I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN I-1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan I-1

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN POHON PADA SISTEM JARINGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu hal pokok untuk perkembangan suatu

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. majunya pertumbuhan perekonomian suatu daerah atau negara. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pilangsari : yaitu desa yang berada di Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMDANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jalan sebagai salah satu sarana transportasi darat mempunyai peranan

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Encyclopedia, 8 Oktober Artikel: Wikipedia Thre Free

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota besar di Indonesia sebagai pusat pembangunan telah. banyak mengalami perubahan dan kemajuan baik dalam bidang politik,

REGISTER TRANSAKSI JUAL BELI TIKET DI WIEN TOUR JL. RAYA GAMBIRAN-DAYU PARK KM 1 SRAGEN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB III TINJAUAN WILAYAH

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan volume lalu lintas jalan khususnya di Kota Yogyakarta terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o 13 00 dan 110 o 33 00 Bujur Timur, serta 7 o 34 51 dan 7 o 47 03 Lintang Selatan. Kabupaten Sleman berada pada ketinggian 100 s/d 2.500 m dpl., dengan iklim agak basah. Di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kuloprogo dan Kabupaten Magelang, dan di sebelah selatan berbatasan dengan kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Secara administratif Kabupaten Sleman terbagi atas 17 kecamatan, 86 desa, dan 1.212 padukuhan. Kabupaten Sleman memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti tempat wisata, wisata kuliner serta kawasan potensial untuk pengembangan pembangunan agribisnis. Pembangunan maupun perbaikan infrastruktur di Kabupaten Sleman juga sangat pesat, salah satunya yaitu jalan. (Slemankab, 2016) Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap serta perlengkapanya yang diperuntukan untuk lalau lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. (Wikipedia, 2016). 1

2 Pada bagian tepi jalan, median maupun pulau jalan (traffic island) biasanya terdapat tanaman yang merupakan bentuk dari jalur hijau jalan yang keberadaanya sangat penting bagi pengguna jalan maupun masyarakat di sekitarnya. Tanaman tepi jalan atau jalur hijau jalan memiliki fungsi sebagai peneduh, penyerap polusi, peredam kebisingan, pemecah angin dan pengarah. Selain itu tanaman juga mengandung nilai keindahan yang dapat dinikmati baik secara visual oleh mata maupun indera lainnya seperti daya tarik aroma maupun perasaan. Secara visual tanaman memiliki nilai arsitektural yang berkaitan dengan fungsi estetik yang diperoleh dari bentuk tajuk pohon, warna, tekstur daun dan aroma bunga serta kesesuaiannya dengan lingkungan (Raismiwyati, 2009). Jalan Magelang dan Jalan Solo merupakan jalan nasional atau jalan utama penghubung provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan provinsi Jawa Tengah. Dilihat dari volume kendaraan yang melintasi, di kedua jalan ini sangat padat, selain itu di sekitar jalan tersebut juga terdapat pusat-pusat perekonomian seperti perkantoran, perhotelan, bandara, terminal bus dan tempat umum lainnya serta permukiman penduduk di sekitar jalan yang sangat padat. Keberadaan tanaman tepi jalan tentunya akan sangat berpengaruh penting dan akan memberikan kenyaman bagi pengguna jalan maupun masyarakat sekitar. Oleh sebab itu perlu adanya evaluasi kesesuaian jalur hijau jalan yang sudah ada di kedua jalan tersebut dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PU) No 5 tahun 2012 tentang pedoman penanaman pohon pada sistem jaringan jalan.

3 B. Perumusan Masalah Kabupaten Sleman tepat dilintasi oleh Jalan Nasional, yang merupakan koridor atau penghubung Propinsi Jawa Tengah ke Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), diantaranya yaitu Jalan Magelang dan Jalan Solo. Dari tahunke tahun kepadatan populasi kendaraan bermotor yang melintas di jalan tersebut semakin meningkat, secara visual hal ini dibuktikan dengan adanya kemacetan di beberapa titik. Hal ini jelas akan mengakibatkan penurunan kualitas udara dan perubahan iklim mikro akibat gas buang kendaraan bermotor yang melintas di jalan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kesesuain jalur hijau jalan sebagai penyerap polutan, pengontrol iklim mikro, peredam kebisingan, pengarah, peneduh dan pembentuk nilai estetika di kedua jalan tersebut. C. Tujuan Penelitian Mengevaluasi kesesuaian jalur hijau jalan yang berfungsi sebagai penyerap polutan, pengontrol iklim mikro, peredam kebisingan, pengarah, peneduh dan pembentuk nilai estetika di kedua jalan tersebut. D. Manfaat Penelitian Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam mengoptimalkan fungsi tanaman tepi jalan di jalan Solo dan jalan Magelang Kabupaten Sleman. E. Batasan Studi Penelitian ini difokuskan di Jalan Solo km 7 sampai km 18 dan Jalan Magelang km 7 sampai km 15 Kabupaten Sleman.

4 F. Kerangka Pikir Penelitian Jalan Nasional di Kabupaten Sleman yang dipilih sebagai objek penelitian adalah Jalan Magelang dan Jalan Solo. Pengamatan dilakukan di kedua jalan tersebut dengan melihat kondisi fisik jalan yang ada, meliputi kondisi vegetasi, menghitung jumlah sebaran dan mengidentifikasi jenis vegetasi. Melihat kondisi jalan dengan melakukan pengukuran lebar jalan, mengamati kodisi lalulitas yang ada dan melihat hasil pengukuran kualitas udara dari instansi terkait. Didukung persepsi masyarakat sebagai masukan dalam penelitian. Dari keseluruhan data yang terkumpul kemudian dilakukan evaluasi jalur hijau di kedua jalan tersebut. Proses penelitian ini dapat dilihat pada skema alur pemikiran penelitian dalam Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian 5