KOPI - Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad ke-20 dan ke-21. Banyak tayangan-tayangan yang disajikan oleh stasiun televisi yang dapat memberikan pengaruh positif seperti tayangan yang memuat informasi, pendidikan dan tayangan pengetahuan penting lainnya. Tetapi di sisi lain tidak sedikit tayangan televisi yang dapat berpengaruh negatif juga kita temukan di beberapa stasiun televisi seperti tayangan infotaiment, Film Televisi (FTV) dan Sinema Elektronik (Sinetron). Baik FTV maupun sinetron biasanya bercerita tentang kehidupan sehari-hari yang penuh dengan konflik dan sering dibumbui dengan adegan romantis dan sikap-sikap kasar seperti mengejek secara verbal, melakukan penindasan serta intimidasi antar pemain. Sikap seperti ini tergolong sebagai aksi bullying. Namun pada umumnya, tayangan seperti inilah yang laris manis dikonsumsi oleh sebagian besar remaja. Sehingga tidak heran banyak stasiun televisi berlomba-lomba untuk menampilkan tayangan semacam ini demi pencapaian rating yang tinggi walaupun banyak mencontohkan aksi bullying. Yang menjadi perhatian khusus penulis di sini adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh penayangan sinetron terhadap perilaku bullying yang dilakukan remaja. Karena intensitas remaja menonton sinetron lebih tinggi dibanding FTV. Penyajian cerita dari sinetron juga dilakukan berseri dalam beberapa episode sehingga bisa dinikmati dalam kurun waktu tertentu secara kontinu. Ditambah lagi dengan memberikan cerita yang dapat menciptakan rasa penasaran penonton tiap akhir episode menjadi salah satu alasan mengapa sinetron selalu menjadi tayangan yang wajib untuk disaksikan. Jam tayang pun diatur pada waktu-waktu yang potensial bagi remaja untuk menghabiskan waktu luangnya dengan menonton sinetron, yaitu pada kisaran pukul tujuh malam sampai dengan pukul sepuluh malam. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Marisa Martina (2007) bahwa 85,9% remaja menonton pada malam hari (pukul 18.00 s.d 22.00), sisanya 7% dari total responden menonton televisi pada malam hari di atas pukul 22.00 dan 5,6% menonton televisi pada siang hari. Oleh karena itu, intensitas menonton sinetron lebih tinggi dibanding FTV. Tanpa disadari, intensitas para remaja dalam menonton sinteron sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku dan psikologi mereka. Masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari anak-anak menuju dewasa. Sikap meniru pada kalangan remaja merupakan suatu bentuk dari masa pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil. Ekspos sinetron terhadap aksi bullying inilah yang sering menginspirasi remaja untuk mencobanya dalam dunia nyata. Tidak heran bila kita menemukan remaja yang mengucapkan kata-kata bullying atau bahkan melakukan aksi bullying di lingkungan mereka. 1 / 5
Penelitian yang dilakukan Hasnawati (2013) seorang mahasiswa program studi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman tentang dampak menonton sinetron Putih Abu-Abu menyimpulkan bahwa dampak menonton tayangan sinetron Putih Abu-Abu terhadap perilaku remaja yaitu berdampak negatif, seperti adanya perilaku meniru adegan-adegan bullying yang ditampilkan dalam sinetron Putih Abu-Abu yang meliputi aksi bullying dalam hal kata-kata (verbal) dan dalam hal tindakan. Dalam hal kata-kata (verbal), keseluruhan anak yang menjadi informan cenderung ikut meniru dan memperaktekan kata-kata bullying yang ada dalam sinetron tersebut kedalam kehidupan mereka sehari-hari, misalnya seperti saling mengucapkan kata-kata kamseupay, rakyat jelata dan euh kepada sesama teman dan keluarga mereka. Demikian pula dalam hal tindakan, sebagian dari mereka mengikuti adegan bullying seperti yang ditayangkan dalam sinetron Putih Abu-Abu, yaitu mengerjai teman dengan mengintimidasi, mendeskriminasi dan mengeroyok. Aksi bullying yang merupakan bentuk penyimpangan perilaku remaja ini berdampak serius bagi korbannya. Berikut dampak dari aksi bullying diantaranya adalah: 1. Kesehatan fisik terganggu Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian. 2. Terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. 3. Timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder) bahkan depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet tangannya sendiri 4. Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial 2 / 5
5. Rusaknya nilai kemasyarakatan yang ada kedepannya Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sinetron sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku bullying di kalangan remaja. Karena dalam masa perkembangannya remaja meniru banyak hal dari apa yang mereka lihat baik dari lingkungannya maupun dari tayangan sinetron. Oleh karena jangan biarkan anak, adik, atau orang yang kita sayangi meniru perilaku negatif seperti bullying. Kita harus lebih selektif dalam menyuguhkan tayangan-tayangan yang berkualitas agar dapat membawa perilaku positif pada diri anak-anak dan remaja sehingga dapat dijadikan pelajaran dan pengalaman hidup. DAFTAR PUSTAKA Hasnawati (2013). Dampak Menonton Tayangan Sinetron Putih Abu-abu terhadap Perilaku Anak di Kelurahan Sidodamai Samarinda. http://ejurnal.ilkom.fisip-unmul.ac.id (diakses pada tanggal 18 April 2014). Martina, Marisa (2007). Hubungan antara Durasi Menonton TV terhadap Sikap Seksual Remaja. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125612-152 (diakses pada tanggal 22 April 2014). Marwan (2008). Dampak Siaran Televisi Terhadap Kenakalan Remaja. http://dutamasyarakat.com/1/02dm.php?mdl=dtlartikel&id=5275. (diakses pada tanggal 22 April 2014) Setyanti, Christina Andhika (2012). 6 Penyebab Anak Suka Mem-"Bully". http://kompas.com (diakses pada tanggal 18 April 2014) Suprihatin, Bambang (2013). Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi dan Intensitas Pemberian Punishment dengan Perilaku Bullying di Kalangan Pelajar SMA Negeri 1 Semin Gunung Kidul. Tesis pada Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta: tidak diterbitkan. 3 / 5
Sumber Internet Lainnya: http://pasarnota.blogspot.com/2011/12/definisi-buli.html http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ Data Pribadi / Personal Detail Nama : Desi Purnama Sari Tanggal Kelahiran : 12 Desember 1994 Kode Pos : 30662 Email : Tehdesi94@Yahoo.Com Jenis Kelamin : Perempuan Status Marital : Single Warga Negara : Indonesia 4 / 5
Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa Asal Universitas : Universitas Sriwijaya 5 / 5