didik. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa diharuskan aktif- mencari sendiri dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada kurikulum ini siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pada pembelajaran. Sikap antisipasi dari para

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS KARTU DOMINO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP HITUNG CAMPURAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SD. Oleh Fivi Nuraini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam. Sahara, 2009: 1), untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah sebagai komponen

BAB I PENDAHULUAN. tantangan tersebut. Salah satu bentuk kreativitas seorang pendidik dapat. peserta didik dengan peserta didik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

ENDAH NENI MASTUTI A

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Saling temas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Standar Kompetensi (SK) dan KompetensiDasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Menurut Permendikbud No 57 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Dasar, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta

2 didik. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa diharuskan aktif- mencari sendiri dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada kurikulum ini siswa diharapkan dapat menerapkan pembelajaran yang dilakukan kedalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menurut Wisudawati W A dan Sulistyowati E (2014: 22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang factual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya. Menurut Susanto (2013: 167) Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaranpenalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Menurut Trianto (2010: 141) IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Berdasarkan Permendiknas dan Permendikbud serta pendapat yang dinyatakan oleh Wisudawati W A dan Sulistyowati E (2014: 22), Susanto (2013: 167), Trianto (2010: 141) mengenai hakikat IPA mempunyai persamaan yang menekankan pada pendekatan saintifik karena siswa dituntut untuk dapat menemukan sendiri informasi / aktif dalam kegiatan pembelajaran yang disampaikan. Selain itu dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat memahami mengenai konsep-konsep, penalaran- penalaran yang ilmiah berdasarkan penemuan secara langsung dan ilmiah. Sedangkan dari beberapa definisi mengenai hakikat IPA dapat dipahami bahwa IPA merupakan pengetahuan mengenai gejala-gejala alam, fenomena alam, sebab dan akibatnya yang diperoleh oleh manusia melalui pengamatan dan penalaran- penalaran yang ilmiah untuk memahami mengenai alam semesta. Ranah kompetensi pada pembelajaran IPA adalah kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Pembelajaran IPA dilakukan dengan cara yang sesuai dengan hakikatnya. Dalam pembelajaran IPA, siswa harus ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran karena

3 pembelajaran IPA akan tercapai dengan baik apabila siswa mendapatkan pengalaman langsung atau pengalaman nyata. Dalam kegiatan proses belajar IPA siswa tidak bisa hanya mendengarkan saja apa yang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain siswa harus bisa membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Susanto (2013: 95) pengetahuan pembelajaran IPA yang bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau dengan membaca buku tentang orang lain, melainkan harus memahami dan mengkontruksikan sendiri pengalamannya. Dengan hal itu pembelajaran IPA harus menggunakan model pembelajaran yang bersifat kontruktivisme dan saintifik. Pembelajaran IPA yang dilakukan akan menghasilkan suatu hasil yang berupa hasil belajar. Menurut Nana Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam pembelajaran IPA salah satu aspek yang dinilai adalah berupa pengetahuan (kognitif) dari siswa hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui hasil belajar siswa. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan bantuan model pembelajaran untuk mengukur pengetahuan siswa. Dengan hal inilah yang menjadi dasar sebagai objek penelitian yang akan dilakukan. Pada kenyaatannya hasil belajar IPA siswa di beberapa sekolah di indonesia masih kurang dari yang diharapkan oleh pemerintah. Seperti saat saya melakukan Praktek di SD nilai IPA yang diperoleh siswa kelas 4 yang berjumlah 52 hanya 9 anak yang dapat memperoleh nilai diatas KKM. Dalam hal ini guru kelas 4 SD sudah berupaya untuk membuat siswa dapat mencapai hasil yang memuaskan dengan cara menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar, video serta sudah memberikan model pembelajaran jigsaw, make a macth, example non example dan masih banyak lagi. Dari segi dampak prosesnya pembelajaran yang dilakukan dengan stategi model pembelajaran kegiatan belajar mengajar menjadi aktif. Kemudian dari segi hasil belajar siswa memang sudah terdapat peningkatan hasil belajar siswa tetapi belum terlalu berpengaruh yang signifikan. Pada SD dengan jumlah siswa 34 hasil belajar IPA siswa kelas 4 masih rendah atau kurang dari yang diharapkan,terbukti nilai dari 34 siswa nilai tertinggi

4 86, nilai terendah 54,nilai rata-rata yang didapatkan siswa kelas 4 sebesar 67 dengan nilai KKM 63. Upaya yang sudah dilakukan oleh guru kelas 4 adalah dengan menggunakan model pembelajaran STAD, tutor sebaya dan masih banyak lagi akan tetapi pada kenyataannya massih banyak anak yang belum mencapai batas KKM. Pada proses pembelajaran anak yang pintar sering kali hanya berkumpul dengan anak yang pintar juga ini menimbulkan anak-anak yang kurang menguasai materi atau rendah menjadi lebih malas dalam pembelajaran hal ini terkadang mendorong guru untuk memikirkan cara lain bagaimana agar siswa dapat memperoleh nilai yang baik. Upaya dapat memperbaiki hasil belajar IPA di sekolah diperlukan beberapa cara yaitu dengan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Cara lain dengan memberikan alternatif pilihan / melegitemasi / dasar kuat bagi guru untuk memilih pendekatan, model, metode pembelajaran melalui sebuah penelitian eksperimen, bahkan apabila memungkinkan akan dilakukan penelitian pengembangan tentang model, metode pembelajaran. Penelitian PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dari siswa, sedangkan eksperimen adalah penelitian yang berawal dari keragu-raguan dari suatu model pembelajaran mana yang lebih efektif dalam kegiatan pembelajaran, lalu apabila pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian eksperimen mengenai model pembelajaran, karena banyak guru yang merasa kesulitan untuk memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran antara lain Jigsaw, Think Pair Share, Example Non Example, TGT (Teams Games Tournament), NHT (Numbered Heads Together), Picture and Picture, STAD, Two-Stay Two-Stay, Role Playing, Pair Check, Problem Based Learning, Project Based Learning dan masih banyak lagi. Pada hakikatnya IPA menekankan pada pembelajaran secara saintifik yang menuntut siswa untuk berpikir ilmiah, kemampuan berpikir ilmiah dapat

5 ditumbuhkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning. Hosnan (2014 : 295) menyatakan PBL (Problem Based Learning) ialah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran pada suatu masalah autentik sehingga siswa bisa merangkai pengetahuannya sendiri,mengembangkan keterampilan yang lebih tinggi, membuat siswa lebih mandiri dan membuat siswa percaya diri. Model pembelajaran ini mencirikan penggunaan masalah dalam kehidupan nyata sebagai yang harus dipelajari siwa agar melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan hal-hal penting. Pada pembelajaran ini guru tidak memberikan banyak informasi melainkan siswa diharapkan dapat memecahkan masalah sendiri dengan cara berpikir kritis. Dalam kegiatan pembelajaran ini perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang berbasis masalah sehingga mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah dengan sendiri. Sedangkan menurut Hosnan (2014 : 319) Project Based Learning atau model pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pada model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas seacara nyata. Dalam pembelajaran ini siswa mengembangkan dan mencari sendiri yang dilakukan secara kelompok maupun individu sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan riset mereka. Pada model pembelajaran ini strategi yang diterapkan adalah melalui proyek sebagai sarana untuk pembelajaran agar mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kegiatan siswa menjadi penenkanan dalam kegiatan pembelajaran ini. Strategi pembelajaran ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja secara

6 mandiri maupun berkelompok dalam mengkontruksi produk autentik yang bersumber dari masalah yang dialami pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan definisi mengenai PBL (Problem Based Learning) dan PjBL (Project Based Learning) di atas, pada hakikatnya kedua model pembelajaran tersebut menekankan pada pemecahan suatu masalah, namun pada model pembelajaran PBL lebih mendorong pendidik dalam kegiatan yang memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data, dan anaalisis data, sedangkan pada model pembelajaran PjBL lebih mendorong pendidik dalam kegiatan desain: merumuskan job, merancang, mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan, dan mengevaluasi hasil. Beberapa peneliti yang terlebih dahulu berhasil membuktikan bahwa model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan PjBL (Project Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar dari siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Prametasari, Merinda menunjukan ada efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ( Problem Based Learning) pada mata pelajaran IPA siswa Kelas 5, dengan adanya perbedaan rata-rata dari hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan perolehan rata-rata nilai tes siswa kelas kontrol lebih rendah daripada rata-rat nilai tes siswa kelas eksperimen, yaitu 74,53 < 83,38 dengan perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 8,851. Perbedaan tersebut ditinjau dari ke signifikannya nampak t hitung > t tabel (3.201 > 1.674) dengan taraf signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05. hal tersebut terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen di SD Gugus Hasanudin Salatiga. Penelitian yang dilakukan oleh Chitika, Prisky. 2012. Menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dengan hasil penelitian nilai t hitung > t tabel (5.345 > 4,660). Signifikansi (0,000 < 0,005). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak berarti H a diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas SD Negeri 3 Jepon Semester II tahun ajaran 2011/2012.

7 Penelitian yang dilakukan oleh Nugraeni, Veronica Yasinta pada tahun 2013 menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD Negeri 01 Gandulan semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Terbukti dengan hasil yang diperoleh siswa dalam pra siklus 11 siswa (52,38%) belum tuntas KKM dan 10 siswa (47,62%) sudah mencapai KKM. Dan setelah adanya penelitian pada siklus I dengan menerapkan Pendekatan Kontektual Melalui Project Based Learning siswa mengalami peningkatan, 5 siswa (23,8%) belum tuntas KKM dan 16 siswa (72,2%) siswa sudah tuntas KKM. Dan hasil dari siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%) belum tuntas KKM dan 19 siswa (90,5%) tuntas KKM. Berdasarkan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dia atas menimbulkan keragu-raguan peneliti antara model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) atau PjBL (Project Based Learning) yang lebih cocok digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA SD. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan Project Based Learning). Penelitian yang akan dilakukan berjudul Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Menggunakan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan PjBL (Project Based Learning) Gugus Joko Tingkir Salatiga 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: Apakah terdapat perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA siswa Kelas 4 SD menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) di Gugus Joko Tingkir Salatiga. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA siswa Kelas 4 SD menggunaan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dengan Model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning di Gugus Joko Tingkir Salatiga.

8 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas diperoleh manfaat daripenelitian yang akan dilakukan yaitu: 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan PjBL (Project Based Learning). 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru : 1) Memberi dorongan kepada guru untuk lebih aktif dan inovatif lagi dalam proses kegiatan pembelajaran. 2) Membantu guru dalam menyampaikan proses pembelajaran. 3) Pandangan baru kepada guru untuk bisa mengetahui keunggulan pengunaan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan PjBL (Project Based Learning). b. Bagi Peneliti selanjutnya 1) Dapat di gunakan sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran PBL dan PJBL