BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN JENIS PELARUT TERHADAP KEMAMPUAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN JENIS PELARUT TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

PERBEDAAN JENIS PELARUT TERHADAP KEMAMPUAN MEREDUKSI ION BESI (Fe 3+ ) EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN SAMPEL DAN EKSTRAKSI

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH RAMBUSA (Passiflora foetida)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

PENGARUH PENAMBAHAN MADU TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA MINUMAN BELUNTAS (Pluchea indica Less.) MADU

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 10 Media pertumbuhan semanggi air (Marsilea crenata).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

I. PENDAHULUAN. Sejak ditemukannya zat pewarna sintetik serta terbatasnya jumlah dan mutu zat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji determinasi di laboratorium Sistematika tumbuhan Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dihambat (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber. perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih

OLEH: CHRISTIAN LIGUORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PERASAN LEMON TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDUHAN BELUNTAS (Pluchea indica Less) LEMON SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

39 Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rambut jagung diambil dari jagung muda yang telah berumur hari atau

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Padina australis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB I PENDAHULUAN. Metode fitokimia yang digunakan setelah dilakukan metode

dari tanaman mimba (Prijono et al. 2001). Mordue et al. (1998) melaporkan bahwa azadiraktin bekerja sebagai ecdysone blocker yang menghambat serangga

Uji Alkaloid Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom Uji Triterpenoid dan Steroid HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Daun Salam Uji Fitokimia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) Surakarta 57127

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

OPTIMASI PEMBUATAN EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) MENGGUNAKAN METODE MASERASI DENGAN PARAMETER KADAR TOTAL SENYAWA FENOLIK DAN FLAVONOID

I. PENDAHULUAN. kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumberdaya hayati yaitu memiliki. diketahui sebagai tanaman berkhasiat obat (Bintang, 2011).

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. dari segi jumlah tanaman obat yang sebagian besar belum dapat dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK...

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Perubahan konsentrasi fase gerak metanol pada metode gradien KCKT ekstrak etanol 70% S. arvensis Solo.

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap kemampuan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less.) dalam menghambat oksidasi gula. Parameter yang dianalisa adalah kemampuan ekstrak daun beluntas dalam menghambat oksidasi gula dengan metode DNS. Mekanisme penghambatan oksidasi gula oleh ekstrak daun beluntas ada dua, yaitu menghambat terjadinya hidrolisis pati (polimer) menjadi glukosa (monomer) dan menghambat terjadinya reaksi redoks antara glukosa dengan DNS. Tepung daun beluntas (Pluchea indica Less.) yang digunakan dalam penelitian memiliki kadar air sebesar 12,43 ± 0,13% untuk basis basah dan 14,19 ± 0,17% untuk basis kering yang didapat dari hasil pengujian dengan lima ulangan dan dapat dilihat pada Lampiran B.1. Persentase kadar air tersebut didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Widyawati, dkk. (2011) dengan komposisi kadar air sebesar 14,29% untuk basis kering. Penentuan kadar air tepung daun beluntas dalam penelitian ini ditentukan dengan oven vakum suhu 70 o C dengan tekanan 0,75 bar. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan untuk meminimalkan kesalahan kadar air yang terukur karena hilangnya sejumlah senyawa volatil. Traithip (2005) dan Luger et al. (2000) dalam Widyawati dkk. (2011) menyatakan bahwa senyawa volatil yang terdapat dalam daun beluntas antara lain boehmeril asetat, HOP-17 (21)- en 3β-asetat, linaloil glukosida, linaloil apiosil glukosida, linaloil hidroksi glukosida, plusheosida C,cuauhtermone, 3-(2-3 -diasetoksi-2 -metilbutiril), plucheol A, plucheol B, plucheosida A, plucheosida B, plucheosida E, pterocarptriol, seskuisterpen, monoterpen, dan triterpen. 34

Penghambatan (%) 35 Tepung daun beluntas diekstrak dengan menggunakan berbagai macam pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu air, metanol, etanol, etil asetat, dan heksana menunjukkan bahwa kemampuan antihiperglikemik (kemampuan ekstrak dalam menghambat oksidasi gula) dari ekstrak etil asetat paling tinggi (57,75 ± 2,61%), yang kemudian diikuti oleh air (31,22 ± 2,58%), heksana (16,81 ± 1,16%), metanol (14,09 ± 1,34%), dan etanol (13,33 ± 1,31%). Hal ini ditunjukkan pada Gambar 5.1. Data dan perhitungan penghambatan (%) dapat dilihat pada Lampiran B.6. 70 60 Penghambatan (%) 57.75 ± 2.61 50 40 30 31.22 ± 2.58 20 10 14.09 ± 1.34 13.33 ± 1.31 16.81 ± 1.16 0 Air Metanol Etanol Etil Asetat Heksana Keterangan: Rata-rata ± SD diperoleh melalui pengujian sebanyak lima kali ulangan Gambar 5.1. Persen Penghambatan Oksidasi Gula Ekstrak Beluntas dengan Berbagai Hal ini diduga bahwa pada ekstrak etil asetat yang merupakan pelarut semi polar terdapat banyak senyawa-senyawa fitokimia yang berukuran besar atau dalam bentuk polimer (kompleks) dibandingkan dengan ekstrak pelarut lainnya (Soetarno dkk., 1999). Senyawa yang berukuran besar atau dalam bentuk polimer ini merupakan senyawa yang belum murni, seperti halnya

Rendemen (%) 36 flavonoid (Ramadhani, 2013). Flavonoid yang berikatan dengan gula cenderung larut dalam air (polar), sedangkan aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavonon, flavon, dan flavonol cenderung lebih mudah larut dalam pelarut semi polar (Pramudia, 2008 dalam Naufalin dan Rukmini, 2010). 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 41.40 ± 1.70 38.77 ± 0.91 Rendemen 31.66 ± 1.12 33.58 ± 0.39 30.00 ± 0.78 0,00 Air Metanol Etanol Etil Asetat Heksana Keterangan: Rata-rata ± SD diperoleh melalui pengujian sebanyak lima kali ulangan Gambar 5.2. Rendemen Ekstrak Beluntas dengan Berbagai Hasil rendemen pada Gambar 5.2. menunjukkan bahwa rendemen ekstrak yang menyebabkan kandungan senyawa bioaktif dalam ekstrak etil asetat (semipolar) lebih besar dibandingkan ekstrak etanol (polar). Pelarut air memiliki nilai rendemen yang tertinggi, yaitu sebesar 41,40 ± 1,7% dan diikuti dengan pelarut metanol, etil asetat, etanol, dan heksana, masingmasing sebesar 38,77 ± 0,91%; 33,58 ± 0,39%; 31,66 ± 1,12%; dan 30,00 ± 0,78%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar senyawa bioaktif dalam

37 ekstrak daun beluntas bersifat polar dan hanya 33,58% yang bersifat semipolar. Data dan perhitungan persen rendemen dapat dilihat pada Lampiran B.2. Dugaan jenis senyawa bioaktif polimer yang banyak terdapat dalam ekstrak etil asetat didukung oleh penelitian Dai dan Mumper (2010) yang menyatakan aseton sebagai pelarut semipolar untuk mengekstrak tepung apel. Data menyatakan bahwa senyawa polifenol dan flavonoid terpolimerisasi yang terdapat dalam ekstrak aseton tersebut. Hal ini didukung dengan data hasil uji fitokimia pada Tabel 5.1. yang menunjukkan bahwa aktivitas antihiperglikemik ekstrak etil asetat disebabkan adanya kontribusi dari senyawa fitokimia, seperti alkaloid, fenolik, flavonoid, sterol, dan saponin yang cenderung bersifat polar. Data pengamatan uji fitokimia ekstrak daun beluntas dapat dilihat pada Lampiran B.3. Tabel 5.1. Identifikasi Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Beluntas Senyawa Etil Air Metanol Etanol Heksana Fitokimia Asetat Alkaloid +++++++ ++++++ ++++ +++ + Fenolik +++ +++++ ++++ ++ + Flavonoid +++ +++++ ++++ ++ + Triterpenoid - - - - - Sterol - +++ ++++ +++ ++ Saponin ++ ++++ + + - Tanin + ++++ ++ - - Kardiak Glikosida +++++ +++ ++ + - Keterangan: Tanda (+) menunjukkan intensitas warna, semakin banyak tanda (+) maka semakin kuat warna. Tanda (-) menunjukkan tidak terdeteksi. Hasil identifikasi senyawa fitokimia ekstrak daun beluntas yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa fitokimia terbanyak ditemukan pada ekstrak metanolik. Metanol merupakan pelarut polar yang dapat mengekstrak

38 senyawa dengan berat molekul rendah, tingkat kepolaran sedang sebab sifat kelarutannya yang luas (Lin et al., 2009 dalam Widyawati dkk., 2010), sedangkan senyawa dengan berat molekul tinggi lebih cenderung larut dalam ekstrak aseton (satu golongan dengan etil asetat) (Dai dan Mumper, 2010). Senyawa alkaloid umumnya merupakan senyawa non-polar, sedangkan kelompok pseudoalkaloid dan protoalkaloid larut dalam air (Lenny, 2006 dalam Sudirman, 2011). Alkaloid lebih banyak ditemukan pada pelarut polar karena golongan senyawa alkaloid yang berpotensi sebagai antioksidan merupakan senyawa polar yang akan terekstraksi pada pelarut yang bersifat polar (Suratmo, 2009 dalam Sudirman, 2011). Senyawa fenol dan flavonoid merupakan senyawa yang dapat larut dalam pelarut polar hingga non-polar. Senyawa fenol dan flavonoid yang terdapat pada semua ekstrak memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Widyawati dkk. (2010; 2011) bahwa komponen polifenol dan flavonoid daun beluntas memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa triterpenoid merupakan golongan senyawa volatil. Hasil pengujian tidak ditemukan adanya senyawa triterpenoid pada semua ekstrak. Hal ini disebabkan senyawa triterpenoid telah volatil (menguap) selama proses ekstraksi berlangsung. Senyawa sterol pada pengujian ini terdeteksi pada ekstrak metanol, etanol, etil asetat, dan heksana, dan tidak terdeteksi pada ekstrak air. Hal ini disebabkan prekursor pembentukan sterol bersifat non-polar, yaitu kolesterol (Dey dan Harborne, 1997). Senayawa saponin memiliki sifat cenderung larut dalam polar. Berdasarkan pengujian, senyawa saponin terdeteksi pada pelarut polar dan semipolar, namun tidak terdeteksi pada pelarut non-polar.

39 Tanin adalah senyawa yang cenderung polar sehingga pelarut metanol dan etanol dapat mengekstrak senyawa tanin dengan optimal. Hal ini diduga karena besarnya konstanta dielektrik (ε) dari metanol dan etanol tidak berbeda jauh. Hasil pengujian menunjukkan bahwa senyawa tanin terdeteksi pada ekstrak polar dan tidak terdeteksi pada ekstrak semipolar maupun nonpolar. Identifikasi senyawa glikosida dilakukan dengan uji Fehling. Senyawa fitokimia dalam daun biasanya ditemukan dalam struktur bebas atau terikat secara glikosida maupun teresterifikasi dan dengan bertambahnya tingkat ketuaan daun maka semakin banyak ditemukan senyawa fitokimia dalam struktur glikosida yang terdapat dalam membran sel daun. Senyawa ini yang membentuk struktur yang kompleks dengan karbohidrat (arabinosa, glukosa, dan xilosa) (Schaller, 2003 dan Boukes et al., 2008 dalam Widyawati dkk., 2011). Senyawa fitokimia jenis fenolik dan flavonoid dalam ekstrak etil asetat diduga kuat punya peran dalam aktivitas antioksidan. Hasil ini didukung oleh hasil uji total fenol (Gambar 5.3.) dan total flavonoid (Gambar 5.4.) yang menunjukkan hasil serupa. Pengujian total fenol bertujuan untuk mengetahui jumlah fenol yang terdapat pada sampel. Pengujian total fenol ditentukan secara spektrofotometri dengan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu (FC) yang menggunakan prinsip reaksi reduksi-oksidasi dan asam galat digunakan sebagai larutan standar (baku pembanding). Perbedaan tingkat kepolaran pelarut menentukan struktur kimia senyawa fenol yang terekstrak. Pengujian total fenol sangat tergantung pada struktur kimianya. Senyawa fenol yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang banyak atau dalam kondisi bebas (aglikon) akan dihasilkan kadar total fenol yang tinggi (Deore et al., 2009 dalam Widyawati dkk., 2010). Pengujian total fenol bersifat tidak spesifik

Kadar Total Fenol 40 hanya pada polifenol, tetapi banyak senyawa lain yang dapat bereaksi dengan reagen FC yang akan memberikan hasil yang lebih tinggi (Prior et al., 2005). Komponen fenolik yang dikenal sebagai antioksidan primer dari tanaman bersifat polar (Larson, 1988 dalam Katdja dkk., 2009). 4000 3500 3000 3333.2937 ± 57.3511 Kadar Total Fenol (mg GAE/g tepung daun beluntas basis basah) Kadar Total Fenol (mg GAE/g ekstrak) 2500 2000 1500 1000 500 0 244.4081 ± 26.9434 119.2462 ± 10.7401 1425.1503 ± 65.4217 583.2456 ± 62.4923 55.6028 ± 4.5661 18.3305 ± 1.2625 166.1587 ± 8.7890 17.9180 ± 1.6283 4.7112 ± 0.3475 Air Metanol Etanol Etil Asetat Heksana Keterangan: Rata-rata ± SD diperoleh melalui pengujian sebanyak lima kali ulangan Gambar 5.3. Kadar Total Fenol Ekstrak Beluntas dengan Berbagai Jenis Pelarut Hasil kadar total fenol pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.3., data dan perhitungan pengujian total fenol dapat dilihat pada Lampiran B.4. Data menunjukkan total fenol tertinggi diperoleh dari ekstrak metanol, yaitu sebesar 1.425,1503 ± 65,4217 mg GAE/g tepung daun beluntas basis basah atau 3.333,2937 ± 57,3511 mg GAE/g ekstrak yang kemudian diikuti dengan ekstrak etanol, air, etil asetat, dan heksana masing-masing sebesar 166,1587 ± 8,7890 atau 583,2456 ± 62,4923; 119,2462 ± 10,7401 atau 244,4081 ± 26,9434; 17,9180 ± 1,6283 atau 55,6028 ± 4,5661; dan 4,7112 ±

41 0,3475 mg GAE/g tepung daun beluntas basis basah atau 18,3305 ± 1,2625 mg GAE/g ekstrak. Total flavonoid terukur sebanding dengan kadar total fenol. Pengujian total flavonoid ditentukan oleh reaktivitasnya terhadap reagen AlCl 3 dan NaNO 2 dalam kondisi basa kuat (NaOH) yang ditandai dengan terbentuknya kompleks warna oranye hingga merah. Kadar total flavonoid dapat menjadi indikator keefektifannya sebagai penangkap radikal bebas (Lugasi et al., 2003 dan Tapas et al., 2008 dalam Widyawati dkk., 2010) karena dapat menghasilkan radikal fenoksil yang terstabilkan oleh efek resonansi dari cincin aromatis (Lin et al., 2009 dalam Widyawati dkk., 2010). Efektifitas flavonoid sebagai penangkap radikal bebas ditentukan oleh struktur (katekol) ortohidroksi pada cincin B, ikatan rangkap pada atom C2-C3 yang terkonjugasi dengan gugus fungsi C4-okso, gugus OH pada C3 di cincin C dan gugus OH pada C5 di cincin A (Lugasi et al., 2003 dan Tapas et al., 2008 dalam Widyawati dkk., 2010). Kombinasi gugus C3-OH dan C5-OH dengan C4-karbonil dan ikatan rangkap C2-C3 dapat meningkatkan aktivitas penangkap radikal bebas (Amic et al., 2003). Hasil kadar total flavonoid pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.4., sedangkan data dan perhitungan pengujian total flavonoid dapat dilihat pada Lampiran B.5. Data menunjukkan total flavonoid tertinggi diperoleh dari ekstrak metanol yaitu sebesar 1.542,9925 ± 60,2417 mg CE/g tepung daun beluntas basis basah atau 3.610,4942 ± 105,3006 mg CE/g ekstrak yang kemudian diikuti dengan ekstrak etanol, air, etil asetat, dan heksana masing-masing sebesar 181,8128 ± 17,5614 atau 638,5402 ± 88,1104; 51,9803 ± 4,4964 atau 106,4276 ± 10,0721; 25,8352 ± 1,8308 atau 80,2173 ± 5,6857; 11,2631 ± 0,9254 mg CE/g tepung daun beluntas basis basah atau 43,7971 ± 2,9043 mg CE/g ekstrak. Hal ini membuktikan adanya

Kadar Total Flavonoid 42 korelasi antara senyawa fitokimia yang terekstrak dalam tiap pelarut dan kadar total fenol yang dihasilkan dengan pola pada kadar total flavonoid. 4000 3500 3000 2500 3610.4942 ± 105.3006 Kadar Total Flavonoid (mg CE/g tepung daun beluntas basis basah) Kadar Total Flavonoid (mg CE/g ekstrak) 2000 1500 1000 500 0 106.4276 ± 10.0721 51.9803 ± 4.4964 1542.9925 ± 60.2417 638.5402 ± 88.1104 80.2173 ± 5.6857 181.8128 ± 17.5614 25.8352 ± 1.8308 43.7971 ± 2.9043 11.2631 ± 0.9254 Air Metanol Etanol Etil Asetat Heksana Keterangan: Rata-rata ± SD diperoleh melalui pengujian sebanyak lima kali ulangan Gambar 5.4. Kadar Total Flavonoid Ekstrak Beluntas dengan Berbagai Hasil pengujian kemampuan ekstrak daun beluntas dalam menghambat oksidasi gula dapat dikatakan tidak sejalan dengan pengujian total fenol maupun total flavonoid sehingga dapat diduga bahwa mekanisme ekstrak daun beluntas mampu menghambat oksidasi gula adalah dengan cara menghambat terjadinya reaksi hidrolisis yang mampu memecahkan pati menjadi glukosa. Hal ini disebabkan adanya dugaan bahwa kombinasi senyawa polimer (polifenol) dengan pati melalui ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus H dari senyawa polifenol dengan gugus O dari pati sehingga efektif dalam menghambat peristiwa hidrolisa pati menjadi gula sederhana dan menghambat sejumlah gula sederhana yang mampu berikatan dengan DNS rendah.