STUDI MENGENAI HUBUNGAN ANTARA POLA ATTACHMENT AYAH-ANAK PEREMPUAN DENGAN KAPASITAS INTIMACY WANITA TERHADAP LAWAN JENIS PADA MASA DEWASA AWAL

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN AYAH DENGAN KAPASITAS INTIMACY PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL BERSUKU SUNDA YANG TINGGAL DI DUSUN NAGA

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KAPASITAS INTIMACY TERHADAP LAWAN JENIS PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

GAMBARAN PROFILE NEEDS PADA MAHASISWA KOS DI JATINANGOR YANG MELAKUKAN PREMARITAL INTERCOURSE AZAZI TITIAN NURANI ABSTRAK

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA POLA PARENTAL ATTACHMENT DENGAN KUALITAS PERSAHABATAN REMAJA AWAL AINI NOOR TAUHIDA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN DENGAN ORANGTUA DAN KEINTIMAN DALAM BERPACARAN PADA DEWASA AWAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI TINGKAT YEARNING SETELAH MENGALAMI BERAKHIRNYA INTIMATE RELATIONSHIP PADA DEWASA AWAL USIA TAHUN ZSASKIA SHABRINA

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL SEPARATION DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASIWA ANGKATAN 2014 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

Selviana Elisa. Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH YANG DITERAPKAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HETEROSEKSEKSUAL

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA

HUBUNGAN ANTARA PARENTAL ATTACHMENT DAN PEER ATTACHMENT PADA SISWA KELAS VIII SMPIT AS-SYIFA BOARDING SCHOOL, SUBANG

DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI USIA TAHUN PENGGUNA INSTAGRAM IKA PUJAWATI ABSTRAK

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Jadwal Perkuliahan Psikologi Perkembangan KKNI. Pertemuan ke- Materi Kegiatan A 16/02 B 15/02 C 17/02 D 16/02 E 16/02

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH. Hapsari Wulandari

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KETERLIBATAN AYAH DALAM PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA DI TAHAP FAMILY WITH PRESCHOOL CHILDREN

BAB 2 Tinjauan Pustaka

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

HUBUNGAN KUALITAS PEER ATTACHMENT DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DEPOK

GAMBARAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA PERNIKAHAN 5-10 TAHUN. Asysyifa Nurul Utami

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

HUBUNGAN ANTARA PARENT ATTACHMENT DENGAN INTIMACY DALAM BERPACARAN PADA DEWASA AWAL

HUBUNGAN ANTARA OVERINDULGENCE YANG DILAKUKAN AYAH DENGAN KEMAMPUAN MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN ANNISA AMALIA

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK REMAJA

menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga 1. Seniger, menjelaskan bahwa

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence

HUBUNGAN ANTARA SIBLING RELATIONSHIP DENGAN MOTIVASI INTRINSIK PADA ANAK-ANAK USIA 11 TAHUN

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Fungsi Persahabatan pada Same-sex Friendship dan Cross-sex Friendship di Dewasa Awal

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP RELASI LAWAN JENIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Psikologi ISSN:

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

HUBUNGAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONFORMITAS DALAM KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP TERBUKA FIRDAUS

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

Dibimbing Oleh : Laila Qodariah, S.Psi, M.Psi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

Kata kunci : derajat stres, strategi coping stress, Boarding School

R. EL AMANDA DE YURIE ARRAFAJR SURYADIMULYA ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF KETERLIBATAN AYAH DALAM POLA ASUH REMAJA AWAL USIA TAHUN

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN DIMENSI INDIVIDUALITY DAN CONNECTEDNESS DALAM POLA RELASI REMAJA-ORANG TUA PADA REMAJA YANG

Transkripsi:

STUDI MENGENAI HUBUNGAN ANTARA POLA ATTACHMENT AYAH-ANAK PEREMPUAN DENGAN KAPASITAS INTIMACY WANITA TERHADAP LAWAN JENIS PADA MASA DEWASA AWAL SANTI LESTARI SIDJABAT ABSTRAK Pola relasi yang individu peroleh pada masa awal kehidupan dapat menjadi acuan bagaimana pola relasi individu pada masa dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara pola attachment ayah-anak perempuan dengan kapasitas intimacy wanita terhadap lawan jenis pada masa dewasa awal. Subyek penelitian (N=195) adalah wanita dengan usia 18 hingga 25 tahun, tinggal bersama ayah saat berusia 0-18 bulan hingga minimal 18 tahun, dan pernah atau sedang berada dalam relasi pacaran. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif non-experimental dengan bentuk studi korelasional. Kuisioner Pola Attachment Ayah-Anak Perempuan dan kuisioner Kapasitas Intimacy menjadi alat ukur dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola attachment ayah-anak perempuan dengan kapasitas intimacy wanita terhadap lawan jenis pada masa dewasa awal namun berdasarkan penyebaran data terdapat perbedaan. Mayoritas subyek penelitian berada pada kategori secure attachment dan memiliki kapasitas intimacy tinggi (60,51%) dan cenderung tinggi (34,38%). Terdapat sebaran data sebanyak 5,11% pada subyek penelitian dengan kategori pola attachment dan kapasitas intimacy berbeda. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain pengalaman menjalin relasi dengan lawan jenis, pemaknaan akan ayah, pemaknaan akan pacar, dan relasi pacaran. Kata kunci: pola attachment, ayah-anak perempuan, kapasitas intimacy

PENDAHULUAN Relasi yang dijalin oleh individu terus berlangsung dinamis seiring dengan tugas perkembangan dalam tiap tahap perkembangan. Salah satu tahap perkembangan manusia ialah dewasa awal. Menurut Arnett (2004) tahap ini berada pada rentang usia 18-25 tahun. Tahap perkembangan pada masa ini menurut Erikson ialah intimacy versus isolation. Individu pada masa ini mengeksplorasi diri dalam hal pendidikan, pekerjaan, juga percintaan. Orlofsky (1993, dalam Schraf, 2001) menggunakan istilah kapasitas intimacy untuk menggambarkan kemampuan individu dalam menjalin relasi interpersonal yang bersifat pribadi dengan individu lain. Interaksi dengan orang lain terus akan berjalan dan tidak lepas dari individu karena manusia adalah makhluk sosial. Layder (2009) menyebutkan bahwa wanita memiliki ketertarikan lebih dalam menjalin relasi dengan orang lain. Pola relasi dengan lawan jenis yang wanita terima pertama kali berasal dari interaksinya dengan orang tua, terutama dengan ayah. Pola attachment yang dibentuk oleh orang tua menjadi modal dasar bagi anak ketika menjalin relasi dan berinteraksi dengan dunianya (Bowlby, 1973 dalam Pajer, 2006). Pola attachment adalah perilaku attachment orang tua atau figur pengasuh utama, yang dibedakan berdasarkan dimensi support dan eksplorasi. Berdasarkan dua dimensi tersebut terbentuk empat pola attachment yaitu secure attachment yang terdiri atas dimensi support dan eksplorasi yang tinggi, asserting independence terdiri atas support yang rendah dan ekplorasi yang tinggi, submitting to demands terdiri atas dimensi support yang tinggi namun rendah di dimensi eksplorasi, dan anxious and ambivalent terdiri atas dimensi support dan eksplorasi yang rendah. Individu dengan secure attachment mendapatkan support dan ekplorasi yang tinggi dari ayah. Ayah menjadi sosok yang memberi respon positif, bersikap sensitif, dan hadir (ada) bagi individu. Ayah mendorong individu untuk mengambil inisiatif secara mandiri,

membantu individu percaya diri dan mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Individu tumbuh menjadi pribadi yang mudah untuk bergaul, percaya diri, mampu menjalin relasi yang dekat dan nyaman dengan orang lain, termasuk lawan jenis. Individu dapat merasa aman juga nyaman ketika menjalin relasi dengan orang lain dan tetap dapat menjadi pribadi yang mandiri. Individu dengan submitting to demands mendapatkan support yang tinggi namun ekplorasi yang rendah dari ayah. Individu menilai bahwa ayah adalah sosok yang memberi respon positif, bersikap sensitif dan juga hadir bagi individu namun tidak sepenuhnya memberi dorongan bagi individu untuk mengambil inisiatif, membentuk kepercayaan diri individu, dan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Individu tumbuh menjadi pribadi yang mampu menjalin relasi dengan orang lain namun cenderung untuk menyerah pada keinginan dan tujuan pribadi. Individu menyesuaikan diri pada keinginan orang lain yang lebih kuat atau memiliki otoritas. Individu dengan asserting independence attachment mendapatkan support yang rendah namun ekplorasi yang tinggi dari ayah. Ayah dinilai sebagai sosok yang memberi dorongan bagi individu untuk mengambil inisiatif, membentuk kepercayaan diri atas individu, dan mendorong individu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri namun ayah tidak bersikap sensitif, hadir, juga memberi respon positif bagi individu. Individu tumbuh menjadi pribadi yang mampu untuk menyatakan apa yang menjadi tujuan dan keinginannya sendiri, namun terkadang tidak menjadikan tujuan dan atau keinginan orang lain sebagai pertimbangan. Individu dengan anxious and ambivalent attachment mendapatkan support dan ekplorasi yang rendah dari ayah. Ayah cenderung tidak begitu bersikap sensitif, memberi respon positif, juga hadir bagi individu. Ayah juga cenderung tidak mendorong individu untuk mengambil inisiatif atas dirinya, juga cenderung tidak mendorong individu untuk memiliki rasa percaya diri. Individu berada pada situasi dimana dukungan terhadap eksplorasi tidak diberikan, dan ekplorasi yang dilakukan tidak didukung. Hal ini membentuk individu

menjadi pribadi yang memiliki keinginan besar untuk mencari kasih sayang. Perilakunya cenderung reaktif terhadap lingkungan, dan cara yang dilakukan kemungkinan dapat membuat orang lain mundur meski sebenarnya yang ia cari adalah perhatian. Kemampuan seseorang untuk menjalin relasi interpersonal yang bersifat pribadi dengan orang lain disebut juga sebagai kapasitas intimacy. Kapasitas intimacy diukur melalui tiga dimensi, yaitu closeness, separateness, dan commitment (Scharf, 2001). Closeness terkait dengan bagaimana individu berbagi mengenai kekhawatiran, permasalahan, dan urusan pribadi mereka dengan orang lain; terbuka mengenai perasaan baik positif maupun negatif; memberi perhatian kepada orang lain. Separateness terkait dengan menjaga ketertarikan terhadap hal yang bersifat pribadi sambil memberi perhatian pada kebutuhan dan keinginan orang lain; menghargai kemandirian orang lain, saat mereka tidak berada di dekat kita. Commitment terkait dengan durasi menjalani hubungan, perencanaan ke depan mengenai hubungan; kualitas dari hubungan, bagaimana menjaga hubungan. Kapasitas intimacy dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu : tinggi, cenderung tinggi, cenderung rendah, dan rendah. Pada kategori tinggi, penekanan pada kategori ini adalah adanya dimensi closeness dan separateness pada individu. Artinya individu dengan kategori tinggi mampu mendekatkan diri pada lawan jenis namun tetap dapat menjaga minat pribadinya dan menghargai kebebasan individu lain. Kategori kedua yaitu cenderung tinggi dengan penekanannya adalah adanya dimensi closeness pada individu, artinya individu mampu mendekatkan diri dengan lawan jenis. Kategori ketiga yaitu cenderung rendah dengan menekankan adanya dimensi closeness yang bernilai rendah. Keempat, kategori rendah terjadi ketika dimensi closeness, separateness, dan commitment sangat rendah melebihi kategori sebelumnya. Individu pada kategori ini akan sangat menghindari relasi sosial terutama dengan lawan jenis dan juga tidak memiliki teman sebaya yang dekat.

Cassidy (2001) menyatakan bahwa terdapat empat kunci penting dalam perkembangan kapasitas intimacy : kemampuan untuk mencari perhatian, kemampuan untuk memberikan perhatian, kemampuan untuk merasa nyaman dengan diri yang mandiri, dan kemampuan untuk bernegosiasi. Saat individu memiliki secure attachment, mereka dapat menikmati ketika berada lebih dekat dengan orang lain. Hal ini juga mungkin dapat terlihat melalui kapasitas mereka saat menjalin relasi dekat dengan orang lain, baik sahabat maupun pasangan. Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara pola attachment ayah-anak perempuan dengan kapasitas intimacy wanita terhadap lawan jenis pada masa dewasa awal. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental, yaitu rancangan kuantitatif dimana peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap variabel bebasnya (Christensen, 2007). Rancangan dari penelitian ini adalah metode studi korelasional, yaitu studi yang mencari derajat hubungan antara dua variabel (Christensen, 2007). Partisipan Subyek penelitian ini ialah wanita berusia 18-25 tahun, tinggal bersama ayah saat berusia 0-18 bulan hingga minimal 18 tahun, serta pernah dan atau sedang berada dalam relasi pacaran. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 195 orang. Pengukuran Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dimodifikasi dan disusun oleh peneliti yaitu dalam bentuk kuisioner Alat Ukur Pola Attachment Ayah-Anak Perempuan dan Alat Ukur Kapasitas Intimacy. Alat Ukur Pola

Attachment Ayah-Anak Perempuan dibuat dengan menguraikan dimensi-dimensi yang ada dalam pola attachment yaitu dimensi support dan eksplorasi. Jumlah item yang digunakan pada penelitian ini 52 item. Alat Ukur Kapasitas Intimacy dibuat dengan menguraikan tiga dimensi, yaitu: closeness, separateness, dan commitment. Jumlah item yang digunakan pada penelitian ini 60 item. HASIL Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian ini, diperoleh simpulan bahwa: 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola attachment ayah-anak perempuan dengan kapasitas intimacy wanita terhadap lawan jenis pada masa dewasa awal. 2. Mayoritas subyek penelitian memiliki kategori secure attachment dengan kapasitas intimacy tinggi (60,51%) dan subyek penelitian dengan kategori kapasitas intimacy cenderung tinggi (34,38%). Hal ini mengartikan bahwa terdapat indikasi bagaimana ayah memberikan memberikan support melalui respon positif, bersikap sensitif, hadir, dan eksplorasi melalui mendorong individu untuk memiliki inisiatif dan mengambil keputusan sendiri memiliki kaitan dengan bagaimana individu bersikap terbuka dalam menjalin kedekatan (closeness) dengan lawan jenis 3. Terdapat sebaran data (5,11%) dengan kombinasi kategori pola attachment dan kapasitas intimacy yang berada pada kategori tinggi, cenderung tinggi, dan cenderung rendah. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lain dapat menentukan bagaimana individu menjalin relasi dengan lawan jenis pada masa dewasa awal. Faktor tersebut antara lain pengalaman menjalin relasi dengan lawan jenis, pemaknaan akan ayah, pemaknaan akan pacar, dan relasi pacaran.

DAFTAR PUSTAKA Amelia, Mia. 1999. Hubungan Antara Pola Attachment dan Kualitas Persahabatan Remaja. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran: Jatinangor. Bowlby, John. 1988. A Secure Base : Parent-Child Attachment and Healthy Human Development. Basic Books, Inc : USA Arnett, Jeffrey Jensen. 2004. Emerging Adulthood : The Winding Road From the Late Teens Through the Twenties. Oxford University Press: New York. Ebook, available at : http://gen.lib.rus.ec (diakses pada April 2014) Cassidy, Jude. 2008. Handbook of Attachment 2nd Edition. The Guilford Press : New York. Ebook, available at : http://gen.lib.rus.ec (diakses pada April 2014) Cassidy, Jude. 2001. Truth, Lies, and Intimacy: An Attachment Perspective. Attachment & Human Development Vol 3 No 2 September 2001. Christensen, Larry B. 2007. Experimental Methodology 10 th edition. Pearson Education Inc. : New York. Djaelani, Ashri Aliefah Muthmainnah. 2012. Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dengan Kapasitas Intimacy Terhadap Lawan Jenis Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Usia 20-22 Tahun. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran : Jatinangor Edwards, Melanie. 1998. The Relationship Between Father Communication and Daughter Self Esteem. ProQuest Dissertation and Theses. Available at: http://www.proquest.com (diakses pada 3 Maret, 2014) Farb, Mary Lou. 1998. Adult Women s Perceptions of How The Father-Daughter Attachment Relates to Their Current Levels of Self-Esteem: A Phenomenological Study. ProQuest Dissertation and Theses. Available at: http://www.proquest.com (diakses pada Desember, 2013) Finley, Kari. 2011. Father-Daughter Attachment and Relationship Self Efficacy in Romantic Relationship. Dissertation : Walden University. Available at: http://www.proquest.com (diakses pada April, 2013) Hayes, Sarah. 2001. The Association Between Daughters Relationship with Their Fathers on Self-Esteem and Attachment. ProQuest Dissertation and Theses. Available at: http://www.proquest.com (diakses pada 3 Maret 2014)

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Erlangga : Jakarta. Layder, Derek. 2009. Intimacy and Power. Palgrave Macmillan : UK. McKay, Matthew., Fanning, Patrick. 1992. Self Esteem: Second Edition. New Harbinger Publications, Inc : Oakland. Kubit, Wendy Ann. 1999. Impact of The Father-Daughter Relationship on Adults Females Self Esteem and Romantic Relationships. ProQuest Dissertation and Theses. Available at: http://www.proquest.com (diakses pada 3 Maret 2014) Marcia, James E., et.al. 1993. Ego Identity : A Handbook For Psychosocial Research. Springer-Verlag : New York. Newland, Lisa A., Freeman, Harry S., Coyl, Diana D. 2011. Emerging Topics on Father Attachment. Routledge: Milton Park. Pajer, Danielle. 2006. Intimacy and Female Friendship:The Roles of Attachment Style, Interpersonal Trust and Negative Mood Regulation. ProQuest Dissertation and Theses. Available at: http://www.proquest.com (diakses pada April, 2013) Papalia, Diane E., et.al.. 2007. Adult Development and Aging 3rd Edition. Mc-Graw-Hill : New York. Purwandari. 1993. Pengaruh Pola Attachment Terhadap Relasi Afeksional Dengan Pasangan Dalam Pernikahan. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran : Bandung. Santrock. John W. 2003. Adolescence, 6th ed. Erlangga : Jakarta. Schraf, Miri & Ofra Mayseless. 2001. The capacity for romantic intimacy: exploring the contribution of best friend and marital and parental relationships. The Association for Professionals in Services for Adolescents, University of Haifa, Mount Carmell, Haifa Israel 31905. Schraf, Miri & Ofra Mayseless. 2007. Adolescents Attachment Representations and Their Capacity for Intimacy in Close Relationship. Journal Of Research On Adolescence, 17(1), 23-50: Society for Research on Adolescence. Tauran, Petra. 2014. Hubungan Antara Body Image dengan Kapasitas Intimacy Terhadap Lawan Jenis Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran : Jatinangor.