Akurasi. Perangkat Lunak: Sistem operasi: Windows Vista Home Premium Aplikasi pemrograman: Matlab 7.0

dokumen-dokumen yang mirip
dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =.

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi.

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =

BAB 5 UJI COBA DAN ANALISA HASIL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil. Segmentasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan sistem pemugaran citra digital dengan algoritma exemplar-based

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia dengan menggunakan metode Gabor Filter dan Algoritma

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. komponen pendukung, yaitu konfigurasi perangkat keras (hardware) dan

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Setiap tahapan di dalam penelitian ini akan ditunjukkan di dalam Tabel 2.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Tabel 2 Jumlah data prosedur uji. Crop Variable. Jumlah data LAI 104 SPAD 105 yield 64 LAI 104 SPAD 105 yield 64 LAI 62 SPAD 63 yield 34.

Lingkungan Pengembangan Pelatihan HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi Fitur Pelatihan (deskripsi training Klasifikasi Akurasi

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian Sistem Penjadwalan Kereta Api dengan Genetic Algorithm :

Hardisk 80 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7.0.1

BAB 4 PENGUJIAN DAN EVALUASI. dengan menggunakan 15 tanda tangan yang berasal dari 1 user yang masing masing

Lingkungan Implementasi Clustering Menggunakan SOM HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Perkembangan Anak Validasi Cluster Menggunakan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori

Generalisasi rata-rata (%)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian untuk sistem penelusuran katalog perpustakaan sekolah

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

100% Akurasi = (11) Lingkungan Pengembangan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Tahapan penelitian. Praproses Data

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Metodologi penelitian.

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI Implementasi

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. telah dibuat. Pengujian yang dilakukan adalah menguji proses region of interest

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV PERCOBAAN DAN ANALISIS. Percobaan metode kompresi citra fraktal menggunakan algoritma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM).

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Percobaan 1 Percobaan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah: Processor : Intel Pentium IV 2,13 GHz

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pembelajaran 0.1, 0.3, 0.5

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

3.2.1 Flowchart Secara Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Kelas target No Produk Operator 1 Kartu AS 2 Xplor 3 IM3 Smart 4 Simpati 5 Jempol 6 Bebas 7 Mentari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek kehidupan dari bangsa ini akan selalu dipengaruhi oleh keadaan hujan ataupun

BAB IV DESAI SISTEM. Tabel 4.1 Lingkungan Desain Perangkat Lunak Prosesor : Core 2 Duo, 2 GHz Memori : 2 GB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN HASIL PENELITIAN. Pada bab 4 ini akan dijelaskan hasil rancangan sistem aplikasi optimizer, yaitu

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

4 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB I PENDAHULUAN. tertentu kepada penerima informasi. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor

Spesifikasi Pengembangan Validasi HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Tabel 1 Dimensi citra di tiap level Level transformasi Dimensi citra 1 46 56 2 23 28 3 12 14 4 6 7 5 3 4 6 2 2 Pada Gambar 5 disajikan visualisasi transformasi wavelet hingga level 3. Deskripsi citra dekomposisi wavelet di ilustrasikan pada Lampiran 3. Gambar 5 Visualisasi transformasi wavelet. Algoritme VFI5 Membentuk interval dari citra pelatihan yang berjumlah 6 pada semua kelas di tiap level dekomposisi wavelet dengan menggunakan algoritme pelatihan VFI5. Selanjutnya memeriksa letak interval dari setiap nilai fitur suatu instance baru, yaitu pada masing-masing kelas yang terdapat 4 buah citra pengujian. Selanjutnya dengan menggunakan algoritme VFI5 diperoleh kelas prediksi pada masing-masing citra pengujian. Pada tahapan ini dilakukan proses penghitungan tingkat akurasi. Jumlah total citra pengujian yang digunakan sebanyak 40. Tingkat akurasi dapat diperoleh dengan: data = uji benar dikan total data uji Lingkungan pengembangan Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini berupa notebook dengan spesifikasi sebagai berikut: Perangkat keras: Processor intel Core TM 2 Duo Memori 1 GB Harddisk 80 GB Perangkat Lunak: Sistem operasi: Windows Vista Home Premium Aplikasi pemrograman: Matlab 7.0 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan 10 citra wajah berbeda dengan masing-masing memiliki 10 ekspresi berbeda, 10 citra wajah tersebut selanjutnya disebut kelas. Selanjutnya dilakukan tahap transformasi wavelet dari level 1 hingga level 6. Ukuran dimensi citra merupakan jumlah fitur dalam algoritme VFI5 yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah fitur pada setiap level dekomposisi wavelet Level transformasi Jumlah fitur 1 2576 2 644 3 168 4 42 5 12 6 4 Percobaan 1 : Wavelet Level 1 Pada percobaan pertama tidak semua kelas tepat dikan, keterangan lebih jelas terdapat di Lampiran 4. pada tiap-tiap kelas di percobaan pertama dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 tiap kelas di level 1 2 4 0 100% 3 0 4 0% 5 3 1 75% 7 3 1 75% 10 3 1 75% Pada Tabel 3 tampak bahwa pada kelas 1, 2, 4, 6, dan 8 memiliki data testing yang baik sehingga seluruh citranya benar dikan, berlaku sebaliknya pada kelas 3 dan 9. pada tiap-tiap kelas dipercobaan pertama yang terdapat pada Tabel 3 divisualisasikan ke dalam grafik pada Gambar 6. 6

Percobaan 3 : Wavelet Level 3 Pada percobaan ketiga terdapat 6 kelas yang semua citranya tepat dikan, keterangan lebih jelas terdapat di Lampiran 4. pada tiap-tiap kelas pada percobaan ketiga dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 tiap kelas di level 3 Gambar 6 Tingkat akurasi tiap kelas di level 1. Percobaan 2 : Wavelet Level 2 Pada percobaan kedua hampir semua kelas tepat dikan, keterangan lebih jelas dapat dilihat di Lampiran 4. pada tiap-tiap kelas pada percobaan kedua dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 tiap kelas di level 2 2 4 0 100% 3 4 0 100% 5 4 0 100% 7 4 0 100% 10 4 0 100% 1 1 3 25% 2 4 0 100% 3 2 2 50% 5 4 0 100% 7 4 0 100% 10 3 1 75% Pada Tabel 5 tampak bahwa kelas-kelas di level 3 hasilnya tidak sebaik pada kelas 2, hanya beberapa kelas yang data ujinya tepat diklasifiksikan yaitu pada kelas 2, 4, 5, 6, 7, dan 8. pada tiap-tiap kelas dipercobaan ketiga yang terdapat pada Tabel 5 divisualisasikan ke dalam grafik pada Gambar 8. Pada Tabel 4 tampak bahwa hanya kelas 9 yang semua data ujinya tidak tepat dikan. pada tiaptiap kelas dipercobaan kedua yang terdapat pada Tabel 4 divisualisasikan ke dalam grafik pada Gambar 7. Gambar 8 Tingkat akurasi tiap kelas di level 3. Percobaan 4 : Wavelet Level 4 Gambar 7 Tingkat akurasi tiap kelas di level 2. Pada percobaan keempat hanya terdapat 5 kelas yang tepat dikan, keterangan lebih jelas terdapat di Lampiran 4, sedangkan interval-interval tahap algoritme VFI5 pada level 4 dekomposisi wavelet terdapat di Lampiran 7. pada tiap-tiap kelas di percobaan keempat dapat dilihat pada Tabel 6. 7

Pada Tabel 6 lebih sedikit kelas-kelas yang tepat dikan dibandingkan Tabel 5, yaitu pada kelas 1, 4, 7, 8, dan 10. pada tiap-tiap kelas dipercobaan keempat yang terdapat pada Tabel 6 divisualisasikan ke dalam grafik pada Gambar 9. Tabel 6 tiap kelas di level 4 2 3 1 75% 3 3 1 75% 5 3 1 75% 6 3 1 75% 7 4 0 100% 10 4 0 100% Tabel 7 tiap kelas di level 5 2 2 2 50% 3 1 3 25% 5 1 3 25% 7 3 1 75% 10 3 1 75% Gambar 10 Tingkat akurasi tiap kelas di level 5. Percobaan 6 : Wavelet Level 6 Gambar 9 Tingkat akurasi tiap kelas di level 4. Percobaan 5 : Wavelet Level 5 Pada percobaan kelima hanya terdapat 4 kelas yang tepat dikan, keterangan lebih jelas terdapat di Lampiran 4, sedangkan interval-interval tahap algoritme VFI5 pada level 5 dekomposisi wavelet terdapat di Lampiran 6. pada tiap-tiap kelas pada percobaan kelima dapat dilihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 terdapat 4 kelas yang tepat dikan yaitu pada kelas 1, 4, 6, dan 8. pada tiap-tiap kelas dipercobaan kelima yang terdapat pada Tabel 7 divisualisasikan ke dalam grafik pada Gambar 10. Pada percobaan keenam tidak ada kelas yang tepat dikan, keterangan lebih jelas terdapat di Lampiran 4, sedangkan intervalinterval tahap algoritme VFI5 pada level 6 dekomposisi wavelet terdapat di Lampiran 5. pada tiap-tiap kelas pada percobaan keenam dapat dilihat pada Tabel 8 dan divisualisasikan pada Gambar 11. Tabel 8 tiap kelas di level 6 1 0 4 0% 2 0 4 0% 3 1 3 25% 4 0 4 0% 5 2 2 50% 6 2 2 50% 7 2 2 50% 8 3 1 75% 10 2 2 50% 8

Gambar 11 Tingkat akurasi tiap kelas di level6. Pada tiap-tiap level dekomposisi wavelet dihitung nilai akurasinya, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 12. Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat akurasi meningkat seiring dengan bertambahnya level dekomposisi wavelet untuk level 2 sampai level 6, berbeda dengan level 1 yang nilai akurasinya lebih rendah dibandingkan level 2. Hal ini disebabkan karena overfitting di mana saat training mampu untuk mengingat data dengan baik tetapi tidak mampu untuk menggeneralisasi dengan baik. Overfitting dapat terjadi pada algoritme yang memiliki jumlah parameter (bobot dan bias) yang lebih besar dari pada jumlah pola latih yang disajikan pada algoritme tersebut. Tabel 9 tiap level dekomposisi wavelet Level transformasi 1 72,5% 2 90% 3 85% 4 80% 5 68% 6 30% Jika jumlah parameter algoritme jauh lebih kecil dibanding jumlah pola latihnya, kecil kemungkinan terjadi overfitting. Bilangan data yang kurang untuk proses pelatihan akan menyebabkan algoritme tidak dapat mempelajari taburan data dengan baik, sebaliknya data yang terlalu banyak untuk proses pelatihan akan memperlambat proses pemusatan (konvergensi). Masalah overfitting akan menyebabkan algoritme cenderung untuk menghafal data yang dimasukkan dari pada mengeneralisasi. Gambar 12 Tingkat akurasi tiap level. Algoritme VFI5 pada 1 di Tiap Level Pada kelas 1 akurasi paling baik hingga seluruh citra pengujian tepat dikan terdapat di level 1, level 2, level 4, dan level 5. Pada level 3 terdapat sebuah citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 25%, sedangkan pada level 6 tidak ada citra yang tepat dikan sehingga akurasinya 0%. algoritme VFI5 pada kelas 1 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 10 dan Gambar 13. Tabel 10 tiap level di kelas 1 3 25% Gambar 13 Tingkat akurasi tiap level di kelas1. 9

Algoritme VFI5 pada 2 di Tiap Level Pada kelas 2 akurasi paling baik hingga seluruh citra pengujian tepat dikan terdapat di level 1, level 2, dan level 3. Pada level 4 terdapat 3 citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 75%, sedangkan pada level 5 terdapat 2 citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 50%, berbeda dengan level 6 yang tidak ada satupun citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 0%. algoritme VFI5 pada kelas 2 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 11 dan Gambar 14. Tabel 11 tiap level di kelas 2 5 50% Gambar 14 Tingkat akurasi tiap level di kelas 2. Algoritme VFI5 pada 3 di Tiap Level Pada kelas 3 akurasi paling baik hingga seluruh citra pengujian tepat dikan hanya terdapat di level 2, sedangkan pada level 4 terdapat 3 citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 75%. 50% diperoleh level 3 yaitu terdapat 2 citra yang tepat dikan sedangkan pada level 5 dan level 6 terdapat sebuah citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 25%. algoritme VFI5 pada kelas 3 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 12 dan Gambar 15. Tabel 12 tiap level di kelas 3 1 0% 3 50% 5 25% 6 25% Gambar 15 Tingkat akurasi tiap level di kelas3. Algoritme VFI5 pada 4 di Tiap Level Pada kelas 4 hampir semua level seluruh citranya tepat dikan kecuali level 6 yang tidak ada satupun citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 0%. algoritme VFI5 pada kelas 4 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 16. Tabel 13 tiap level di kelas 4 Gambar 16 Tingkat akurasi tiap level di kelas4. 10

Algoritme VFI5 pada 5 di Tiap Level Pada kelas 5 terdapat 2 level yang seluruh citranya tepat dikan yaitu level 2 dan level 3. Pada level 1 dan level 4 masing-masing terdapat 3 citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 75%, sedangkan pada level 6 akurasi yang diperoleh 50% dan pada level 5 25%. algoritme VFI5 pada kelas 5 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 14 dan Gambar 17. Tabel 14 tiap level di kelas 5 1 75% 5 25% Gambar 17 Tingkat akurasi tiap level di kelas 5. Algoritme VFI5 pada 6 di Tiap Level Pada kelas 6 terdapat 4 level yang seluruh citranya tepat dikan yaitu pada level 1, level 2, level 3, dan level 5. 75% diperoleh level 4 dan 50% diperoleh level 6, dimana 75% terdapat 3 citra yang tepat dikan sedangkan 50% terdapat 2 citra yang tepat dikan. algoritme VFI5 pada kelas 6 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 15 dan Gambar 18. Tabel 15 tiap level di kelas 6 Gambar 18 Tingkat akurasi tiap level di kelas 6. Algoritme VFI5 pada 7 di Tiap Level Pada kelas 7 terdapat 3 level yang seluruh citranya tepat dikan yaitu level 2, level 3, dan level 4. 75% diperoleh level 1 dan level 5 yaitu tiap levelnya terdapat 3 citra yang tepat dikan, sedangkan pada level 6 akurasi yang diperoleh 50% yaitu terdapat 2 citra yang tepat dikan. algoritme VFI5 pada kelas 7 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 16 dan Gambar 19. Tabel 16 tiap level di kelas 7 1 75% 5 75% Gambar 19 Tingkat akurasi tiap level di kelas 7. Algoritme VFI5 pada 8 di Tiap Level Pada kelas 8 hampir seluruh level memiliki akurasi 100% kecuali level 6 yang akurasinya 75%, sehingga pada level 6 hanya terdapat 3 11

citra yang tepat dikan. algoritme VFI5 pada kelas 8 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 17 dan Gambar 20. Tabel 17 tiap level di kelas 8 6 75% kelas 10 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 21. Tabel 19 tiap level di kelas 10 1 75% 3 75% 5 75% Gambar 20 Tingkat akurasi tiap level di kelas 8. Algoritme VFI5 pada 9 di Tiap Level Pada kelas 9 semua level yang terdapat di dalamnya tidak ada satupun citra yang tepat dikan sehingga seluruh level di kelas 9 akurasi yang diperoleh 0%. algoritme VFI5 pada kelas 9 di tiap level dekomposisi disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 tiap level di kelas 9 1 0% 2 0% 3 0% 4 0% 5 0% Algoritme VFI5 pada 10 di Tiap Level Pada kelas terakhir terdapat 2 level yang memiliki akurasi 100% yaitu pada level 2 dan level 4, sedangkan pada level 1, level 3, dan level 5 terdapat 3 citra yang tepat dikan sehingga akurasi yang diperoleh 75%. algoritme VFI5 pada Gambar 21 Tingkat akurasi tiap level di kelas 10. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini menggunakan algoritme VFI5 untuk pengenalan data citra wajah, yang menjadi inputan algorime VFI5 ini adalah citra yang telah mengalami dekomposisi wavelet di level 1 sampai level 6. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 1 Level 2 dekomposisi wavelet memiliki akurasi yang paling tinggi yaitu sebesar 90%. 2 level 2 lebih tinggi dibandingkan level 1 walaupun jumlah fitur level 2 lebih sedikit. 3 dari level 3 sampai level 6 menurun dengan interval dari 85% sampai 30%. Saran Saran dari penelitian ini yaitu: 1 Penghitungan akurasi citra asli dengan algoritme VFI5 tanpa dekomposisi wavelet. 2 Penghitungan akurasi di tiap level dekomposisi dengan menghilangkan fiturfitur tertentu. 12