BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2: Analisis Laporan Keuangan

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Analisa Rasio Keuangan

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS RASIO KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM MAGISTER STUDI EKONOMI MANAJEMEN

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Laporan keuangan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

ANALISA RASIO LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PT ASTRA AGRO LESTARI TBK

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

ANALISIS LAPORAN KINERJA KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

Bab 1 Analisis Penggunaan Rasio Keuangan

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL,Tbk (PERIODE )

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

5/15/2012. Adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Financial Performance (2)

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Nurochman, SST,.Akt,.MT

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah

TIME SERIES ANALYSIS DARI LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. TRIWULAN REKRUTMEN FINANCIAL ASSISTANT COMMUNITY

Analisis Laporan Keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS RASIO FINANSIAL PT. ANEKA TAMBANG,Tbk PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENERAPAN RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN PT MAYORA INDAH Tbk AGUS NURAMIN

Introduction to. Chapter 16. Financial Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT JAPFA COMFEED INDONESIA, Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEUANGAN. o o

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta

Modul ke: MANAJEMEN KEUANGAN. Analisa Rasio Keuangan Analisa Dupont Analisa MNA & EVA. 3Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Rasio Keuangan Sebelum Merger Pada tahun 2006 PT. Energi Mega Persada, Tbk memberitahukan kepada publik tentang rencana perusahaan untuk melakukan merger dengan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang yang sama yaitu PT. Bumi Resources, Tbk. Kedua perusahaan ini merupakan perusahaan yang memiliki core business yang sangat besar dan berpotensi. Dalam kegiatan sehari-harinya, PT. Energi Mega Persada, Tbk lebih terkonsentrasi di bidang pengelolaan minyak dan gas bumi, sedangkan PT. Bumi Resources, Tbk lebih terkonsentrasi di bidang pertambangan batubara, hal ini disebabkan karena PT. Energi Mega Persada, Tbk memiliki banyak anak perusahaan yang menghasilkan minyak dan gas bumi, sedangkan PT. Bumi Resources, Tbk memiliki anak perusahaan yang menghasilkan batubara terbanyak di Indonesia. Rencana kedua perusahaan ini untuk menggabungkan usahanya adalah untuk menciptakan suatu perusahaan besar yang nantinya akan menggandeng perusahaan batubara terbesar di Afrika Selatan, yaitu SASOL (South Africa Coal and Oil) dan menjadi perusahaan terbesar penghasil batubara cair se-indonesia, bahkan se-asia. Ambisi PT. Bumi Resources, Tbk ini pun ternyata disambut baik oleh PT. Energi Mega Persada, Tbk. Oleh karena itu, kedua perusahaan ini sepakat untuk segera merampungkan niatnya menuju penggabungan usaha. Namun agar PT. Bumi Resources, Tbk tidak mengeluarkan dana untuk membeli PT. Energi Mega Persada, Tbk, maka PT. Bumi Resources, Tbk menawarkan merger dengan cara share swaps. Karena kedua 38

perusahaan ini bergerak di dalam bidang usaha yang sama, maka merger ini termasuk ke dalam jenis horizontal merger. Sedangkan dilihat dari sudut analisis keuangan, merger kedua perusahaan ini termasuk ke dalam merger operasi, dimana kedua perusahaan saling memadukan operasi perusahaan mereka untuk mendukung terciptanya economic of scale. Dalam langkah-langkah menuju terciptanya merger yang baik, pihak manajemen perusahaan PT. Bumi Resources, Tbk akan menyerahkan proposal kepada pihak manajemen PT. Energi Mega Persada, Tbk untuk selanjutnya dipelajari dan dipertimbangkan, cara seperti ini merupakan salah satu prosedur merger yang dinamakan dengan merger suka rela, dikatakan seperti itu karena merger yang mereka lakukan adalah merger yang menggunakan syarat-syarat yang dapat diterima oleh manajemen dari kedua perusahaan. Pada saat merger dilaksanakan, seluruh aset dari PT. Energi Mega Persada, Tbk akan ditransfer kepada PT. Bumi Resources, Tbk dan selanjutnya seluruh pemegang saham dari PT. Energi Mega Persada, Tbk akan mendapatkan saham baru dari PT. Bumi Resources, Tbk dengan perbandingan rasio yang telah disepakati oleh kedua pihak, bentuk merger ini merupakan statutory merger. Keputusan perusahaan dalam melakukan merger bukanlah tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tapi keputusan ini akan berdampak pada seluruh faktor-faktor yang ada pada kedua perusahaan, diantaranya adalah: a. Akuntansi Seluruh aktiva dan kewajiban PT. Energi Mega Persada, Tbk harus digabungkan dengan aktiva dan kewajiban PT. Bumi Resources, Tbk, sehingga setelah penggabungan usaha dilakukan, perusahaan harus membuat laporan keuangan yang baru yang mencerminkan adanya aktivitas tersebut. 39

b. Rasio harga/laba Dengan dilakukan penggabungan usaha, maka laporan keuangan digabungkan dan nantinya akan mempengaruhi rasio PER PT. Bumi Resources, Tbk. c. Saham Penerbitan saham baru yang nantinya akan ditukarkan dengan saham PT. Energi Mega Persada, Tbk sesuai dengan rasio perbandingan yang telah disetujui akan menyebabkan dilusi bagi pemegang saham, dan hal ini adalah lumrah terjadi. d. Pajak Pada penggabungan usaha seperti ini, maka perusahaan yang membeli perusahaan lain tidak akan terkena pajak, karena perusahaan hanya menggabungan satu demi satu item yang terdapat pada laporan keuangan dan tidak adanya biaya perolehan untuk membeli perusahaan yang dimerger. Namun penulis tidak melakukan analisa pada pajak, karena diluar ruang lingkup pembahasan. Adapun hasil dari merger tersebut adalah sebagai berikut: Gambar IV.1 Hasil merger PT. Bumi Resources, Tbk dengan PT. Energi Mega Persada, Tbk Sumber: Merger plan BUMI dan ENRG 40

Merger antara kedua perusahaan besar ini akan menghasilkan satu perusahaan, yaitu PT. Bumi Resources, Tbk dimana seluruh karyawan dan kegiatan PT. Energi Mega Persada, Tbk dialihkan ke PT. Bumi Resources, Tbk. Adapun metode akuntansi yang digunakan adalah pooling of interest method, dimana perusahaan hanya menjumlahkan setiap pos-pos yang ada di dalam neraca. Perusahaan menggunakan metode ini, karena beberapa kriteria yang tercantum di dalam Standar Akuntansi Keuangan, per 1 Oktober 2004, No.22 halaman 22.5 paragraf 13 seperti terlampir pada lampiran IV.1 memberikan penjelasan mengapa penggabungan perusahaan ini diperlakukan sebagai penyatuan kepemilikan. Perusahaan PT. Bumi Resources, Tbk menggunakan saham untuk dijadikan media sebagai alat untuk melakukan penggabungan usaha, sehingga PT. Bumi Resources, Tbk tidak mengeluarkan uang kas untuk memperoleh PT. Energi Mega Persada, Tbk. Penggunaan saham sebagai media penggabungan usaha ini juga tertera pada Standar Akuntansi Keuangan, per 1 Oktober 2004, No.22 halaman 22.5 paragraf 14 pada lampiran IV.1. Sedangkan mengenai bagaimana cara yang tepat untuk mencapai pembagian risiko dan manfaat secara seimbang antar perusahaan yang bergabung juga dijelaskan pada Standar Akuntansi Keuangan, per 1 Oktober 2004, No.22 halaman 22.5 paragraf 15 dalam lampiran IV.1. Berikut adalah neraca proforma hasil dari merger yang dilakukan oleh kedua perusahaan: 41

Tabel IV.1 Proforma after merger Sumber: hasil penelitian Masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam kegiatan merger adalah bagaimana perusahaan menentukan langkah terbaik dalam memilih perusahaan yang akan dimerger agar kelemahan yang perusahaan miliki dapat berkurang, sedangkan kekuatan yang perusahaan miliki menjadi semakin baik, sehingga kinerja perusahaan selanjutnya setelah merger akan bertambah baik daripada sebelumnya. Langkah pertama yang dilakukan penulis dalam melaksanakan studi kasus ini adalah dengan cara mencari kelemahan dan kelebihan dari masing-masing perusahaan, sehingga dapat menjelaskan mengapa PT. Energi Mega Persada, Tbk layak menjadi perusahaan yang akan dimerger. Metode yang digunakan adalah dengan cara analisis rasio, karena analisis rasio dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Diasumsikan dengan menggunakan laporan keuangan PT. Bumi Resources, Tbk kuarter ke II tahun 2006, yakni lampiran IV.1 Neraca konsolidasi, 42

lampiran IV.2 lampiran laba rugi, lampiran IV.3 Laporan persentase per komponen neraca, serta lampiran IV.4 Laporan persentase per komponen laba rugi dan PT. Energi Mega Persada, Tbk kuarter ke II tahun 2006, yakni lampiran IV.5 Neraca konsolidasi, lampiran IV.6 Laporan laba rugi, lampiran IV.7 Laporan persentase per komponen neraca, serta lampiran IV.8 Laporan persentase per komponen laba rugi yang datanya diambil dari Bursa Efek Jakarta, maka analisa rasio masing-masing perusahaan sebelum merger adalah sebagai berikut: 1. analisa rasio PT. Bumi Resources, Tbk A. Leverage atau solvabilitas ratio long term debt long term debt + equity a. Long term debt = 100% ( ) 3,733,295,280,000 3,733,295,280,000 + 2,776,014,288,000 ( ) = 57,35% Perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan daripada kegiatan operasinya, hal ini dapat kita lihat pada rasio diatas yang jumlahnya sebesar 57,35%. total liabilities b. Debt to equity ratio = 100% equity 16,520,060,189,400 13,026,648,774,600 = 126,81% Perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih banyak daripada jumlah ekuitasnya, sehingga rasio hutang terhadap ekuitas menjadi sebesar 126,81%, hal ini akan menjadikan kreditor enggan untuk memberikan pendanaan kepada 43

perusahaan, karena perusahaan masih harus memenuhi pokok dan bunga dari kewajiban-kewajibannya terdahulu. total liabilities c. Total debt ratio = 100% total assets 16,520,060,189,400 19,296,074,477,400 = 86% Perusahaan memiliki 86% total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan dalam upaya untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan operasi perusahaan. d. Times interest earned = EBIT int erest payments = 1,452,970,396,800 320,986,942,500 = 4,5x Times interest earned mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga dari pendapatan operasi tahunan. Dilihat dari hasil perhitungan diatas, maka perusahaan akan membayar kewajiban bunga sebanyak 4,5x setiap tahunnya. B. Liquidity ratio current assets a. Current ratio = 100% current liabilities 6,237,343,464,900 12,654,128,932,500 = 49% 44

Perusahaan memiliki jumlah aset yang lebih kecil daripada jumlah hutang lancarnya, yaitu 49%, sehingga kurangnya perlindungan bagi kreditur jangka pendek dalam memperoleh kembali bunga dan pokok pinjaman yang telah digunakan perusahaan. cash + marketable securities + receivables current liabilities b. Quick ratio = ( ) 100% 531,959,729,100 + 1,737,066,471,300 12,654,128,932,500 = ( ) 100% = 17,79% Perusahaan hanya memiliki 17,79% aktiva likuid dari total hutang lancarnya, sehingga perusahaan kurang mampu mengandalkan aktiva yang likuid untuk membayar hutangnya. cash + marketable securities current liabilities c. Cash ratio = ( ) 100% 531,959,729,100 12,654,128,932,500 = 4,06% Perusahaan memiliki perbandingan aktiva yang lebih kecil dari hutang lancar, yaitu hanya 4,06%, sehingga utang tidak dapat dibayar dengan cepat, karena perusahaan memiliki aktiva yang paling likuid dalam jumlah yang terlalu kecil. C. Efficiency ratio a. Total asset turnover = = sales total assets 8,052,061,551,000 6,237,343,464,900 = 1,29x 45

Perusahaan hanya memiliki perputaran aset sebesar 1,29x dalam setahun dalam menghasilkan penjualan. b. Average collection period accounts receivable = 365 days sales = (1.737.066.471.300 : 8.052.061.551.000) x 365 days = 78 days Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengubah piutang menjadi kas dalam jangka waktu 78 hari dari 365 hari. c. Inventory turnover = cost of good sold inventory = 5,864,472,817,500 1,031,262,361,800 = 5,7x Persediaan hanya terjual sebanyak 5,7x dalam satu periode akuntansi. inventory d. Days sales in inventories = 365 days cost of good sold 1,031,262,361,800 = x365 days 5,864,472,817,500 = 64 days Perusahaan memiliki 64 hari dalam setiap kali penjualan, dikarenakan perusahaan menjual batubara dalam jumlah besar setiap kali penjualannya. 46

D. Profitability ratio net income a. Net profit margin = 100% sales 840,996,405,300 = x 100% 8,052,061,551,000 = 10% Perusahaan memperoleh 10% dari seluruh penjualan yang telah dilakukan, laba ini merupakan laba bersih setelah dikurangi dengan seluruh pengeluaran termasuk pajak. net income b. Return on assets = 100% total assets 840,996,405,300 = x 100% 19,296,074,477,400 = 4% Tingkat pengembalian atas aset sebesar 4% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari aset perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 4. net income c. Return on equity = 100% equity 840,996,405,300 = x 100% 2,776,014,288,000 = 30% Tingkat pengembalian atas ekuiti sebesar 30% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari ekuitas, perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 30. 47

2. Analisa rasio PT. Energi Mega Persada, Tbk A. Leverage atau solvabilitas ratio long term debt long term debt + equity a. Long term debt = 100% ( ) 5,008,642,949,000 5,008,642,949,000 + 1,819,242,611,000 = x100% ( ) = 73% Perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan daripada kegiatan operasinya, hal ini dapat kita lihat pada rasio diatas yang jumlahnya sebesar 73%. total liabilities b. Debt to equity ratio = 100% equity 5,947,757,433,000 = x 100% 4,794,830,565,000 = 124% Perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih banyak daripada jumlah ekuitasnya, sehingga rasio hutang terhadap ekuitas menjadi sebesar 124%, hal ini akan menjadikan kreditor enggan untuk memberikan pendanaan kepada perusahaan, karena perusahaan masih harus memenuhi pokok dan bunga dari kewajiban-kewajibannya terdahulu. total liabilities c. Total debt ratio = 100% total assets 5,947,757,433,000 = x 100% 7,767,000,044,000 = 76% 48

Perusahaan memiliki 76% total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan dalam upaya untuk memperoleh keutungan dari kegiatan operasi perusahaan. d. Times interest earned = EBIT int erest payments = 199,184,720,000 74,630,416,000 = 1,6x Times interest earned mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga dari pendapatan operasi tahunan. Dilihat dari hasil perhitungan diatas, maka perusahaan akan membayar kewajiban bunga sebanyak 1,6x setiap tahunnya. B. Liquidity ratio current assets a. Current ratio = 100% current liabilities 713,462,966,000 + 652,556,027,000 939,120,111,000 = ( ) 100% = 212% Perusahaan memiliki jumlah aset yang lebih kecil daripada jumlah hutang lancarnya, yaitu 212%, sehingga kurangnya perlindungan bagi kreditur jangka pendek dalam memperoleh kembali bunga dan pokok pinjaman yang telah digunakan perusahaan. b. Quick ratio cash + marketable securities + receivables current liabilities = ( ) 100% = {(713.462.966.000 + 652.556.027.000) : 939.120.111.000) x 100% 49

= 145% Perusahaan memiliki 145% aktiva likuid dari total hutang lancarnya, sehingga perusahaan mampu mengandalkan aktiva yang likuid untuk membayar hutangnya. cash + marketable securities current liabilities c. Cash ratio = ( ) 100% 713,462,966,000 = 75.97% 939,120,111,000 Perusahaan memiliki perbandingan aktiva 75.97%, sehingga utang dapat dibayar dengan cepat, karena perusahaan memiliki aktiva yang paling likuid dalam jumlah yang besar. C. Efficiency ratio a. Total asset turnover= = sales total assets 832,327,014,000 1,998,262,262,000 = 0.41x Perusahaan hanya memiliki perputaran aset sebesar 0.41x dalam setahun dalam menghasilkan penjualan. accounts receivable b. Average collection period = 365 days sales 652,556,027,000 = 365days 832,327,014,000 = 286 days 50

Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengubah piutang menjadi kas dalam jangka waktu 286 hari dari 365 hari. c. Inventory turnover = = cost of good sold inventory 499,144,531,000 475,507,438,000 = 1,05x Persediaan hanya terjual sebanyak 1,05x dalam satu periode akuntansi. inventory d. Days sales in inventories = 365 days cost of good sold 475,507,438,000 = 365 days 499,144,531,000 = 347 days Perusahaan memiliki 347 hari dalam setiap kali penjualan, dikarenakan perusahaan menjual minyak bumi dalam jumlah besar setiap kali penjualannya. D. Profitability ratio net income a. Net profit margin = 100% sales 190,564,822,000 832,327,014,000 = 20% Perusahaan memperoleh 20% dari seluruh penjualan yang telah dilakukan, laba ini merupakan laba bersih setelah dikurangi dengan seluruh pengeluaran termasuk pajak. net income b. Return on assets = 100% total assets 51

190,564,822,000 7,767,000,044,000 = 2% Tingkat pengembalian atas aset sebesar 2% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari aset perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 2. net income c. Return on equity = 100% equity 171,980,124,000 1,819,242,611,000 = 9% Tingkat pengembalian atas ekuiti sebesar 9% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari ekuitas, perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 9. Perbandingan hasil analisa rasio ini dapat kita telaah lebih lanjut pada tabel di bawah ini: Tabel IV.2 Perbandingan hasil analisa rasio PT. Bumi Resources, Tbk dan PT. Energi Mega Persada, Tbk Sumber: hasil penelitian 52

Adapun hasil dari perbandingan analisa rasio diatas memberikan kesimpulan sebagai berikut: A. PT. Bumi Resources, Tbk a. Kekuatan: rasio efisiensi yang baik dapat dilihat dari cepatnya perputaran persediaan, karena perusahaan ini menghasilkan batubara dan tidak membutuhkan pengolahan serta proses pengambilan batubara pun tidak memerlukan proses penggalian seperti yang harus dilakukan oleh PT. Energi Mega Persada, Tbk, perusahaan juga menjadi lebih mudah dalam melakukan penjualan. Sedangkan rasio profitabilitas menunjukkan bahwa dengan adanya perputaran persediaan yang cepat, mudahnya penjualan dan distribusi, serta laba yang dihasilkan menjadi lebih baik daripada PT. Energi Mega Persada, Tbk. b. Kelemahan: rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan hutang untuk beroperasi, hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan jumlah modal yang perusahaan miliki, perbedaan itu dikarenakan pada saat perusahaan berubah haluan dari perusahaaan yang bergerak di bidang perhotelan dan jasa pariwisata menjadi perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi dan eksplorasi batubara serta minyak bumi. Rasio likuiditas terlihat kurang baik dibandingkan dengan PT. Energi Mega Persada, Tbk, dikarenakan kas sangat kecil, yaitu hanya 8.24% dari total aktiva lancar, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibankewajibannya. 53

B. PT. Energi Mega Persada, Tbk a. Kekuatan: rasio leverage yang lebih baik menggambarkan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan modalnya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dalam beroperasi dibandingkan dengan menggunakan hutang, banyaknya modal diperoleh dari langkah perusahaan dalam memantapkan perusahaan dengan cara mengembangkan kegiatan usahanya di bidang minyak dan gas bumi yang dilakukan sejak tahun 2001, yaitu awal berdirinya perusahaan ini.. Dilihat dari rasio likuiditas yang baik, hal ini memberikan penjelasan bahwa perusahaan memiliki kas yang cukup besar dibandingkan dengan total aktivanya, yaitu sebesar 35.70%, karena perusahaan menjual minyak bumi yang harganya sangat mahal, sehingga memberikan keuntungan yang cukup besar bagi perusahaan dan oleh karena itu kas perusahaan menjadi cukup besar. b. Kelemahan: rasio efektifitas yang tidak baik disebabkan oleh kegiatan penggalian demi mendapatkan minyak dan gas bumi yang berada jauh di dalam tanah, kegiatan pengolahan minyak dan gas bumi hasil dari penggalian, serta kegiatan pencarian cadangan minyak yang memerlukan waktu yang lama dibandingkan dengan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Bumi Resources, Tbk, menyebabkan perputaran persediaan menjadi lambat dan persediaan menjadi lebih lama berada di perusahaan. Sedangkan dari rasio profitabilitas, akibat dari kurang cepatnya perputaran persediaan dan perusahaan menjadi lebih lambat dalam melakukan penjualan, serta biaya pengeboran dan pengolahan yang 54

mahal membuat perusahaan hanya memperoleh keuntungan yang tidak besar daripada keuntungan PT. Bumi Resources, Tbk. Terlihat dari analisa-analisa yang dilakukan oleh penulis diatas memperlihatkan bahwa PT. Energi Mega Persada, Tbk memiliki beberapa kekuatan yang tidak dimiliki oleh PT. Bumi Resources, Tbk sedangkan PT. Energi Mega Persada, Tbk memiliki beberapa kelemahan, hal ini membuat masing-masing perusahaan ingin saling memperbaiki kelemahan-kelemahan yang mereka miliki, sehingga PT. Bumi Resources, Tbk berencana untuk melakukan penggabungan usaha dengan PT. Energi Mega Persada, Tbk. IV.2. Analisis Neraca Proforma Setelah Merger Merger dengan menggunakan metode pooling of interest adalah metode yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yakni PT. Bumi Resources, Tbk dan PT. Energi Mega Persada, Tbk. Dalam penggunaan metode ini, perusahaan hanya akan menyatukan itemitem yang ada pada neraca masing-masing perusahaan menjadi neraca proforma yang baru, hal ini dapat kita perhatikan pada tabel proforma after merger seperti terlihat pada tabel IV.2 proforma after merger di halaman 40. Berdasarkan proforma setelah penggabungan usaha diatas, maka dapat dilakukan analisa rasio kembali yang nantinya berguna untuk melihat apakah perusahaan sanggup mengurangi bahkan menutupi kekurangan yang ada sebelum penggabungan usaha dilakukan. 1. Leverage atau solvabilitas ratio a. Long term debt 55

long term debt long term debt + equity = 100% ( ) 8,741,920,299,000 8,741,920,229,000 + 4,595,256,899,000 ( ) = 65,5% Perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan daripada kegiatan operasinya, hal ini dapat kita lihat pada rasio diatas yang jumlahnya sebesar 65,5%. total liabilities b. Debt to equity ratio = 100% equity 22,467,805,249,400 4,595,256,899,000 = 488% Perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih banyak daripada jumlah ekuitasnya, sehingga rasio hutang terhadap ekuitas menjadi sebesar 488%, hal ini akan menjadikan kreditor enggan untuk memberikan pendanaan kepada perusahaan, karena perusahaan masih harus memenuhi pokok dan bunga dari kewajiban-kewajibannya terdahulu. total liabilities c. Total debt ratio = 100% total assets 22,467,805,249,400 27,063,074,521,400 = 83% Perusahaan memiliki 83% total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan dalam upaya untuk memperoleh keutungan dari kegiatan operasi perusahaan. 56

2. Liquidity ratio current assets Current ratio = 100% current liabilities 8,235,605,726,900 13,593,249,043,500 = 60,5% Perusahaan memiliki jumlah aset yang lebih kecil daripada jumlah hutang lancarnya, yaitu 60,5%, sehingga kurangnya perlindungan bagi kreditur jangka pendek dalam memperoleh kembali bunga dan pokok pinjaman yang telah digunakan perusahaan. 3. Efficiency ratio Total asset turnover = sales total assets 8,884,388,565,000 27,063,074,521,400 = 0,3x Perusahaan hanya memiliki perputaran aset sebesar 0,3x dalam setahun dalam menghasilkan penjualan. 4. Profitability ratio net income a. Net profit margin = 100% sales 1,325,798,393,800 8,884,388,565,000 57

= 14,9% Perusahaan memperoleh 14,9% dari seluruh penjualan yang telah dilakukan, laba ini merupakan laba bersih setelah dikurangi dengan seluruh pengeluaran termasuk pajak. net income b. Return on assets = 100% total assets 1,325,798,393,800 27,063,074,521,400 = 4,89% Tingkat pengembalian atas aset sebesar 4,89% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari aset perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 4,89. net income c. Return on equity = 100% equity 1,012,976,529,300 = 22% 4,595,256,899,000 Tingkat pengembalian atas ekuiti sebesar 22% menggambarkan bahwa setiap Rp 100 dari ekuitas, perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 22. Analisa rasio yang dilakukan penulis terhadap neraca proforma PT. Bumi Resources, Tbk setelah merger akan digunakan sebagai acuan dalam membandingkan apakah keadaan perusahaan semakin membaik atau memburuk dengan adanya penggabungan usaha tersebut. Nantinya akan dapat diketahui dimana letak kekuatan dan kelemahan setelah penggabungan usaha dilakukan. 58

Tabel IV.3 Perbandingan hasil analisa rasio dari proforma after merger Sumber: hasil penelitian Penulis akan menyimpulkan mengenai kelemahan dan kekuatan yang ada pada PT. Bumi Resources, Tbk setelah merger, seperti dijelaskan dibawah ini: a. Kekuatan Liquidity rasio dilihat semakin membaik karena perusahaan meneruskan usaha eksplorasi dan eksploitasi batubara dengan kemampuan yang telah perusahaan miliki ditambah dengan kemampuan dan alat-alat berat yang dimiliki oleh PT. Energi Mega Persada, Tbk. Dan dari profitability rasio, perusahaan menjadi semakin baik dalam memperoleh keuntungan, karena perusahaan menjadi semakin cepat dalam memperoleh batubara dan perusahaan juga mendapatkan pendapatan dari penjualan minyak bumi, serta jalur distribusi menjadi semakin luas akibat penggabungan usaha tersebut. 59

b. Kelemahan Leverage rasio memperlihatkan bahwa perusahaan akan semakin banyak memiliki hutang untuk beroperasi, karena konsep merger dengan cara mempertukarkan saham akan berdampak pada laporan keuangan, dimana setiap item-item dari laporan keuangan dijumlahkan, sehingga hutang perusahaan yang dijumlahkan akan semakin besar daripada sebelumnya. Sedangkan dari efficiency rasio, perputaran persediaan belum membaik karena perusahaan memiliki 2 (dua) jenis persediaan, yaitu batubara yang perputaran persediaanya cepat dan minyak bumi yang perputaran persediaannya lambat. Itulah beberapa dampak yang terjadi pada PT. Bumi Resources, Tbk setelah merger dilakukan, apabila diperhatikan secara-baik-baik, maka kondisi perusahaan menjadi lebih mampu dalam menghasilkan keuntungan dan menjadi lebih mudah dalam melunasi segala kewajibannya. IV.3. Estimasi Harga Saham Setelah Merger Seandainya penggabungan usaha ini dilakukan, maka EPS dan PER PT. Bumi Resources, Tbk akan ikut terpengaruh, karena dengan adanya rasio konversi saham maka jumlah saham beredar yang akan dimiliki PT. Bumi Resources, Tbk selanjutnya akan bertambah banyak. Pada pembahasan bagian ini, penulis akan menggunakan rasio konversi 1:1, hal ini digunakan oleh penulis dengan alasan karena rasio konversi ini diambil berdasarkan analisis dari pihak independen PT. Fiera Admiratiara Penilai yang dilakukan terhadap PT. Energi Mega Persada, Tbk. 60

Tabel IV.4 conversion factor Shareholders of Conversion Factor PT. Bumi Resources, Tbk 1 PT. Energi Mega Persada, Tbk 1 Sumber: Merger plan BUMI dan ENRG Adapun alasan kedua digunakannya rasio konversi ini adalah karena didasarkan atas perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan harga saham terakhir PT. Bumi Resources, Tbk tertanggal 30 Juni 2007 adalah sebesar Rp 770 dan harga yang ditawarkan oleh PT. Bumi Resources, Tbk kepada PT. Energi Mega Persada, Tbk adalah sebesar Rp 800 per lembar saham. Dengan menggunakan rumus: Exchange ratio = share offer price price of acquirer Exchange ratio = Rp 800 Rp 770 Exchange ratio = 1.03 = 1 Jadi untuk setiap 1 (satu) lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham PT. Energi Mega Persada, Tbk akan mendapatkan 1 (satu) lembar saham baru PT. Bumi Resources, Tbk. Nama perusahaan Tabel IV.5 Jumlah saham yang beredar setelah konversi Jumlah saham yang beredar rasio konversi Jumlah saham yang beredar setelah konversi PT. Bumi Resources, Tbk 19,404,000,000 1 19,404,000,000 PT. Energi Mega Persada, Tbk 14,400,813,372 1 14,400,813,372 Total 33,804,813,372 33,804,813,372 Sumber: Merger plan BUMI dan ENRG 61

Penggabungan usaha dengan rasio konversi 1:1 mengakibatkan jumlah saham beredar PT. Bumi Resources, Tbk yang akan datang menjadi bertambah, yakin menjadi 33,804,813,372 lembar dari sebelumnya hanya 19,404,000,000 lembar. Bertambahnya jumlah saham yang beredar tentunya akan mempengaruhi EPS (earnings per share), PER (price earnings ratio), DPS (dividen per share), dan DPR (dividen per share). Perubahanperubahan tersebut akan penulis uraikan di bawah ini: Rumus: EPS = pendapa tan setelah pajak jumlah saham beredar Tabel IV.6 Perhitungan EPS sebelum merger Perhitungan EPS dari PT. Bumi Resources, Tbk. Sebelum Merger, 2006 Tahun Pendapatan Setelah Pajak Jumlah saham beredar EPS 2006 Rp 840.996.405.300 19.404.000.000 Rp 43,3 Sumber: hasil penelitian Pada saat PT. Bumi Resources, Tbk masih memiliki jumlah saham yang beredar sebanyak 19.404.000.000 dan dengan pendapatan bersih sebesar Rp 840,996,405,300, maka earnings per share PT. Bumi Resources, Tbk sebelum merger adalah sebesar Rp 43,3/lembar. Tabel IV. 7 Perhitungan EPS setelah merger Estimasi EPS dari PT. Bumi Resources, Tbk. Setelah Merger, 2006 Tahun Pendapatan Setelah Pajak Jumlah saham beredar EPS 2006 Rp 1.012.976.529.300 33.804.813.372 Rp 29,9 Sumber: hasil penelitian Ketika PT. Bumi Resources, Tbk melakukan merger dengan PT. Energi Mega Persada, Tbk, jumlah saham yang beredar semakin bertambah banyak menjadi 33.804.813.372, hal ini dikarenakan metode pooling of interest yang digunakan dalam melakukan 62

penggabungan usaha, sehingga besarnya earnings per share menjadi Rp 29,9/lembar, turun sebesar Rp 13,4/lembar dari Rp 43,3/lembar. Tabel IV.8 Perhitungan PER sebelum merger Tahun Perhitungan PER Sebelum Merger Harga saham Nama perusahaan (Rp/lembar) EPS (Rp/lembar) 2006 PT. Bumi Resources, Tbk 770 43.3 17.78 Sumber: hasil penelitian Dengan EPS sebesar Rp 43,3/lembar, dimana harga saham Rp 770/lembar, maka kita PER (x) dapat menghitung PER dengan rumus: PER = PER saham, sehingga diperoleh PER EPS sebesar 17.78x. Berdasarkan data-data diatas yang telah dihitung berdasarkan rumusrumus tersebut, maka dapat kita cari harga saham setelah merger dengan cara sebagai berikut: Diketahui: PER sebelum merger = 17.78x EPS setelah merger = Rp 29.9/lembar Maka, PER before merger = EPS P after merger 17.78x = P Rp 29.9 P = Rp 531/lembar Melalui perhitungan harga diatas, maka dapat kita ketahui bahwa harga per lembar sahamnya setelah merger dilaksanakan adalah Rp 531, lebih kecil daripada harga sebelumnya yakni Rp 770/lembar, harga saham perusahaan menjadi turun sebesar Rp 239/lembarnya. Sedangkan untuk mengetahui apakah harga saham sebesar 63

Rp 531/lembar terlalu mahal atau tidak, maka sebaiknya dilihat dari book value saham tersebut, hal ini dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut: Book value per share = ( total assets total debts ) outs tan ding shares BV = ( Rp 27,063,074,521,400 Rp 22,467,805,249,400 ) BV = Rp 135,9 = Rp 136/lembar 33,804,813,372 Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ternyata harga saham tersebut overvalued (terlalu mahal), karena harga buku saham tersebut hanya sebesar Rp 136/lembar, sedangkan harga pasar saham tersebut sebesar Rp 531/lembar. Jika penulis menghubungkan risiko pasar dan tingkat pengembalian terhadap harga saham setelah merger, maka hasilnya akan berbeda dengan perhitungan diatas. Dengan menggunakan rumus capital assets pricing model (CAPM), dimana R F diperoleh dari situs Bank Indonesia, sedangkan β dan Rm diperoleh dari perhitungan yang terlampir pada lampiran IV.9, untuk dividen tahun pertama dan kedua diperoleh dari data PT. Bumi Resources, Tbk, maka perhitungan harga saham sesudah merger adalah sebagai berikut: diketahui: R F = 12.50%, merupakan suku bunga BI β = 0.43, berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.10 R M = 0.08 = 8% per semester, berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.10 R M = 16% per tahun D 0 = Rp 16/lembar D 1 = Rp 17/lembar 64

maka, untuk menghitung tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan terhadap saham PT. Bumi Resources, Tbk adalah sebagai berikut: K s = R F + β (R M -R F ) K s = 12.50% + 0.43 (16% - 12.50%) = 12.50% + 0.43 (3.5%) = 12.50% + 1.5% = 14% sedangkan untuk mengetahui seberapa besar persentase tingkat pertumbuhan saham PT. Bumi Resources, Tbk selama setahun, maka dapat dihitung dengan menggunakan cara yang dijabarkan seperti dibawah ini: D D g = ( ) 1 0 100% D 0 Rp 17 Rp 16 Rp 16 g = ( ) 100% = 6.25% per tahun Dari hasil perhitungan K s dan g diatas, maka diperoleh tingkat pengembalian saham selama satu tahun adalah 14%, sedangkan tingkat pertumbuhan dividen selama satu tahun adalah sebesar 6.25%. Sehingga estimasi harga saham PT. Bumi Resources, Tbk setelah merger adalah sebagai berikut: P = ( g) Ks D = ( % 6.25% ) 14 17 = Rp 219/lembar Jika disusun secara berurutan, maka: a. harga minimal saham adalah Rp 136/lembar, berdasarkan perhitungan book value, 65

b. harga tengah saham adalah Rp 219/lembar, berdasarkan perhitungan CAPM, c. harga atas saham adalah Rp 531/lembar, berdasarkan perhitungan EPS sesudah merger. Tanpa memperdulikan risiko pasar, maka harga saham diestimasi akan berada di posisi Rp 531/lembar, sedangkan dengan mempertimbangkan risiko pasar dan tingkat pengembalian saham, maka harga saham diestimasi akan berada di posisi Rp 219/lembar, namun dengan menggunakan metode book value, harga saham diestimasi akan berada di posisi Rp 136/lembar. Seluruh hasil perhitungan di atas merupakan estimasi harga saham yang mungkin akan terjadi sesudah merger, adapun estimasi pergerakan harga saham tersebut digambarkan pada grafik dibawah ini: Gambar IV.2 Estimasi pergerakan harga saham sebelum dan sesudah merger Estimasi Pergerakan Harga Saham Sesudah Merger 1200 1000 Harga Saham 800 600 400 P0 P1 Estimasi Pergerakan Harga Saham Sesudah Merger 200 0 Harga Saham Sebelum dan Setelah Merger Sumber: hasil penelitian 66

Terlihat pada grafik diatas pergerakan harga saham dari 2 Januari 2006 sampai dengan 30 Juni 2006 yang berasal dari data pada tabel IV.10, dengan sumber dari Bursa Efek Jakarta, serta perhitungan estimasi harga saham setelah merger, maka dapat kita lihat hasil pergerakan harga saham sebelum dan sesudah merger. Gambar IV.3 Estimasi pergerakan harga saham sesudah merger Estimasi Pergerakan Harga Saham Sesudah Merger 900 Harga Saham 800 700 600 500 400 300 P0 P1 Estimasi Pergerakan Harga Saham Sesudah Merger 200 100 0 Harga Saham Sebelum dan Sesudah Merger Sumber: hasil penelitian Grafik diatas memberikan gambaran yang lebih jelas lagi, bahwa penggabungan usaha yang dilakukan oleh PT. Bumi Resources, Tbk dapat menyebabkan harga saham menjadi turun dari posisi P 0 = Rp 770 per lembar menjadi di posisi P 1 = Rp 531 per lembar. Hal ini tidak lain disebabkan oleh pengaruh bertambahnya jumlah saham yang beredar, yang mengakibatkan terjadinya dilusi. Dengan adanya estimasi tersebut maka diharapkan pemegang saham maupun publik dapat mempertimbangkan hasil analisa yang telah penulis lakukan untuk mengambil langkah-langkah penting dalam berinvestasi pada saham PT. Bumi Resources, Tbk setelah merger. 67