BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. sekunder berupa citra Magnetic Resonansi Image (MRI) yang diperoleh dari

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium

Disusun oleh: Aziza Ratna Kumala

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI STADIUM KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia.

BAB III PEMBAHASAN. Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN), prosedur pembentukan model

DETEKSI DINI KANKER PARU DENGAN MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK (FRBFNN) DAN HIGH FREQUENCY EMPHASIS FILTER SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN. 1. Arsitektur Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) Fuzzy Radial Basis Function Neural Network (FRBFNN) merupakan

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal

Prediksi Nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi Menggunakan Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) dengan Metode Fuzzy C-Means Clustering

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN MODEL BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DAN PREPROCESSING CITRA DENGAN OPERASI SPASIAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian ini diantaranya mengenai kanker payudara, penelitian-penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

BAB II KAJIAN TEORI. di antaranya mengenai kanker payudara (breast cancer), konsep dasar Neural

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan

Pendahuluan. Desain & Implementasi. Uji coba & Evaluasi. Kesimpulan

BAB II KAJIAN TEORI. Pengolahan Citra Digital, Ekstraksi Fitur Citra, Artificial Neural Network, SOM. Berikut adalah hal-hal mengenai Kanker Paru:

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA DARI CITRA MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL FUZZY NEURAL NETWORK

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

BAB II KAJIAN TEORI. terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), kanker

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. berasal atau tumbuh di dalam struktur usus besar (kolon) dan atau rectum. Kanker

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik pada Citra CT-Scan Otak Vinny Marita a, Nurhasanah a*, Iklas Sanubary a

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

Ektraksi Fitur Citra Paru-Paru Menggunakan Gray Level Co-ocurance Matriks

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. diatur di dalam otak sebagai pengendali utama tubuh manusia. Otak manusia

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Architecture Net, Simple Neural Net

Atthariq 1, Mai Amini 2

Deteksi Kanker Serviks ( Carsinoma Serviks Uteri ) pada Citra Hasil Rekaman CT-Scan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

BAB I PENDAHULUAN. saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara

Identifikasi Jenis Buah Jeruk Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit

Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Untuk Mengukur Efektivitas Produksi Berdasarkan Permintaan Pelanggan Dengan Metode Radial Basis Function

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN :

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

IMPLEMENTASI METODE BERBASIS MULTISCALE FEATURE EXTRACTION UNTUK SEGMENTASI PEMBULUH DARAH CITRA RETINA RED-FREE DAN FLUORESCEIN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Klasifikasi Tingkat Keparahan Non- ProliferativeI Diabetic Retinopathy Bedarsarkan Hard Exudate Menggunakan Extreme Learning Machine

KLASIFIKASI FUZZY UNTUK DIAGNOSA KANKER SERVIKS

BAB II KAJIAN TEORI. kanker. Kanker yang tumbuh pada payudara disebut kanker payudara.

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Lampiran 1. Citra Mammogram Data Training. Citra Mammogram Hasil Pemotongan Asli dan Menghilangkan Background. Klasifikasi Asli.

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi Kualitas Pisau Potong Tembakau (CUT CELL) Menggunakan Metode Radial Basis Function (RBF)

PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISA HASIL SISTEM

ALGORITMA FUZZY C-MEANS (FCM) UNTUK PENENTUAN NILAI CENTER RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) PADA KLASIFIKASI DATA PENYAKIT KARIES GIGI

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk diagnosa kanker otak, hasil klasifikasi, dan ketepatan hasil klasifikasinya. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) untuk diagnosa kanker otak Langkah-langkah untuk diagnosa kanker otak mengunakan Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) diantaranya adalah: 1. Pengolahan Citra Pengolahan citra dilakukan pada citra MRI otak yang diperoleh dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Citra MRI otak masing-masing berukuran 1113 x 636 pixel dengan format (JPG). Pada tugas akhir ini, data yang digunakan sebanyak 114 data citra MRI otak yang terdiri dari 57 data citra MRI otal normal dan 57 data citra MRI kanker otak. Pengolahan citra yang dilakukan berupa pemotongan (cropping) citra dan penghilangan background hitam pada citra. Citra hasil proses pemotongan dan penghilangan background dapat dilihat pada lampiran (2) dan (3 ). Pengolahan citra ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Corel PHOTO-PAINT X7. Berikut adalah langkah-langkah pengolahan citra: a. Proses Pemotongan Citra Proses pemotongan citra dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Corel PHOTO-PAINT X7. Proses pemotongan citra dilakukan untuk 6

memperoleh citra otak yang sesuai dan menghilangkan informasi indentitas dari setiap pasien yang akan mempengaruhi hasil ekstraksi. Berikut proses pemotongan citra pada salah satu data citra MRI yakni 2731.jpg: Gambar 4.1 Citra MRI otak sebelum dipotong Gambar 4.2 Citra MRI otak selelah dipotong Dalam proses pemotongan, diusahakan citra tetap berbentuk persegi panjang sesuai dengan bentuk awal citra, namun dalam proses pemotongan ini tidak bisa sesuai dengan pixel awal karena citra akan berubah menjadi lonjong atau informasi pasien masih ada pada citra setelah pemotongan. Sehingga dalam proses pemotongan ini, dilakukan pemotongan berbentuk persegi panjang namun pixelnya diubah menjadi 65 x 55 pixel. 61

b. Proses Penghilangan Background Citra MRI hasil pemotongan masih memiliki background berwarna hitam yang dianggap mempengaruhi hasil dignosa. Proses penghilangan background dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Corel PHOTO-PAINT X7. Sehingga background menjadi berwarna putih dan dapat mengurangi pengaruh pada proses ekstraksi citra. Beikut proses penghilangan background pada citra MRI: Gambar 4.3 Citra MRI sebelum dilakukan penghilangan Background Gambar 4.4 Citra MRI setelah dilakukan penghilangan Background Setelah proses menghilangkan background dilakukan, citra disimpan dengan format JPG dan pixel citra disesuaikan setelah proses pemotongan yakni menjadi 65 x 55 pixel. 62

2. Ekstraksi Citra Setelah melakukan pengolahan citra MRI, langkah selanjutnya adalah melakukan ekstraksi citra. Proses ekstraksi merupakan salah satu karakteristik penting yang digunakan dalam mengidentifikasi objek atau pola citra, karena metode ekstraksi citra yang tepat akan mampu memberikan informasi yang detail tentang kelas suatu citra. Proses ekstraksi citra dapat dilakukan dengan Gray Level Coocurrence Matrix (GLCM). Parameter-parameter hasil ekstraksi citra yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah 14 fitur yang nantinya digunakan sebagai variabel input dalam proses diagnosa. Fitur tersebut yaitu energi, kontras, korelasi, sum of squares, inverse difference moment, sum average, sum variance, sum entropy, entropi, difference variance, difference entropy, probabilitas maksimum, homogenitas dan dismilarity. Proses ekstraksi citra untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut dapat dilakukan dengan bantuan MATLAB R213a. Berikut adalah contoh hasil ekstraksi citra untuk data citra MRI otak 2731.jpg yang ditunjukkan pada Tabel 4.1: Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi Citra 2731.jpg No Fitur Hasil Ekstraksi 1 Energi,292947 2 Kontras,38517 3 Korelasi,978821 4 Sum of Squares 37,66693 5 Inverse difference moment,995588 6 Sum Average 11,5545 7 Sum Variance 115,3538 63

8 Sum Entropy 1,753428 9 Entropi 1,947261 1 Difference Variance,38517 11 Difference entropy,522479 12 Probabilitas Maksimum,554 13 Homogenitas,918169 14 Dissimilarity,192586 Selanjutnya, untuk hasil ekstraksi citra dari 114 data citra MRI secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran (5). 3. Pendefinisian Variabel Input dan Variabel Target Pendefinisian variabel input dan target digunakan sebagai input dan target jaringan. Input berasal dari 14 parameter hasil dari ekstraksi citra menggunakan Gray Level Co-occurance Matrix (GLCM) secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran (3) dan (6), sehingga banyaknya neuron pada lapisan input adalah 14 neuron. Variabel target berasal dari keterangan diagnosa masing-masing citra yakni citra MRI normal dan citra MRI kanker. Target dan output berupa vektor yang mewakili masing-masing diagnosa. Pola target yang digunakan sebagai berikut: Tabel 4.2 Pola Target Vektor Diagnosa Kanker Otak No Diagnosa Vektor Target 1 Normal 2 Kanker 1 64

Hasil diagnosa yang didapatkan merupakan bilangan desimal. Pendiagnosaan dilakukan dengan membulatkan bilangan desimal tersebut dengan kriteria, jika <.5 maka dibulatkan menjadi, sedangkan apabila.5 maka hasil perhitungan dibulatkan menjadi 1. 4. Pembagian Data Input Langkah selanjutnya adalah pembagian data input yang berupa data training dan testing. Pembagian data input dilakukan secara acak ( random). Pada tugas akhir ini yang digunakan untuk data training adalah 9 sampel data dari 114 total sampel data dan data testing yang digunakan adalah 24 sampel data dari 114 total sampel data. Hasil pembagian data input terlampir pada Lampiran (7) untuk data training dan Lampiran (8) untuk data testing. 5. Normalisasi Data Setelah proses pembagian data input, langkah selanjutnya adalah normnalisasi data. Data input dinormalisasi dengan membawa data ke bentuk normal baku, yakni dengan mean/rata-rata = dan standar deviasi = 1. Hasil normalisasi data training dan data testing secara urut masing-masing terlampir pada Lampiran ( 9) dan Lampiran ( 1). Berikut adalah salah satu hasil normalisasi citra 2731.jpg: Tabel 4.3 Hasil Normalisasi Citra 2731.jpg No Fitur Hasil Normalisasi 1 Energi -,2189 2 Kontras -,29747 3 Korelasi,368651 4 Sum of Squares,535738 65

5 Inverse difference moment,229242 6 Sum Average,451897 7 Sum Variance,2615 8 Sum Entropy,841416 9 Entropi,75563 1 Difference Variance -,29747 11 Difference entropy,423728 12 Probabilitas Maksimum,461948 13 Homogenitas -,58674 14 Dissimilarity,29753 6. Pembelajaran Radial Basis Function Neural Network Data training hasil normalisasi digunakan dalam proses clustering. Proses clustering yang digunakan adalah metode k-means clustering. Proses k- means clustering dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak MINITAB sehingga didapatkan pusat masing-masing cluster dan jarak yang digunakan dalam proses RBFNN. Tabel 4.4 merupakan hasil jarak dan pusat clustering dengan 1 cluster. Tabel 4.4 Hasil Jarak dan Pusat Clustering Clus ter Pusat Cluster Jarak X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 1-1,545 1,395-1,31 -,155 -,145 1,114 -,288 2 -,72,737 -,851,636 -,852,869,217 3 1,249 -,949,95 -,437,343 -,699 -,795,667 4 1,159 -,688 1,616-2,13 1,835-1,742-1,87 5 -,536,36 -,669 1,26 -,951,7 1,265 6 -,252,41 -,128 -,265,185,53 -,83 66

7,24 -,49 -,1,448 -,325,11,536 8-1,681 1,467-1,912 1,769-2,14 1,914,969,354 9,713-1,765 1,11 -,263,935-1,25,47 1 -,996,916 -,816,245 -,134,684,621 Clus ter Pusat Cluster Jarak X8 X9 X1 X11 X12 X13 X14 1 -,291 -,29 -,28,113-1,545-1,269 1,542 2,39,1,232 -,811 -,72 -,872,747 3 -,774 -,699 -,74,193 1,249,859-1,25,667 4-1,727-1,675-1,896 1,82 1,159 1,62-1,242 5 1,112 1,2 1,219 -,971 -,536 -,677,558 6 -,158 -,21 -,197,255 -,252 -,69,244 7,593,641,591 -,392,24 -,18 -,187 8,595,56 1,53-2,76-1,681-2,75 1,738,354 9 1,235 1,431,799,831,713 1,146 -,796 1,496,411,433,18 -,996 -,754,981 Hasil jarak dan pusat cluster secara lengkap terlampir pada Lampiran (11). Setelah masing-masing pusat cluster dan jarak didapatkan, selanjutnya dilakukan proses RBFNN dengan menggunakan rbfdesign dan globalridge. Program rbfdesign dan globalridge masing-masing secara urut terlampir pada Lampiran ( 12) dan Lampiran ( 13). Proses RBFNN dilakukan menggunakan MATLAB R213a. 7. Menentukan Jaringan Optimum Proses selanjutnya adalah pengoptimalan jaringan dan pengoptimalan bobot menggunakan persamaan ( 2.52). Jaringan optimum dilakukan dengan menentukan jumlah neuron pada lapisan tersembunyi. Banyaknya neuron 67

pada lapisan tersembunyi yang dapat menghasilkan jaringan optimum adalah neuron yang menghasilkan akurasi terbaik. Dengan menggunakan metode trial and error, beberapa cluster dicoba pada program RBFNN menggunakan MATLAB R213a. Hasil akurasi dari beberapa cluster menggunakan k-means clustering yang dicoba menggunakan MATLAB R213a sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Akurasi dari Beberapa Cluster Hasil Akurasi Jumlah Data Training Data Testing Cluster (%) (%) 2 51,1111 58,3333 3 57,7778 37,5 4 25,5556 33,3333 5 64,4444 7,8333 6 65,5556 58,3333 7 68,8889 75 8 75,5556 7,8333 9 72,2222 7,8333 1 83,3333 91,6667 11 66,6667 79,1667 12 64,4444 7,8333 13 76,6667 7,8333 14 15 Dari cluster yang digunakan pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai akurasi data training dan data testing berpola tidak beraturan. Hasil akurasi data training dan data testing yang terbaik didapatkan dengan cluster 68

sebanyak 1 cluster karena menghasilkan niai akurasi terbesar. Sehingga jaringan dengan 1 cluster merupakan jaringan optimum dengan nilai akurasi data training sebesar 83,3333% dan 91,6667% untuk data testing. Dengan demikian model RBFNN terbaik untuk mendiagnosa kanker otak mempunyai arsitektur 14 neuron pada lapisan input, 1 neuron pada lapisan tersembunyi, dan 1 neuron pada lapisan output. Arsitektur RBFNN jaringan terbaik yang digunakan untuk diagnosa kanker otak dengan 14 neuron pada lapisan input yakni (,,..., ), 1 neuron pada lapisan tersembunyi yakni (,,..., ), dan 1 neuron pada lapisan output yakni ( ) dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut: Lapisan Input Lapisan Tersembunyi Lapisan Output..... ( ) 1 Bias Gambar 4.5 Arsitektur RBFNN untuk Diagnosa Kanker Otak 69

Pada lapisan tersembunyi, fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi aktivasi Gaussian dan fungsi yang diguakan pada lapisan output menggunakan fungsi linear atau identitas. B. Hasil Klasifikasi Arsitektur RBFNN jaringan terbaik terdiri dari 14 neuron pada lapisan input, 1 neuron pada lapisan tersembunyi, dan 1 neuron pada lapisan output. Selanjutnya, penentuan bobot yang dihasilkan dari metode global ridgeregression pada fungsi aktivasi gaussian serta model RBFNN yang didapat. Bobot antara neuron pada lapisan tersembunyi dan neuron pada lapisan output dicari dengan persamaan (2.52) yakni, = ( ) dengan, = parameter regulasi = vektor bobot diagnosa = vektor target diagnosa = fungsi aktivasi neuron tersembunyi = matriks identitas berukuran. Berdasarkan pusat, jarak, dan bobot yang dihasilkan, maka model RBFNN ( ) adalah ( ) = ( ) 7

dengan fungsi aktivasi gaussian, ( ) = exp dengan jarak cluster,. = ;. = ;. =,667;. = ;. = ;. = ;. = ;. =,354;. = ;. =. Dimana = 1, 2,..., 14 Pusat cluster 1:. = 1,54534;. = 1,395237;. = 1,3132;. =,15578;. =,14569;. = 1,11482;. =,28856;. =,29168;. =,2997;. =,2857;. =,113831;. = 1,54534;. = 1,26924;. = 1,54259. Hasil cluster secara lengkap terlampir pada Lampiran (11). Bobot ( ): = 1,7646; = 2,7443; = 2,1944; = ; =,7784; =,42; =,44; =,2819; =,659; = 1,1516; dengan bobot bias =,5494 71

Perhitungan fungsi aktivasi gaussian untuk data 2731.jpg sebagai berikut: ( ) = ( ) = (,2974 ( 1,5453)) (,297 ( 1,313)) (,755 (,1456)) (,4619 (,2885)) (,4518 (,299)) (,8414,1138) (,4237 ( 1,269)) (,2974 (,729)) (,297 (,8519)) (,755 (,8523)) (,4619,272) (,2615,2325) (,2974 (,729) (,2292,7472) (,3686 1,3952) (,218 (,1557)) (,5867 1,1148) (,5357 (,2916) (,2615 (,285)) (,2974 ( 1,5453)) (,2292 1,542) (,3686,7372) (,218,6367) (,5867,8694) (,5357,398) (,8414 (,8112) (,4237 (,8726) =,3436 =,29498 (,4518,1) 72

( ) = ( ) = (,2974 1,2495),667 (,297,957),667 (,755,3431),667 (,4619 (,7956)),667 (,4518 (,6992)),667 (,8414,19399),667 (,4237,85966),667 = 8,8343 16 (,2974 1,1597) (,297 1,6168) (,755 1,8359) (,3686 (,9497)),667 (,218 (,43726)),667 (,5867 (,6996)),667 (,5357 (,7748),667 (,2615 (,742)),667 (,2974,8596),667 (,2292 ( 1,256)),667 (,3686 (,6887)) (,218 ( 2,13)) (,5867 ( 1,742)) (,4619 ( 1,872)) (,5357 ( 1,7275) (,4518 ( 1,6751)) (,2615 ( 1,8968)) (,8414 1,827) (,2974 1,1597) (,2292 ( 1,2426)) = (,4237 1,622) 73

( ) = ( ) = (,2974 (,536)) (,297 (,6693)) (,755 (,9516)) (,4619 1,2653) (,2615 1,219) (,3686,367) (,218 1,268) (,5867,73) (,5357 1,1126) (,8414 (,9713)) (,2974 (,536)) (,4237 (,677)) (,2292,558) (,2974 (,25253)) (,297 (,1287)) (,755,1854) (,4619 (,839)) (,4518 (,217)) (,8414,2558) (,4237 (,69)) =,13339 (,3686,416) (,218 (,2658)) (,5867,539) (,5357 (,1587)) (,2615 (,1976)) (,2974 (,2525)) (,2292,2448) (,4518 1,25) =,53851 74

( ) = (,2974,2418) (,3686 (,498)) (,297 (,19)) (,755 (,3258)) (,218,4487) (,5867,113) (,4619,5368) (,5357,5934) (,4518,6417) (,2615,5918) (,2974,241) (,8414 (,3924)) (,4237 (,18)) (,2292 (,1874)) =,65251 ( ) = (,2974 ( 1,681)),354 (,3686 1,4672),354 (,297 ( 1,9126)),354 (,755 ( 2,144)),354 (,218 1,7697),354 (,5867 1,9143),354 (,4619,9694),354 (,5357,5956),354 (,4518,568),354 (,2615 1,531),354 (,8414 ( 2,76)),354 (,2974 ( 1,6811)),354 (,4237 ( 2,754)),354 (,2292 1,7385),354 = 1,829 161 75

( ) = ( ) = (,2974,7138) (,297 1,111) (,755,9351) (,4619,476) (,2615,7999) (,4237 1,1467) (,2974 (,996)) (,297 (,8165)) (,755 (,1344)) (,4619,6219) (,2615,4337) (,3686 ( 1,7655)) (,218 (,2633)) (,5867 ( 1,251)) (,5357 1,2358) (,8414,831) (,2292 (,7962)) (,3686,91622) (,218,2457) (,5867,6847) (,5357,4961) (,8414,187) (,2974 (,996)) (,4237 (,7544)) (,2292,9813) =,1714 (,4518 1,4315) (,2974,7138) =,12449 (,4518,4114) Hasil perhitungan fungsi aktivasi gaussian pada model RBFNN secara lengkap terlampir pada lampiran (14). Berdasarkan hasil perhitungan nilai fungsi aktivasi gaussian, dilakukan perhitungan untuk menentukan hasil diagnosa menggunakan persamaan (2.25). ( ) =,29498 (1,7646) (,3436 ( 2,7447)) (8,8343 16 ( 2,19377)) ( ),13339 (,7783),5385 (,4196) (,6525 (,4399)) (1,829 161 (,281649)),12449 (,659),17147 (1,15159) (1,54935) =,692947 76

Hasil perhitungan diagnosa secara lengkap terampir pada lampiran (16). Berikut hasil diagnosa data 2731.jpg yang dibulatkan sesuai dengan kriterianya. Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Diagnosa secara Manual Output Perhitungan Manual Pembulatan Status Output,692947 1 Kanker Sedangkan berikut merupakan hasil diagnosa data 2731.jpg yang diselesaikan menggunakan bantuan MATLAB R213a, yakni Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Diagnosa menggunakan MATLAB R213a Output Perhitungan Pembulatan Status Output,6929 1 Kanker Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7, hasil output untuk diagnosa data 2731.jpg nilainya hampir mendekati sama. Sehingga perhitungan data yang lainnya dilakukan dengan bantuan MATLAB R213a. Hasil pembulatan diagnosa secara lengap terlampir pada lampiran (17). Berdasarkan lampiran (17), dapat dihitung ketepatan hasil diagnosa kanker otak dengan model RBFNN. C. Ketepatan Hasil Klasifikasi Ketepatan hasil klasifikasi/diagnosa dapat dihitung berdasarkan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi. Nilai akurasi telah diketahui melalui program MATLAB yang telah dilakukan sebelumnya, selanjutnya untuk 77

menghitung nlai sensitivitas dan nilai spesifitas, ditentukan terlebih dahulu nilai True Positive (TP), True Negative (TN), False Positive (FP), dan False Negative (FN). Berikut Jumlah hasil diagnosa kanker otak menggunakan RBFNN. Tabel 4.8 Jumlah Hasil Diagnosa Kanker Otak Menggunakan RBFNN Target Normal Hasil Diagnosa Abnormal Jumlah Normal 37(TN) 8(FP) 45 Data Training Abnormal 7(FN) 38(TP) 45 Jumlah 9 Normal 1(TN) 2(FP) 12 Data Testing Abnormal (FN) 12(TP) 12 Jumlah 24 Jumlah Data Training dan data Testing 114 Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dihitung sensitivitas dan spesifisitas hasil diagnosa model RBFNN dengan persamaan (2.55) dan persamaan (2.56) sebagai berikut: 1. Data Training a) Sensitivitas = 1% = 1% = 84,4444% b) Spesifisitas = 1% = 1% = 82,2222% 2. Data Testing a) Sensitivitas = 1% = 1% = 1% 78

b) Spesifisitas = 1% = 1% = 83,3333% Pada data training, nilai sensitivitas 84,4444% artinya untuk pasien yang memiiki kanker otak kemungkinan model RBFNN mendiagnosa dengan tepat adalah sebesar 84,4444%. Sedangkan nilai spesifisitas 82,2222% artinya untuk pasien yang tidak memiliki kanker otak kemungkinan model RBFNN mendiagnosa dengan tepat sebesar 82,2222%. Nilai akurasi pada data training 83,3333% artinya hasil diagnosa dengan model RBFNN akurat sebesar 83,3333%, baik untuk pasien yang tidak memiliki kanker otak (normal), maupun pasien yang memiliki kanker otak. Pada data testing, nilai sensitivitas 1% artinya untuk pasien yang memiiki kanker otak kemungkinan model RBFNN mendiagnosa dengan tepat adalah sebesar 1%. Sedangkan nilai spesifisitas 83,3333% artinya untuk pasien yang tidak memiliki kanker otak kemungkinan model RBFNN mendiagnosa dengan tepat sebesar 83,3333%. Nilai akurasi pada data testing 91,6666% artinya hasil diagnosa dengan model RBFNN akurat sebesar 91,6666%, baik untuk pasien yang tidak memiliki kanker otak (normal), maupun pasien yang memiliki kanker otak. 79