ANALISI DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU GILI LABAK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni 1, Mahfud Efendy 2 1 Program Studi Ilmu Kelautan /Universitas Trunojoyo Madura, PO BoX 2 Kamal, Indonesia. Email: firmanfaridmuhsoni@gmail.com 2 Program Studi Ilmu Kelautan /Universitas Trunojoyo Madura, PO BoX 2 Kamal, Indonesia. Email: mahfudfish@gmail.com Abstrak - Pulau Gili labak merupakan salah satu Pulau yang ada di Kabupaten Sumenep. Pulau ini mempunyai potensi ekowisata yang besar. Tujuan penelitian ini untuk pemetaan parameter fisik Pulau Gili Labak dan analisis daya dukung pemanfaatan untuk pulau Gili Labak. Penelitian ini menggunakan metode pemodelan Sistem Informasi geografis untuk kesesuaian ekowisata dengan pendekatan model indeks. Hasil penelitian mendapatkan luas terumbu karang di Pulau Gili Labak mencapai 66,38 ha. Kondisi terumbu karang diukur dengan menggunakan metode Transek Foto Bawah air mendapatkan untuk karang hidup 48,7 % dan karang mati 51,3 %. Kondisi suhu air 30,9-31.2 0 C, ph 6,9-7,1, salinitas 30-32 0 / 00, Oksigen terlarut 5,98 8,59 mg/l dan kecerahan 100%. Daya dukung pemanfataan Pulau Gili Labak untuk ekowisata selam 133 orang/hari, untuk ekowisata snorkeling 44 orang/hari dan ekowisata pantai 86 orang/hari.. Kata kunci: Daya dukung kawasan, pulau kecil, ekowisata, Gili Labak. Abstract - Gili Labak Island is one of the islands in Kabupaten Sumenep. This island has the great potential of ecotourism. The aims of this research is for mapping the physics parameter and analysis capacity utilization of Gili Labak Island. This research using the methods of Geographical Information System models for ecotourism suitability with the approach of index models. The results of this research have broad coral reefs in Gili Labak Island reached 66,38 hectares. The coral reefs measured by using the method of Underwater Photo Transect and get the 48,7% data life coral and 51,3% data dead coral. The condition of water temperature is 30,9 31,2 C, ph 6,9 7,1, salinity 30-32 0 / 00, dissolved oxygen 5, 98 8,59 mg/l and brightness 100%. The capacity utilization of Gili Labak Island for submarine ecotourism is 133 persons/day, snorkeling ecotourism is 44 persons/day and beach ecotourism is 86 persons/day.. Keywords: Capacity area, small island, ecotourism, Gili Labak. I. PENDAHULUAN Kabupaten dengan pulau terbanyak di Jawa Timur adalah Kabupaten sumenep, dengan jumlah pulau 126 pulau (48 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni) (Peraturan Bupati Sumenep nomor 11 tahun 2006). Kabupaten Sumenep terdiri dari 25 Kecamatan dan 331 desa. Luas total Kabupaten Sumenep 212.410,2 Ha. Luas kabupaten Sumenep mempunyai terumbu karang dan mangrove terluas di jawa Timur dengan kondisi yang masih baik dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan wilayah Kabupaten Sumenep memiliki potensi sumberdaya alam yang besar yang belum termanfaatkan. Kabupaten Sumenep dengan potensi terumbu karang, mangrove dan jumlah pulau terbesar di Jawa Timur merupakan kabupaten yang mempunyai sumberdaya alam sangat potensial untuk dimanfaatkan (Muhsoni dkk, 2011). Luas mangrove di Kabupaten Sumenep mencapai mencapai 12.558 ha, dengan kondisi kerapatan tajuk lebat 1.719,3 ha (14 %), tajuk sedang 6.407,3 ha (51%) dan tajuk jarang 4.432,3 ha (35 %). Sedangkan Luas terumbu karang di Kabupaten Sumenep mencapai 73.911 ha (Muhsoni, 2015). Jumlah pulau ada 106 pulau, dengan jumlah pulau yang berpenghuni mencapai 48 pulau dan 78 pulau tidak berpenghuni (Muhsoni, 2016). Disisi lain daerah ini juga mempunyai sumberdaya alam minyak bumi dan gas bumi yang sangat besar. Tetapi dalam pemanfaatannya terbukti belum optimal, dan dalam pemanfaatannya belum sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari masih banyak masyarakat Sumenep, terutama masyarakat kepulauan yang perekonomiannnya masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk pemetaan parameter fisik lahan yang akan digunakan 1
untuk pemodelan daya dukung pemanfaatan, menilai daya dukung pulau Gili Labak di Kabupaten Sumenep. II. METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini adalah pemodelan Sistem Informasi geografis untuk kesesuaian ekowisata dengan pendekatan model indeks. Model indeks menggunakan skor untuk setiap kategori yang berbeda dan diterapkan pada data vektor dan raster, tumpang susun menggunakan proses kalkulasi aritmatik penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian (Suharyadi dan Danoedoro, 2004). 2.1. Analisis Pemodelan Sistem Informasi Geografis Pemodelan dengan bobot dan skor dalam penentuan kesesuaian untuk ekowisata dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kriteria Kesesuaian untuk Ekowisata Kriteria Kesesuaian untuk Ekowisata Selam No Parameter Bobot Sesua i 1 Jenis ikan karang (sp) 2 Kecerahan perairan (%) 3 Tutupan Komunitas karang (%) 4 Jenis life-form (sp) Sesuai Bersyarat Tidak sesuai 5 >75 20-75 <20 5 >80 50-80 <50 3 >65 25-65 <25 (tidak ada karang) 3 >10 10-Apr <4 (tidak ada karang) 5 Suhu perairan 3 23-25 26-36 <23 dan (0C) >36 6 Salinitas (0/00) 3 30-36 28-30 <28 dan >36 7 Kedalaman 3 20-21-30 <3 dan >30 karang (m) Mar 8 Kecepatan arus (cm/dt) 1 0-25 26-50 >50 Kriteria Kesesuaian untuk Ekowisata Snorkeling 1 Tutupan karang 5 >67 34-67 <34 hidup (%) 2 Jenis life-form 5 >10 10-Jun <6 (sp) 3 Kecerahan perairan (%) 3 >80 50-80 <50 4 Jenis ikan 3 >50 26-50 <26 karang (sp) 5 Kecepatan arus 3 <0,1 0,1-0,5 >0,5 (cm/dt) 6 Kedalaman 1 3-Jan 5-Mar <1 dan >5 karang (m) 7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 >100 20-100 <20 Kriteria Kesesuaian untuk Ekowisata Pantai 1 Tipe pantai 5 Agak landa u 2 Lebar pantai (m) 3 Kedalaman perairan (m) Sedikit terjal 5 >5 5-Mar <3 5 0-2 5-Feb >5 Terjal 4 Material dasar perairan (m) 5 Kecepatan arus (cm/dt) 6 Kemiringan pantai (derajat) 7 Kecerahan Perairan (%) 8 Penutupan lahan pantai 9 Biota berbahaya 10 Ketersediaaan air tawar (jarak/km) 3 Pasir Pasir berkaran g Berkarang 3 <34 34-51 >51 3 <25 25-45 >45 1 >50 30-50 <30 1 Kelap a, lahan terbu ka 1 Tidak ada Semak belukar Hutan, kawasan pemanfaata n Bulu babi Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu 1 <1 2-Jan >2 (Romadhon, A. 2013) Keterangan : Sesuai = skor 3, sesuai bersyarat = skor 2, tidak sesuai = skor 1 2.2. Penilaian Daya Dukung Kawasan Daya dukung kawasan (DDK) adalah penilaian terhadap suatu kawasan dalam menyediakan ruang untuk pemanfaatan tanpa mengurangi kemampuan kawasan dalam menyediakan jasa lingkungan. Persamaan menghitung daya dukung lingkungan (Yulianda et al, 2010): Dimana : DDK : Daya Dukung Kawasan K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dimanfaatkan Lt : Luas unit area untuk kategori tertentu Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dala satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu. Tabel 2. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No Kegiatan Jumlah Luas Keterangan pengunjung (orang) area (Lt) 1 Rekreasi 1 50 m 1 orang tiap 50 pantai m panjang pantai 2 Snorkeling 1 500 m 2 Tiap orang dalam 100 x 5 m 3 Selam 1 2000 m 2 Tiap 2 orang dalam 200 x 10 m Sumber : Yulianda et al (2010) Tabel 3. Prediksi Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp (jam) Total waktu 1 hari Wt (jam) 2
1 Rekreasi 3 6 pantai 2 Snorkeling 3 6 3 Selam 2 8 Sumber : Yulianda et al (2010) 2.3. Penilaian Daya Dukung Pemanfaatan Daya dukung pemanfaatan didasarkan pada daya dukung kawasan dengan mempertimbangkan kawasan untuk konservasi. WWF (2000) dalam Romadhon (2013) menjelaskan bahwa ruang yang diperuntukkan untuk keberlangsungan perlindungan biodiversity sebesar 10% dari luas kawasan yang ada. Persamaan daya dukung pemanfaatan (DDP) : Dimana : DDK DDP : Daya Dukung Kawasan : Daya Dukung Pemanfaaatan. Tabel 4. Prosentasi penutupan lifeform terumbu karang dengan metode foto bawah air pada bagian barat Pulau Gili Labak No Jenis Terumbu Karang Luas (m2) % 1 Acropora (Branching) 0,3864 3,84 2 Echinopora (Branching) 0,0024 0,02 3 Hydnophora (Branching) 0,0014 0,01 4 Montipora (Branching) 0,0605 0,60 5 Porites (Branching)) 0,0208 0,21 6 Stylophora (Branching) 2,9593 29,37 7 Caulastrea (Meandering) 0,0046 0,05 8 Pavona (Meandering) 0,0752 0,75 9 Psammocora (Meandering) 0,0401 0,40 10 Favia (Massive) 0,3797 3,77 11 Oxypora (Thin Plates) 0,0118 0,12 12 Pachyseries (Thin Plates) 0,2499 2,48 13 Porites (Thin Plates) 0,7087 7,03 14 Fungia 0,0081 0,08 Death Coral 5,1654 51,27 10,07 100,00 Sumber : hasil identifikasi terumbu karang dengan metode Transek Foto Bawah Air Gambar 1. Bagan Alir Penelitian A B III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kondisi Terumbu Karang Pulau Gili Labak Kondisi terumbu karang di Pulau Gili Labak dengan metode Transek Foto Bawah seperti pada gambar 1. Total luas foto yang diambil seluas 110.744 cm 2. Kondisi karang hidup seluas 49.089,6 cm 2 atau seluas 48,7%. Sedangkan terumbu karang dalam kondisi mati seluas 51.654,6 cm 2 atau seluas 51,3%. Jenis karang yang dominan adalah Stylophora (Branching) dengan luas sebesar 29,27%. Dan untuk jenis karang lain dapat dilihat pada tabel 4. C D Gambar 1. (a) Transek Foto bawah air 1, (b) Hasil digitasi Transek Foto Bawah Air 1, (c) Transek Foto bawah air 2, (d) Hasil digitasi Transek Foto Bawah Air 2 di Pulau Gili Labak 3
Stasiun 3.2. Sebaran Terumbu Karang Hasil interpretasi Citra LDCM di Pulau Gili Labak Sebaran terumbu karang di pulau Gili Labak didapatkan dari ekstraksi citra satelit LDCM. Ekstraksi citra yang dilakukan untuk menggunakan metode algoritma Lyzenga. Hasil metode Lyzenga kemudian dilakukan klasifikasi unsupervised untuk mendapatkan klasifikasi antara terumbu karang dan bukan terumbu karang. Selanjutnya hasil peta terumbu karang di overlay dengan peta administrasi. Peta sebaran terumbu karang di Pulau Gili Labak dapat dilihat pada gambar 2. Luas terumbu karang di Pulau Gili Labak ditemukan mencapai 66 ha. Gambar 2. Peta Sebaran terumbu karang hasil interpretasi citra LDCM menggunakan metode Lyzenga. 3.3. Kondisi Kualitas Air di Pulau Gili Labak Tabel 5. Kondisi Kualitas perairan di Pulau Gili Labak. Suhu ( 0 C) ph Salinitas ( ppm) DO (mg/l) Substrat dasar Kecerahan (%) Kedalaman (m) 1 31,0 7,1 32 5,98 Pasir 100 1,0 2 31,0 7,1 31 8,59 Karang 100 2,8 3 30,9 7,1 30 8,09 Karang 100 10,0 4 31,2 6,9 30 8,58 Karang 100 1,5 Sumber : Pengukuran lapang Suhu air hasil pengukuran lapang di Pulau Gili Labak pada setiap stasiun sesuai dengan baku mutu yaitu antara 30-31 0 C. Menurut baku mutu air laut (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004), suhu di area terumbu karang berkisar antara 28-30 0 C. Pengukuran nilai ph di berkisar antara 6,9-7,1. Nilai ini sesuai dengan Baku Mutu Air Laut baik untuk wisata bahari maupun untuk biota laut yaitu 7-8,5. Salinitas yang terukur di lokasi pengamatan berkisar 30-32 0 / 00. Nilai salinitas ini relatif lebih rendah dengan baku mutu air laut untuk terumbu karang dan lamun yaitu 33-34 0 / 00. Hasil pengukuran oksigen terlarut sebesar 5,98-8,6 mg/l. Nilai ini sesuai dengan baku mutu air laut baik untuk wisata bahari maupun untuk biota laut yang nilainya diatas 5 mg/l. Pengukuran kecerahan di Gili Labak pada nilai 100% yang artinya cahaya bisa sampai menembus dasar. 3.4. Kesesuaian Ekowisata di Gili Labak Kondisi pulau Gili Labak sangat potensial untuk pengembangan ekowisata. Berdasarkan potensi sumberdaya alam yang ada, wilayah Pulau Gili Labak mempunyai potensi yang besar untuk ekowisata selam, ekowisata snorkeling dan ekowisata pantai. 3.4.1. Ekowisata Selam Kondisi di Pulau Gili Labak hasil pengukuran lapang menunjukkan sebagai berikut : Jenis ikan karang mencapai 20-75 jenis ikan karang, kecerahan perairan mencapai 100% disemua lokasi pengukuran, tutupan komunitas karang terumbu karang menggunakan metode transek foto bawah air mencapai 41,9%, jenis life-form yang ditemukan lebih besar dari 10 jenis, suhu perairan mencapai 30,9-31,2 0 C, salinitas mencapai antara 30-32 % 0, kedalam perairan di pulau Gili Labak rata-rata 1-10 m dan kecepatan arus di Pulau Gili Labak antara 5,8-15,2 cm/dt. Hasil analisis kesesuaian untuk ekowisata jika dikalikan skor dan bobot masing-masing parameter mendapatkan nilai 61. Nilai Maximal dari kesesuaian lahan ini adalah 72. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) : IKW = (Ni/N max) 100% = (61/72) 100% = 85% Kelas Kesesuaian lahan Wisata adalah Sesuai (S) 78%- 100%, Sesuai bersyarat (SB) 56%-77% dan Tidak sesuai (TS) mencapai 22%-55%. Nilai indeks kesesaian wisata selam di Pulau Gili Labak mendapatkan nilai 85%, ini menunjukkan bahwa Pulau gili Labak Sesuai untuk ekowisata selam. Daya Dukung Kawasan ekowisata selam Gili Labak Sebagai berikut: - Luas Area Terumbu Karang gili Labak (Lp) 564.907 m 2 - Luas unit area untuk kategori selam (Lt) 2000 m 2 - Waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata selam dalam 1 hari (Wt) 8 jam. - Waktu yang dihabiskan pengunjung dalam kegiatan selam (Wp) 2 jam - Daya Dukung Kawasan (DDK) = K*(Lp/Lt)*(Wt/Wp) = 1*(564.907 /2000)*(8/2) = 1.130 orang/hari - Daya Dukung Pemanfaatan (DDP) = DDK* 0,1 = 1.130 *0,1 = 113 orang/hari. Hasil analisis menunjukkan daya dukung kawasan atau kemampuan suatu kawasan dalam menyediakan ruang bagi bagi pemanfaatan tanpa mengurangi kemampuan suatu kawasan di Pulau gili Labak mencapai 1.130 orang/hari. Sedangkan daya dukung pemanfaatan dengan 4
mempertimbangkan prosentase kawasan untuk konservasi sebesar 10% di Pulau Gili Labak mencapai 113 orang/hari. 3.4.2. Ekowisata Snorkling Hasil analisis kesesuaian untuk ekowisata snorkeling jika dikalikan skor dan bobot masing-masing parameter mendapatkan nilai 49. Nilai Maximal dari kesesuaian lahan ini adalah 63. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata snorkeling (IKW) : IKW = (Ni/N max) 100% = (49/63) 100% = 78 % Kelas Kesesuaian lahan Wisata adalah Sesuai (S) 78%- 100%, Sesuai bersyarat (SB) 56%-77% dan Tidak sesuai (TS) mencapai 22%-55%. Nilai indeks kesesaian wisata snorkeling di Pulau Gili Labak mendapatkan nilai 78%, ini menunjukkan bahwa Pulau gili Labak Sesuai untuk ekowisata snorkeling. Daya Dukung Kawasan ekowisata Snorkeling di pulau Gili Labak: - Luas Area Terumbu Karang snorkeling (Lp) 109.765 m 2 - Luas unit area untuk kategori snorkeling (Lt) 500 m 2 - Waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata snorkeling dalam 1 hari (Wt) 6 jam. - Waktu yang dihabiskan pengunjung dalam kegiatan snorkeling (Wp) 3 jam - Daya Dukung Kawasan (DDK) = K*(Lp/Lt)*(Wt/Wp) = 1*(109.765/500)*(6/3) = 439 orang/hari - Daya Dukung Pemanfaatan (DDP) = DDK* 0,1 = 439 *0,1 = 44 orang/hari. Hasil analisis menunjukkan daya dukung kawasan atau kemampuan suatu kawasan dalam menyediakan ruang bagi bagi pemanfaatan untuk wisata snorkeling tanpa mengurangi kemampuan suatu kawasan di Pulau gili Labak mencapai 439 orang/hari. Sedangkan daya dukung pemanfaatan dengan mempertimbangkan prosentase kawasan untuk konservasi sebesar 10% di Pulau Gili Labak mencapai 44 orang/hari. 3.4.3. Ekowisata Pantai Hasil analisis kesesuaian untuk ekowisata pantai jika dikalikan skor dan bobot masing-masing parameter mendapatkan nilai 79. Nilai Maximal dari kesesuaian lahan ini adalah 84. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) : IKW = (Ni/N max) 100% = (79/84) 100% = 94 % Kelas Kesesuaian lahan Wisata pantai adalah Sesuai (S) 78%-100%, Sesuai bersyarat (SB) 56%-77% dan Tidak sesuai (TS) mencapai 22%-55%. Nilai indeks kesesaian wisata pantai di Pulau Gili Labak mendapatkan nilai 94 %, ini menunjukkan bahwa Pulau gili Labak Sesuai untuk ekowisata pantai. Daya Dukung Kawasan ekowisata pantai di pulau Gili Labak: - Luas Area pantai (Lp) 21.141 m 2 - Luas unit area untuk kategori pantai (Lt) 50 m 2 - Waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata pantai dalam 1 hari (Wt) 6 jam. - Waktu yang dihabiskan pengunjung dalam kegiatan pantai (Wp) 3 jam - Daya Dukung Kawasan (DDK) = K*(Lp/Lt)*(Wt/Wp) = 1*(21.141/500)*(6/3) = 857 orang/hari - Daya Dukung Pemanfaatan (DDP) = DDK* 0,1 = 857 *0,1 = 86 orang/hari. Hasil analisis menunjukkan daya dukung kawasan atau kemampuan suatu kawasan dalam menyediakan ruang bagi bagi pemanfaatan untuk wisata pantai tanpa mengurangi kemampuan suatu kawasan wisata pantai di Pulau gili Labak mencapai 857 orang/hari. Sedangkan daya dukung pemanfaatan dengan mempertimbangkan prosentase kawasan untuk konservasi sebesar 10% di Pulau Gili Labak mencapai 86 orang/hari. Gambar 3. Wilayah Pengembangan Ekowisata selam, Snorkling dan pantai di Pulau Gili Labak. Gambar 2. Pengukuran kondisi terumbu karang di Pulau Gili Labak IV. KESIMPULAN 1. Luas terumbu karang di Pulau Gili Labak mencapai 66 ha. Hasil survey lapang kondisi terumbu karang di Pulau Gili Labak dengan metode Transek Foto Bawah air karang hidup seluas 48,7% dan terumbu karang dalam kondisi mati seluas 51,3 %. Jenis karang yang dominan adalah Stylophora (Branching) dengan luas sebesar 29,4% 2. Kondisi kualitas air di Pulau Gili Labak : Suhu air antara 30-31 0 C, ph berkisar antara 6,9-7,1, salinitas 5
berkisar 30-32 0 / 00, Oksigen terlarut 5,9 8,6 mg/l dan kecerahan 100%, 3. Hasil pemodelan Pulau Gili Labak ekowisata yang sesuai adalah ekowisata selam dan snorkeling. Daya dukung pemanfataan untuk ekowisata selam 133 orang/hari, untuk ekowisata snorkeling 44 orang/hari dan untuk ekowisata pantai 86 orang/hari. Total pengunjung 263 orang/hari. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih diucapkan kepada Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengabdian Masyarakat yang telah mendanai melalui program Penelitian Hibah Bersaing tahun 2015-2016. DAFTAR PUSTAKA 1. F.F. Muhsoni, M.S. Syarif, M. Effendi. Inventarisasi Data Potensi Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Sumenep. Jurnal Kelautan, 4(1) :96-101. 2011 2. F.F.Muhsoni. Pemodelan Daya Dukung Pemanfaatan Pulau Sapudi Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Kelautan, 9(1) : 73-84. 2016 3. F.F. Muhsoni. Pemanfaatan Citra Satelit LDCM untuk Pemetaan Kerapatan Tajuk mangrove dan Terumbu Karang. Prosiding Semnas Perikanan dan Kelautan FPIK UB. ISBN : 978-602-72784-0-0. 2015 4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. 2004. Jakarta. 5. Romadhon, A. Penilaian Daya Dukung Pulau-Pulau Kecil Bagi Wisata. Bangkalan :UTM Press. Universitas Trunojoyo Madura. 2013. 6. Suharyadi dan Danoedoro, 2004. Sistem Informasi Geografis : Konsep Dasar dan Beberapa Catatan Perkembangannya Saat ini. editor Danoedoro P. dalam Sains Informasi Geografis dari Perolehan dan Analisis Citra hingga Pemetaan dan pemodelan Spasial. Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 7. Yulianda F, Fachrudin A, Hutabarat A.A, Hartati S., Kusharjani, Kang HS. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Bogor: Pusdiklat Kehutanan_Departemen Kehutanan RI-SECAM-Korea International Cooperation Agency. 2010. 6