BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. a. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Persediaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR PUSTAKA.

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENGEFISIENKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA UMKM KUE NIKMAT RASA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITIY

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asmaul Khusna*), Kukuh Sulastyoko **) Kata Kunci :Pengendalian Kualitas, Pengendalian Mutu, Persediaan Pengaman, Peramalan, Forcasting, EOQ.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG TERIGU CITARASA BAKERY PADA PT KALTIM MULTI BOGA UTAMA (KMBU) DI BONTANG.

Pengelolaan Persediaan

Analisis Pengendalian Bahan Baku Pada UMKM Kampoeng Cookies and Rotte Di Pekanbaru Riau

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAN BAHAN BAKU TEPUNG TERIGU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA HOME INDUSTRY ROTI PRIMA

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

Manajemen Persediaan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

BAB 2 LANDASAN TEORI

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Persediaan a. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Persediaan Pendapat Ridwan S. Sundjaja (2007 : 379), persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang digunakan untuk proses lebih lanjut atau dijual, sedangkan persediaan menurut Sofjan Assauri (2008 : 169) adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Dari pengertian persediaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan merupakan barang-barang atau bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi maupun digunakan untuk dijual dalam suatu periode tertentu. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Sofjan Assauri (2008 : 169) adalah sebagai berikut : a) Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari satu tingkat 7

8 b) proses yang lain yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. c) Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat skedul operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya. Menurut Sofjan Assauri (2008 : 170), persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk : a) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan. b) Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. c) Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. d) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. e) Mencapai penggunaan mesin yang optimal. f) Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. g) Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai

9 dengan penggunaan atau penjualannya. Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuty (2007 : 15) adalah sebagai berikut: a) Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. b) Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. c) Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu yaitu permintaaan musiman. Menurut Fien Zulfikarijah (2007 : 9), dalam manajemen persediaan terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu: a) Keputusan persediaan yang bersifat umum merupakan keputusan yang menjadi tugas utama dalam penentuan persediaan baik kuantitatif maupun kualitatif. Keputusan kuantitatif bertujuan untuk mengetahui : 1. Barang apa yang akan di stok? 2. Berapa banyak jumlah barang yang akan diproses dan berapa banyak barang yang akan dipesan?

10 3. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan pemesanan? 4. Kapan melakukan pemesanan ulang (Re Order Point)? 5. Metode apakah yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan? b) Keputusan kualitatif adalah keputusan yang berkaitan dengan teknis pemesanan yang mengarah pada analisis data secara deskriptif. Keputusan kualitatif bertujuan untuk mengetahui : 1. Jenis barang yang masih tersedia di perusahaan? 2. Perusahaan atau individu yang menjadi pemasok barang yang dipesan perusahaan? 3. Sistem pengendalian kualitas persediaan yang digunakan perusahaan? Tujuan manajemen persediaan menurut Lukas Setia Atmaja (2008 : 405) adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Dalam suatu sistem persediaan, apabila jumlah persediaan lebih besar dibanding permintaan, hal ini dapat menimbulkan dana besar yang tertanam dalam persediaan, menambah biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar.

11 Namun, jika persediaan lebih sedikit dibanding permintaan, akan menyebabkan kekurangan persediaan (stock out) yang berakibat proses produksi berhenti, bahkan dapat berakibat berkurangnya pelanggan. Persoalan yang demikian sering timbul dalam persediaan, sehingga setiap kali ada permintaan, permintaan tersebut dapat segera dilayani dengan jumlah biaya minimum. b. Jenis Jenis Persediaan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 82), persediaan yang ada di perusahaan biasanya terdiri dari empat jenis yaitu: a) Persediaan Bahan Mentah (Raw Material Inventory) yang telah dibeli, tetapi belum diproses. Pendekatan yang lebih banyak diterapkan adalah dengan menghapus variabilitas pemasok dalam mutu, jumlah atau waktu pengiriman sehingga tidak perlu pemisahan. b) Persediaan Barang Setengah Jadi (Work In Process Inventory) adalah komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. c) Persediaan MRO (Maintenance, Repairing, Operating Iventory) merupakan persediaan yang dikhususkan

12 untuk perlengkapan pemeliharaan, perbaikan, operasi. Persediaan ini ada karena kebutuhan akan adanya pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan yang tidak diketahui sehingga persediaan ini merupakan fungsi jadwal pemeliharaan dan perbaikan. d) Persediaan Barang Jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan dimasa mendatang tidak diketahui. c. Biaya-Biaya yang Berkaitan dengan Persediaan Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya biaya-biaya variabel dan untuk menentukan kebijakan persediaan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perusahaan dapat meminimalkan biaya-biaya. Biaya-biaya persediaan yang harus dipertimbangkan menurut Freddy Rangkuty (2007 : 16) adalah sebagai berikut : a) Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying costs) yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan atau penahanan (carrying) persediaan sepanjang waktu tertentu. Oleh karena itu biaya ini mencakup biaya yang berkaitan dengan gudang, seperti asuransi, penambahan staff, pembayaran bunga.

13 b) Biaya Pemesanan (ordering cost) mencakup biaya-biaya pasokan, formulir, pemrosesan pesanan, tenaga para pekerja. c) Biaya pemasangan (setup cost) adalah biaya-biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses untuk memproduksi pesanan. Dapat diefisienkan apabila pemesanan dilakukan secara elektronik. Dalam banyak operasi, biaya pemasangan secara erat berhubungan dengan waktu pemasangan (setup time). Menurut Agus Ristono (2009 : 4) faktor biaya persediaan meliputi : a) Biaya penyimpanan di gudang, semakin banyak barang yang disimpan maka akan semakin besar biaya penyimpanannya. b) Resiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan di gudang maka resiko kerusakan barang semakin tinggi. c) Resiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan out of date atau ketinggalan zaman. d. Peranan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Perencanaan dan pengendalian merupakan bagian dari manajemen persediaan. Pengendalian adalah suatu tindakan agar aktivitas dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

14 rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian tanpa perencanaan adalah sia-sia dan perencanaan tanpa pengendalian merupakan tindakan yang tidak efektif. Pengendalian persediaan menurut Sofjan Assauri (2008 : 176) adalah salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya. Menurut Sofjan Assauri (2008 : 176), untuk menentukan pengendalian persediaan maka harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : a) Terdapat gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang tertentu. b) Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat dipercaya terutama penjaga gudang. c) Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang. d) Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang. e) Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.

15 f) Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung. g) Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan. Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang-barang yang sudah usang dan telah ketingglan zaman. h) Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin. Dalam pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pengendalian persediaan secara terinci menurut Sofjan Assauri (2008 : 177) dapat dinyatakan sebagai usaha untuk : a) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. b) Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan. c) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan mengakibatkan biaya pemesanan terlalu besar.

16 2. Teori Economic Order Quantity (EOQ) a. Pengertian Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Hansen dan Mowen (2007 : 473), Economic Order Quantity (EOQ) atau kuantitas pesanan ekonomis adalah sebuah contoh dari sistem persediaan yang bertujuan menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimalkan total biaya. Adapun Carter (2009: 314) dalam bukunya Akuntansi Biaya berpendapat bahwa Economic Order Quantity atau kuantitas pemesanan ekonomis adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian bahan baku yang optimal yang dilakukan pada setiap kali pembelian dengan meminimalkan biaya persediaan. b. Kebijakan Economic Order Quantity (EOQ) Untuk mengoptimalkan pembelian bahan baku yang dapat menekan biaya persediaan sehingga terwujud efisiensi persediaan bahan baku, perusahaan perlu menentukan kebijakan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SO), dan Re Order Point (ROP) sebagai berikut.

17 a) Menentukan Jumlah Bahan Baku yang Ekonomis Dalam rangka proses produksi, setiap perusahaan manufaktur akan melakukan pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama satu periode tertentu dengan biaya yang minimal agar perusahaan tidak kekurangan bahan baku. Agar pembelian dan persediaan bahan baku optimal, dalam perhitungan biaya dapat digunakan metode Economic Order Quantity atau EOQ, yaitu jumlah atau kuantitas bahan baku yang dapat diperoleh dengan biaya minimal. Adapun Economic Order Quantity dipengaruhi oleh beberapa unsur, yaitu biaya penyimpanan per unit, biaya pemesanan per pesan, kebutuhan bahan baku untuk satu periode, dan harga pembelian. b) Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Dalam perusahaan manufaktur diperlukan ketersediaan bahan baku untuk menjamin kelancaran produksi. Persediaan bahan baku itu disebut persediaan pengaman, yang oleh Hansen dan Mowen (2007 : 474) bahwa persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan. Adapun Martono dan Harjito (2008:88) juga berpendapat

18 senada dengan kedua pendapat tersebut bahwa persediaan pengaman adalah persediaan minimal yang ada di perusahaan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai di perusahaan. Atas dasar beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa persediaan pengaman merupakan jumlah persediaan bahan baku minimal yang harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan bahan baku yang akan dibeli perusahaan. Meskipun dalam pembelian bahan baku sudah menggunakan EOQ, kenyataannya masih bisa terjadi out of stock (kehabisan persediaan) dalam proses produksi. Hal ini akan berakibat persediaan akan habis diproduksi sebelum pembelian atau pemesanan yang berikutnya datang. Mengacu pada hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa persediaan pengaman penting dalam perusahaan manufaktur karena pada kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan. Menurut Hansen dan Mowen (2007 : 475), persediaan pengaman (safety stock) dapat dihitung melalui perkalian tenggang waktu dengan selisih antara tingkat penggunaan bahan baku maksimal dan

19 tingkat rata-rata penggunaan. c) Menentukan Titik Pemesanan Kembali (Re Order Point) Perusahaan juga harus menentukan Re Order Point (titik pemesanan kembali) apabila besar persediaan pengaman telah diketahui. Menurut Hansen dan Mowen (2005: 470), Re Order Point adalah titik waktu di mana sebuah pesanan baru harus dilakukan (atau persiapan dimulai). Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat Martono dan Harjito (2008: 88) bahwa Re Order Point adalah saat harus diadakan pesanan lagi sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Adapun menurut Carter (2009: 319), titik pemesanan kembali yang disebutnya sebagai Re Order Point adalah saat jumlah persediaan yang tersedia dan jumlah persediaan yang akan diterima sama dengan jumlah persediaan yang akan digunakan selama waktu tunggu dan jumlah persediaan pengaman. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa titik pemesanan kembali atau Re Order Point adalah saat perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali bahan baku sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku yang ada dalam persediaan pengaman.

20 Titik pemesanan kembali bahan baku perlu ditentukan dengan cermat karena kekeliruan pemesanan kembali bahan baku dapat mengakibatkan proses produksi terganggu. Menurut Martono dan Harjito (2008: 88), dalam menentukan titik pemesanan kembali perlu diperhatikan dua faktor berikut. a) Penggunaan Bahan Selama Lead time. Lead time adalah masa tunggu sejak pesanan bahan dilakukan sampai dengan bahan tersebut tiba di perusahaan. Waktu tunggu berbeda-beda antara barang yang satu dengan lainnya. Di samping itu, waktu tunggu juga ditentukan oleh jarak antara perusahaan dan sumber bahan, alat transportasi, dan sebagainya. Selama waktu tunggu, proses produksi di perusahaan tidak boleh terganggu. Oleh karena itu, penggunaan bahan selama waktu tunggu perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga perusahaan tidak sampai kekurangan bahan. b) Safety stock (persediaan pengaman) Persediaan pengaman adalah persediaan minimal yang ada dalam perusahaan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai

21 di perusahaan. Untuk menghindari terjadinya kehabisan persediaan (out of stock) dan untuk meminimalkan biaya penyimpanan, pesanan harus dilakukan sehingga tiba pada saat unit terakhir dalam persediaan digunakan. Menurut Hansen dan Mowen (2005: 474), menghitung titik pemesanan kembali (Re Order Point), dapat dilakukan dengan mengalikan tingkat penggunaan bahan baku dengan tenggang waktu (lead time). c. Model Kuantitas Pesanan Ekonomis Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 92), model kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Teknik ini relatif mudah digunakan tetapi didasaarkan pada beberapa asumsi : a) Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen. b) Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan. c) Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu. d) Tidak tersedia diskon kuantitas.

22 e) Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan). f) Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Gambar 2.1 Persediaan dalam Waktu Tertentu Tingkat Persediaan Persediaan minimum Kuantitas pesanan = Q (tingkat persediaan maksimum) Tingkat Penggunaan Persediaan rata-rata yang tersedia Q * 2 Persediaan minimum 0 Sumber : Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 93) Dengan asumsi seperti diatas, maka tahapan untuk mencari jumlah pemesanan yang menyebabkan biaya minimal adalah sebagai berikut : a) Mengembangkan persamaan untuk biaya pemesanan.

23 b) Mengembangkan persamaan untuk biaya penahanan atau penyimpanan. c) Menetapkan biaya pemasangan sama dengan biaya penyimpanan. d) Menyelesaikan persamaan dengan hasil angka jumlah pemesanan yang optimal. Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus : EOQ = 2.D.S H Keretangan : EOQ = Jumlah optimal barang per pemesanan (Q*) D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit S = Biaya pemasangan atau pemesanan setiap pesanan H = Biaya penahan atau penyimpanan per unit per tahun Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya persediaan, antara lain : Persediaan rata - rata yang tersedia = Q* 2 Jumlah pesanan yangdiperkirakan D Q* D Biaya pemesanan tahunan =.S Q* Biaya penyimpanan tahunan = Q*.H 2

24 Total harga per unit = Harga per unit x D Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan d. Efisiensi Metode Economic Order Quantity (EOQ) Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian bahan baku yang optimal yang dilakukan pada setiap kali pembelian dengan meminimumkan biaya persediaan. Berkaitan dengan hal tersebut, Harahap dan Indra (2008: 4) menyimpulkan bahwa Economic Order Quantity memiliki beberapa efisiensi sebagai berikut. a) Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan. b) Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi, dan waktu antara pemesanan barang sampai dengan barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti dan bersifat konstan. c) Harga per unit barang konstan dan tidak memengaruhi jumlah barang yang akan dipesan nantinya. d) Pada saat pemesanan barang tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat.

25 e) Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan. e. Frekuensi Pembelian Analisis frekuensi pembelian digunakan untuk menghitung berapa kali pemesanan yang dilakukan tiap tahunnya. Dengan menggunakan acuan dari hasil perhitungan dari metode EOQ (Render, 2011) adalah sebagai berikut: Keterangan : I D = Frekuensi pembelian = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit Q* = Jumlah optimal barang per pemesanan f. Re Order Point (ROP) Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 99), titik pemesanan ulang (Re Order Point) yaitu tingkat persediaan dimana ketika persediaan mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.

26 Gambar 2.2 : Titik Pemesanan Ulang (Re Order Point) Tingkat Persediaan Q* Kemiringan = unit/hari = d ROP (unit) Waktu tunggu = L Waktu (hari) Sumber : Jay Heizer dan Barry Render (2010 :100) Keterangan : Q* adalah kuantitas pesanan optimum, dan waktu tunggu mempresentasikan waktu antara penempatan pesanan dan penerimaan pesanan. Rumus untuk menentukan ROP adalah sebagai berikut : ROP = d x L Keterangan : d = Permintaan per hari L = Waktu tunggu pesanan baru dalam hari Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan. Permintaan per hari (d) dihitung dengan membagi

27 permintaan tahunannya (D) dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun : Permintaan per hari = D Jumlah hari kerja per tahun g. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Menurut Freddy Rangkuty (2007 : 10), pengertian safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Stok cadangan ini disimpan untuk memenuhi permintaan musiman atau siklus. Menurut Sofjan Assauri (2007 : 186), Faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman adalah : a) Penggunaan bahan baku rata-rata Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. b) Faktor Waktu atau Lead time (Procurement Time) Didalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup lama antara saat mengadakan pesanan untuk menggantikan atau pengisian kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan tersebut. Menurut Fien Zulfikarijah (2007 : 144-145) ada beberapa

28 faktor yang dapat menyebabkan perusahaan melakukan safety stock, yaitu : a) Biaya atau kerugian yang disebabkan oleh stock out tinggi. Apabila bahan yang digunakan untuk proses produksi tidak tersedia, maka aktivitas perusahaan akan terhenti yang menyebabkan idle tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang pada akhirnya perusahaan akan kehilangan penjualannya. b) Variasi atau ketidakpastian permintaan yang meningkat. Adanya jumlah permintaan yang meningkat atau tidak sesuai dengan peramalan menyebabkan tingkat kebutuhan persediaan yang meningkat pula, oleh karena itu perlu dilakukan antisipasi terhadap safety stock agar semua permintaan dapat terpenuhi. c) Resiko stock out meningkat. Keterbatasan jumlah persediaan yang ada di pasar dan kesulitan yang dihadapi perusahaan mendapatkan persediaan akan berdampak pada sulitnya terpenuhi persediaan yang ada di perusahaan, kesulitan ini akan menyebabkan perusahaan mengalami stock out. d) Biaya penyimpanan safety stock yang murah. Apabila perusahaan memiliki gudang yang memadai dan

29 memungkinkan, maka biaya penyimpanan tidaklah terlalu besar. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya stock out. h. Jarak Waktu Antar Pesanan Jarak waktu antar pesan adalah selisih waktu saat pemesanan yang satu dilakukan dengan pemesanan berikutnya (Render, 2011). Jarak waktu antar pesanan dapat dihitung dengan rumus: Keterangan : T W = Jarak waktu antar pesanan = Jumlah hari kerja dalam setahun Q* = Jumlah optimal barang per pemesanan D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit

30 B. Penelitian Terdahulu Dari kajian teori diatas penelitian terdahulu untuk acuan penelitian ini adalah : Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu No. Peneliti 1. Ruauw, Eyverson (2011) 2. Septi Pandan Sari (2010) Judul Penelitian Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Contoh Pengendalian pada usaha Grenda Bakery Lianli, Manado) Pengoptimalan Persediaan Bahan Baku Kacang Tanah Menggunakan Metode EOQ Di PT. Dua Kelinci Pati Alat Penelitian EOQ, analisis safety stock, ROP, Maximum Inventory, TIC EOQ, Just In Time, safety stock,tic, Proyeksi Kebutuhan Bahan Baku Hasil Penelitian Terjadi optimalisasi pembelian bahan baku tepung terigu dengan menggunakan metode EOQ. Terjadi penurunan TIC dan optimalnya persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ. 3. Lamidja, Anastasia (2014) Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai Pada Agroindustri Produk Susu Kedelai Dan Tahu Cina Di Taas Banjer (Studi Kasus Ud. Kembang Tahu. EOQ, ROP, Safety Stock, Maximum Inventory, TIC Terjadi efisiensi penggunaan bahan baku dengan menggunaka metode EOQ.

31 No. Peneliti 4. Hoon Jung and Cerry M. Klein (2007) 5. Setyorini (2011) 6. Michel Chandra Tuerah (2014) Judul Penelitian Optimal inventory policies for profit maximizing EOQ models under various cost functions. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kain dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) pada CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Tuna Pada CV Golden KK Alat Penelitian Economic Order Quantity, Geometric Programing technique, Inventory Cost Economic Order Quantity (EOQ), frekuensi pembelian, total biaya persediaan, persediaan pengaman (safety stock), dan Re Order Point. Economic Order Quantity (EOQ) Hasil Penelitian Terdapat korelasi antara penggunaan metode EOQ dengan menggunakan Geometric Programing technique dengan skala ekonomis persediaan bahan baku dan biaya persediaan. Menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan dalam menentukan pembelian bahan baku belum mendatangka biaya persediaan yang minimum. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak menggunaka metode EOQ dalam pengadaan persediaan bahan bakunya. Pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku CV. Golden KK sudah efektif dalam memenuhi permintaan konsumen karena perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan bahan baku. Total biaya persediaan dengan metode economic order quantity (EOQ) lebih efisien dibandingkan kebijakan CV. Golden.

32 No. Peneliti Judul Penelitian 7. Aju Mathew, Prof.E.M.S omasekaran Nair, Asst Prof. Jenson Joseph E (2013) Demand Forecasting For Economic Order Quantity in Inventory Management Alat Penelitian Artificial neural network (AN), Economic Order Quantity (EOQ), Exponentia l smoothing (ES) Hasil Penelitian Dengan merekomendasikan model pengendalian persediaan, hasil menunjukkan perbaikan dalam peramalan serta dalam pengurangan biaya. Jadi, jika perusahaan mengikuti mengimplementasikan direkomendasikan model persediaan, mereka akan mampu mengurangi total biaya sekitar 20% yang merupakan penurunan biaya untuk menjual produk. 8 Hayati Hidayah (2016) Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu Citarasa Bakery pada PT Kaltim Multi Boga Utama di Bontang Economic Order Quantity (EOQ) Biaya persediaan yang ditanggung oleh perusahaan terdapat selisih biaya persediaan sebesar Rp 182.910.525,- dengan demikian dapat menghemat biaya persediaan apabila perusahaan menggunakan metode EOQ.

33 No. Peneliti Judul Penelitian 9. Rosmiati, Rustam Abdul Rauf, Dafina Howara (2013) Analisis Economic Order Quantity untuk Menentukan Persediaan Bahan Baku Keripik Sukun (Studi Kasus : Industri Rumah Tangga Citra Lestari Production) Alat Penelitian Economic Order Quantity (EOQ), Re Order Point (ROP), Safety Stock (SO) 10. Ahmad Taufiq, Pengendalian Persediaan Economic Order Achmad Bahan Baku Quantity Slamet (2014) dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) (EOQ) Pada Salsa Bakery Jerpara Sumber : Beberapa Jurnal Ilmiah (di olah) Hasil Penelitian Jumlah pembelian yang paling ekonomis dilakukan oleh Industri Citra Lestari Production yaitu sebanyak 108 buah setiap kali produksi dan frekuensi pemesanan optimal yang harus dilakukan yaitu sebesar 8 kali. Pemesanan bahan baku pada saat Lead Time dan persediaan bahan baku masih tersedia, sehingga industri tidak mengalami kehabisan persediaan untuk pembuatan keripik sukun. Persediaan sebesar 300 buah sebelum melakukan pemesanan kembali. Dan melakukan pemesanan kembali (Re Order Point), Industri harus mempunyai persediaan pengaman (Safety Stock) sebanyak 108 buah. Bahwa dengan metode EOQ untuk bahan baku tepung terigu dan gula pasir lebih efisien dibanding dengan metode Konvensional yang digunakan perusahaan.

34 C. Kerangka Pemikiran Menurut Sugiyono (2012: 89) Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Dalam penelitian ini kerangka pemikirannya adalah: Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran Pengendalian Persediaan Bahan Baku Efisiensi Biaya Persediaan Sumber: Diolah oleh peneliti

35 D. Hipotesis Dari kerangka penelitian diatas, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sbb: H1 : Diduga jumlah pesanan yang ekomis berdasarkan metode EOQ kurang dari rata-rata pembelian yaitu 34.917 kg. H2 : Diduga frekuensi pemesanan berdasarkan metode EOQ sama dengan aktual perusahaan yaitu 12 kali. H3 : Diduga pemesanan kembali terjadi pada saat persediaan mencapai stok kurang dari rata-rata persedian awal yaitu 18.474 kg. H4 : Diduga persediaan pengaman yang efisien dapat ditentukan dengan metode EOQ. H5 : Diduga jarak waktu antar pesanan efisien sama dengan aktual perusahaan yaitu 14 hari.