ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA GENYAS KATALINGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA GENYAS KATALINGA"

Transkripsi

1 i ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA GENYAS KATALINGA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013 Genyas Katalinga NIM H

4 iv ABSTRAK GENYAS KATALINGA. Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Pulau Pari yang dikenal sebagai kawasan penelitian dan konservasi terumbu karang oleh P2O LIPI, saat ini dikembangkan juga sebagai kawasan wisata alam. Hal ini salah satunya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Nelayan di Pulau Pari saat ini mengalami permasalahan penurunan hasil tangkapan ikan akibat overfishing. Oleh karena itu, sektor pariwisata diharapkan dapat berkontribusi terhadap penghasilan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung daya dukung kawasan Pulau Pari untuk aktivitas wisata pantai dan snorkling, mengestimasi nilai ekonomi wisata di Pulau Pari, serta menghitung besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat. Hasil perhitungan di lokasi penelitian menunjukkan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan daya dukung kawasan berada pada kategori sesuai. Nilai ekonomi wisata di Pulau Pari yang diestimasi menggunakan motode biaya perjalanan menunjukkan hasil sebesar Rp ,00/tahun. Keberadaan sektor pariwisata di Pulau Pari juga memberikan kontribusi sebesar 70,12 persen terhadap penghasilan masyarakat lokal. Besarnya nilai ekonomi dan kontribusi pariwisata terhadap penghasilan masyarakat secara tidak langsung menunjukkan bahwa keberadaan sektor pariwisata di Pulau Pari memiliki nilai penting baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Dengan demikian, aktivitas wisata di Pulau Pari perlu terus dikembangkan secara lestari, salah satunya dengan batasan daya dukung kawasan. Kata kunci: Pulau Pari, daya dukung kawasan, nilai ekonomi wisata, kontribusi sektor pariwisata, wisata berkelanjutan

5 v ABSTRACT GENYAS KATALINGA. The Economic and Carrying Capacity Analysis of Ecotourism Development in Pari Island Kepulauan Seribu, Jakarta. Supervised by METI EKAYANI and NUVA. Pari Island wich is known as research and conservation area of coral reefs by P2O LIPI, now also developed as a natural tourism area. One of the purposes of tourism development in Pari Island is to increase local economy. Most of the local people in Pari Island work in fisheries sector which now face a fish stock depletion due to the overfishing problem. Thus the tourism sector is expected to contribute to the local community income. This study was conducted to calculate the carrying capacity of Pari Island for beach and snorkeling activities, estimating the economic value of tourism in Pari Island, and the contribution of the tourism sector to local community income. Based on calculation, the value of tourism suitability index and carrying capacity of the location are in the category suitable. The economic value of tourism in Pari Island are estimated using individual travel cost method and show the results Rp ,00/year. The existence of the tourism sector in Pari Island also contributed 70,12 percent to local community income. The number of economic value and tourism contribution to the local community income are indirectly indicate that tourism sector in Pari Island is important for society and the environment. Thus, tourist activity in Pari Island can be developed with limit of environmental carrying capacity. Keywords: Pari Island, the environmental carrying capacity, the economic value of tourism, tourism contribution, sustainable tourism

6 vi

7 vii ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA GENYAS KATALINGA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 viii

9 ix Judul Skripsi: Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta Nama : Genyas Katalinga NIM : H Disetujui oleh Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Pembimbing I Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 x PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta ini disusun sebagai suatu syarat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dilatarbelakangi oleh berkembangnya Pulau Pari sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kepulauan Seribu. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta, estimasi nilai ekonomi wisata Pulau Pari dengan menggunakan biaya perjalanan, serta kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Meti Ekayani S.Hut, M.Sc dan Ibu Nuva S.P, M.Sc selaku pembimbing, serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, dan para sahabat atas segala do a, dukungan, dan kasih sayangnya. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari skripsi ini sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Bogor, November 2013 Genyas Katalinga

11 viii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Ekowisata Pengembangan Wisata Pesisir Berkelanjutan Nilai Ekonomi Wisata Penelitian Terdahulu... 9 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Individual Travel Cost Method (ITCM) Daya Dukung Kawasan Wisata Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Sampel Metode Analisis Data Analisis Kesesuaian Wisata Bahari Analisis Daya Dukung Kawasan Estimasi Nilai Ekonomi Wisata Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat... 25

12 ix V. GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Pulau Pari Kondisi Demografi Pulau Pari Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Pari Sarana dan Prasarana VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wisata di Pulau Pari Karakteristik Responden Wisatawan di Pulau Pari Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata Pulau Pari Indeks Kesesuaian Wisata di Pulau Pari Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Pari Nilai Ekonomi Wisata di Pulau Pari Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 61

13 x x DAFTAR TABEL 1 Jumlah wisatawan di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu tahun Perbandingan kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun 2011 dan Penelitian terdahulu Keterkaitan tujuan penelitian, komponen data, sumber data, dan metode analisis data Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata Kondisi demografi Pulau Pari Karakteristik responden masyarakat Pulau Pari Sarana/prasarana di Pulau Pari Karakteristik responden wisatawan di Pulau Pari Persepsi responden wisatawan terhadap lokasi wisata di Pulau Pari Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling di Pulau Pari Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pantai di Pantai Pasir Perawan Indeks kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari Hasil regresi linear kunjungan wisata ke Pulau Pari dengan individual travel cost method Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari Kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari... 46

14 xi DAFTAR GAMBAR 1 Surplus konsumen Bagan alir kerangka pemikiran Peta kawasan Pulau Pari Peta keseuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari DAFTAR LAMPIRAN 1 Data responden wisatawan di Pulau Pari Hasil analisis regresi linear berganda Data responden masyarakat Pulau Pari Perhitungan besarnya kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan Foto kawasan wisata Pulau Pari... 58

15 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang hampir 70 persen wilayahnya merupakan perairan. Lebih kurang terdapat pulau memiliki kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati (Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah, 2012). Hal tersebut merupakan potensi besar bagi Indonesia yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian, salah satunya adalah potensi wisata. Keanekaragaman sumber daya alam, flora dan fauna, budaya, dan peninggalan-peninggalan sejarah Indonesia, merupakan daya tarik dalam pengembangan wisata Indonesia. Wilayah Indonesia yang sebagian besar perairan tersebut, merupakan aset bagi pengembangan wisata bahari. Taman laut nasional seperti Bunaken, Banda Neira, Kepulauan Togean, Teluk Cendrawasih, dan Kepulauan Seribu sudah dikenal secara internasional. Berbagai kegiatan bahari pun terus berkembang, diantaranya adalah renang, permainan pantai, memancing, makan, sunbathing, skimboarding, sightseeing, snorkeling, diving, surfing, dan para-sailing. Selain itu, wisata minat khusus seperti wisata mangrove, menikmati keindahan terumbu karang, dan mengunjungi pulau-pulau kecil di tengah laut menjadi kegiatan yang juga diminati wisatawan (Wisata Edukasi Bahari, 2011). Wilayah kepulauan Indonesia yang sudah dikembangkan sebagai objek wisata salah satunya adalah Kepulauan Seribu di Jakarta. Kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu secara umum terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 1 adalah data kunjungan wisatawan Kepulauan Seribu tahun Tabel 1 Jumlah wisatawan di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu tahun Wisatawan Tahun Mancanegara Nusantara Total Sumber: BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2012 Kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu banyak didominasi untuk daerah tujuan pulau penduduk dan pulau resort. Pulau penduduk adalah pulau-

16 2 pulau yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan penduduk yang pengelolaannya dapat dilakukan untuk pemanfaatan kawasan dan potensi dalam bentuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam/bahari. Sementara itu, pulau resort adalah pulau-pulau yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata yang sebagian besar tidak berpenduduk dan hanya dihuni oleh pemilik dan pengelola resort tersebut. Tren yang terjadi saat ini, kunjungan ke pulau penduduk lebih diminati dibandingkan dengan pulau resort. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 sampai 2012, kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu untuk kategori pulau penduduk mengalami peningkatan jumlah kunjungan, sedangkan untuk kategori pulau resort mengalami penurunan jumlah kunjungan. Perubahan tren kunjungan ini terjadi karena wisata ke pulau-pulau penduduk relatif lebih murah dan mudah dilakukan dibandingkan dengan pulau-pulau resort yang bersifat lebih eksklusif. Jumlah transportasi untuk tujuan pulau-pulau penduduk pun lebih banyak dan tersedia setiap hari. Tabel 2 Perbandingan kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun 2011 dan 2012 Wisman Wisnus Total Jumlah Jumlah No Objek (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) Perubahan Nilai % I. PULAU PENDUDUK 1 Pulau Pramuka ,81 2 Pulau Tidung ,93 3 Pulau Untung Jawa ,48 4 Pulau Harapan ,36 5 Pulau Kelapa ,16 6 Pulau Pari/ Lancang ,19 JUMLAH ,53 II. PULAU RESORT 1 Pulau Ayer (4.088) (25,19) 2 Pulau Bidadari (3.724) (12,95) 3 Pulau Kotok Tengah (507) (25,80) 4 Pulau Sepa (2.709) (52,32) 5 Pulau Putri (3.266) (59,39) 6 Pulau Macan ,05 JUMLAH (12.162) (20,86) TOTAL ,01 Sumber : Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu, 2013 Salah satu pulau penduduk yang mulai dilirik oleh wisatawan adalah Pulau Pari. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) ke Pulau Pari/Lancang (Kelurahan Pulau Pari) pada tahun 2011 sampai 2012 mengalami peningkatan sebanyak orang atau setara dengan 286,19 persen. Peningkatan jumlah kunjungan Pulau Pari yang cukup

17 3 besar pada tahun 2012 dikarenakan masyarakat Pulau Pari mulai menawarkan objek wisata unggulan Pulau Pari, yaitu Pantai Pasir Perawan. Keindahan Pulau Pari dengan kekayaan sumber daya alamnya merupakan potensi wisata yang saat ini sudah mulai dikembangkan, terlebih setelah Pantai Pasir Perawan menjadi icon Pulau Pari. Selain menjadi tujuan wisata, Pulau Pari juga dikenal sebagai tempat penelitian dan konservasi terumbu karang oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, 2012). Penduduk Pulau Pari yang mayoritas bermatapencaharian sebagai nelayan saat ini juga turut berkontribusi di sektor pariwisata melalui usaha pelayanan jasa wisata dan penginapan. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari untuk aktivitas wisata bahari diduga dapat memberikan dampak positif bagi penghasilan masyarakat dan juga dampak negatif terhadap sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) karena peningkatan jumlah kunjungan dapat berpotensi melebihi daya dukung kawasan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di Pulau Pari, mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata di Pulau Pari, serta besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat Pulau Pari. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Pulau Pari merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Bagi masyarakat Pulau Pari, sektor perikanan menjadi salah satu usaha yang menunjang perekonomian masyarakat. Kondisi saat ini, usaha perikanan dan budidaya rumput laut yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami penurunan (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, 2012). Usaha budidaya rumput laut sendiri bahkan sudah tidak ada karena penurunan kualitas perairan dan penyakit ice ice yang menyerang rumput laut di Pulau Pari, sehingga sebagian produk tidak dapat dipanen dan mengakibatkan masyarakat yang memiliki usaha budidaya rumput laut mengalami kerugian (Amiluddin NM, 2007). Sementara itu,

18 4 penurunan usaha perikanan terjadi karena adanya overfishing (Terumbu Karang Jakarta, 2009). Di sisi lain, Pulau Pari memiliki potensi wisata yang besar. Karakteristik perairan dan pantai di Pulau Pari berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata. Oleh karena itu, pada tahun 2012 masyarakat Pulau Pari secara inisiatif membuka kawasan Pulau Pari sebagai salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu. Sebelumnya, Pulau Pari hanya difungsikan sebagai pemukiman penduduk dan kawasan penelitian dan konservasi terumbu karang oleh Pusat Penelitian Oseanografi (P20) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Walaupun baru berjalan satu tahun, lonjakan pengunjung yang datang ke Pulau Pari sangat tinggi. Hal ini dikhawatirkan berpotensi over carrying capacity dan membahayakan fungsinya sebagai kawasan penelitian dan konservasi terumbu karang, mengingat wisata di Pulau Pari yang masih bersifat open access. Jenis wisata yang bersifat open access pada umumnya lebih banyak menimbulkan dampak negatif seperti terjadinya degradasi sumber daya alam dan lingkungan. Berdasarkan survey awal penelitian, pengelolaan wisata di Pulau Pari yang dilakukan oleh pengelola objek wisata dan Forum Peduli Pesisir (FORSIR) sebagai organisasi masyarakat, saat ini belum menerapkan konsep wisata berwawasan lingkungan, seperti menerapkan konsep daya dukung kawasan. Secara ekonomi, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari diduga dapat membantu perekonomian masyarakat yang mengalami penurunan potensi perikanan. Sektor pariwisata di Pulau Pari menjadi alternatif penghasilan masyarakat selain penghasilan dari pekerjaan utamanya sebagai nelayan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan wisata yang tidak merusak lingkungan, yaitu wisata yang tidak melebihi daya dukung kawasan dan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan yang akan dikaji, adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di Pulau Pari? 2. Berapa besar nilai ekonomi wisata di Pulau Pari? 3. Berapa besar kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari?

19 5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan umum dari penelitian adalah mengetahui potensi ekowisata di Pulau Pari. Sedangkan, tujuan khusus penelitian adalah : 1. Menghitung daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di Pulau Pari. 2. Mengestimasi nilai ekonomi wisata di Pulau Pari. 3. Menghitung besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan, pembangunan, dan pengembangan ekowisata di Pulau Pari. 2. Menjadi salah satu masukan bagi pengelola untuk pengembangan ekowisata di Pulau Pari. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi pengukuran daya dukung untuk aktivitas wisata bahari yang dilihat dari aspek fisik, nilai ekonomi wisata, dan dampak ekonomi. Dampak ekonomi dibatasi hanya dari aspek kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari Kepulauan Seribu. Perhitungan daya dukung kawasan dibatasi hanya pada aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai. Penentuan responden pengunjung adalah mereka yang datang untuk tujuan wisata, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Biaya perjalanan pengunjung yang berasal dari luar negeri dihitung dari tempat di mana pengunjung tersebut menetap di Indonesia.

20 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata adalah segala hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, dan hiburan, yang dilakukan dengan sukarela dan bersifat sementara serta didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (KBBI 2012, UU No. 10 Tahun 2009). Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya, HAM, memberikan manfaat bagi rakyat, serta menjamin keterpaduan antarsektor. Menurut Spillane (1991), ada enam jenis pariwisata, yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan, pariwisata untuk rekreasi, pariwisata untuk kebudayaan, pariwisata untuk olahraga, pariwisata untuk urusan dagang besar, dan pariwisata untuk konservasi. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism) adalah jenis pariwisata yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, menikmati keindahan alam, untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan dan sebagainya. Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites) adalah jenis pariwisata yang dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahan. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism) merupakan jenis pariwisata yang ditandai dengan adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat negara lain, dan sebagainya. Jenis pariwisata untuk olahraga (sport tourism) bertujuan untuk tujuan olahraga serta ditujukan bagi mereka yang ingin mempraktikkannya sendiri. Pariwisata untuk urusan dagang besar (business tourism) adalah jenis pariwisata di mana unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan yang menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menikmati dirinya sebagai wisatawan dengan mengunjungi berbagai obyek wisata, sedangkan pariwisata untuk konservasi adalah jenis pariwisata yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk kegiatan dalam hal pelestarian alam.

21 7 2.2 Ekowisata Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat (TIES, 1990). Ekowisata yang dimaksud dalam kriteria ini adalah ecological tourism, yaitu suatu model pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab ke daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam dan segala bentuk budaya yang menyertainya yang mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan aktif sosio ekonomi masyarakat setempat (Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati, 2001). Prinsip dan kriteria ekowisata harus memiliki kepedulian, tangung jawab, dan komitmen dalam pelestarian alam dan budaya dalam pengembangannya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, dengan terbukanya kesempatan kerja melalui pemberdayaan masyarakat (Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, 1999). 2.3 Pengembangan Wisata Pesisir Berkelanjutan Wisata perairan dapat dibagi menjadi dua bagian (Hall, 2001) yaitu wisata pesisir dan wisata bahari. Wisata pesisir meliputi kegiatan leisure dan aktivitas yang dilakukan di perairan lepas pantai, seperti berperahu, memancing, snorkling, dan menyelam, sedangkan wisata bahari lebih mengarah pada perairan laut, seperti memancing di laut dan berlayar dengan kapal pesiar. Pengembangan kawasan wisata merupakan alternatif yang diharapkan mampu mendorong baik potensi ekonomi maupun upaya pelestarian. Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati secara terpadu. Pada tahap berikutnya dikembangkan model pengelolaan kawasan wisata yang berorientasi pelestarian lingkungan (Ramly, 2007 dalam Kurnianto, 2008). Gunawan, et al (2000) dalam Kurnianto (2008) juga menyatakan bahwa pengembangan industri pariwisata berkelanjutan berarti mengitegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan ke dalam proses

22 8 pengambilan keputusan pengelolaan/manajeman di seluruh komponen industri pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan program-program sebagai berikut; (1) pengembangan sistem manajemen pariwisata berkelanjutan, (2) pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, (3) minimisasi dan pengelolaan limbah, (4) perencanaan dan pengelolaan tata guna lahan, (5) pelestarian sumber daya alam dan warisan budaya, serta (6) pengembangan sistem dan mekanisme keamanan dan keselamatan. Beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan untuk kategori wisata pesisir menurut Yulianda, 2007 adalah rekreasi pantai, berenang, berjemur, olahraga pantai, berperahu, memancing, wisata mangrove, wisata selam, dan wisata snorkling. 2.4 Nilai Ekonomi Wisata Nilai (value) merupakan persepsi seseorang yang menunjukkan harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Pada kenyataannya, tidak semua barang mempunyai nilai pasar, yaitu tidak dinyatakan dalam satuan mata uang (harga). Oleh karena itu, untuk barang-barang yang tidak memiliki nilai pasar dilakukan penilaian ekonomi. Barang-barang tersebut merupakan barang-barang yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan, seperti suatu objek wisata (Adrianto, 2006). Penilaian ekonomi suatu sumber daya alam dan jasa lingkungan sangat diperlukan. Salah satu jasa lingkungan adalah wisata alam. Kegiatan wisata alam merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak mengekstrak sumber daya alam, tetapi hanya memanfaatkan keindahan alamnya. Penilaian ekonomi wisata perlu dilakukan untuk memberikan nilai yang sebenarnya terhadap lingkungan sebagai pemberi jasa. Dengan mengetahui besarnya nilai ekonomi wisata, maka ada dasar untuk memelihara lingkungan tersebut agar tetap lestari, karena lingkungan tersebut memiliki nilai yang tinggi. Penilaian ekonomi berdasarkan preferensi dibedakan menjadi dua, yaitu revealed preferences dan direct preferences yang menggunakan pendekatan secara langsung, salah satunya dengan willingness to pay. Penilaian ekonomi untuk aktivitas wisata dilakukan dengan menggunakan revealed preferences. Teknik yang digunakan untuk penilaian wisata ini adalah dengan travel cost

23 9 method yang diperoleh dengan mengetahui pola pengeluaran konsumen untuk mengunjungi suatu objek wisata. Nilai ekonomi wisata dihitung menggunakan surplus konsumen yang diestimasi menggunakan preferensi individual dengan metode biaya perjalanan. (Freeman III, 2003 dalam Mendes I, Proenca I, 2005). 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian untuk menghitung daya dukung ekowisata, estimasi nilai ekonomi wisata menggunakan travel cost method, dan kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Penelitian terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Ketjulan (2010) 2. Baksir A (2010) Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari di Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Pengelolaan Pulau- Pulau Kecil untuk Pemanfaatan Ekowisata Berkelanjutan di Kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat, Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara Penelitian ini menggunakan rumus daya dukung kawasan untuk mengetahui jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh kawasan wisata secara lestari, serta menggunakan metode biaya perjalanan untuk mengetahui nilai ekonomi wisata. Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis IKW menunjukkan bahwa Pulau Hari tergolong sesuai untuk kegiatan wisata selam dan snorkling, dengan luas area yang dapat digunakan 11,82 ha untuk wisata selam dengan daya tampung wisata 472 orang/trip dan 12,82 ha untuk wisata snorkling dengan jumlah wisatawan 513 orang/trip. Nilai ekonomi wisata sesuai daya dukung kawasan Pulau Hari adalah sebesar Rp ,00 per tahun. Daya dukung KP2K MS2B untuk ekowisata sangat ditentukan oleh luas area yang dapat dimanfaatkan. Kondisi kualitas lingkungan saat ini berada dalam keadaan sedang-baik. Wisata rekreasi yang mempunyai panjang pantai meter, memiliki daya dukung orang/hari. Kawasan yang dimanfaatkan untuk wisata snorkling yaitu 226,9 ha, memiliki daya dukung orang/hari. Sementara, untuk wisata selam dengan luas pemanfaatan ha, memiliki daya dukung orang/hari, dan wisata lamun yang memiliki luas kawasan102 ha, memiliki daya dukung orang/hari. Perhitungan total manfaat nilai wisata

24 10 3. Mendes I dan I.Proenca (2005) 4. Sobari, et al (2006) 5. Kaharuddin A (2003) Estimating the Recreation Value of Ecosystems by Using A Travel Cost Method Approach Analisis Nilai Ekonomi Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh di Kota Sabang Kontribusi Subsektor Pariwisata Bahari terhadap Kesempatan Kerja dan Tingkat Penghasilan Keluarga Nelayan di Pantai Tanjung Bayan Keluarahan Tanjung Merdeka, Kota Makassar KP2K MS3B dilakukang dengan menghitung konsumen surplus yang diperoleh dengan membagi total jumlah kunjungan wisata dengan nilai regresi biaya perjalanan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh konsumen surplus sebesar 2.614, sehingga dengan tingkat kunjungan sebesar orang/tahun, maka nilai ekonomi wisata diperoleh sebesar ,00. Penelitian ini menghitung willingness to pay rata-rata pengunjung ke PGNP saat wisatawan menggunakan ekosistem taman sebagai modal alam untuk menghasilkan arus jasa rekreasi di luar ruangan. Definisi teori tersebut berasal dari aplikasi empiris di mana individual TCM didasarkan pada model data yang digunakan untuk memperkirakan fungsi permintaan PGNP dan ukuran surplus konsumen. Satu hari rekreasi di PGNP diperoleh nilai 124 untuk rata-rata sampel pengunjung, dan 593 per masing-masing rata-rata lima hari kunjungan. Jika rata-rata pengunjung akan terus mengunjungi taman selama 50 tahun lebih, nilai total rekreasi setiap hari kunjungan akan menjadi dan untuk masing-masing rata-rata lima hari lama kunjungan. Perhitungan nilai ekonomi TWA Laut Pulau Weh dilakukan dengan menggunakan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM) karena lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan Zonal Travel Cost Method (ZTCM). Berdasarkan hasil perhitungan, nilai ekonomi wisata TWA Pulau Weh sebesar Rp ,26. Kontribusi penghasilan subsektor pariwisata bahari dihitung dengan cara membandingkan penghasilan usaha dari usaha pariwisata terhadap pendpaatan total keluarga. Berdasarkan hasil analisis, usaha perikanan masih memberikan kontribusi terbesar terhadap total penghasilan keluarga nelayan-pariwisata, yaitu sebesar 57,74%. Kontribusi usaha pariwisata terhadap penghasilan keluarga diperoleh sebesar 37,64%.

25 11 Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut adalah penelitian ini dilakukan pada lokasi yang sebelumnya bukan diperuntukkan bagi kegiatan wisata melainkan untuk perumahan dan tempat penelitian dan konservasi terumbu karang oleh P2O LIPI. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis untuk menghitung daya dukung lingkungan, mengestimasi nilai ekonomi dari kegiatan wisata tersebut, serta dampaknya bagi masyarakat setempat, sehingga ada dasar untuk melakukan pengembangan wisata dan untuk tidak menghentikan kegiatan wisata ke lokasi penelitian.

26 12 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari teori Indivual Travel Cost Method (ITCM) dan daya dukung kawasan wisata Individual Travel Cost Method (ITCM) Biaya perjalanan digunakan untuk menilai manfaat yang diterima dari penggunaan barang dan jasa lingkungan, terutama dalam menilai fasilitas rekreasi. Biaya perjalanan ini dapat dipakai sebagai pengganti nilai pasar dari suatu lingkungan (Adrianto et al, 2004). Jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang yang dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut. Nilai tempat wisata, menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh para wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh jarak wisatawan ke tempat wisata, akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat wisata tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat dengan lokasi wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang dikeluarkannya. Dengan begitu, wisatawan yang berasal dari tempat yang jauh dengan biaya perjalanan yang besar akan mendapatkan surplus konsumen yang rendah, begitu pun sebaliknya (Igunawati, 2010). Fungsi permintaan yang dibangun dalam Travel Cost Method (TCM) memerlukan asumsi dasar agar penilaian tersebut tidak bias. Menurut Grigalunas dan Congar (1995) dalam Adrianto et al. (2004), pendekatan TCM didasarkan pada dua asumsi penting, yaitu pengunjung menempuh perjalanan dengan satu tujuan dan pengunjung tidak mendapat manfaat tertentu selama perjalanan, kecuali manfaat ketika sampai di lokasi yang dituju. Pendekatan TCM dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dapat digunakan dalam beberapa konteks kebijakan seperti manfaat ekonomi apa yang dihasilkan dari pengingkatan kualitas lingkungan dari pembangunan lokasi baru dan seberapa besar biaya

27 13 ekonomi yang timbul akibat penutupan sebuah lokasi pantai dari kegiatan pariwisata akibat berubahnya kualitas lingkungan. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM (Fauzi, 2006), teknik tersebut adalah: 1. Pendekatan sederhana melalui zonasi 2. Pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM) dengan menggunakan data sebagian besar dari survei. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut (Fauzi, 2006): Vij = f( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi ) di mana: Vij Cij Tij Qij Sij M i : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j :biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j :biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j :persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi :karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain :pendapatan individu i Nilai ekonomi wisata diestimasi melaui surplus konsumen seperti yang ditampilkan pada Gambar 1. Gambar 1. Surplus konsumen

28 14 Surplus konsumen dapat diketahui dengan menghitung luas daerah di bawah kurva permintaan. Sehingga, berdasarkan hal tersebut, maka persamaan surplus konsumen (CS) diperoleh segabai berikut: Dengan demikian, nilai ekonomi wisata di Pulau Pari dapat diketahui dengan mengalikan surplus konsumen dengan jumlah kunjungan selama satu tahun terakhir Daya Dukung Kawasan Wisata Daya dukung kawasan suatu objek wisata merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan objek wisata. Daya dukung kawasan ini perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak-dampak degradasi lingkungan, sehingga kawasan wisata tersebut dapat tetap terjaga kelestariannya. Menurut Knudson (1980), hal-hal yang mempengaruhi daya dukung suatu kawasan rekreasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi, vegetasi, hewan, iklim dan air. 2. Karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan. 3. Karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan pola penggunaan. Wearing dan Neil (1999) menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan kegiatan wisata, daya dukung lingkungan mempunyai tiga elemen yang harus diperhatikan, yaitu elemen ekologis yang terkait dengan lingkungan alamiah destinasi wisata; sosiokultural, terkait dengan dampak wisata terhadap masyarakat dan budayanya; serta fasilitas yang terkait dengan kebutuhan wisatawan. Batasan daya dukung untuk jumlah wisatawan merupakan jumlah individu yang dapat didukung oleh satuan luas sumber daya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Daya tampung dan pengembangan fasilitas sebaiknya menperhatikan daya dukung sebagai batas pemanfaatan. Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata dirumuskan sebagai berikut (Yulianda, 2007): DDK =

29 15 keterangan: DDK : Daya Dukung Kawasan K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari WP : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pulau Pari memiliki panorama alam dan bawah laut yang sangat indah. Kondisi perairan yang bersih dan berpasir putih dengan kemiringan pantai yang landai sangat mendukung bagi kegiatan wisata snorkling dan wisata pantai. Keberadaan Pantai Pasir Perawan yang saat ini menjadi wisata unggulan Pulau Pari merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. Hal ini mengakibatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pari semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke Pulau Pari, semakin banyak pula penawaran jasa wisata ke Pulau Pari. Selain itu, para penduduk juga turut menawarkan pelayanan jasa wisata. Berdasarkan hal tersebut, aktivitas wisata di Pulau Pari diduga memberikan manfaat ekonomi bagi operator wisata dan juga masyarakat, namun peningkatan jumlah kunjungan ke Pulau Pari dalam jangka panjang juga dapat berpotensi melebihi daya dukung kawasan di wilayah tersebut. Kondisi pengelolaan wisata di Pulau Pari saat ini belum menerapkan konsep wisata berwawasan lingkungan, seperti pengaturan jumlah pengunjung/jumlah trip yang disesuaikan dengan daya dukung kawasan. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat Pulau Pari yang juga merupakan tempat penelitian dan konservasi terumbu karang. Oleh karena itu, Pulau Pari harus tetap terjaga kelestariannya. Lokasi wisata di Pulau Pari dianalisis dengan menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai yang kemudian dihitung daya dukungnya. Berdasarkan aktivitas wisata tersebut kemudian dilakukan estimasi nilai ekonomi wisata menggunakan metode biaya

30 16 perjalanan. Dampak ekonomi dari aktivitas wisata di Pulau Pari dilihat dari kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat. Dengan menganalisis dari ketiga aspek tersebut, diharapkan dapat melihat potensi ekowisata di Pulau Pari dengan pola pengembangan wisata yang baik, sehingga dapat menjadi suatu masukan bagi pengelola objek wisata di Pulau Pari agar pengembangan wisata di Pulau Pari dapat berkelanjutan. Diagram alir kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2. Pengembangan Kawasan Pulau Pari sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Peningkatan Jumlah Kunjungan Potensi Wisata Potensi Ekonomi Potensi Over Carrying Cappacity Analisis Indeks Kesesuaian Wilayah Nilai Ekonomi Wisata Dampak Wisata Tidak Sesuai Sesuai Daya Dukung Kawasan terhadap Aktivitas Wisata Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat Pengembangan Wisata Pulau Pari yang tidak melebihi daya carrying dukung kawasan dan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat Gambar 2. Bagan alir kerangka pemikiran

31 17 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Pulau Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dan dilatarbelakangi oleh kondisi Pulau Pari yang merupakan kawasan penelitian dan konservasi terumbu karang, saat ini dikembangkan juga sebagai kawasan wisata untuk membantu perekonomian masyarakat yang mengalami penurunan sektor perikanan. Pulau Pari sebagai salah satu bentuk wisata alam termasuk rentan terhadap over carrying capacity, terlebih pengelolaan wisata di Pulau Pari belum menerapkan konsep daya dukung kawasan. Selain itu penilaian ekonomi wisata di Pulau Pari juga belum dilakukan. Oleh karena itu, pengambilan lokasi penelitian dilakukan di Pulau Pari. Pengambilan data dilakukan di empat lokasi wisata yang terdiri dari satu lokasi wisata pantai, yaitu Pantai Pasir Perawan, dan tiga lokasi wisata snorkling, yaitu Area Perlindungan Laut (APL), Bintang Rama, dan Dermaga. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai Mei Sumber : PKSPL, 2013 Keterangan : Lokasi penelitian Gambar 3. Peta kawasan Pulau Pari

32 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang terdiri dari wisatawan dan masyarakat melalui kuesioner (survey), serta diskusi mendalam dengan key person yaitu pengelola objek wisata Pulau Pari, ketua Forum Peduli Pesisir (FORSIR), Ketua RW 04 Pulau Pari, petugas Kelurahan Pulau Pari, staf LIPI Pulau Pari, dan staf Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yaitu FORSIR Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pulau Pari, dan studi pustaka. 4.3 Metode Penentuan Sampel Pengambilan sampel pengunjung dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik non probability sampling. Teknik non probability sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak, sehingga setiap unsur atau anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Responden dalam penelitian ini terdiri dari wisatawan lokal dan asing, masyarakat, dan key person. Banyaknya sampel wisatawan yang dijadikan responden dalam periode waktu penelitian yaitu selama satu bulan adalah sejumlah 76 orang. Penentuan responden wisatawan ini dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan pertimbangan tertentu, yaitu keterwakilan dari aspek demografi, cara kedatangan, tujuan wisata, dan atraksi wisata. Penentuan responden masyarakat juga dilakukan secara purposive, di mana pengambilan sampel dilakukan secara sengaja atas dasar pertimbangan peneliti, yaitu masyarakat lokal yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan di sektor pariwisata. Responden masyarakat dipilih sebanyak 30 orang, di mana jumlah tersebut diasumsikan sudah dapat mewakili jumlah keseluruhan. Selain pengunjung dan masyarakat, dilakukan pula diskusi mendalam kepada 6 orang key person yaitu pengelola objek wisata Pulau Pari, ketua FORSIR, Ketua RW 04 Pulau Pari, petugas Kelurahan Pulau Pari, staf LIPI Pulau Pari, dan staf Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu.

33 Metode Analisis Data Tahap analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknikteknik analisis yang sudah ada, sehingga dapat menghasilkan output yang sesuai harapan. Keterkaitan tujuan penelitian, jenis data, variabel yang akan diukur, dan metode analisis data disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Keterkaitan tujuan penelitian, komponen data, sumber data, dan metode analisis data Tujuan No. Penelitian 1 Menghitung daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di Pulau Pari 2 Mengestimasi nilai ekonomi wisata di Pulau Pari 3 Menghitung besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari Komponen Data - Komponen biofisik berupa kedalaman perairan, tutupan komunitas karang, jenis pertumbuhan terumbu karang (life form), jenis ikan karang, kecepatan arus, kecerahan perairan, kedalaman terumbu karang, dan lebar hamparan datar karang. - Luas area yang dimanfaatkan untuk aktivitas wisata - Banyaknya kunjungan yang dilakukan - Biaya perjalanan - Karakteristik wisatawan - Jumlah wisatawan ke Pulau Pari pada satu tahun terakhir - Data mata pencaharian masyarakat di Pulau Pari - Data penghasilan masyarakat yang bekerja di sektor pariwisata dan non-pariwisata Sumber Data Data primer melalui pengukuran langsung dan wawancara kepada pengelola objek wisata di Pulau Pari. Data sekunder berupa luas area yang dimanfaatkan untuk aktivitas wisata diperoleh dari FORSIR. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan wisatawan. Data sekunder berupa data jumlah wisatawan diperoleh dari Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat serta wawancara mendalam dengan stakeholder terkait. Data sekunder berupa data mata pencaharian dan penghasilan masyarakat diperoleh dari beberapa instansi terkait yaitu data FORSIR, Kelurahan Pulau Pari dan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu. Metode Analisis Data Analisis kesesuaian wisata dan analisis daya dukung kawasan menggunakan benefit transer dari Yulanda (2007) dengan penyesuaian dalam hal nilai parameter yang diukur secara langsung Metode biaya perjalanan Analisis kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat

34 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari Pengembangan objek wisata yang baik haruslah disesuaikan dengan kondisi sumberdaya yang ada di lapangan. Kesesuaian wisata merupakan kriteria sumberdaya dan lingkungan terhadap kebutuhan akan pengembangan ekowisata (Yulianda, 2007). Kategori kesesuaian wisata bahari untuk aktivitas wisata di Pulau Pari dilakukan untuk kategori wisata pantai dan wisata snorkling, sesuai dengan karakteristik wisata yang dominan di Pulau Pari. Analisis kesesuaian wisata pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk aktivitas wisata pantai dan wisata snorkling. Dalam menentukan IKW diperlukan beberapa parameter kesesuaian yang dijadikan sebagai suatu dasar perhitungan. Penelitian ini menggunakan metode benefit transfer, yaitu menggunakan hasil penelitian Fredinan Yulianda tahun 2007 mengenai Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Hasil penelitian ini digunakan sebagai suatu acuan dasar dalam menentukan daya dukung kawasan dan indeks kesesuaian wisata yang disajikan dalam matriks kesesuaian lahan. Parameter yang digunakan terdiri dari kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, lebar hamparan datar karang, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar. Parameter-parameter tersebut diukur secara langsung di lapangan dengan menggunakan bantuan alat berupa secchi disk untuk mengukur kecerahan perairan, data tutupan komunitas karang, jenis life form, dan jenis ikan karang menggunakan transek kuadrat, kecepatan arus menggunakan floating object dan stopwatch, serta kedalaman perairan menggunakan tali meteran. Pada penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan melakukan pembobotan, skoring, dan penentuan peringkat pada setiap kategori yang dinilai dengan memperhatikan kesesuaian lahan yang dikembangkan sebagai kawasan wisata. Perhitungan analisis kesesuaian wisata dilakukan berdasarkan hasil perkalian bobot dan skor untuk setiap parameter sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 5. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikategorikan dengan klasifikasi yang terdiri dari empat kelas kesesuaian, yaitu:

35 21 S1 (sangat sesuai) : IKW % S2 (sesuai) : IKW 50 - <83 % S3 (sesuai bersyarat) : IKW 17 - <50 % TS (tidak sesuai) : IKW <17 % Tabel 5 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai Kategori dan Skor Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor TS Skor Wisata Snorkling Kecerahan perairan < <80 1 <20 0 (%) Tutupan komunitas 5 >75 3 > <25 0 karang (%) Jenis life form 3 >12 3 < <4 0 Jenis ikan karang 3 > <30 1 <10 0 Kecepatan arus (cm/dt) Kedalaman terumbu karang (m) Lebar hamparan datar karang (m) > > > >3-6 2 > >10 0 <1 1 >500 3 > <20 0 Kategori dan Skor Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor TS Skor Wisata Pantai Kedalaman perairan >3-6 2 > >10 0 (m) Tipe pantai 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir hitam, 1 Lumpur, 0 putih putih, sedikit karang berkarang, sedikit terjal berbatu, terjal Lebar pantai (m) 5 > <10 1 <3 0 Material dasar 3 Pasir 3 Karang 2 Pasir 1 Lumpur 0 perairan berpasir berlumpur Kecepatan arus (m/s) 3 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34-0,51 1 >0,51 0 Kemiringan pantai ( 0 ) 3 < >25-45 >45 Kecerahan perairan (%) Penutupan lahan pantai < <50 1 < Kelapa, lahan terbuka Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 Semak belukar rendah, savana 2 Belukar tinggi 3 Bulu babi 2 Bulu babi, ikan pari Ketersediaan air tawar (km) Sumber : Yulianda, 2007 Keterangan : Ni maks wisata snorkling : 57, Ni maks wisata pantai : 84 1 Hutan bakau, pemukima n, pelabuhan 1 Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu 1 <0,5 3 >0,5-1 2 >1-2 1 >

36 22 Jika suatu lokasi memiliki nilai IKW yang berada pada kategori sesuai (sesuai bersyarat, sesuai, sangat sesuai), maka selanjutnya harus dilakukan perhitungan daya dukung kawasan. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk aktivitas wisata pantai dan wisata snorkling tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Yulianda, 2007): IKW = (Ni/N maks ) x 100%...(1) dimana: IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai bobot untuk setiap faktor berpengaruh N maks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Sebagai contoh perhitungan untuk wisata snorkling, misal diketahui suatu kawasan perairan mempunyai kecerahan perairan sebesar 75%. Maka, dapat dilihat pada matriks kesesuaian bahwa parameter tersebut berada pada kategori S2 yang memiliki nilai skor 2. Dengan demikian, maka Ni untuk parameter kecerahan perairan dapat dihitung dengan mengalikan bobot dan skornya, yaitu 5x2, sehingga diperoleh nilai Ni sebesar 10. Perhitungan Ni untuk parameter lainnya dilakukan dengan hal yang sama, sedangkan Nmaks untuk kedua kategori wisata tersebut, yaitu wisata snorkling dan wisata pantai, diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dan skor tertinggi pada setiap parameter (Skor S1) yang ditunjukkan dengan skor bernilai Analisis Daya Dukung Kawasan Daya dukung ekowisata dihitung dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan. Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya dukung kawasan wisata, mengacu pada formulasi rumus dari Yulianda (2007) yaitu : DDK =...(2) di mana: DDK : Daya Dukung Kawasan K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area

37 23 Lp Lt Wt : Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung merupakan jumlah maksimum wisatawan yang dapat diterima dalam satu satuan unit area. Luas suatu area yang digunakan untuk kegiatan wisata harus mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolerir jumlah pengunjung agar sumberdaya tetap tejaga (Ketjulan, 2010). Potensi ekologis pengunjung dan luas area untuk setiap jenis kegiatan wisata bahari ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis Kegitan pengunjung Unit area Keterangan (K) (Lt) Selam m 2 Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m Snorkling m 2 Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m Wisata lamun m 2 Setip 1 orang dalam 100 m x 5 m Wisata mangrove 1 50 m Dihitung panjang track, setiap 1 orang sepanjang 50 m Rekreasi pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai Wisata olahraga 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai Sumber: Yulianda, 2007 Menurut Yulianda (2007), waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (Tabel 7). Tabel 7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No. Kegiatan Waktu yang Dibutuhkan (Wp) jam Total Waktu 1 Hari (Wt) jam 1. Selam Snorkling Berenang Berperahu Berjemur Rekreasi Pantai Olahraga Air Memancing Wisata Mangrove Wisata Lamun dan Ekositem Lainnya Wisata Satwa 2 4 Sumber: Yulianda (2007)

38 Estimasi Nilai Ekonomi Wisata Nilai ekonomi wisata dihitung dengan pendekatan permintaan wisata berdasarkan nilai surplus konsumen dengan menggunakan teknik valuasi non market, dalam hal ini Individual Travel Cost Method (ITCM). ITCM digunakan untuk menganalisis fungsi permintaan wisata. Rumus ITCM menurut Fauzi (2006) adalah sebagai berikut: Vij = f( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi )...(1) di mana: Vij Cij Tij Qij Sij M i :jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j :biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j :biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j :persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi :karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan Mi adalah penghasilan (income) dari individu i. :pendapatan individu i Perhitungan nilai ekonomi wisata dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu: a. Menentukan fungsi persamaan jumlah kunjungan yang dirumuskan sebagai berikut: V = β 0 + β 1 x 1 + β 2 x 2 + β 3 x 3 + β 4 x 4 + β 5 x 5 + β 6 x 6 + β 7 x 7 + β 8 x 8 + β 9 x 9...(2) di mana, V adalah jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Pari, β 0 adalah konstanta, X 1,2,3,...,9 adalah variabel-variabel yang mempengaruhi persamaan yang terdiri dari variabel biaya perjalanan, pendapatan pengunjung, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jarak tempuh, lama perjalanan, umur pengunjung, lama mengetahui keberadaan objek wisata Pulau Pari, dan lama kunjungan, sedangkan β 0- β 9 adalah koefisien regresi. b. Menyederhanakan model persamaan (1) ke dalam bentuk dasarnya yaitu V = β 0 + β 1 x 1. Sesuai dengan prinsip ekonomi, cateris paribus, maka persamaan (1) disederhanakan dengan membuat variabel lain menjadi konstanta, dengan memasukkan rataan dari masing-masing variabel, sehingga diperoleh persamaan:

39 25 V = β 0 + β 1 x 1 + α...(3) di mana α adalah hasil penjumlahan dari setiap koefisien regresi dengan rataan dari masing-masing variabel, yaitu β 2x x 2, β 3 x 3,..., β 9 x 9. c. Persamaan (3) menghasilkan dua buah konstanta, yaitu β 0 dan α. Kedua konstanta ini dapat dijumlahkan menjadi β, menghasilkan bentuk persamaan V = β + β 1 x 1....(4a) Variabel X 1 pada persamaan tersebut menunjukkan variabel biaya perjalanan (TC), sehingga persamaan (4a) dapat ditulis pula sebagai berikut: V = β + β 1 TC....(4b) d. Selanjutnya, persamaan (4b) diubah ke dalam bentuk persamaan TC menjadi: TC =...(5) e. Nilai ekonomi wisata diestimasi melaui surplus konsumen. Surplus konsumen dapat diketahui melalui persamaan berikut:...(6) Persamaan tersebut merupakan hasil substitusi dari persamaan 5, dimana TC rata-rata diperoleh saat V rata-rata, sedangkan TC max diperoleh saat V = 0. f. Berdasarkan persamaan (6), nilai ekonomi wisata di Pulau Pari dapat diketahui dengan mengalikan surplus konsumen dengan jumlah kunjungan selama satu tahun terakhir, sehingga diperoleh: Nilai ekonomi wisata = CS x jumlah kunjungan satu tahun terakhir...(7) Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat Penghasilan merupakan gaji seseorang yang diterima dalam satu bulan. Penghasilan seseorang dapat berasal dari berbagai macam bidang pekerjaan. Sumber penghasilan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu penghasilan yang berasal dari usaha di sektor non-pariwisata dan penghasilan dari usaha di sektor pariwisata. Analisis terhadap penghasilan masyarakat diperlukan untuk mengetahui dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Pulau Pari yang dilihat dari aspek kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat dengan

40 26 pendekatan penghasilan rumah tangga. Penghasilan masyarakat tersebut dirumuskan sebagai berikut: Y = Y 1 + Y 2...(1) di mana: Y : total penghasilan rumah tangga (Rp/bulan) Y 1 Y 2 : penghasilan rumah tangga dari sektor non-pariwisata (Rp/bulan) : penghasilan rumah tangga dari sektor pariwisata (Rp/bulan) Perhitungan kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan rumah tangga dirumuskan sebagai berikut: K = (Y 2 / Y) x 100%...(2) di mana: K : kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat (Rp/bulan) Y 2 : penghasilan rumah tangga dari sektor pariwisata (Rp/bulan) Y : total penghasilan rumah tangga (Rp/bulan) Dari hasil perhitungan akan dilihat tipologi usaha berasarkan tingkat penghasilannya sesuai dengan kriteria menurut Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yaitu sebagai berikut: kontribusi penghasilan < 30% : usaha sambilan kontribusi penghasilan < 30-70% : usaha sampingan kontribusi penghasilan < % : usaha utama

41 27 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Pulau Pari Pulau Pari berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah salah satu pulau di Gugusan Pulau Pari yang terletak di Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Secara astronomis, letak Pulau Pari berada pada LS dan BT. Secara administrasi, Pulau Pari yang memiliki luas wilayah sebesar 41,32 ha ini terdiri dari 4 RT dan 1 RW, yaitu RW 04. Berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, Pulau Pari difungsikan untuk perumahan, walaupun pengembangan Pulau Pari saat ini lebih mengarah pada wisata. Hal ini terjadi karena usaha perikanan dan budidaya rumput laut yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami penurunan (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, 2012). 5.2 Kondisi Demografi Pulau Pari Kondisi demografi masyarakat Pulau Pari merupakan persoalan dan keadaan yang menggambarkan perubahan penduduk Pulau Pari. Komponenkomponen yang berhubungan dengan perubahan tersebut diantaranya adalah kelahiran, kematian, dan migrasi, sehingga menghasilkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Data statistik Kelurahan Pulau Pari (2013), mencatat jumlah penduduk Pulau Pari adalah 940 jiwa yang terdiri dari 477 orang laki-laki dan 463 orang perempuan. Jumlah ini menunjukkan proporsi penduduk berjenis kelamin lakilaki dan perempuan yang hampir seimbang. Adapun jumlah kepala keluarga (KK) di Pulau Pari adalah sebanyak 265 KK. Berdasarkan data tersebut, maka kepadatan penduduk di Pulau Pari adalah sebesar 23 penduduk/hektar. Tabel 8 menunjukkan kondisi demografi Pulau Pari.

42 28 Tabel 8 Kondisi demografi Pulau Pari A. Jumlah penduduk Pulau Pari RW RT KK Dewasa Anak-Anak Jumlah Jumlah L P L P L P L P Total Jumlah B. Mobilitas penduduk Pulau Pari RW RT Lahir Datang Mati Pindah L P L P L P L P Jumlah Sumber : Kelurahan Pulau Pari, 2013 Keterangan 5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Pari Karakteristik responden masyarakat diperlukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat di Pulau Pari. Untuk itu, diperlukan data dari 30 orang responden masyarakat dengan karaktersitik sebagaimana tersaji pada Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk merupakan penduduk asli yang berusia produktif, yaitu antara tahun. Para pendatang pada umumnya berasal dari daerah Tangerang dan sekitarnya, yang menetap di Pulau Pari dengan alasan untuk bekerja dan ikut suami/istri. Kondisi sosial ekonomi masyarakat lainnya digambarkan dari tingkat pendidikan masyarakat, di mana sebagian besar responden masyarakat Pulau Pari mengenyam pendidikan hingga jenjang SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah memahami pentingnya pendidikan, walaupun tidak banyak yang melanjutkan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Kondisi tersebut dapat dimengerti karena faktor jarak dan keterbatasan biaya.

43 29 Pulau Pari yang memiliki karakteristik perairan yang baik membuat sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Namun, keberadaan objek wisata di Pulau Pari membuka peluang kepada masyarakat untuk memiliki mata pencaharian alternatif di sektor pariwisata melalui penyediaan jasa dan fasilitas wisata. Mata pencaharian alternatif di sektor pariwisata tersebut menjadi salah satu penunjang perekonomian masyarakat Pulau Pari. Hal ini terbukti dengan jumlah responden masyarakat yang sebanyak 70 persen bekerja pada sektor pariwisata. Tabel 9 Karakteristik responden masyarakat Pulau Pari No. Karakteristik Jumlah Persentase (%) 1. Struktur Usia , , , , , , , , ,33 Jumlah ,00 2. Status Kependudukan Penduduk asli 25 83,33 Pendatang 5 16,67 Jumlah ,00 3. Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD 2 6,67 Tamat SD 10 33,33 Tamat SLTP 4 13,33 Tamat SLTA 13 43,33 Perguruan Tinggi 1 3,33 Jumlah ,00 4. Mata Pencaharian - Wisata Nelayan + wisata 18 60,00 Pemandu wisata 3 10,00 Jumlah 21 70,00 - Non-Wisata Pegawai swasta 2 6,67 Buruh 1 3,33 IRT 5 16,67 Lainnya 1 3,33 Jumlah 9 30,00 Jumlah ,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2013

44 Sarana dan Prasarana Demi menunjang kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat di Pulau Pari, pemerintah setempat berupaya untuk meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Pulau Pari. Sarana dan prasarana yang terdapat di Pulau Pari dapat dikelompokkan ke dalam sarana dan prasarana sektor wisata dan non-wisata, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10 Sarana/prasarana di Pulau Pari No. Sarana/prasarana Jumlah Rincian A. Wisata Homestay 80 buah Kapal snorkling 30 buah Alat snorkling 17 penyewaan Kamera underwater 7 penyewaan Sepeda 11 penyewaan Banana boat 2 buah B. Non-wisata 1. Pendidikan TK/ PAUD 2 buah TK Al-Hijrah II dan PAUD Assyakur SD/ MD 2 buah SD 1 Pagi dan Madrasah Diniyah Nurul Ulul Pulau Pari SLTP 1 buah SMP Satu Atap Keagamaan Mesjid 1 buah Mesjid Al-Ikhlas Musholla 2 buah Musholla Bahlul Ulum Musholla Itihad 3. Kesehatan Puskesmas P.Pari Sumber: A. FORSIR, 2013 B. Kelurahan Pulau Pari, buah Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa sarana/prasarana wisata di Pulau Pari cukup beragam. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki keterlibatan yang cukup tinggi di sektor pariwisata. Sarana dan prasarana pendidikan di Pulau Pari hanya terdapat sampai jenjang SLTP, sedangkan jenjang pendidikan SLTA terdapat di Pulau Pramuka, sehingga masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTA harus menetap di Pulau Pramuka. Sarana/prasarana keagamaan yang di Pulau Pari adalah sarana keagamaan bagi umat Islam. Hal ini karena 100 persen penduduk Pulau Pari beragama Islam (Kelurahan Pulau Pari, 2013). Selain di bidang pendidikan dan keagamaan, terdapat juga sarana/prasarana di bidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan sebuah Puskesmas di Pulau Pari. Kondisi ini sangat membantu warga dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang baik.

45 31 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Wisata di Pulau Pari Pulau Pari memiliki karakteristik kawasan yang berpotensi sebagai tempat wisata. Oleh karena itu, tidak heran jika saat ini Pulau Pari mulai banyak dikunjungi wisatawan, terlebih setelah dibukanya Pantai Pasir Perawan. Pantai Pasir Perawan merupakan objek wisata pantai yang ada di Pulau Pari yang semula merupakan pantai yang penuh dengan semak belukar. Sekitar akhir tahun 2012, masyarakat secara inisiatif membersihkan lahan tersebut dan menatanya sehingga terdapat akses menuju sebuah pantai yang bersih dan berpasir putih yang saat ini dikenal dengan nama Pantai Pasir Perawan. Pantai Pasir Perawan dikelola secara swadaya oleh masyarakat Pulau Pari dengan bantuan Forum Peduli Pesisir (FORSIR) sebagai organisasi masyarakat yang mendukung pengembangan objek wisata dan kesejahteraan masyarakat Pulau Pari. Selain pantai, perairan Pulau Pari juga kaya akan keanekaragaman bawah lautnya. Kondisi sumber daya alam yang mendukung bagi kegiatan wisata di Pulau Pari tersebut menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Aktivitas wisata yang dominan diminati oleh para wisatawan di Pulau Pari adalah aktivitas wisata pantai dan wisata snorkling. Beberapa perairan Pulau Pari yang sering dijadikan lokasi snorkling adalah Area Perlindungan Laut (APL), Bintang Rama, dan area sekitar dermaga. Lokasi tersebut termasuk ke dalam zona pemanfaatan kawasan ekowisata bahari yang ditujukan untuk pengembangan pariwisata alam. Selain itu, lokasi tersebut juga dinilai memiliki keindahan bawah laut yang baik dan berada pada daerah yang terlindung dengan kondisi perairan yang cukup tenang. 6.2 Karakteristik Responden Wisatawan di Pulau Pari Untuk mengetahui karakteristik responden wisatawan diperlukan data dari 76 orang responden wisatawan dengan karakteristik seperti yang disajikan pada Tabel 11.

46 32 Tabel 11 Karakteristik responden wisatawan di Pulau Pari No. Karakteristik Jumlah Persentase (%) 1. Daerah Asal Jakarta 33 43,42 Tangerang 9 11,84 Bekasi 14 18,42 Depok 7 9,21 Bogor 11 14,47 Bandung 2 2,63 Jumlah ,00 2. Umur , , , , , ,32 Jumlah ,00 3. Pekerjaan Buruh 6 7,89 IRT 1 1,32 Mahasiswa 23 30,26 Pegawai swasta 30 39,47 Pelajar 9 11,84 PNS 5 6,58 Lainnya 2 2,63 Jumlah ,00 4. Cara Kedatangan Keluarga 9 11,84 Rombongan 17 22,37 Teman 49 64,47 Sendiri 1 1,32 Jumlah ,00 5. Waktu Berkunjung Akhir pekan 59 77,63 Hari kerja 7 9,21 Libur sekolah 10 13,16 Jumlah ,00 6. Sumber Informasi Brosur 1 1,32 Internet 16 21,05 Radio 1 1,32 Teman/ keluarga 58 76,32 Jumlah ,00 7. Tujuan Bekerja 1 1,32 Berekreasi 70 92,11 Lainnya (survey) 5 6,58 Jumlah ,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa wisatawan yang datang ke Pulau Pari berasal dari wilayah Jabodetabek dan Bandung dengan jumlah terbesar berasal dari Jakarta. Kondisi ini sangat memungkinkan, melihat lokasi Jakarta yang cukup dekat dengan Pulau Pari dan dapat diakses dari luar melalui beberapa

47 33 pelabuhan, yaitu Rawa Saban, Tanjung Kait, Tanjung Pasir dan Kali Adem (Muara Angke). Rute pelayaran dari Kali Adem menggunakan kapal Kerapu dan Lumba- Lumba, sedangkan tiga pelabuhan lainnya menggunakan rute pelayaran angkutan tradisional masyarakat. Sebagian besar wisatawan menggunakan rute pelayaran dari Kali Adem untuk mencapai Pulau Pari. Hal ini disebabkan karena sebagian besar wisatawan berasal dari Jakarta, dan pelabuahan Kali Adem mempunyai jarak yang paling dekat dengan Jakarta. Pulau Pari yang merupakan pulau yang baru dikembangkan sebagai objek wisata menarik minat kalangan muda untuk berwisata ke tempat ini, ditunjukkan dengan banyaknya wisatawan berusia muda yaitu antara tahun yang sebagian besar berprofesi sebagai pegawai swasta. Pada umumnya, wisatawan tersebut datang secara berkelompok, yaitu bersama teman dengan menggunakan jasa agen wisata. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan saat berwisata. Wisatawan tersebut sebagian besar berkunjung pada waktu akhir pekan. Minat wisatawan untuk datang ke Pulau Pari pada waktu akhir pekan memang menunjukkan angka yang cukup tinggi, namun, penginapan yang tersedia jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, pengelola jasa wisata membuat kebijakan dengan membuka hari kunjungan pada waktu hari kerja. Sehingga, selain akhir pekan, wisatawan juga dapat berkunjung pada hari kerja. Kondisi Pulau Pari yang nyaman dan tidak terlalu padat menjadi salah satu alasan wisatawan memilih Pulau Pari sebagai daerah tujuan wisata. Aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan pun bermacam-macam, terdiri dari snorkling, bersepeda, berperahu, menikmati pantai, memancing, dan belajar. 6.3 Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata Pulau Pari Persepsi wisatawan merupakan penilaian wisatawan terhadap berbagai kondisi yang ada di objek wisata Pulau Pari. Hal ini sangat penting diketahui sebagai informasi bagi pengelola dalam melakukan pengembangan wisata di Pulau Pari. Kondisi yang aman, nyaman, dan teratur, dapat menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan yang telah datang untuk berkunjung kembali ataupun bagi wisatawan yang belum pernah datang ke Pulau Pari, sehingga memberikan kesan

48 34 yang baik atas kunjungannya. Tabel 12 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap objek wisata di Pulau Pari. Tabel 12 Persepsi responden wisatawan terhadap lokasi wisata di Pulau Pari No Persepsi Jumlah 1.Kebersihan Lokasi Pantai Lokasi Wisata Sepeda Area Pemukiman Penduduk Jumlah % Jumlah % Jumlah % Bersih 25 32, , ,05 Cukup bersih 46 60, , ,63 Tidak bersih 5 6,58 6 7,89 1 1,32 Jumlah , , ,00 2.Keindahan Panorama Alam Pantai Panorama Bawah Laut Jumlah % Jumlah % Jumlah % Menarik ,37 Tidak Menarik ,63 Jumlah , , ,00 3.Fasilitas Memadai Tidak Memadai Tidak Tersedia Jumlah % Jumlah % Jumlah % Toilet/mushola 68 89, ,53 0 0,00 Tempat makan/warung 60 78, ,05 0 0,00 Toko cenderamata 45 59, ,16 2 2,63 Penginapan 66 86, ,16 0 0,00 Petunjuk arah 60 78, ,05 0 0,00 Pelayanan informasi 59 77, ,37 0 0,00 Rata-rata persentase 78,51 21,05 0,44 4.Keamanan Jumlah Persentase (%) Aman ,00 Tidak aman 0 0,00 5.Aksesibilitas Jumlah ,00 Sangat mudah 21 27,63 Mudah 50 65,79 Sulit 5 6,58 6.Kondisi jalan Jumlah ,00 Bagus 25 32,89 Cukup bagus 50 65,79 Rusak 1 1,32 Jumlah ,00

49 35 Persepsi Jumlah Persentase (%) 7.Keramahan petugas/pengelola objek wisata Ramah ,00 Tidak ramah 0 0,00 Sangat tidak ramah 0 0,00 Jumlah ,00 8.Tingkat Kepuasan Puas 71 93,42 Sangat puas 5 6,58 Jumlah ,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Tabel 12 menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pengunjung menyatakan puas terhadap objek wisata di Pulau Pari. Hal ini tergambar pula dari penilaian terhadap kebersihan, keindahan, fasilitas, keamanan, aksesibilitas, kondisi jalan, dan keramahan petugas/pengelola objek wisata yang juga menunjukkan persepsi yang baik. Tingkat kepuasan responden wisatawan ini juga disebabkan oleh kondisi SDAL Pulau Pari yang masih asri dan tidak terlalu padat, sehingga memberikan tingkat kenyamanan yang baik bagi para wisatawan. 6.4 Indeks Kesesuaian Wisata di Pulau Pari Kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari dianalisis dengan menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW). Penelitian ini menilai dua aktivitas wisata, yaitu wisata snorkling dan wisata pantai. Kedua aktivitas wisata tersebut memiliki parameter yang berbeda. Penentuan lokasi untuk aktivitas wisata snorkling dilakukan pada tiga lokasi yang lazim digunakan untuk aktivitas wisata snorkling di Pulau Pari, yaitu Area Perlindungan Laut (APL) yang terletak pada koordinat ,80 LS ,54 BT, Bintang Rama pada koordinat ,36 LS ,16 BT, dan Dermaga pada koordinat ,93 LS ,19 BT, sedangkan untuk wisata pantai dilakukan pada satu lokasi penelitian, yaitu Pantai Pasir Perawan. Untuk menghitung Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) perlu diukur langsung di lapangan beberapa parameter (Nilai) yang kemudian dicocokkan dengan matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pada Tabel 5 untuk memperoleh bobot dan skor. Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata ini diperlukan untuk menghitung indeks kesesuaian wisata sebagaimana ditampilkan pada Tabel 13.

50 36 Tabel 13 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling di Pulau Pari I. Area Perlindungan Laut (APL) No Parameter Bobot* Nilai** Skor* N i N maks A b c a x c a x 3 1 Kecerahan perairan (%) Tutupan komunitas karang (%) Jenis life form Jenis ikan karang Kecepatan arus (cm/dt) Kedalaman terumbu karang (m) Lebar hamparan datar karang (m) Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3 Total Indeks Kesesuaian Wisata (%) : (N i / N maks ) x 100% 75,44 Kategori S2 II. Bintang Rama No Parameter Bobot* Nilai** Skor* N i N maks A b c a x c a x 3 1 Kecerahan perairan (%) Tutupan komunitas karang (%) 5 75, Jenis life form Jenis ikan karang Kecepatan arus (cm/dt) Kedalaman terumbu karang (m) Lebar hamparan datar karang (m) Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3 Total Indeks Kesesuaian Wisata (%) : (N i / N maks ) x 100% 78,95 Kategori S2 III. Dermaga No Parameter Bobot* Nilai** Skor* N i N maks A b c a x c a x 3 1 Kecerahan perairan (%) Tutupan komunitas karang (%) Jenis life form Jenis ikan karang Kecepatan arus (cm/dt) Kedalaman terumbu karang (m) Lebar hamparan datar karang (m) Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3 Total Indeks Kesesuaian Wisata (%) : (N i / N maks ) x 100% 66,67 Kategori S2 Sumber : * Bobot dan skor menggunakan matriks kesesuaian lahan pada Tabel 5 (Yulianda, 2007) ** Hasil pengukuran langsung (Data Primer, 2013)

51 37 Tabel 13 menunjukkan bahwa ketiga lokasi snorkling masuk ke dalam kategori S2 yang berarti sesuai untuk digunakan sebagai tempat wisata snorkling. Indeks kesesuaian wisata terbesar terdapat di Lokasi II, yaitu Bintang Rama. Hal ini didukung oleh banyaknya jumlah parameter yang berada pada kategori sangat sesuai, ditandai dengan skor bernilai 3. Selama ini, Bintang Rama memang menjadi tempat paling favorit untuk melakukan snorkling. Selain aktivitas wisata snorkling, Pulau Pari juga didominasi oleh aktivitas wisata pantai. Berbeda halnya dengan Lokasi I, II, dan III, yang berada pada kategori sesuai, Lokasi IV berada pada kategori sangat sesuai. Lokasi IV, yaitu Pantai Pasir Perawan merupakan objek wisata pantai, sehingga parameterparameter yang terdapat dalam indeks kesesuaiannya berbeda dengan ketiga lokasi lainnya. Hampir semua parameternya berada pada kategori sangat sesuai, seperti yang disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pantai di Pantai Pasir Perawan No Parameter Bobot* Nilai** Skor* N i N maks A b c a x c a x 3 1 Kedalaman perairan (m) Tipe pantai 5 Pasir putih Lebar pantai (m) 5 23, Material dasar perairan 3 Pasir Kecepatan arus (m/s) 3 0, Kemiringan pantai ( 0 ) Kecerahan perairan (%) Penutupan lahan pantai 1 Pandan laut, lahan terbuka 9 Biota berbahaya 1 Bulu babi Ketersediaan air tawar (km) 1 <0, Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3 Total Indeks Kesesuaian Wisata (%) : (N i / N maks ) x 100% 95,24 Kategori Sumber : * Yulianda, 2007 ** Data Primer, 2013 Pantai Pasir Perawan merupakan lahan terbuka dengan lebar pantai lebih dari 15 meter. Tipe pantainya berpasir putih dengan kecerahan 80 persen dan material dasar perairan berupa pasir. Kondisi ini sangat cocok digunakan untuk aktivitas wisata. S1

52 38 Menurut Dahuri et al, 2004, pembangunan berkelanjutan suatu wilayah kepulauan secara ekologis, salah satunya harus memenuhi persyaratan yaitu ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik sesuai. Persyaratan ini dapat dilihat dari peta kesesuaian lahan. Berdasarkan Tabel 13 dan Tabel 14, maka dapat dilihat bahwa kriteria kesesuaian tersebut telah terpenuhi. Secara keseluruhan, indeks kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15 Indeks kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari No Lokasi IKW (%) Kategori Keterangan 1 Area Perlindungan Laut (APL) 75,44 S2 Sesuai 2 Bintang Rama 78,95 S2 Sesuai 3 Dermaga 66,67 S2 Sesuai 4 Pantai Pasir Perawan 95,24 S1 Sangat sesuai Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Peta kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di empat lokasi penelitian seperti digambarkan pada Gambar 4. Sumber: PKSPL Diolah, 2013 Gambar 4. Peta keseuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari

53 Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Pari Penilaian mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari dilakukan pada empat lokasi penelitian yang terdiri dari tiga lokasi snorkling dan satu lokasi pantai. Berdasarkan hasil analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW), keempat lokasi tersebut berada pada kategori sesuai, oleh karena itu selanjutnya harus dilakukan perhitungan daya dukung kawasan. Perhitungan daya dukung ini diperlukan untuk mengetahui batasan maksimum pengunjung yang dapat ditampung di lokasi tersebut agar lokasi wisata tetap lestari. Perhitungan daya dukung kawasan dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu potensi ekologis pengunjung (K), luas atau panjang area yang dimanfaatkan (Lp), unit area (Lt), waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata (Wt), dan waktu yang dihabiskan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata (Wp). Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari ditunjukkan pada Tabel 16. Tabel 16 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari No Lokasi K* Lp** Lt* Wp* Wt* DDK a B c d e a x (b/c) x (e/d) Wisata Snorkling 1 APL m m 2 3 jam 6 jam 14 orang/hari 2 Bintang Rama m m 2 3 jam 6 jam 36 orang/hari 3 Dermaga m m 2 3 jam 6 jam 8 orang/hari Wisata Pantai 4 Pantai Pasir Perawan Sumber : * Yulianda, 2007 ** FORSIR, m 50 m 3 jam 6 jam 300 orang/hari Potensi ekologis pengunjung untuk aktivitas wisata snorkling adalah 1 orang dengan unit area 500 m 2. Artinya, setiap satu orang dalam 500 m 2. Sedangkan, untuk aktivitas wisata pantai, potensi ekologis pengunjung adalah 1 orang dengan unit area 50 m, atau dengan kata lain 1 orang setiap 50 m panjang pantai. Waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk kegiatan snorkling adalah 3 jam dengan total waktu dalam 1 hari adalah 6 jam. Untuk aktivitas wisata pantai, waktu yang dibutuhkan pengunjung adalah 3 jam dengan total waktu dalam sehari adalah 6 jam. Lokasi I memiliki luas area pemanfaatan 3500m 2. Dengan luas area pemanfaatan sebesar ini, daya dukung kawasan Lokasi I adalah 14 orang/hari. Artinya, dengan total waktu 6 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan waktu yang digunakan pengunjung untuk kegiatan snorkling selama 3 jam, maka

54 40 jumlah pengunjung yang dapat ditampung pada lokasi tersebut adalah 14 orang dalam satu hari. Hal ini menjadi dasar perhitungan daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkling. Namun, berdasarkan lamanya waktu penyewaan alat snorkling yaitu alat selam dasar (ADS), rata-rata pengunjung hanya memanfaatkan waktu selama 1 jam dari waktu maksimal yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas wisata snorkling yaitu selama 3 jam, sehingga daya dukung kawasannya dapat lebih dari 14 orang/hari. Hal ini menunjukkan bahwa dengan total waktu yang disediakan untuk aktivitas snorkling dalam satu hari yaitu selama 6 jam, di Lokasi I masih bisa menampung hingga 84 orang dalam waktu yang berbeda, dengan asumsi setiap orang hanya menggunakan waktu 1 jam untuk snorkling. Lokasi II dan III masing-masing memiliki luas area pemanfaatan sebesar 9000 m 2 dan 2000 m 2. Berdasarkan hasil perhitungan, daya dukung kawasan di Lokasi II adalah 36 orang/hari dan di Lokasi III 8 orang/hari. Seperti halnya Lokasi I, daya dukung kawasan di Lokasi II dan III juga dapat lebih dari daya dukung dasar tersebut. Jika diasumsikan setiap pengunjung hanya menggunakan waktunya selama 1 jam, maka dalam satu hari di Lokasi II masih dapat menampung hingga 216 orang dalam waktu yang berbeda, sedangkan untuk Lokasi III masih dapat menampung hingga 48 orang dalam waktu yang tidak bersamaan. Daya dukung kawasan di Lokasi II adalah yang paling besar. Hal ini sesuai dengan luas area pemanfaatannya yang juga lebih besar dibandingkan dua lokasi lainnya. Lokasi IV, yaitu Pantai Pasir Perawan yang memiliki area pemanfaatan seluas 7500 m 2 memiliki daya dukung kawasan sebesar 300 orang/hari. Artinya, dalam waktu yang bersamaan, dengan total waktu 6 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan waktu yang digunakan pengunjung untuk kegiatan wisata pantai selama 3 jam, maka jumlah pengunjung yang dapat ditampung pada lokasi tersebut adalah 300 orang dalam satu hari. 6.6 Nilai Ekonomi Wisata di Pulau Pari Jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari yang semakin meningkat setiap waktunya, menjadi salah satu hal yang menarik untuk ditetiti untuk dihitung nilai ekonominya. Jumlah kunjungan wisatawan selama satu tahun terakhir digunakan sebagai dasar dalam perhitungan ini.

55 41 Penelitian dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel biaya perjalanan, pendapatan, jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama perjalanan, umur, lama mengetahui objek wisata, dan lama kunjungan sebagai variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, seperti yang terlampir pada Lampiran 1. Variabel biaya perjalanan merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk mencapai lokasi wisata dan biaya yang dikeluarkan selama berada di lokasi wisata. Variabel pendapatan merupakan besarnya pendapatan pengunjung dalan satu bulan. Variabel jumlah tanggungan adalah banyaknya jumlah tanggungan pengunjung. Variabel pendidikan adalah lamanya pendidikan (tahun) yang ditempuh oleh pengunjung. Variabel jarak merupakan jarak tempuh dari lokasi asal pengunjung ke lokasi tujuan wisata. Variabel lama perjalanan merupakan waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk tiba di lokasi tujuan wisata. Variabel umur menunjukkan umur pengunjung (tahun). Variabel lama mengetahui menunjukkan sudah berapa lama pengunjung mengetahui keberadaan lokasi wisata, sedangkan variabel lama kunjungan menunjukkan berapa lama pengunjung tersebut berada di lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis regresi linear dari data pada Lampiran 1, maka diperoleh model persamaan sebagai berikut: Jumlah Kunjungan = 1,113-0, Biaya Perjalanan - 0, Pendapatan + 0,139 Jumlah Tanggungan + 0,032 Pendidikan + 0, Jarak - 0,080 Lama Perjalanan - 0,017 Umur + 0,026 Lama Mengetahui + 0,108 Lama Kunjungan Hasil regresi dari persamaan linear di atas dapat dilihat pada Tabel 17 dan selengkapya terdapat pada Lampiran 2. Pada hasil perhitungan di Tabel 17, variabel jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama mengetahui, dan lama kunjungan menunjukkan tanda positif (+). Hal ini berarti bahwa secara umum, semakin meningkat variabel-variabel tersebut maka akan meningkatkan jumlah kunjungan. Variabel biaya perjalanan, pendapatan, lama perjalanan, dan umur menunjukkan tanda negatif (-) yang berarti bahwa secara umum, semakin meningkat variabelvariabel tersebut maka akan menurunkan jumlah kunjungan. Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai R-Sq sebesar 17,6 persen, menunjukkan bahwa keragaman jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari hanya mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di dalam model sebanyak 17,6 persen. Sisanya sebesar 82,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang

56 42 tidak dimasukkan ke dalam model. Variabel-variabel tersebut diperkirakan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari. Pulau Pari yang merupakan objek wisata alam, khususnya wisata pulau memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis wisata lainnya. Pulau Pari sebagai salah satu objek wisata pulau sangat dipengaruhi oleh alam. Kondisi alam diantaranya seperti cuaca, kecepatan angin, dan ketinggian ombak, sangat mempengaruhi aktivitas kunjungan wisata ke Pulau Pari, karena setiap pengunjung yang datang ke Pulau Pari diharuskan untuk menyebrang menggunakan kapal, dan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Tabel 17 Hasil regresi linear kunjungan wisata ke Pulau Pari dengan individual travel cost method Model Unstandardized Coefficients B Std. Error Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics Beta Tolerance VIF Constant Biaya Perjalanan E Pendapatan E Jumlah Tanggungan ** Pendidikan Jarak Lama Perjalanan Umur Lama Mengetahui Lama Kunjungan * R-sq = 17,6 persen R-Sq (adj) = 6,4 persen DW = 1,755 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Keterangan : *) signifikan pada taraf nyata α = 0,05 (5 persen) **) signifikan pada taraf nyata α = 0,15 (15 persen) Variabel-variabel yang merupakan kondisi alam seperti cuaca, kecepatan angin, dan ketinggian ombak tersebut bukan merupakan data time series. Selain itu, secara konsep variabel-variabel tersebut cenderung homogen di setiap responden, karena merupakan pendapat seseorang. Contohnya, mengenai kondisi cuaca baik dan buruk. Pada saat yang sama, jika kondisi cuaca memang buruk, maka semua orang akan menganggap bahwa cuaca tersebut buruk dan tidak memungkinkan

57 43 untuk melakukan aktivitas wisata, misalnya untuk wisata snorkling. Oleh karena itu, variabel-variabel tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam model persamaan, namun variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah kunjungan wisata di Pulau Pari. Pada hasil regresi di Tabel 17 dapat dilihat hasil uji t dengan taraf nyata 5 persen dan 15 persen, diperoleh terdapat dua variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan di Pulau Pari. Variabel lama mengetahui berpengaruh pada taraf nyata 5 persen dan jumlah tanggungan berpengaruh pada taraf nyata 15 persen. Koefisien lama mengetahui bernilai positif, yaitu 0,026. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 bulan lama mengetahui objek wisata, diduga akan menambah jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari Kepulauan Seribu sebesar 0,26, dengan asumsi cateris paribus. Sedangkan koefisien jumlah tanggungan bernilai 0,139, artinya setiap penambahan 1 orang jumlah tanggungan, diduga akan menambah jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari, sebesar 1,39, dengan asumsi cateris paribus. Hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel 17 diperoleh nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10. Hal ini menunjukkan tidak adanya multikolinearitas dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas dilihat dengan melihat pola penyebaran titik. Hasil regresi menunjukkan titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, artinya output regresi (pada Chart Lampiran 2) tidak membentuk pola yang jelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Uji autokorelasi diketahui dengan membandingan nilai Durbin-Watson (DW) dengan DW tabel. Nilai DW dari hasil regresi diperoleh 1,755. Untuk nilai dl dan du dapat dilihat pada tabel DW untuk signifikansi 0,05 dengan n (jumlah data)=76 dan k (jumlah variabel independen)=9. Didapatkan nilai dl adalah 1,3747 dan du adalah 1,8989, jadi nilai 4-dU=2,1011 dan 4-dL=2,6253. Hal ini berarti nilai DW (1,755) berada pada daerah antara dl dan du, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Berdasarkan hasil regresi tersebut, dengan memasukkan nilai rata-rata pendapatan, jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama perjalanan, umur, lama mengetahui, dan lama kunjungan, maka dapat diperoleh fungsi : JK = 1,113-0, TC + 0,233483

58 44 JK = - 0, TC + 1, TC = Persamaan di atas lalu ditransformasikan dalam bentuk TC menjadi: Biaya perjalanan rata-rata dapat diperoleh ketika jumlah kunjungan rata-rata, sehingga dengan memasukkan nilai rata-rata jumlah kunjungan, diperoleh persamaan : Rata-rata TC = = = Sementara itu, TC maksimum diperoleh saat jumlah kunjungan=0, sehingga dapat diperoleh nilai TC maksimum sebesar: TC maks = = Berdasarkan perhitungan tersebut, maka surplus konsumen dapat diketahui dengan membagi dua hasil perkalian antara jumlah kunjungan rata-rata dengan selisih TC maksimum dan TC rata-rata, sehingga diperoleh estimasi nilai surplus konsumen per individu sebesar Rp ,00. Dengan demikian, berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada tahun 2012 yang berjumlah kunjungan, maka nilai ekonomi wisata di Pulau Pari adalah sebesar Rp ,00/tahun. 6.7 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat Hidupnya aktivitas wisata di Pulau Pari memberikan dampak positif terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari. Pekerjaan utama masyarakat sebagai nelayan dapat terbantu dengan adanya kegiatan di sektor pariwisata. Keberadaan objek wisata Pulau Pari mengakibatkan adanya perubahan pada penghasilan masyarakat setempat. Besaran kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat diestimasi dari 30 orang responden masyarakat Pulau Pari seperti yang terlampir pada Lampiran 3. Data tersebut dihitung dengan pendekatan penghasilan rumah tangga, dan diperoleh hasil yang menunjukan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pekerjaan di sektor pariwisata memberikan kontribusi rata-rata sebesar 70,12 persen terhadap penghasilannya. Artinya sudah termasuk ke dalam penghasilan utama

59 45 berdasarkan kriteria menurut Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002). Hasil tersebut menjunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat berperan dalam perekonomian masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi di lapangan di mana banyak masyarakat yang memiliki usaha di sektor pariwisata. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau Pari Jumlah responden Rata-rata penghasilan (Rp per bulan) Total Penghasilan Kontribusi sektor wisata (%) Non-wisata Wisata A B c = a + b (b/c) x 100% ,12 Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Perubahan penghasilan karena adanya objek wisata Pulau Pari terjadi pada setiap tenaga kerja dan unit usaha. Tanpa adanya sektor pariwisata di Pulau Pari, rata-rata penghasilan masyarakat adalah sebesar Rp ,00 yang diperoleh dari penghasilan sebagai nelayan, buruh, penjaga sekolah, IRT, dan pegawai swasta. Jumlah ini hanya sekitar 30 persen dari penghasilan mereka dengan adanya objek wisata Pulau Pari. Pekerjaan masyarakat pada sektor pariwisata di Pulau Pari terdiri dari tenaga kerja yaitu sebagai pemandu wisata, dan unit usaha, yaitu penyewaan homestay, kapal snorkling, alat snorkling, kamera underwater, sepeda, banana boat, dan catering. Keberlangsungan pengembangan wisata di Pulau Pari Kepulauan Seribu ini didukung oleh adanya sebuah organisasi pemuda Pulau Pari yang dinamakan FORSIR (Forum Pesisir). FORSIR merupakan suatu organisasi masyarakat yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan Pulau Pari, khususnya dalam pengembangan objek wisata dan kegiatan sosial masyarakat. Keterlibatan masyarakat pada sektor pariwisata bukan hanya menguntungkan bagi perekonomian mereka saja. Namun, dari hasil penghasilan masyarakat yang terlibat pada setiap pekerjaan di sektor pariwisata ini, mereka turut menyumbang untuk keberlanjutan wisata di Pulau Pari melalui pungutan yang dikelola oleh FORSIR, sehingga sektor pariwisata juga turut menyumbang penghasilan daerah setempat. Berikut ini disajikan besarnya sumbangan masyarakat dari penyediaan fasilitas penunjang objek wisata di Pulau Pari. Perhitungan besarya kontribusi

60 46 penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan Pulau Pari disajikan pada Lampiran 4. Tabel 19 Kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari Fasilitas Biaya pungutan/bulan Rata-rata jumlah Jumlah penggunaan/bulan Homestay Rp ,00/rumah 80 Rp ,00 Kapal snorkling Rp ,00/minggu/kapal 30 Rp ,00 Alat Snorkling Rp 1.000,00/set yang dipakai 3000 Rp ,00 (ADS) Sepeda Rp 500,00/kepala 2500 Rp ,00 Banana Boat Rp 500,00/kepala 500 Rp ,00 Catering Rp 500,00/kepala 3000 Rp ,00 Total Penerimaan Rp ,00 Sumber: FORSIR, 2013 Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa dengan rata-rata jumlah penggunaan fasilitas wisata per bulan seperti yang tertera pada Tabel 19, FORSIR berpotensi memperoleh penghasilan sebanyak Rp ,00 dalam satu bulan. Dana tersebut merupakan kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari. Penghasilan ini digunakan untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata, kebersihan dan perawatan, pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan, serta pembiayaan kegiatan sosial masyarakat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak sekedar mementingkan perekonomiannya saja, tetapi turut berkontribusi juga terhadap keberlanjutan lingkungannya.

61 47 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Pulau Pari memiliki potensi ekowisata yang baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Lokasi yang digunakan untuk objek wisata snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari sudah memenuhi kriteria kesesuaian daya dukung kawasan. Keempat lokasi penelitian berada pada kategori Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) yang sesuai untuk digunakan sebagai lokasi wisata. Daya dukung kawasan untuk keempat lokasi tersebut adalah sebanyak 14 orang/hari di lokasi APL, 36 orang/hari di lokasi Bintang Rama, 8 orang/hari di lokasi Dermaga, dan 300 orang/hari di lokasi Pantai Pasir Perawan. 2. Nilai ekonomi wisata di Pulau Pari untuk tingkat kunjungan sebesar pada satu tahun 2012 diperoleh sebesar Rp ,00/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Pari memiliki potensi wisata yang besar. Kegiatan wisata di Pulau Pari sangat tergantung dengan alam. Oleh karena itu, untuk menjamin keberlangsungan sumber daya alam dan lingkungan, serta mempertahankan nilai ekonomi wisata di Pulau Pari, maka kondisi di Pulau Pari harus tetap terjaga, sehingga konservasi di Pulau Pari sangat diperlukan karena memberikan nilai ekonomi yang besar. 3. Keberadaan sektor pariwisata di Pulau Pari memberikan kontribusi sebesar 70,12 persen terhadap penghasilan masyarakat. Artinya, penghasilan dari sektor pariwisata yang semula sebagai penghasilan alternatif karena menurunnya penghasilan dari sektor perikanan dan budidaya rumput laut, sekarang sudah menjadi penghasilan utama, sehingga masyarakat sudah mulai tergantung pada sektor pariwisata. 7.2 Saran Saran dari penelitian ini adalah: 1. Pengelolaan objek wisata di Pulau Pari Kepulauan Seribu, DKI Jakarta harus mulai menerapkan konsep wisata berwawasan lingkungan, yaitu dengan menerapkan konsep daya dukung kawasan. Pengaturan jumlah trip

62 48 untuk aktivitas wisata snorkling harus lebih diperhatikan dan diatur sesuai dengan konsep daya dukungnya. Begitu pula dengan jumlah pengunjung yang akan melakukan wisata, khususnya snorkling harus diatur sesuai dengan daya dukung kawasan. 2. Perlu dilakukan pendataan jumlah kunjungan wisata, per jenis atraksi wisata, per lokasi, per hari, untuk memastikan bahwa jumlah kunjungan tidak melebihi daya dukung kawasan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberlakukan tarif tiket masuk kawasan wisata untuk membantu proses penerapan wisata yang berkelanjutan. 3. Peran kelembagaan (FORSIR, LIPI, pemerintah, dan masyarakat setempat) perlu diarahkan untuk pembentukan community based ecotourism. FORSIR yang dibina oleh LIPI dan pemerintah berperan dalam pengaturan trip atas dasar daya dukung kawasan. LIPI berperan dalam pemberian informasi kepada masyarakat terkait dengan kelestarian alam. Masyarakat lokal perlu diberdayakan dalam rencana program konservasi dan pengembangan wisata di Pulau Pari. Pemerintah berhak untuk mengatur pengembangan wisata di Pulau Pari yang mendorong pada paket-paket wisata bermuatan lingkungan.

63 49 DAFTAR PUSTAKA Adrianto L, Fahrudin A, Wahyudin Y Modul Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi SumberdayaPesisir dan Laut. Bogor (ID): PKSPL IPB. Adrianto L Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Bogor (ID): PKSPL IPB. Amiluddin NM Kajian Pertumbuahan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii yang Terkena Penyakit Ice Ice di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah Badan Informasi Geospasial [internet].[diacu 5 Februari 2013]. Tersedia dari: [BPS] Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu dalam Angka Jakarta (ID): BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Dahuri R., Rais J, Ginting SP, dan Sitepu MJ Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita. Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya Garis Besar Pedoman Pengembangan Ekowisata Indonesia [internet]. [diacu 5 Februari 2013]. Tersedia dari: Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati Tujuan dan Sasaran Pengembangan Ekowisata [internet]. [diacu 5 Februari 2013]. Tersedia dari: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia [internet]. [diacu 18 Mei 2013]. Tersedia dari: Fauzi A Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. [FORSIR] Forum Peduli Pesisir a Data sarana/prasarana wisata di Pulau Pari. Hasil wawancara langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14 Mei 2013.

64 50 b Data luas/panjang area yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata di Pulau Pari. Hasil wawancara langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14 Mei c Data kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari. Hasil wawancara langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14 Mei Hall CM Trends in ocean and coastal tourism. Ocean and Coastal Management Vol. 44, Issues 9-10: Igunawati D Analisis Permintaan Objek Wisata Tirta Waduk Cacaban, Kabupaten Tegal. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. [KBBI] Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengertian Pariwisata [internet]. [diacu 22 Februari 2013]. Tersedia dari: Kelurahan Pulau Pari Laporan bulanan Kelurahan Pulau Pari Kecamatan Administrasi Kepulauan Seribu. Jakarta (ID): Kelurahan Pulau Pari. Ketjulan R Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB. Knudson DM Outdoor Recreation. London (GB): Mac Millan Publishing Co, Inc. Kurnianto IR Pengembangan Ekowisata di Kawasan Waduk Cacaban, Kabupaten Tegal. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Mendes I, Proenca I Estimating the Recreation Value of Ecosystems by Using A Travel Cost Method Approach. Lisbon (PT): Technical University of Lisbon. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Pembentukan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Nomor 4. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta. Nomor 6. [PKSPL] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Peta Pulau Pari. Bogor (ID): PKSPL IPB.

65 51 Soetanto H Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya dan Teknologi Tepat Guna Pertanian untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong. Malang (ID): Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Spillane JJ Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta (ID): Kanisius. Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu Perbandingan Kunjungan Wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun 2012 dan Jakarta (ID): Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu. Terumbu Karang Jakarta Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu ( ). Jakarta (ID): Yayasan Terumbu Karang Indonesia. [TIES] The International Ecotourism Society What is Ecotourism [internet]. [diacu 4Februari 2013]. Tersedia dari: Undang-Undang Republik Indonesia Kepariwisataan. Nomor 10. Wearing S, Neil J Ecotourism: Impact, Potential and Possibilities. Great Britain (GB): Butterworth and Heinemann. Wisata Edukasi Bahari Wisata Bahari di Indonesia [internet]. [diacu 18 Februari 2013]. Tersedia dari: Yulianda F Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Bogor (ID): FPIK IPB.

66 52 LAMPIRAN

67 53 Lampiran 1 Data responden wisatawan Pulau Pari y x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 No. JK TC INC TANGGUNGAN EDU JARAK LPJ UMUR LM LK

68 Ratarata Keterangan: JK TC INC : Jumlah kunjungan : Biaya perjalanan : Pendapatan EDU : Pendidikan LPJ LM : Lama perjalanan : Lama mengetahui Lampiran 2 Regression Hasil analisis regresi linear berganda Variables Entered/Removed b Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur a a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan. Enter Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan

69 55 ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan Model Unstandardized Coefficients B Coefficients a Standardized Coefficients Collinearity Statistics Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) Biaya Perjalanan E Pendapatan E Jumlah Tanggungan Pendidikan Jarak Lama Perjalanan Umur Lama Mengetahui Lama Kunjungan a. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 14 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 17 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Oleh Gesten Hazeri 1, Dede Hartono 1* dan Indra Cahyadinata 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan eptember sampai Desember 2013. Penelitian ini bertempat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA QONITA MUHLISA

DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA QONITA MUHLISA i DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA QONITA MUHLISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional di masa kini dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 13.466 dan garis pantai sepanjang 95.18 km, memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di kawasan pesisir Nuhuroa yaitu kawasan pesisir Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Dullah Utara (Tabel 1). Tabel 1 Lokasi Penelitian di

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang diperkirakan memiliki kurang lebih 17 504 pulau (DKP 2007), dan sebagian besar diantaranya adalah pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo Muhammad Bibin 1, Yon Vitner 2, Zulhamsyah Imran 3 1 Institut Pertanian Bogor, muhammad.bibin01@gmail.com 2 Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI, SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI, SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA 1 ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI, SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : AMRULLAH ANGGA SYAHPUTRA 110302075 PROGRAM

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.3 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.3 Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku. Kawasan Pesisir Kecamatan Pringkuku terdiri

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS Wildan Rayadi 1 1 PT. Semen Jawa (Siam Cement Group) Jl. Pelabuhan 2 Km 11 Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SYAHRU RAMADHAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SYAHRU RAMADHAN ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SYAHRU RAMADHAN 090302032 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1 Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Masita Hair Kamah 1), Femy M. Sahami 2), Sri Nuryatin Hamzah 3) Email : nishabandel@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA NIM KELAS : HANDI Y. : 11.02.8010 : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

ANALISI DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU GILI LABAK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISI DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU GILI LABAK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALISI DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU GILI LABAK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni 1, Mahfud Efendy 2 1 Program Studi Ilmu Kelautan /Universitas Trunojoyo Madura, PO BoX

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa induk Molotabu. Dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT 100302084 Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah,

Lebih terperinci

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU JOURNAL OF MARINE RESEARCH KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU Oscar Leonard J *), Ibnu Pratikto, Munasik Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab III. III. III. IV. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata

Lebih terperinci

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Gigih Budhiawan P *), Agus Indarjo, Suryono Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang hidup di wilayah pesisir. Sejarah telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang hidup di wilayah pesisir. Sejarah telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang hidup di wilayah pesisir. Sejarah telah mencatat pada periode abad ke VII sampai ke XVI bangsa Indonesia terbiasa hidup di wilayah kepulauan.

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Artikel Liburan ke Pulau Pari

Artikel Liburan ke Pulau Pari Artikel Liburan ke Pulau Pari Liburan yang bakal seru bareng keluarga: kakak, adik dan saudara-saudara sepupu ataupun dengan teman-teman, baik teman sekantor sepermainan, sekuliah ataupun teman sekomplex

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR (The Study of Physical Carrying Capacity Lake Tourism at Parbaba Pasir Putih Beach District Samosir) Nancy Rolina,

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU

STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU Himavan Prathista Nugraha *), Agus Indarjo, Muhammad Helmi Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di daerah tropis dengan luas laut dua pertiga dari luas negara secara keseluruhan. Keberadaan Indonesia di antara dua benua dan

Lebih terperinci

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo Jurnal Harpodon Borneo Vol.8. No.. April. 05 ISSN : 087-X KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH Agus Indarjo Universitas Diponegoro Jl. Prof.Soedarto,SH. Tembalang.Semarang.Tel/Fax:

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013 Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango 1,2 Deysandi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Mersing Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal : No : Waktu : Hari/tanggal : A. Identitas

Lebih terperinci

Gambar 3 Lokasi penelitian.

Gambar 3 Lokasi penelitian. . METODOLOGI PENELITIAN.. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Desember 8 yang berlokasi di Pulau Menjangan dan Teluk Terima dalam area Taman Nasional Bali Barat,

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI IV.1 Gambaran Umum Kepulauan Seribu terletak di sebelah utara Jakarta dan secara administrasi Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

Ahmad Bahar *1, Fredinan Yulianda 2, Achmad Fahrudin 3

Ahmad Bahar *1, Fredinan Yulianda 2, Achmad Fahrudin 3 ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG UNTUK WISATA PANTAI DAN SNORKELING DI PULAU HOGA Ahmad Bahar *1, Fredinan Yulianda 2, Achmad Fahrudin 3 1 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Unhas 2 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau yang sudah diverifikasi sementara sekitar 13.449 buah (kkp.go.id, 2013). Sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR Ahmad Bahar 1 dan Rahmadi Tambaru 1 1 Staf Pengajar Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO OLEH : VEGGY ARMAN NIM. 633410011 EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO Veggy

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... i ii iv vii ix x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Perumusan Masalah... 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29 DAFTAR ISI Halaman Pengesahan... Halaman Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... Intisari... Abstract... i ii iii v viii x xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI WISATA BAHARI DI PULAU MOROTAI, KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA MUHAMMAD M BANAPON

PENILAIAN EKONOMI WISATA BAHARI DI PULAU MOROTAI, KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA MUHAMMAD M BANAPON 84 PENILAIAN EKONOMI WISATA BAHARI DI PULAU MOROTAI, KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA MUHAMMAD M BANAPON SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 85 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pantai adalah wilayah perbatasan antara daratan dan perairan laut. Batas pantai ini dapat ditemukan pengertiannya dalam UU No. 27 Tahun 2007, yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci