 389 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame; (13) Peraturan Walikota Bandung Nomor 390 Tahun 2012 tentang Tatacara Pemungutan Pajak Penerangan Jalan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1327 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Bandung Nomor 390 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Penerangan Jalan; (14) Peraturan Walikota Bandung Nomor 391 Tahun 2012 tentang Tatacara Pemungutan Pajak Parkir sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1328 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Bandung Nomor 391 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir; Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 14

(15) Peraturan Walikota Bandung Nomor 392 Tahun 2012 tentang Tatacara Pemungutan Pajak Air Tanah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1329 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Bandung Nomor 392 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Air Tanah; (16) Peraturan Walikota Bandung Nomor 393 Tahun 2012 tentang Tatacara Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1330 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Bandung Nomor 393 Tahun 2012 Tentang Tentang Tata Cara Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan; (17) Peraturan Walikota Bandung Nomor 216 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Rumah Potong Hewan; (18) Peraturan Walikota Nomor 624 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Retribusi Daerah; (19) Peraturan Walikota Bandung Nomor 1041 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Pemakaman Umum dan Pengabuan Mayat, dan Pemungutan Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; (20) Peraturan Walikota Bandung Nomor 1127 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 15

2) Dana Perimbangan PEMERINTAH KOTA BANDUNG a) Bagian Daerah dalam bentuk bagi hasil penerimaan (Revenue Sharing) Untuk menambah pendapatan Daerah dalam rangka pembiayaan pelaksanaan fungsi yang menjadi kewenangan dilakukan dengan pola bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak (SDA) antara Pusat dan Daerah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. b) Dana Alokasi Umum Implikasi langsung dari kewenangan/fungsi yang diserahkan kepada Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah adalah kebutuhan dana yang cukup besar, oleh karenanya diperlukan bantuan dana dari Pemerintah Pusat dalam bentuk dana perimbangan. Untuk mengurangi ketimpangan kebutuhan pembiayaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan di Daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah (dengan kebijakan bagi hasil dan DAU minimal sebesar 25% dari Penerimaan Dalam Negeri). Dengan perimbangan tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan kepastian bagi Daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggungjawabnya. Berdasarkan konsep fiscal gap, distribusi DAU bagi daerahdaerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh DAU yang relatif besar. c) Dana Alokasi Khusus Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 16

Pada hakikatnya pengertian Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK ditentukan dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. 2.3. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERBASIS LRA Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2016, menunjukkan bahwa pendapatan daerah sebesar Rp5.685.213.859.929,00 atau 85,06%. dari target pendapatan Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp6.684.129.617.384,00 Apabila dibandingkan dengan realisasi pendapatan Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp5.098.071.916.848,00 maka mengalami kenaikan sebesar Rp587.141.943.081,00 atau 11,52%. Realisasi belanja dan transfer Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp5.830.413.719.644,00 atau 79,21% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp7.360.848.469.022,00 Apabila dibandingkan dengan realisasi belanja Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp5.201.938.207.165,00 maka mengalami kenaikan sebesar Rp628.475.512.479,00 atau 12,08%. Dengan demikian, berdasarkan realisasi pendapatan dan realisasi belanja Tahun Anggaran 2016 tersebut diperoleh defisit APBD sebesar Rp145.199.859.715,00. Pembiayaan Tahun Anggaran 2016 menghasilkan nilai pembiayaan netto sebesar Rp677.328.852.404,00 yang diperoleh dari penerimaan pembiayaan sebesar Rp994.140.890.638,00 dikurangi pengeluaran pembiayaan sebesar Rp316.812.038.234,00 sehingga diperoleh sisa lebih pembiayaan anggaran per 31 Desember 2016 sebesar Rp532.128.992.689,00. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 17

2.4. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERBASIS LO Laporan Operasional Kota Bandung Tahun 2016, menunjukkan pendapatan sebesar Rp6.084.667.305.068,03. Apabila dibandingkan dengan pendapatan tahun 2015 sebesar Rp5.606.314.216.157,81 maka mengalami kenaikan sebesar Rp478.353.088.910,22 atau 8,53%. Beban pada Tahun 2016 sebesar Rp5.184.350.502.022,53. Apabila dibandingkan dengan beban pada Tahun 2015 sebesar Rp5.008.584.815.774,13 maka mengalami kenaikan sebesar Rp175.765.686.248,40 atau 3,51%. Dengan demikian, berdasarkan pendapatan dan beban pada Tahun 2016 tersebut diperoleh surplus dari kegiatan operasional sebesar Rp900.316.803.045,50. Apabila dibandingkan dengan surplus dari kegiatan operasional pada Tahun 2015 sebesar Rp597.729.400.383,68 mengalami kenaikan sebesar Rp302.587.402.661,82 atau 50,62%. Surplus dari kegiatan non operasional Tahun 2016 menghasilkan nilai sebesar Rp13.585.858.821,07. Apabila dibandingkan dengan dengan surplus kegiatan non operasional pada Tahun 2015 sebesar Rp.538.302.554,00 maka mengalami kenaikan sebesar Rp.13.047.556.267,07. Adapun Pos Luar Biasa pada Tahun 2016 berupa beban luar biasa menghasilkan nilai sebesar Rp21.746.900,00 yang diperoleh dari adanya pengembalian retribusi perpanjangan Ijin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA). Apabila dibandingkan dengan Pos luar biasa pada Tahun 2015 sebesar Rp116.993.530,00 maka mengalami penurunan sebesar Rp95.246.630,00 atau 81,41%. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 18

BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1. IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN 1. Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2016 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2016 Periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 menunjukkan pendapatan daerah sebesar Rp5.685.213.859.929,00 atau 85,06% dari anggaran yang telah ditetapkan sebesar Rp6.684.129.617.384,00. Adapun realisasi belanja dan transfer sebesar Rp5.830.413.719.644,00 atau 79,21% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp7.360.848.469.022,00. Dengan demikian berdasarkan realisasi pendapatan daerah dan belanja daerah diperoleh defisit sebelum Pembiayaan Netto sebesar (Rp145.199.859.715.00). Realisasi Pendapatan daerah sebesar Rp5.685.213.859.929,00 terdiri dari: - Pendapatan Asli Daerah Rp 2.152.755.704.962,00 - Pendapatan Transfer Rp 3.186.705.853.324,00 - Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Rp 345.752.301.643,00 Jumlah Rp 5.685.213.859.929,00 2. Realisasi Belanja dan Transfer Tahun Anggaran 2016 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2016 Periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 menunjukkan realisasi belanja dan transfer daerah sebesar Rp5.830.413.719.644,00 atau mencapai Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 19

79,21% dari anggaran belanja daerah sebesar Rp7.360.848.469.022,00. Realisasi belanja dan transfer daerah sebesar Rp5.830.413.791.644,00 tersebut terdiri dari: - Belanja Operasi Rp 4.575.469.446.261,00 - Belanja Modal Rp 1.254.021.785.263,00 - Belanja Tak Terduga Rp 21.746.900,00 - Belanja Transfer Bantuan Keu Rp 900.741.220,00 Jumlah Rp 5.830.413.719.644,00 3. Realisasi Pembiayaan Tahun Anggaran 2016 Rincian Pembiayaan periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut: URAIAN ANGGARAN 2016 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH REALISASI 2016 % Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan 994.140.890.638,00 994.140.890.638,00 100,00 Anggaran (SiLPA) Jumlah Penerimaan 994.140.890.638,00 994.140.890.638,00 100,00 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah 317.422.039.000,00 316.812.038.234,00 99,81 Daerah Pembayaran Pokok Utang 0,00 0,00 0,00 Jumlah Pengeluaran 317.422.039.000,00 316.812.038.234,00 99,81 PEMBIAYAAN NETTO 676.718.851.638,00 677.328.852.404,00 100,09 3.2. HAMBATAN DAN KENDALA YANG ADA DALAM PENCAPAIAN TARGET YANG TELAH DITETAPKAN Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan antara lain sebagai berikut : 1. Pendapatan Daerah Secara umum pencapaian target kinerja keuangan khususnya pendapatan daerah Kota Bandung, bila dilihat dari realisasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 20

pendapatan daerah maka secara umum target yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai, yaitu pencapaian target pendapatan daerah hanya sebesar 85,05% Antara lain disebabkan tidak tercapainya target pajak daerah, retribusi daerah, dana perimbangan dari DAK dan dana perimbangan dari bantuan provinsi. Hambatan tersebut antara lain: a. Pajak hiburan, antara lain disebabkan oleh adanya pembatasan jam operasional tempat hiburan, adanya beberapa tempat hiburan yang tutup dan tingkat kunjungan menurun; b. BPHTB, disebabkan oleh adanya penurunan minat investasi sektor properti; c. Pajak Air Tanah, disebabkan oleh adanya kenaikan harga dasar air tanah yang semularp. 500,00/m3 menjadi Rp. 5.000,00/m3 sehingga wajib pajak melakukan penghematan dan penggunaan sumber air lain seperti PDAM; d. Pajak Reklame, disebabkan volume Nota Pengantar Perhitungan Pajak menurun. e. Menurunnya pembangunan di sektor property (pembangunan Apartemen, mall dan Hotel). f. Adanya keterlambatan permohonan perpanjangan Izin Trayek yang harusnya jatuh tempo tahun 2016 akibat akan adanya peraturan baru yang mengharuskan pengusaha angkot berbentuk Badan Usaha. g. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengurusan perijinan. h. Belum terintegrasinya pelayanan perijinan secara penuh dari persyaratan-persyaratan yang menjadi syarat dalam pengajuan perijinan. i. Tidak tercapainya target penerimaan dari bagi hasil Pemerintah pusat disebabkan adanya Prognosa realisasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 21

penerimaan pajak Tahun Anggaran 2016 yang mengakibatkan perubahan alokasi dana. 2. Belanja Daerah Penyerapan belanja daerah Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2016 adalah sebesar 79,21%. Rendahnya tingkat penyerapan tersebut disebabkan antara lain: 1. Terkendalanya keterlambatan Lelang Pembangunan Gedung Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial (Puskesos), yang mengakibatkan adanya keterbatasan waktu dalam pembangunana Gedung Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Disamping itu Kegiatan Konversi Angkutan Kota menjadi Angkutan Umum Massal berdasarkan hasil konsultasi, tidak jadi dilaksanakan karena konversi bekas kendaraan Angkutan Kota menjadi Angkutan umum massal yang menampung banyak orang tidak diperkenankan. 2. Adanya permasalahan pada rekanan pelaksana pada pelaksanaan 20 (dua puluh) paket pekerjaan pada Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) yang dilaksanakan tidak tepat waktu serta terkendala tidak dapat dilaksanakannya kegiatan Detail Enginering Desaign (DED) kawasan perkantoran Pemerintah Kota di Gedebage legalitas hak kepemilikan tanah masih dikuasai oleh Kementerian Agama Republik Indonesia yang perubahan statusnya harus melalui Keputusan Presiden. 3. Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah pada dasarnya tidak mengalami banyak kendala. Sampai saat ini Pemerintah Kota Bandung untuk mendukung tersedianya anggaran masih mengandalkan penerimaan pembiayaan yang berasal dari Anggaran Sisa Lebih Tahun yang lalu. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 22

3.3. IKHTISAR KINERJA KEUANGAN BERBASIS LO 1. Pendapatan-LO Tahun 2016 Laporan Operasional Pemerintah Kota Bandung Tahun 2016 untuk periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 menunjukkan pendapatan sebesar Rp6.084.667.305.068,03 dan beban sebesar Rp5.184.350.502.022,53 sehingga diperoleh Surplus Laporan Operasional sebesar Rp900.316.803.045,50. Pendapatan sebesar Rp6.084.667.305.068,03 terdiri dari: - Pendapatan Asli Daerah Rp 2.165.772.517.404,93 - Pendapatan Transfer Rp 3.253.286.451.977,00 - Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Rp 665.608.335.686,10 Jumlah Rp 6.084.667.305.068,03 2. Beban Tahun 2016 Laporan Operasional Pemerintah Kota Bandung Tahun 2016 untuk periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 menunjukkan Beban sebesar Rp5.184.350.502.022,53 yang terdiri dari Beban Operasi sebesar Rp5.183.449.760.802,53 dan Beban Transfer sebesar Rp900.741.220,00. Beban Operasi sebesar Rp5.183.449.760.802,53 terdiri dari: - Beban Pegawai - Beban Barang dan Jasa Rp Rp 2.292.169.029.796,00 2.279.996.008.054,59 - Beban Bunga Rp 0,00 - Beban Subsidi Rp 128.532.390.000,00 - Beban Hibah Rp 151.250.782.000,00 - Beban Bantuan Sosial Rp 0,00 - Beban Penyusutan Rp 71.126.836.496,60 - Beban Penyisihan Piutang Rp 76.086.668.655,27 - Beban Lain-lain Rp 184.288.045.800,07 Jumlah I Rp 5.183.449.760.802,53 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 23

Adapun beban transfer Tahun 2016 untuk periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 sebesar Rp900.741.220,00 merupakan realisasi atas transfer bantuan keuangan kepada partai politik. Beban Luar Biasa Tahun 2016 untuk periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 sebesar Rp21.746.900,00 merupakan realisasi pengembalian yang dikeluarkan melalui belanja tidak terduga. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 24

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1. ASUMSI DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN 1) Asumsi Dasar Kemandirian Entitas Setiap unit organisasi merupakan unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. 2) Asumsi Kesinambungan Entitas Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaanya. Dengan demikian Pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek. 3) Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. 4.2. ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sedangkan entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 25

menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa tiap-tiap kementerian negara/lembaga merupakan entitas pelaporan yang tidak hanya wajib menyelenggarakan akuntansi, tetapi juga wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada Pasal 232 ayat (1) menyatakan bahwa : Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah. Selanjutnya Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terdiri atas sistem akuntansi PPKD dan sistem akuntansi SKPD. Laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan memiliki komponen-komponen yang meliputi: a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA); b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL); c. Neraca; d. Laporan Operasional (LO); e. Laporan Arus Kas (LAK); f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 26

4.3. BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung adalah basis basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca, pengakuan Pendapatan-LO dan beban dalam laporan operasional. Basis akrual untuk LO berarti pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi, walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Daerah Kota Bandung, dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah Kota Bandung. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula di Laporan Operasional. Basis akrual untuk neraca dan berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah daerah, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah Kota Bandung. Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis kas maka LRA disusun berdasarkan basis kas berarti pendapatan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah Kota Bandung, serta belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas daerahkota Bandung. Pemerintah daerah tidak menggunakan istilah laba, melainkan menggunakan sisa perhitungan anggaran (lebih/kurang) untuk setiap tahun anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi penerimaan pendapatan dan pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan pembiayaan. 4.3.1 Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LO 1. Definisi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 27

Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. 2. Pengakuan Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan (earned) atau saat pendapatan direalisasi yaitu aliran masuk sumber daya ekonomi (realized). 3. Pengukuran Pengukuran pendapatan-lo menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan diterima. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan. 4.3.2 Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LRA 1. Definisi Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Transfer Masuk (LRA) adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari Pemerintah Provinsi 2. Pengakuan Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan saat Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 28

pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan yang sebagai pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari BUD; 3. Pengukuran Pengukuran pendapatan-lra menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan diterima. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan. 4.3.3 Kebijakan Akuntansi Beban 1. Definisi Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. 2. Pengakuan Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, Saat terjadinya konsumsi aset dan saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. 3. Pengukuran Pengukuran beban menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang yang dikeluarkan dari kas daerah Kota Bandung. Beban yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya belanja. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 29

4.3.4 Kebijakan Akuntansi Belanja 1. Definisi Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas daerah Kota Bandung yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Transfer keluar (LRA) adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh Pemerintah Pusat dan bagi hasil oleh Pemerintah Daerah. 2. Pengakuan Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas daerah Kota Bandung. Khusus pengeluaran yang dilakukan melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. 3. Pengukuran Pengukuran belanja menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang yang dikeluarkan dari kas daerah Kota Bandung. Belanja yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah bank Indonesia) pada saat terjadinya belanja. 4.3.5 Kebijakan Akuntansi Pembiayaan 1. Definisi Pembiayaan merupakan seluruh transaksi keuangan pemerintah baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali yang dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 30

penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan rekening kas daerah Kota Bandung yang antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi daerah/negara, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran rekening kas umum daerah Kota Bandung antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pembentukan dana cadangan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan merupakan penambah dana cadangan dan dicatat dalam pos pendapatan asli daerah lainnya. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. 2. Pengakuan Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada kas daerah Kota Bandung. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan dengan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 31

dengan pengeluaran). Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas daerah Kota Bandung. Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA. 3. Pengukuran Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat pengakuan belanja. 4.3.6 Kebijakan Akuntansi Aset 1. Definisi Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan atau dikuasai dan dapat diukur dengan satuan uang. Aset terdiri dari Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan, Aset Lainnya. Aset Lancar adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat kurang dari 12 (dua belas) bulan (satu periode akuntansi). a. Aset Lancar, antara lain terdiri dari : 1) Kas (1) Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di Bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. (2) Kas dinyatakan dalam Rupiah. Apabila dalam kas terdapat valuta asing maka valuta asing tersebut dikonversikan terlebih dahulu berdasarkan nilai kurs pada tanggal transaksi. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 32

Pada akhir tahun, saldo kas dalam valuta asing dikonversi ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. (3) Nilai kas pada tanggal neraca adalah hasil kas 2) Piutang opname di masing-masing pemegang kas (Bendahara Umum Daerah dan Pemegang Kas). (1) Piutang adalah hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi. (2) Piutang dapat berupa tagihan hasil penjualan barang, kewajiban pihak ketiga yang belum dilunasi, seperti pajak/retribusi atau pinjaman uang yang belum dilunasi pada saat pencatatan. (3) Piutang dinilai serta disajikan di neraca sebesar jumlah yang dapat direalisasikan setelah memperhitungkan penyisihan piutang tidak tertagih dan penghapusan piutang. (4) Piutang diakui pada saat timbulnya hak atas piutang tersebut. (5) Piutang Pajak/Retribusi diakui sebagai piutang apabila telah diterbitkan dasar ketetapan pajak/retribusi yaitu Surat Keputusan Pajak Daerah/Surat Keputusan Retribusi Daerah (SKPD/SKRD). 3) Persediaan (1) Persediaan adalah barang yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah dan atau untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 33

dijual/diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. (2) Persediaan pada akhir periode akuntansi dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan. (3) Saldo persediaan dinilai dan disajikan dalam neraca berdasarkan: - Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh; - Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; - Nilai wajar apabila persediaan diperoleh dengan cara lain seperti donasi/rampasan. (4) Jenis-jenis persediaan: - Persediaan Pakai Habis, adalah barangbarang yang bekas penggunaannya tidak dapat digunakan kembali, misalnya ATK. - Persediaan Tak Habis Pakai, adalah persediaan yang dapat digunakan berulang kali, misal kotak file. - Persediaan untuk dijual, misal aspal dalam drum, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bibit tanaman, benih ikan dan sebagainya. b. Investasi Jangka Panjang, antara lain terdiri dari: Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah jumlah yang dibayar oleh pemerintah daerah untuk penyertaan modal dalam Badan Usaha Milik Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 34

Negara/Daerah atau lembaga keuangan lainnya dimana pemerintah daerah memiliki kepentingan yang dinyatakan dalam perjanjian. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dicatat dalam neraca dengan metode ekuitas. c. Aset Tetap Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi untuk digunakan dalam kegiatan kepemerintahan dan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap dapat diperoleh melalui pembelian dan atau pembangunan yang sumber dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal dari APBD, hibah atau donasi, pertukaran dengan aset lainnya dan dari sitaan atau rampasan. Aset tetap dicatat dengan nilai historis. Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Nilai tercatat (carrying amount) aset adalah nilai buku aset, yang dihitung dari biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Konstruksi dalam pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. Apabila biaya perolehan suatu konstruksi dalam pengerjaan dinyatakan dalam valuta asing, penyajian dalam neraca dicatat dengan nilai rupiah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 35

berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. d. Aset Lainnya Aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset dalam Proses Penghapusan/Aset Rusak Berat adalah aset yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Hal tersebut sesuai dengan PSAP No. 07 Paragraf 79. 4.3.7 Kebijakan Akuntansi Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban Jangka Pendek adalah kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam valuta asing (valas) dikonversikan ke dalam Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi. Kewajiban jangka pendek terdiri dari: (1) Bagian Lancar Kewajiban Jangka Panjang Kepada Pemerintah Pusat. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2016 36