I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara produsen teh terbesar

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI...

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumberdaya lahan dan dan sumber daya manusia yang ada di wilayah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara produsen teh terbesar di dunia. Pada tahun 2012, Indonesia menempati posisi ke enam dalam produksi teh, posisi ke lima dalam luas areal teh, dan posisi ke sembilan dalam produktivitas teh (Global Tea Digest, 2013; ITC, 2013). Komoditas teh sebagai salah satu komoditas sektor perkebunan unggulan di Indonesia telah banyak memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan nasional, diantaranya yaitu sebagai sumber devisa negara, sumber penyerapan tenaga kerja, dan pendukung konservasi lingkungan. Di Indonesia, terdapat tiga pelaku perkebunan teh nasional yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta. Dalam perkembangannya sampai dengan saat ini, sebagian besar perkebunan teh nasional menunjukkan kondisi yang memprihatinkan dan dikhawatirkan dapat mengancam keberadaan dan keberlanjutan agribisnis teh nasional.kondisi keprihatinan ini ditunjukkan dengan berkembangnya upaya-upaya konversi tanaman teh ke komoditi lainnya oleh para pelaku teh sendiri, terutama oleh pelaku perkebunan teh rakyat. Dewan Teh Indonesia mengungkapkan bahwa total areal kebun teh nasional di Indonesia yang mengalami penurunan fungsi hingga tahun 2012 sebesar 1,7%/tahun atau sekitar 2.584 ha/tahun (www.indoteaboard.org). Penurunan luas areal tanaman teh tentu akan berdampak

2 kepada menurunnya produksi teh itu sendiri.rusman Heriawan Wakil Menteri Pertaniandalam Media Perkebunan(2014) mengatakan bahwa produksi teh nasional sekitar 140 ribu ton, padahal sekitar 10 tahun terakhir mencapai 170 ribu ton. Adanya penurunan luas areal dan produksi nasional, secara langsung mempengaruhi produktivitas tanaman teh. Gamal Nasir Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertaniandalam Media Perkebunan (2014) mengatakan bahwa rata-rata produktivitas tanaman teh nasional hanya 1.500 kg teh kering/ha/th, atau sekitar 60% dari potensi produktivitas. Dari ketiga pelaku teh nasional, areal teh terluas dimiliki oleh perkebunan teh rakyat, sayangnya tidak diikuti dengan produktivitas teh yang tinggi. Produktivitas perkebunan teh rakyat pada tahun 2012 masih sangat kecil yaitu kurang dari 1 ton teh kering/ha/th jauh dibawah produktivitas dari pelaku perkebunan teh nasional lainnya walaupun apabila dilihat perkembangan produktivitas perkebunan rakyat selama 2009-2013 cenderung menunjukkan sedikit peningkatan. Gambaran luas areal, produksi, dan produktivitas teh dari ketiga pelaku perkebunan teh nasional di Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 1.1., sedangkan Gambar 1.1. menunjukkan tentang perkembangan luas areal, produksi dan produktivitas perkebunan rakyat di Indonesia selama 2009-2013. Ditjendbundalam Media Perkebunan (2014) mengatakan bahwa produktivitas perkebunan teh rakyat yang rendah tersebut disebabkan oleh kualitas bahan tanaman yang rendah, sebagian besar pertanaman merupakan tanaman tua, penerapan teknik budidaya yang kurang tepat, dan penggunaan input yang terbatas.

3 Tabel 1.1. Luas areal, produksi, dan produktivitas teh di Indonesia pada tahun 2012 Pelaku Luas Areal (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Perkebunan Rakyat 56.258 51.741 0,904 Perkebunan Besar Negara 38.102 59.351 1,695 Perkebunan Besar Swasta 27.845 34.483 1,357 Keseluruhan (Nasional) 122.205 145.575 1,191 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014dalamwww.bps.go.id 60 50 40 30 20 10 0 2009 2010 2011 2012 2013* Luas (000 ha) 57,1 56,5 56 56,3 56,4 Produksi (000 ton) 45,2 50,9 51,5 51,7 51,9 Produktivitas (ton/ha) 0,792 0,901 0,920 0,918 0,920 Gambar 1.1. Perkembangan luas areal, produksi dan produktivitas perkebunan teh rakyat di Indonesia selama 2009-2013 (Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2014) dalamwww.bps.go.id) (* angka sementara) Provinsi Jawa Barat mempunyai kontribusi terbesar dalam perkembangan perkebunan teh nasional.provinsi ini merupakan sentra produsen teh nasional terbesar di mana memiliki areal teh seluas 96.859 ha atau 77,75% dari total areal teh di Indonesia (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013). Sehingga apabila berbicara bagaimana potret pertehan Indonesia sudah tentu akan berbicara perkebunan teh yang ada di Provinsi Jawa Barat. Pelaku perkebunan teh di Provinsi Jawa Barat didominasi oleh perkebunan rakyat,di mana menguasai sebesar 51,33% dari total luas areal perkebunan teh di Provinsi Jawa Barat yaitu seluas 94.391 ha yang tercatat ditahun 2013 (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2014). Perkembangan kondisi perkebunan teh di Provinsi Jawa Barat saat ini menunjukkan kondisi yang belum optimal, di manaperkembangan

4 produktivitas perkebunan rakyat selama 2009 2013 masih dibawa 1 ton/ha/tahunseperti yang terlihat dalam Gambar 1.2. 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000-2009 2010 2011 2012 2013 Luas (ha) 49.651 48.832 48.399 48.636 48.456 Produksi (ton) 38.542 41.787 42.622 42.341 43.150 Produktivitas (ton/ha) 0,776 0,856 0,881 0,871 0,890 Gambar 1.2.Perkembangan luas areal, produksi, dan produktivitas teh perkebunan rakyat di Provinsi Jawa Barat (Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat (2014) dalamwww.disbun.jabarprov.go,id) Begitu pula dengan nilai harga pucuk teh, Arief Santosa, Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat dalam Media Perkebunan (2014) mengatakan bahwa harga pucuk teh di tingkat petani Jawa Barat sekitar Rp 1.600,00/kg, sedangkan idealnya harga pucuk teh di tingkat petani adalah minimal Rp 2.000/kg agar bisa memberikan keuntungan bagi petani. Direktorat Jenderal Perkebunan (2013) menambahkan selain masalah di atas, kondisi perkebunan teh rakyat pada umumnya memiliki populasi tanaman yang tidak sesuai dengan jumlah standar teknis populasi yaitu 10.000 pohon teh per ha. Kondisi yang ada saat ini hanya sekitar 65% dari kondisi minimum atau 6.500 pohon per ha.bappeda Provinsi Jawa Barat (2014) mengatakan bahwa syarat untuk memperoleh keuntungan dari melakukan agribisnis teh adalah apabila produktivitas kebun mencapai 2,5 ton/ha/tahun, pucuk yang dipetik berkualitas halus, produk teh yang dihasilkan

5 berkualitas dan konsisten, produk teh yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi, dan pengelolaan kebun dengan pendekatan sustainability. Agribisnis teh Indonesia khususnya pelaku perkebunan rakyatmasih memiliki potensi yang besar untuk diperbaiki dan dikembangkan. Potensi agribisnis teh terletak pada keunggulan komparatif seperti lahan, agroklimat, tenaga kerja, dan kebijakan nasional dalam upaya pemerataan kesejahteraan serta peluang pasar dalam dan luar negeri yang masih terbuka (Ditjenbun, 2013). Berbagai program untuk meningkatkan produktivitas teh ditempuh pemerintah, seperti halnya Program Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN) yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat menjadi terobosan bagi upaya perbaikan dan perkembangan budidaya teh yang terintegrasi mulai dari perbaikan sub sistem usahatani, mutu, pengolahan hingga pemasarannya. Program GPATN ini bertujuan untuk menyelamatkan kondisi agribisnis teh nasionalmelalui peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, perbaikan mutu hasil, penguatan kelembagaan petani, penambahan dan peremajaan pabrik pengolahan, penguatan riset serta pemasaran. Dewan Teh Indonesia lebih lanjut menyatakan bahwa Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN) tersebut harus merupakan gerakan terpadu, sebagai upaya percepatan peningkatan produktivitas, mutu, supply chain, harga dan tingkat pendapatan pelaku usaha khususnya petani teh. Gerakan tersebut akandapat terwujud apabila didukung dengan pemberdayaan secara optimal seluruh potensi dan partisipasi aktif dari para pemangku kepentingan serta sumberdaya yang telah dikuasai oleh semua pelaku

6 agribisnis teh (www.indoteaboard.org).salah satu strategi yang dapat mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam berbagai program pembangunan khususnya pembangunan perkebunan teh nasional dilakukan melalui pendekatan kelompok. Strategi ini sangat prospektif dikembangkan pada petani teh. Slamet (2001) mengatakan bahwa pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para petani, khususnya petani teh rakyat, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani teh rakyat kearah yang lebih baik atau berkualitas. Kelompok tani teh rakyat sebagai kelompok yang tumbuh dan terbentuk atas inisiatif masyarakat petani teh sendiri bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat petani teh secara individual sebagai petani maupun secara kelompok sebagai kumpulan dari para petani teh rakyat. Keberadaan kelompok petani teh rakyat sangatlah penting dalam kemajuan perkebunan teh rakyat karena dapat menjadi wadah aspirasi, inspirasi, belajar dan kerjasama membangun jaringan dan kemitraan para anggotanya dengan para stakeholder teh lainnya dalam rangka pemanfaatan sumberdaya dengan tujuan peningkatan produktivitas usahatani teh dan kesejahteraan para anggotanya. Peraturan Menteri Pertanian No.273 tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani mengamanatkan bahwa pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat perdesaan lainnya dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu

7 menggali potensi memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif dan memudahkan dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya. Kelompok tani pada prinsip utamanya memiliki tiga peran, yaitu sebagai wadah kelas belajar, sebagai unit produksi usahatani, dan sebagai wahana kerjasama. Namun, Hariadi (2011) menambahkan satu unit peran yaitu unit usaha sebagai kesatuan peran kelompok tani yang lainnya. Peran kelompok tani sebagai unit usaha atau bisnis tentu harus ada di kelompok tani teh rakyat yang kegiatannya adalah agribisnis teh. Pendekatan kelompok tani juga merupakan strategi dalam melakukan pemberdayaan masyarakat khususnya pemberdayaan petani teh. Pemberdayaan petani teh ini sangat penting bagi pembangunan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, karena petani teh merupakan pelaku utama dalam mengembangkan usahatani tehnya. Dengan demikian pemberdayaan petani teh ini harus dikembangkan kearah kemandirian petani. Dengan berfungsinya keempat peran kelompok tani tersebut dapat menjadi potensi untuk menumbuhkembangkan kedudukan yang strategis bagi kelompok tani di dalam mewujudkan kemandirian anggota kelompok tani yang selanjutnya sebagai pencitraan dari kemandirian kelompok tani itu sendiri. Kelompok tani teh sebagai salah satu pelaku utama agribisnis teh memiliki potensi peran dalam meningkatkan kemandirian anggotanya yang dapat dicerminkan dengan kemampuan para anggotanya dalam pengambilan keputusan, berinisiatif, berkreativitas dan mampu memecahkan permasalahan yang ada dalam

8 usahataninya.seperti yang diungkapkan oleh Sumardjo (1999) bahwa petani yang mandiri adalah petani yang dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya tidak hanya bergantung pada petunjuk dari penyuluh, aparat atau pihak lain, tetapi lebih bersandar pada kemampuannya mengambil keputusan sendiri secara tepat dan kekuatan sendiri yang didorong oleh motivasi meningkatkan kehidupannya. Kemandirian petani juga ditandai dengan adanya inisiatif petani yaitu kemampuan petani melihat kesempatan, memilih alternatif (kreatif) dan memutuskan pilihan yang terbaik bagi peranannya dalam masyarakat, serta berusaha meraih kesempatan dengan segala kemampuan yang telah dan perlu dimilikinya. Dalam perkembangannya banyak kelompok tani yang bisa bertahan dan berkembang maju, tetapi banyak juga kelompok tani yang tidak aktif dan berkembang, dan bahkan bubar hanya meninggalkan papan nama saja. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada kelompok tani teh rakyat. Padahal kelompok tani seperti yang sudah diuraikan diatas dapat menjadi pendekatan dan media aktivitas untuk mencapai tujuan program pembangunan agribisnis teh nasional khususnya teh rakyat. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan kelompok tani kurang aktif atau kurang berhasil menjalankan perannya sebagai unit belajar, unit kerjasama, unit produksi, dan unit usaha/bisnis. Namun, apabila kelompok tani berhasil menjalankan perannya dengan baik, aktif, berkembang serta mandiri dalam berkegiatan maka hal ini tentu sangat menggembirakan sebagai upaya mendukung keberhasilan pembangunan di sector perkebunan. Sebaliknya apabila kelompok tani tidak dapat menjalankan perannya dengan baik, kurang aktif, sulit berkembang, dan tidak

9 mandiri dalam berkegiatan maka akan menghambat terwujudnya pembangunan perkebunan. Oleh karenanya, perlu dilakukan suatu kajian ilmiah untuk mengetahui sejauh mana peran kelompok tani dalam meningkatkan kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat. 1.2. Rumusan Masalah Kondisi agribisnis teh di Provinsi Jawa Barat yang merupakan sentra produsen teh nasional terbesar dengan luas areal 77,75% dari total areal teh di Indonesia kini dalam kondisimemprihatinkan, tak terkecuali perkebunan teh rakyatnya yang menguasai 51,33% dari total luas areal perkebunan teh di Provinsi Jawa Barat. Hal ini terlihat di mana produktivitas petani teh rakyat masih dibawa 1 ton/ha/tahun, yaitu 871 kg/ha/tahun. Nilai harga pucuk teh di tingkat petani Jawa Barat sekitar Rp 1.600,00/kg, yang idealnya harga pucuk teh adalah minimal Rp 2.000/kg agar sedikit memberikan keuntungan buat petani. Populasi tanamannya yang umumnya tidak sesuai dengan jumlah standar teknis yaitu minimum 10.000 pohon teh per ha. Kondisi yang ada saat ini hanya sekitar 65% dari kondisi minimum atau 6.500 pohon per ha.selain itu, meningkatnya alih fungsi kebun teh petani ke komoditas lainnya seperti sayur-sayuran atau penggunaan lahan lainnya. Permasalahan diatas menjadi tantangan bagi pengembangan agribisnis teh yang sebenarnya agribisnis teh rakyat masih memiliki potensi besar untuk diperbaiki dan dikembangkan. Berbagai program untuk meningkatkan produktivitas teh khususnya bagi petani teh rakyat ditempuh pemerintah, seperti

10 halnya Program Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN) yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat diharapkan menjadi terobosan bagi upaya perbaikan dan perkembangan budidaya teh rakyat yang terintergrasi mulai dari perbaikan sub sistem usahatani, mutu, pengolahan hingga pemasarannya. Berbagai program pembangunan perkebunan akan dapat terwujud apabila didukung dengan pemberdayaan secara optimal seluruh potensi dan partisipasi aktif dari para pemangku kepentingan serta sumberdaya yang telah dikuasai oleh semua pelaku agribisnis teh. Salah satu strategi dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam berbagai program pembangunan adalah melalui pendekatan kelompok. Kelompok Tani Teh Rakyat sebagai kelompok yang tumbuh dan terbentuk atas inisiatif masyarakat petani teh sendiri dengan tujuan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat petani teh secara individual sebagai petani maupun secara kelompok sebagai kumpulan dari para petani teh rakyat dapat dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para petani, khususnya petani teh rakyat, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani teh rakyat kearah yang lebih baik dan berkualitas dalam berusahatani teh. Selanjutnya, akan memberikan dampak pada perbaikan dan peningkatan produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan anggota kelompoknya. Kelompok tani memiliki empat peran, yaitu sebagai unit belajar, kerjasama, produksi, dan usaha. Berfungsinya keempat peran kelompok tani tersebut dapat menjadi potensi untuk menumbuhkembangkan kedudukan yang

11 strategis bagi kelompok tani di dalam mewujudkan kemandirian anggota kelompok tani yang selanjutnya sebagai pencitraan dari kemandirian kelompok tani itu sendiri. Kelompok Tani Teh Rakyat sebagai salah satu pelaku utama agribisnis teh memiliki potensi peran dan meningkatkan kemandirian anggotanya yang dapat tercermin pada kemampuannya dalam pengambilan keputusan, berinisiatif, berkreativitas dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan. Dalam perkembangannya ada kelompok tani teh rakyat yang bisa bertahan dan berkembang maju serta mandiri, tetapi banyak juga kelompok tani teh rakyat yang tidak aktif, tidak berkembang serta sulit mandiri, dan bahkan bubar hanya meninggalkan papan nama saja. Padahal kelompok tani sebagai media aktivitas terkecil di masyarakat pertanian berpotensi memperlancar pencapaian keberhasilan pembangunan agribisnis teh nasional khususnya pada pembangunan agribisnis teh rakyat. Banyak faktor yang menyebabkan kelompok tani kurang aktif atau kurang berhasil menjalankan perannya sebagai unit belajar, unit kerjasama, unit produksi, dan unit usaha/bisnis. Berdasarkan gambaran permasalahan tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran kelompok dan kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat? 2. Bagaimana pengaruh faktor internal, faktor eksternal dan peran kelompok tani terhadap kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat? 3. Bagaimana jalur efektif yang dapat meningkatkan kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat?

12 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah: 1. Mengkaji peran kelompok dan kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat. 2. Mengkaji pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan peran kelompok terhadap kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat. 3. Menganalisis jalur efektif yang dapat meningkatkan kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat secara teoritis a. Memberikan gambaran yang sebenarnya terkait peran kelompok tani teh rakyat dan kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat. b. Sebagai bahan keilmuan di bidang penyuluhan dan komunikasi pembangunan. 1.4.2. Manfaat secara praktis Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak terkait dalam hal pengembangan dan pembinaan kelompok tani teh rakyat sebagai upaya memandirikan petani dan atau kelompok tani teh rakyat di Provinsi Jawa Barat.

13 1.5. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Mugi Lestari (2011) dengan judul Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok Tani Dalam Berusahatani di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh dinamika kelompok (langsung dan tidak langsung) terhadap kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani; mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok dan kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani, dan mengkaji tingkat dinamika kelompok dan kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika kelompok berpengaruh langsung terhadap kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok dan kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani. Faktor internal yang mempengaruhi dinamika kelompok adalah lamanya berusahatani. Faktor eksternal yang mempengaruhi dinamika kelompok adalah ketersediaan bantuan modal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani adalah kekosmopolitan dan lamanya berusahatani. Faktor eksternal tidak ada yang berpengaruh terhadap kemandirian anggota kelompok tani dalam berusahatani. Tingkat dinamika kelompok dan kemandirian anggota kelompok tani berada pada tingkat tinggi.

14 Penelitian oleh Harmoko (2012) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Petani Dalam Usahatani Padi Organik di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, bertujuan untuk mengetahui jumlah petani yang memiliki kemandirian tinggi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian petani dalam usahatani padi organik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan eksplanatif. Hasil penelitian menunjukkan jumlah petani dengan kemandirian tinggi sangat rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian petani dalam usahatani padi organik adalah keyakinan diri. Variabel kearifan lokal berupa pengetahuan bercocok tanam memberikan pengaruh nyata dalam usahatani padi organik. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah teknis pengolahan lahan, menjaga kesuburan lahan, pemanfaatan sumberdaya alam dan pengetahuan tentang pranatamangsa. Penelitian Restu Widhastri (2012) dengan judul Peran Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan (KTHKm) Dalam Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Di Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, DIY, bertujuan untuk mengkaji peranan kelompok tani hutan kemasyarakatan (KTHKm) dalam pengelolaan hutan kemasyarakatan di Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan narasumber yang dipilih secara purposive dan snowball sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program hutan kemasyarakatan merupakan program multipihak yang melibatkan berbagai unsur masyarakat sebagai pelaku utama. KTHKm mempunyai peranan

15 sebagai katalisator terjadinya integrasi antara pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi hutan. Peran KTHKm sebagai katalisator dalam rehabilitasi hutan adalah sebagai wadah membangun kesepakatan kelompok, mengorganisasikan kegiatannya untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan menjaga keamanan hutan. Perannya sebagai katalisator bagi pemberdayaan masyarakat adalah dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Setelah mencermati hasil-hasil penelitian terdahulu maka dapat diidentifikasi posisi perbedaan dan keaslian penelitian yang akan dilakukan, yaitu pada : 1. Penelitian dengan mengambil topik tentang peran kelompok tani dan kemandirian anggota kelompok tani belum pernah diteliti. 2. Penelitian dengan mengambil objek penelitian kelompok tani teh rakyat sudah jarang sekali ditemui mengingat pelaku agribisnis teh ada tiga yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta. 3. Penelitian ini menganalisis peran kelompok tani dan kemandirian anggota kelompok tani dengan variasi perbedaan ketinggian wilayah untuk budidaya teh (upland, middleland, lowland) dan perbedaan kelas kemampuan kelompok tani teh rakyat yang ada di Provinsi Jawa Barat (pemula, lanjut, madya). 4. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix methods yang merupakan perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. 5. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat, dimana sejauh pengamatan penulis belum ada penelitian tentang peran kelompok tani dalam peningkatan kemandirian anggota kelompok tani teh rakyat.