MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK

dokumen-dokumen yang mirip
FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

FAQ. bahasa indonesia

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± jiwa dengan laju

Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Perkembangan Infrastruktur Indonesia

MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS)

ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1

2015, No Mengingat b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah d

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat

TANTANGAN DAN PELUANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH

KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA/ PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

No.18/6/DKEM Jakarta, 22 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah anggota G20 dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MEMUTUSKAN :

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 12/PRT/M/2010 B A N J A R M A S I N, M E I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESlA SALIN AN

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan

PENGANTAR. Sinthya Roesly Direktur Utama PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN

MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SECARA EFEKTIF

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

Pengantar Kerjasama Pemerintah-Swasta

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan bisnis transportasi yang kian meningkat

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Aspek Perpajakan Viability Gap Fund 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas

Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat

GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA

PERTAMINA BUTUH RP 520 TRILIUN DALAM 10 TAHUN UNTUK BANGUN KILANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu mengenai hal skema penjaminan

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembiayaan Komersial sebagai Upaya Mempercepat Penyelenggaraan Infrastruktur Berkelanjutan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

Transkripsi:

JURNAL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK MKP PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP) Politeknik Keuangan Negara STAN Alamat Korespondensi: msuhendra@pknstan.ac.id INFORMASI ARTIKEL Diterima Pertama 18 Juli 2017 Dinyatakan Diterima 30 Juli 2017 KATA KUNCI: infrastruktur, pendanaan, skema KPBU, fasilitas fiskal KLASIFIKASI JEL: H5, H6 ABSTRAK Indonesia needs a huge investment in infrastructure. Of the total funding needs for strategic infrastructure from year 2015 to 2019, it is projected that the Country is only able to provide less than half. Hence, Indonesia needs to seek other sources to finance its infrastructure needs. Through a literature and policy/regulation study, Public-Private Partnership (PPP) can be considered as one of future important financing schemes for the Country, in which private party can participate in infrastructure provision in form of funding, designing, constructing, operating, and/or maintaining infrastructure project based on certain contractual arrangement. To support this PPP the Government of Indonesia through its Ministry of Finance provides relevant supports in each stage of PPP process. Indonesia membutuhkan investasi infrastruktur yang sangat besar. Dari total kebutuhan pendanaan investasi strategis infrastruktur untuk kurun waktu 2015 s.d. 2019, Pemerintah hanya mampu menyediakan pendanaan kurang dari separuhnya saja. Indonesia perlu mencari alternatif sumber-sumber pendanaan lain dalam mendanai kebutuhan infrastrukturnya. Melalui studi literatur dan kebijakan/regulasi, salah satu alternatif yang diharapkan menjadi model penting penyediaan infrastruktur adalah skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) halmana pihak swasta dapat berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur mulai dari aspek pendanaan, disain, konstruksi, operasi, hingga pemeliharaan infrastruktur berdasarkan perjanjian kerjasama. Untuk mendukung program KPBU ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan telah menyediakan fasilitas fiskal pada tiap tahap pelaksanaan proyek KPBU. Halaman 41

Halaman 42 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Penyediaan infrastruktur yang memadai dapat mempengaruhi peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan ekonomi. Infrastruktur transportasi yang baik, sebagai misal, akan membantu kelancaran arus orang maupun barang sehingga mampu mendorong perekonomian secara lebih berkelanjutan. Penyediaan infrastruktur dapat dilakukan melalui beberapa skema. Skema yang paling lazim digunakan adalah melalui pendanaan APBN/APBD maupun BUMN/BUMD. Dalam skala yang lebih terbatas, pihak swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/csr) dan partisipasi komunitas (community participation) juga dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan infrastruktur. Terkait dengan kebutuhan pendanaan infrastruktur ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan bahwa untuk periode tahun 2015 s.d. 2019, Indonesia membutuhkan investasi strategis penyediaan infrastruktur sekitar Rp 4.796,2 triliun. Dari jumlah total kebutuhan pendanaan tersebut, APBN/APBD secara keseluruhan hanya mampu memenuhi sekitar 41,3%. Sementara BUMN sekitar 22,2% dan sisanya 36,5% diharapkan berasal dari partisipasi pihak swasta. Gambar 1. Kesenjangan Kebutuhan Pendanaan Penyediaan Infrastruktur 2015-2019 Rp 4.796,2 T APBN+APBD Rp 1.978,6 T (41,3%) BUMN Rp 1.066,2 T (22,2%) SWASTA Rp 1.751,5 T (36,5%) Rp 960,7 T 2015 Rp. 256,3 T 2016 Rp 317,1 T 2017 Rp 387,3 T Menutup gap Meningkatkan peran swasta dan BUMN serta Pemda Memperhatikan proyeksi Bappenas tersebut, dapat dilihat bahwa Indonesia sangat memerlukan sumber-sumber alternatif pendanaan baru dalam rangka mengatasi kesenjangan kebutuhan pendanaan penyediaan infrastruktur. Salah satu terobosan yang diharapkan menjadi solusi atas hal ini adalah dengan penerapan skema Public-Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam penyediaan infrastruktur. PPP atau KPBU merupakan skema penyediaan infrastruktur melalui kerjasama pemerintah dengan pihak swasta (Badan Usaha) berdasarkan perjanjian kerjasama yang disepakati oleh para pihak. 1.2. Perumusan Masalah Kajian ini akan berusaha menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana KPBU dilaksanakan di Indonesia? b. Apa perbedaan skema KPBU dengan skema tradisional via APBN/D? c. Fasilitas apa saja yang diberikan oleh Pemerintah dalam mendukung program KPBU ini? 1.3. Tujuan Penelitian a. Mengetahui bagaimana skema KPBU dilaksanakan di Indonesia. b. Membahas perbedaan skema KPBU dengan skema tradisional via APBN/D. c. Mengetahui fasilitas-fasilitas fiskal yang diberikan oleh Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dalam mendukung program KPBU ini. 2. KERANGKA TEORI International City/County Management Association (ICMA) menyebutkan bahwa di samping pendanaan infrastruktur tradisional melalui APBN/D, terdapat beberapa alternatif lain pembiayaan infrastruktur yakni melalui : (1) sumber pendanaan baru; (2) mekanisme pembiayaan baru; atau (3) pola pendanaan baru. Sumber pendanaan baru dapat berupa sumber-sumber pendapatan tambahan untuk mendanai proyek infrastruktur. Sementara itu mekanisme pembiayaan baru bisa berbentuk metode pinjaman baru yang fleksibel dan/atau potensial berbiaya efektif untuk mendanai suatu proyek infrastruktur. Terakhir, pola pembiayaan baru dapat melibatkan mitra baru (swasta, lembaga non-profit, atau masyarakat) untuk berpartisipasi dalam pembiayaan infrastruktur dan pelaksanaan proyek. Pelibatan sektor swasta dalam pembiayaan infrastruktur ini antara lain dilakukan dengan skema PPP atau KPBU. Dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015, KPBU didefinisikan sebagai kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak. KPBU bisa menjembatani pemenuhan sebagian kebutuhan pendanaan infrastruktur melalui partisipasi pihak swasta. Model kerjasama ini memungkinkan pemberian tanggung jawab

Halaman 43 pendanaan, disain dan konstruksi suatu proyek infrastruktur, sebagaimana juga tanggung jawab operasi dan pemeliharaan infrastruktur kepada pihak swasta. Di beberapa negara berkembang seperti India, Meksiko dan Brasil, model KPBU ini telah memberikan kontribusi sangat signifikan dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan infrastruktur, yakni mencapai sekitar 25-30% dari total kebutuhan pendanaan mereka. Terdapat beberapa alasan mengapa banyak negara menjadikan skema KPBU sebagai skema penting dalam penyediaan infrastruktur. Cheung et al. (2009) menyebutkan alasan penggunaan skema KPBU di Inggris lebih terkait dengan elemen-elemen finansial seperti kekurangan belanja Pemerintah, tekanan ekonomi yang memerlukan lebih banyak infrastruktur, dan pengurangan pembatasan investasi publik. Sementara di Hongkong dan Australia lebih kepada alasan peningkatan kinerja proyek publik secara keseluruhan. Secara lebih khusus Walker et al. menyebutkan bahwa paling tidak ada 3 (tiga) alasan penerapan skema KPBU. Pertama, pihak swasta memiliki mobilitas yang lebih baik dibandingkan pihak Pemerintah. Kedua, pihak swasta mampu menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dan mampu membangun kemitraan yang seimbang sehingga lebih baik dalam mengelola struktur risikoimbal balik (risk-return structure). Ketiga, Pemerintah dinilai kurang mampu menggalang pendanaan yang masif untuk proyek infrastruktur berskala besar (Cheung et al., 2009). Peningkatan peran pihak swasta dalam penyediaan infrastruktur ini sejalan dengan arahan pembangunan infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yakni dalam rangka: (1) memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan; (2) mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik); (3) menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional; dan (4) mengembangkan transportasi massal perkotaan yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah dan pihak swasta (selanjutnya disebut Badan Usaha). Namun demikian skema KPBU juga mengandung beberapa keterbatasan. Menurut UNESCAP keterbatasan-keterbatasan itu antara lain: (1) tidak semua proyek infrastruktur bisa dilaksanakan dengan skema KPBU tergantung pada aspek politis, legal, kelayakan komersial, dan lain-lain; (2) kemungkinan pihak swasta tidak tertarik karena risiko pelaksanaan yang tinggi ataupun kekurangan kapasitas dalam implementasi proyek; (3) proyek KPBU mungkin relatif lebih mahal kecuali bila biayabiaya tambahan bisa di-off-set oleh keunggulan efisiensi; (4) memerlukan reformasi sektor dan pasar yang memadai; dan (5) seringkali kesuksesan KPBU tergantung pada efisiensi peraturan. Mengingat bahwa proyek KPBU akan ditawarkan kepada pihak swasta, maka kelayakan finansial proyek merupakan hal yang menjadi perhatian besar Pemerintah. Bila satu proyek KPBU tidak layak secara finansial namun layak secara ekonomi, maka Pemerintah dapat memberikan beragam dukungan agar proyek bisa layak secara finansial. Dukungan Pemerintah ini sangat penting untuk menarik minat pihak swasta dalam pembiayaan penyediaan infrastruktur (UNESCAP, 2009). 3. METODOLOGI PENELITIAN Kajian ini merupakan kajian kualitatif dengan menggunakan metode studi literatur dan kebijakan/regulasi yang terkait dengan permasalahan penelitian. Pertama, penulis mempelajari data-data relevan terkait dengan kondisi pendanaan dan pembiayaan infrastruktur di Indonesia. Berdasar data-data ini, kemudian penulis melakukan identifikasi bagaimana pelaksanaan skema KPBU secara umum di Indonesia serta perbedaan model pengadaan KPBU tersebut dengan model pengadaan tradisional. Terakhir, berdasarkan studi regulasi terkait, penulis melakukan pemetaan atas fasilitasfasilitas fiskal yang diberikan Pemerintah dalam mendukung skema KPBU. 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pelaksanaan Skema KPBU di Indonesia Proyek KPBU merupakan proyek infrastruktur yang penyediaannya dilakukan oleh Pemerintah melalui kerjasama dengan Badan Usaha. Skema KPBU diwujudkan melalui suatu ikatan perjanjian (kontrak) kerjasama yang melibatkan Pemerintah sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dan Badan Usaha. Pada akhir periode kerjasama, infrastruktur yang dikerjasamakan akan dialihserahkan kepada PJPK. Basis dari perjanjian kerjasama proyek KPBU tersebut adalah pembagian alokasi risiko antara Pemerintah (melalui PJPK) dan Badan Usaha. Setiap risiko dialokasikan kepada pihak yang secara relatif lebih mampu mengendalikan, mengelola, mencegah, maupun menyerapnya. PJPK dalam hal ini dapat berupa instansi/institusi yang mewakili Pemerintah dalam penyediaan proyek KPBU. Adapun Badan

Halaman 44 Usaha dapat berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan terbatas, badan hukum asing, atau koperasi. Dalam perjanjian kerjasama proyek KPBU, pihak Badan Usaha dapat bertanggung jawab atas pembiayaan, disain, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan proyek KPBU. Cakupan tanggung jawab Badan Usaha ini akan menentukan bentuk kerjasama proyek KPBU, sehingga dapat berupa kerjasama operasi dan pemeliharaan fasilitas infrastruktur hingga pembiayaan, penyediaan dan pengoperasian fasilitas infrastruktur. Perjanjian kerjasama skema KPBU lazimnya memiliki jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari 15 tahun) untuk memungkinkan pengembalian investasi pihak Badan Usaha. Selain PJPK, terdapat pihak-pihak lain yang juga terkait dengan Badan Usaha dalam pelaksanaan proyek KPBU. Pihak-pihak tersebut antara lain sponsor, perbankan/lembaga keuangan, kontraktor, dan publik pengguna. Pertama adalah pihak sponsor yang biasanya merupakan konsorsium dengan keahlian serta kemampuan dalam menjalankan suatu proyek infrastruktur. Pihak sponsor akan menempatkan porsi tertentu dalam pendanaan proyek dalam bentuk ekuitas. Kedua adalah pihak perbankan/lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan kepada proyek KPBU dalam bentuk pinjaman. Ketiga adalah pihak kontraktor yang melaksanakan pekerjaan konstruksi, operasi maupun pemeliharaan proyek KPBU. Keempat adalah publik pengguna layanan infrastruktur. Gambar 2 menggam barkan hubungan para pihak secara umum dalam pelaksanaan suatu proyek KPBU. Gambar 2. Hubungan Para Pihak dalam Proyek KPBU Sektor-sektor dimaksud antara lain: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah, infrastruktur telekomunikasi dan informatika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan infrastruktur minyak dan gas bumi. Namun sejak tahun 2015, sektor- sektor yang dapat dikerjasamakan dengan pihak Badan Usaha diperluas hingga mencakup infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial dengan rincian sebagai berikut: (a) infrastruktur transportasi; (b) infrastruktur jalan; (c) infrastruktur sumber daya air dan irigasi; (d) infrastruktur air minum; (e) infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat; (f) infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat; (g) infrastruktur sistem pengelolaan persampahan; (h) infrastruktur telekomunikasi dan informatika; (i) infrastruktur ketenagalistrikan; (j) infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan; (k) infrastruktur konservasi energi; (l) infrastruktur fasilitas perkotaan; (m) infrastruktur fasilitas pendidikan; (n) infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga serta kesenian; (o) infrastruktur kawasan; (p) infrastruktur pariwisata; (q) infrastruktur kesehatan; (r) infrastruktur lembaga pemasyarakatan; serta (s) infrastruktur perumahan rakyat. Gambar 3 dan 4 merupakan contoh proyek di Indonesia yang dilaksanakan dengan skema KPBU. Gambar 3. Proyek KPBU SPAM Umbulan Jawa Timur Gambar 4. Proyek KPBU Palapa Ring Terkait dengan sektor-sektor infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan skema KPBU, pada awalnya terbatas pada infrastruktur ekonomi saja.

Halaman 45 4.2. Perbedaan Skema Tradisional dengan Skema KPBU Pengadaan infrastruktur dengan skema APBN/APBD (Skema Tradisional) berbeda dengan KPBU. Fokus pengadaan dalam Skema Tradisional adalah pengadaan barang/jasa untuk Pemerintah. Adapun fokus pengadaan dalam skema KPBU adalah pengadaan Badan Usaha yang memiliki kemampuan dan kapasitas dalam menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan oleh publik. Perbedaan mendasar dalam fokus pengadaan ini membawa konsekuensi pada beberapa hal antara lain: (1) Dampak ke APBN/APBD; (2) Risiko-Risiko; dan (3) Keterlibatan Pemerintah. Gambar 5. Perbedaan Skema Tradisional Vs Skema KPBU Pada Skema Tradisional pembiayaan infrastruktur langsung berdampak pada APBN/APBD di setiap tahapan pengadaan infrastruktur (disain, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan). Pemerintah harus mengalokasikan belanja untuk kegiatan disain, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan halmana seringkali membutuhkan beberapa tahun anggaran untuk satu proyek infrastruktur tertentu siap beroperasi. Dalam Skema KPBU, pihak Badan Usaha dapat mengelola segenap aktivitas penyelenggaraan infrastruktur dari mulai disain hingga pemeliharaan. Lebih lanjut, Pemerintah dalam Skema Tradisional menanggung semua risiko yang terjadi pada setiap tahapan penyediaan infrastruktur. Sementara dalam Skema KPBU Pemerintah hanya menanggung risiko-risiko tertentu dalam kendali Pemerintah seperti antara lain risiko politik ataupun risiko perubahan peraturan perundang-undangan. Konsekuensi berikutnya adalah bahwa Pemerintah terlibat dalam setiap tahapan penyediaan infrastruktur dalam Skema Tradisional. Namun, dalam Skema KPBU pihak Pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator pelaksanaan proyek dan memastikan pembayaran jasa infrastruktur ketika infrastruktur tertentu telah beroperasi secara komersial sebagaimana ketentuan dalam perjanjian kerjasama. 4.3. Fasilitas Fiskal untuk Proyek KPBU Dalam mendukung pelaksanaan program KPBU, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menyediakan beberapa fasilitas. Fasilitas dimaksud diberikan dengan memperhatikan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan proyek KPBU. Pada tahapan penyiapan proyek, terdapat fasilitas penyiapan proyek (Project Development Facility/PDF) yang bertujuan untuk membantu PJPK dalam menyiapkan proyek KPBU. Fasilitas PDF ini dapat diberikan hingga proyek KPBU mendapat perolehan pembiayaan (financial close). Fasilitas selanjutnya diberikan pada tahapan transaksi proyek KPBU. Di tahapan ini suatu proyek KPBU dapat memperoleh (1) dukungan kelayakan (Viability Gap Fund/VGF) dan/atau (2) penjaminan Pemerintah. VGF diberikan dalam bentuk tunai dengan proporsi tertentu dari biaya konstruksi agar proyek KPBU mencapai kelayakan finansial sehingga dapat menarik pihak swasta potensial untuk berpartisipasi dalam proyek KPBU. Adapun penjaminan Pemerintah diberikan dalam bentuk penjaminan atas risiko politik agar proyek KPBU mencapai status layak kredit (bankable) sehingga pihak perbankan/lembaga keuangan tertarik dalam memberikan pendanaan kepada proyek KPBU. Terakhir pada tahapan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, Kementerian Keuangan telah menyiapkan pula suatu BUMN yang pada skala tertentu dapat memberikan pembiayaan kepada proyek-proyek infrastruktur, termasuk proyek KPBU. Gambar 6. Fasilitas Fiskal untuk Proyek KPBU 5. KESIMPULAN Infrastruktur yang memadai amat diperlukan dalam menunjang kesinambungan perekonomian. Indonesia saat ini membutuhkan pendanaan yang sangat besar dalam rangka penyediaan infrastruktur. Dari total kebutuhan pendanaan investasi strategis infrastruktur, Pemerintah diproyeksikan hanya mampu memenuhi kurang dari separuhnya saja. Salah satu alternatif untuk memenuhi sebagian kesenjangan kebutuhan pendanaan dimaksud adalah melalui skema KPBU dalam penyediaan infrastruktur.

Halaman 46 Dalam skema ini, pihak swasta dimungkinkan untuk berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur mulai dari tahap penyediaan pendanaan hingga pemeliharaan aset infrastruktur. Perbedaan penting antara skema tradisional dan skema KPBU dalam penyediaan infrastruktur adalah fokus pengadaan pada skema tradisional adalah pada pengadaan barang/jasa sementara pada skema KPBU pada pengadaan badan usaha yang akan bermitra dengan Pemerintah dalam menyediakan jasa infrastruktur sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dalam kontrak kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha. Untuk mendukung pelaksanaan proyek KPBU, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menyediakan beberapa fasilitas dalam rangka mendukung pelaksanaan program KPBU. Dukungan dimaksud dapat diberikan pada tiap tahapan pelaksanaan proyek KPBU, yakni pada tahap penyiapan, transaksi, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan. 6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Terobosan-terobosan dalam penyediaan infrastruktur saat ini telah banyak dilakukan di berbagai negara. KPBU sebagai salah satu terobosan layak dipertimbangkan sebagai salah satu skema potensial yang dapat mendorong inovasi-inovasi baru dalam penyediaan infrastruktur masa depan. Di Indonesia, terdapat beberapa proyek infrastruktur yang telah menggunakan skema KPBU dalam pelaksanaannya. Ada banyak isu yang penting untuk diteliti lebih lanjut antara lain terkait efektivitas fasilitas-fasilitas fiskal skema KPBU maupun faktorfaktor sukses kritikal dalam pelaksanaan proyek KPBU. Penelitian ini masih bersifat umum untuk mengenal skema KPBU dalam penyediaan infrastruktur. Keterlibatan pihak swasta dalam penyediaan infrastruktur pada praktiknya dapat menggunakan beragam variasi tergantung pada, antara lain, rejim regulasi yang berlaku, kesiapan para stakeholders dan perkembangan pasar keuangan/pasar modal negara yang bersangkutan dalam mendukung skema KPBU penyediaan infrastruktur. DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2015). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Jakarta: Pengarang. Basri, F. (2007, Juni 25). Tantangan Pembangunan Infrastruktur. Kompas, P.1. Cheung, E., Chan, A. P., & Kajewski, S. L. (2009). Reasons for implementing public private partnership projects : perspectives from Hong Kong, Australian and British practitioners. Journal of Property Investment and Finance, 27(1). pp. 81-95. Grimsey, D., & Lewis, M. K. (2007). Public Private Partnerships: The Worldwide Revolution in Infrastructure Provision and Project Finance. MA: Edward Elgar Publishing, Inc. International City/County Management Association, (2017). Infrastructure Financing: A Guide for Local Government Managers. USA: Pengarang. Kementerian Keuangan. (2016). Bahan Sosialisasi Pembangunan Infrastruktur melalui Skema KPS. Jakarta: Pengarang. Lin, Diaan-Yi. Can public-private partnerships solve Indonesia s infrastructure needs? McKinsey&Company. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi pada Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 265/PMK.011/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero). (2016). FAQ Seputar PT PII (Persero). [Brosur]. Jakarta: Pengarang. Transport and Tourism Division UNESCAP. (2008). Public-Private Partnerships in Infrastructure Development: A Premier. Thailand: Pengarang