Uji Alkaloid Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom Uji Triterpenoid dan Steroid HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Daun Salam Uji Fitokimia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Uji Alkaloid Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom Uji Triterpenoid dan Steroid HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Daun Salam Uji Fitokimia"

Transkripsi

1 7 Fraksi air daun salam ditotolkan pada pelat KLT sebanyak 15 kali penotolan. Setelah kering, pelat dielusi dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan oleh uap eluen pengembang. Elusi dilakukan dengan menggunakan eluen tunggal, yaitu kloroform, etil asetat, n-butanol, etanol, aseton, metanol, asetat glasial, dan air. Noda yang dihasilkan dari proses elusi masing-masing eluen diamati di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Eluen yang menghasilkan noda terbanyak dan terpisah dipilih sebagai eluen terbaik. Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom Fraksionasi dilakukan dengan kolom kemas menggunakan silika gel sebanyak 60 g. Diameter kolom yang digunakan sebesar 2.5 cm dengan tinggi adsorben 30 cm. Sampel berupa fraksi air daun salam 1.50 g diaplikasikan ke dalam kolom. Pemisahan komponen dilakukan dengan elusi landaian menggunakan eluen metanol:air dengan perbandingan (100:0) dan (0:100). Eluat ditampung setiap 5 ml dalam tabung reaksi yang telah diberi nomor kemudian diuji dengan KLT menggunakan eluen terbaik. Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV dengan λ 254 dan 366 nm. Eluat dengan nilai R f dan pola KLT yang hampir sama digabungkan sebagai satu fraksi. Setiap fraksi dipekatkan kemudian dihitung rendemennya. Semua fraksi yang diperoleh digunakan untuk analisis tahap selanjutnya, yaitu uji inhibisi α- amilase untuk menentukan fraksi teraktif. Fraksi teraktif yang diperoleh dianalisis kandungan fitokimia. Uji Fitokimia Uji fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol, fraksi teraktif hasil ekstraksi cair-cair, dan fraksi teraktif hasil pemisahan dengan kromatografi kolom. Uji Flavonoid. Sampel sebanyak 0.1 g ditambah 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat sebanyak 10 ml ditambahkan 0.5 g serbuk Mg, 1 ml HCl pekat, dan 1 ml amil alkohol. Campuran dikocok kuat. Uji positif ditandai dengan timbulnya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol. Uji Saponin dan Tanin. Sampel sebanyak 0.1 g dilarutkan dengan 10 ml akuadestilata kemudian dididihkan selama 5 menit. Campuran disaring dan filtrat dibagi ke dalam 2 tabung reaksi. Bagian pertama digunakan untuk uji saponin; filtrat didiamkan sampai agak dingin kemudian dikocok kuat sampai timbul busa. Bila busa stabil dalam 10 menit, maka filtrat positif mengandung saponin. Bagian kedua digunakan untuk uji tanin; filtrat ditambahkan FeCl 3 1%. Bila dihasilkan warna hijau, biru, atau hitam, maka filtrat positif mengandung tanin. Uji Alkaloid. Sampel sebanyak 0.1 g dilarutkan dalam 10 ml kloroform dan ditambah beberapa tetes NH 4 kemudian disaring ke dalam tabung reaksi tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi ditambahkan 10 tetes H 2 SO 4 2 M, dikocok kuat kemudian lapisan asamnya dipindahkan ke tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada pelat tetes dan ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorff. Uji positif apabila terbentuk endapan dengan warna berturut-turut putih, cokelat, dan merah jingga. Uji Triterpenoid dan Steroid sebanyak 0.1 g dilarutkan dalam 25 ml etanol panas, disaring, dan residu ditambahkan dietil eter. Filtrat ditambahkan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes asam sulfat pekat secara berurutan. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Uji positif ditandai dengan munculnya warna merah atau ungu untuk triterpenoid dan hijau atau biru untuk steroid. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Daun Salam Penetapan kadar air dalam suatu bahan bertujuan mengetahui banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan, mengoreksi rendemen hasil ekstraksi, mengetahui masa simpan bahan serta ketahanan bahan tersebut terhadap mikrob. Dalam penelitian ini, penetapan kadar air dilakukan terhadap daun salam segar dan serbuk daun salam kering. Kadar air daun salam segar yang diperoleh sebesar 60.98% (b/b daun segar) (Lampiran 2). Air yang terkandung dalam daun salam lebih sedikit dibandingkan dengan air yang terkandung dalam kebanyakan daun tumbuhan, yaitu sekitar 90% (Harborne 1987). Serbuk daun salam diperoleh dengan mengeringkan daun salam pada suhu kamar, setelah kering daun lalu dihaluskan. Tujuan pengeringan adalah mengurangi air yang terdapat dalam daun sehingga memperpanjang masa simpan, karena mikrob tidak dapat menggunakan air yang tersisa untuk tumbuh. Selain itu, jika kadar air dalam daun masih

2 8 tinggi, enzim masih aktif, sedangkan substrat tidak ada, maka enzim tersebut akan bereaksi dengan kandungan kimia yang telah terbentuk dan mengubahnya menjadi produk lain yang mungkin tidak memiliki aktivitas farmakologi sama seperti senyawa aslinya (Katno 2008). Kadar air serbuk daun salam yang diperoleh sebesar 7.29% (b/b serbuk kering) (Lampiran 3), lebih kecil dibandingkan dengan kadar air yang dilaporkan Adyana et al. (2005), yakni sebesar 8.80%. Jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan berbedabeda, bergantung pada perlakuan yang dialami bahan serta kelembapan tempat disimpannya bahan tersebut (Harjadi 1986). Suatu sampel dikatakan baik dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama bila memiliki kadar air <10% karena pada tingkat kadar air tersebut, sampel relatif terhindar dari cemaran mikrob penyebab kerusakan sampel (Winarno 1995). Kadar air serbuk salam yang diperoleh <10%, berarti serbuk daun salam dapat disimpan lama. Menurut Harjadi (1986), air yang terikat secara fisik dalam suatu bahan dapat dihilangkan dengan memanaskan bahan tersebut pada suhu C. Analisis Hasil Ekstraksi Ekstraksi serbuk daun salam dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara merendam sampel menggunakan pelarut yang sesuai dalam jangka waktu tertentu. Metode sederhana ini dapat digunakan untuk mengekstraksi komponen bahan alam dalam sampel yang tidak tahan (termolabil) atau tahan terhadap pemanasan (termostabil) sehingga kerusakan komponen dapat dihindari (Meloan 1999). Rendemen ekstrak etanol diperoleh sebesar 13.68% (b/b serbuk kering) (Lampiran 4). Digunakan pelarut etanol karena komponen yang diduga aktif sebagai antidiabetes dalam daun salam adalah flavonoid dan tanin. Flavonoid dan tanin merupakan senyawa fenolik yang larut dalam etanol. Di samping itu, etanol termasuk golongan alkohol yang digunakan untuk ekstraksi komponen kimia yang terkandung dalam jaringan tanaman secara keseluruhan (Harborne 1987), dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi daun salam secara keseluruhan. Komponen kimia yang terdapat dalam jaringan tanaman dapat terekstraksi karena adanya perbedaan konsentrasi larutan di dalam dan di luar jaringan. Larutan dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam jaringan tanaman, berkesetimbangan dengan larutan konsentrasi rendah di luar jaringan (pelarut) sehingga komponen yang terdapat dalam jaringan terbawa oleh pelarut. Ekstrak etanol yang diperoleh dipisahkan ke dalam fraksifraksi agar lebih sederhana, yaitu fraksi nonpolar, semipolar, dan polar. Pemisahan ke dalam fraksi-fraksi tersebut menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Pelarut yang digunakan adalah n-heksana, etil asetat, dan air. Prinsip pemisahan ini, berdasarkan pada kesamaan sifat senyawa dengan pelarut. Rendemen fraksi n-heksana, etil asetat, dan air berturut-turut sebesar 8.59, 2.30, dan 1.32% (b/b serbuk kering) (Lampiran 5). Ekstrak etanol dilarutkan dalam air, diekstraksi cair-cair dengan n-heksana dan etil asetat. Adanya perbedaan kepolaran antara air dan n-heksana menyebabkan terbentuknya 2 lapisan. Air memiliki rapatan sebesar 1 g/ml, sedangkan n-heksana sebesar 0.6 g/ml. Oleh karena itu, senyawa yang terlarut dalam air (senyawa polar) terdapat pada lapisan bawah, sedangkan senyawa yang terlarut dalam n- heksana (senyawa nonpolar) berada pada lapisan atas. Fraksi air awal yang diperoleh diekstraksi kembali menggunakan etil asetat. Etil asetat bersifat semipolar sehingga dapat mengestrak senyawa yang bersifat semipolar pada fraksi air awal. Etil asetat juga memiliki rapatan yang lebih kecil daripada air (0.8 g/ml), maka senyawa yang terlarut dalam etil asetat terdapat pada lapisan atas. Hasil ekstraksi cair-cair menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol (96%) daun salam mengandung fraksi nonpolar yang lebih banyak dibandingkan dengan fraksi semipolar dan fraksi polar. Aktivitas Inhibisi α-amilase Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun salam dan semua fraksi yang diperoleh diamati secara in vitro menggunakan metode spekrofotometri, dengan menguji aktivitas ekstrak dan fraksi dalam menghambat kerja enzim α-amilase. Metode yang digunakan adalah metode DNS, metode kromogenik yang dikembangkan Bernfeld pada tahun 1955 (Odhav et al. 2010). Prinsip metode DNS ini berdasarkan pada sifat maltosa yang dapat berkesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbuka pada larutan berair sehingga dapat mereduksi asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi asam 3-amino-5-nitrosalisilat (Gambar 5).

3 9 maltosa + O O 2N NO 2 Asam 3,5-dinitrosalisilat (kuning kejinggaan) Persentase inhibisi (%) E.et F hxn F EtOAc F air - + O 2N O NH 2 Gambar 6 Persentase inhibisi α-amilase: E.et: ekstrak etanol; F-hxn: fraksi n-heksana; F-EtOAc: fraksi etil asetat; F-air: fraksi air. Anion maltobionat Asam 3-amino-5-nitrosalisilat (merah) Gambar 5 Reduksi asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi asam 3-amino-5- nitrosalisilat (Basak & candan 2010). Pengujian aktivitas enzim α-amilase, terdiri dari 2 tahapan. Tahap 1, hidrolisis pati menjadi maltosa yang dikatalisis enzim α- amilase, dan tahap 2, reduksi asam 3,5- dinitrosalisilat menjadi asam 3-amino-5- nitrosalisilat. Reaksi hidrolisis pati (tahap 1) berlangsungg pada suhu 37 C, ph 6.9 dan kondisi bufer fosfat. Kondisi ini sangat sesuai dengan kondisi reaksi dalam tubuh. Ketika larutan DNS ditambahkan pada larutan uji, reaksi hidrolisis pati terhenti karenaa terjadi perubahan ph larutan, dari ph netral menjadi basa. Reaksi reduksi asam 3,5-dinitrosalisilat berlangsungg pada suasana basa, dan suhu tinggi di atas 100 C. Penambahan akuades bertujuan mengencerkan larutan uji. Semakin aktif suatu sampel dalam menghambat kerja enzim α-amilase, semakin sedikit asam 3- amino-5-nitrosalisilat yang dihasilkan. Semua larutan sampel yang diujikan menunjukkan hasil positif, yaitu menghambat kerja enzim α-amilase, tetapi dengan keaktifan yang berbeda-beda. Fraksi air menunjukkan aktivitas inhibisi enzim α-amilase tertinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol, fraksi n- heksana, dan fraksi etil asetat (Gambar 6). Persentase inhibisi enzim α-amilase dari ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air berturut-turut sebesar 13.52, 8.86, 10.95, dan 22.52% (Lampiran 6). Ekstrakk etanol menunjukkan aktivitas inhibisi α-amilase yang lebih kecil dibandingkan dengan fraksi air (diperoleh dari ekstraksi cair-cair ekstrak etanol). Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena ekstrak etanol masih dalam bentuk campuran atau ruahan (belum murni) sehingga masih banyak komponen kimia di dalamnya. Komponen kimia yang banyak ini menutupi komponen kimia yang memiliki keaktifan besar dalam menghambat enzim α- amilase, sehingga aktivitasnya sebagai inhibitor enzim α-amilase tidak begitu terlihat, sedangkan pada fraksi air komponen kimia yang ada sudah lebih murni, sehingga aktivitas inhibisi α-amilasee lebih terlihat. Fraksi air menunjukkan aktivitas inhibisi enzim α-amilase tertinggi dibandingkan dengan kedua fraksi lainnya, yaitu fraksi n- heksana dan fraksi etil asetat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa senyawa kimia teraktif sebagai inhibitor α-amilase bersifat polar. Terhadap fraksi air selanjutnya, dilakukan penentuan eluen terbaik, pemisahan dengan kromatografi kolom, dan uji fitokimia. Penentuan Eluen Terbaik Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Pemilihan eluen terbaik fraksi air daun salam menggunakan fase diam silika gel G 60 F 254. Sebelum digunakan, pelat silika dipanaskan dalam oven pada suhu 105 C selama 1 jam untuk menghilangkan air yang terikat secaraa fisik. Apabila terdapat lapisan air pada permukaan silika gel, maka pemisahan komponen yang terjadi adalah partisi antaraa lapisan air pada permukaan silika gel dan fase gerak, padahal yang diinginkan adalah pemisahan adsorpsi antara gugus fungsi silika gel dan fase gerak. Fraksi air yang telah dilarutkan dalam etanol, ditotolkan pada pelat silika gel sebanyak 15 kali, lalu dielusi menggunakan berbagai eluen tunggal dan campuran dalam bejana kromatografi. Sebelum elusi, bejana kromatografi dijenuhkan dengan uap eluen selama 10 menit. Hal ini bertujuan melancarkan gerak eluen dan komponen, dengan membentuk kesetimbangan cairan-uap sehingga komponen yang akan dipisahkan (noda) akan naik tanpa ada gangguan. Penjenuhan ini juga dapat memperkecil penguapan pelarut.

4 10 Pergerakan suatu senyawa dalam ekstrak bergantung pada kesamaan polaritasnya dengan polaritas eluen. Fraksi air mengandung komponen yang bersifat polar, maka akan terbawa oleh eluen yang bersifat semipolar sampai polar. Jika digunakan eluen nonpolar, maka komponen akan tertahan pada garis awal eluen dan tidak terpisah. Eluen tunggal yang digunakan adalah kloroform, n- butanol, etanol, metanol, aseton, dan air. Setelah dielusi, noda yang terbentuk diamati dengan lampu UV pada λ 254 dan 366 nm. Profil kromatogram fraksi air daun salam disajikan pada Gambar 7. Semua eluen tunggal yang digunakan dapat memisahkan fraksi air dengan kemampuan pemisahan yang berbeda-beda. Eluen tunggal terbaik adalah metanol dengan 4 noda yang terpisah, tetapi noda pertama masih terlalu dekat dengan garis awal pelarut. Semua eluen polar selain metanol juga menghasilkan 4 noda, tetapi masih bertumpuk dan berekor. Sementara itu, elusi menggunakan eluen air menghasilkan 4 noda, noda pertama berekor panjang dari garis awal pelarut sampai pertengahan, tetapi 3 noda lainnya terpisah mendekati garis depan pelarut. Pencampuran kedua eluen ini diharapkan mampu memisahkan komponen dengan baik dan lebih banyak komponen yang terpisah. Berdasarkan profil kromatogram yang diperoleh dari eluen campuran (metanol:air) dengan berbagai nisbah, maka dipilihlah eluen campuran metanol:air dengan nisbah 8:2 sebagai eluen terbaik karena dihasilkan noda terbanyak dan terpisah (Gambar 8). Menurut Skoog et al. (2004), eluen terbaik adalah yang menghasilkan jumlah noda terbanyak dan terpisah. Data lengkap hasil analisis pemilihan eluen terbaik dengan KLT untuk fraksi air daun salam disajikan dalam Lampiran 7. Hasil analisis KLT kemudian dijadikan dasar penggunaan metanol dan air sebagai eluen pada proses fraksinasi dan pengelompokan fraksi hasil pemisahan fraksi air daun salam Gambar 8 Profil kromatogram fraksi air daun salam dengan eluen (metanol:air) berbagai perbandingan diamati dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm : 9:1 (1), 8:2 (2), 7:3 (3), 6:4 (4), 5:5 (5), 1:9 (6) Gambar 7 Profil kromatogram fraksi air daun salam dengan berbagai eluen tunggal diamati dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm : kloroform (1), n-butanol (2), etil asetat (3), etanol (4), metanol (5), aseton (6), dan air (7). Pemisahan yang diperoleh dengan eluen tunggal belum cukup baik, maka dilakukan pemisahan dengan eluen campuran dengan komposisi metanol : air (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, dan 1:9). Pemilihan kedua eluen ini, yaitu metanol dan air, karena pada metanol noda yang terpisah berada dekat garis awal pelarut, sedangkan pada air komponen dekat garis awal pelarut belum terpisah sempurna. Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom Fraksionasi dengan kromatografi kolom menggunakan fraksi air daun salam, karena fraksi ini memiliki aktivitas inhibisi α-amilase tertinggi. Fraksionasi menggunakan metode elusi landaian, yaitu menggunakan lebih dari 1 pelarut dan berdasarkan kenaikan kepolaran. Hal ini bertujuan agar dengan peningkatan polaritas sistem eluen, semua komponen akan terbawa lebih cepat (Harvey 2000). Fraksionasi diawali menggunakan metanol, kemudian dilanjutkan dengan air. Eluat yang diperoleh ditampung sebanyak 5 ml dalam tabung yang telah diberi nomor, hasil pemisahan ini ditampung dalam 151 tabung. Penentuan fraksi dari eluat yang diperoleh, menggunakan metode KLT dengan eluen terbaik dan diamati dengan lampu UV

5 11 pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Eluat dengan nilai R f dan pola kromatogram yang sama digabungkan. Berdasarkan hasil KLT eluat, diperoleh 4 fraksi (Lampiran 8). Keempat fraksi ini diuji aktivitas inhibisi α- amilase. Fraksi Teraktif Inhibitor α-amilase Fraksi teraktif antidiabetes ditentukan dengan menguji aktivitas inhibisi α-amilase terhadap fraksi yang diperoleh. Prosedur pengujiannya sama seperti dalam penentuan aktivitas fraksi hasil ekstraksi cair-cair. Konsentrasi fraksi dan akarbosa yang digunakan adalah 0.1% (b/v dalam akuades). Semua fraksi menunjukkan aktivitas inhibisi α-amilase dengan keaktifan yang berbedabeda. Persentase inhibisi α-amilase fraksi 1 sampai fraksi 4 berturut-turut sebesar 5.93, 57.57, 20.15, dan 22.57% (Gambar 9). Persentase inhibisi (%) F1 F2 F3 F4 A Fraksi ke Gambar 9 Persentase inhibisi α-amilase fraksi hasil pemisahan dengan kromatografi kolom dan akarbosa sebagai pembanding, (F1) fraksi 1, (F2) fraksi 2, (F3) fraksi 3, (F4) fraksi 4, (A) akarbosa. Akarbosa sebagai pembanding, memiliki persentase inhibisi sebesar 72.69%. Aktivitas inhibisi α-amilase tertinggi yang ditunjukkan oleh fraksi 2 masih lebih kecil dibandingkan dengan akarbosa. Semakin besar persentase inhibisi α-amilase, semakin besar pula aktivitas antidiabetes, maka fraksi 2 merupakan fraksi teraktif. Data penentuan fraksi teraktif disajikan pada Lampiran 9. Fraksi 2 memiliki persentase inhibisi α- amilase tertinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol sebesar 13.52% dan fraksi air sebesar 22.52%. Hal ini menunjukkan kemurnian komponen meningkat dengan bertambahnya tahap fraksionasi. Oleh karena itu, fraksi 2 dipilih untuk analisis tahap selanjutnya, yaitu analisis fitokimia. Analisis Hasil Uji Fitokimia Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam sampel dapat diketahui dengan melakukan uji fitokimia. Uji ini bersifat kualitatif, spesifik, dan sensitif. Dalam penelitian ini, uji fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol, fraksi teraktif hasil partisi, dan fraksi teraktif hasil fraksionasi dengan kromatografi kolom. Berdasarkan uji fitokimia, diketahui bahwa ekstrak etanol (96%) daun salam mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Hasil uji fitokimia disajikan pada Tabel 2. Komponen kimia yang terdapat dalam fraksi air adalah alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin, sedangkan komponen kimia yang terkandung dalam fraksi 2, hanya alkaloid, flavonoid, dan saponin. Fraksi 2 mengandung komponen kimia lebih sedikit dibandingkan dengan fraksi air dan ekstrak etanol. Hal ini terjadi karena fraksionasi lanjutan ekstrak etanol menyebabkan terbaginya komponen kimia berdasarkan kepolarannya dan meningkatkan kemurnian komponen tersebut. Tabel 2 Hasil uji fitokimia Komponen kimia Ekstrak etanol Fraksi air Fraksi 2 Alkaloid Flavonoid Saponin Tanin Steroid Triterpenoid Keterangan: + : terdeteksi komponen - : tidak terdeteksi komponen Komponen kimia yang tidak ada dalam fraksi air dari ekstrak etanol adalah steroid. Steroid bersifat nonpolar, cenderung larut dalam lipiddan pelarut organik lain yang bersifat nonpolar. Sangat dimungkinkan steroid ini berada di fraksi nonpolar, yaitu fraksi n-heksana. Komponen kimia yang tidak ada pada fraksi 2 adalah tanin. Kemungkinan tanin berada pada fraksi lain selain fraksi 2 yang aktivitasnya kurang terlihat dibandingkan dengan komponen kimia yang terdapat pada fraksi 2. Keempat komponen kimia yang terdapat dalam fraksi air, yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin, bersifat polar. Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Biasanya alkaloid bersifat toksik bagi manusia, tetapi tidak semua, ada juga

6 12 yang memiliki efek farmakologis tertentu. Alkaloid umumnya sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam bentuk garamnya (alkaloid dapat bereaksi dengan asam mineral membentuk garam). Beberapa alkaloid dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes, di antaranya kriptolepin, sejenis alkaloid indolkuinolin yang menurunkan kadar gula darah pada mencit diabetes (Bnouham et al. 2006), dan alkaloid berberina dengan cara menurunkan aktivitas transaminase, dan produksi kreatinin dan pada mencit diabetes (Punitha et al. 2006). Flavonoid termasuk senyawa fenolik, jarang terdapat di alam dalam bentuk fenol sederhana, umumnya terikat dengan gula sebagai O-glikosida dan C-glikosida, dan dalam sel tumbuhan terdapat pada vakuola sel. Flavonoid membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen. Tanin termasuk senyawa polifenol, dapat membentuk kopolimer stabil dengan protein yang taklarut dalam air. Kumarin dan asam ferulat (termasuk senyawa fenolik) memiliki aktivitas antidiabetes dengan cara meningkatkan proliferasi dan sekresi insulin pada sel β pankreas (Tanko et al. 2007). Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa, dan dapat menghemolisis sel darah. Pola glikosida saponin kadang rumit, banyak saponin mempunyai satuan gula sampai 5. Beberapa saponin dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes di antaranya saponin yang diisolasi dari akar Aralia elata Seem (elastosida E) dan saponin yang diisolasi dari daun Acanthopanax senticocus yang menurunkan kadar gula darah pascamakan pada mencit diabetes tanpa menurunkan kadar gula darah pada mencit normal (Bnouham et al. 2006). Ketiga komponen kimia, yaitu alkaloid, saponin, dan flavonoid telah dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes dengan menurunkan kadar gula darah pascamakan pada mencit diabetes melalui mekanisme yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, ketiga komponen tersebut terdapat dalam fraksi 2, yaitu fraksi teraktif sebagai inhibitor α- amilase. Oleh karena itu, fraksi 2 mengandung komponen aktif antidiabetes. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ekstrak etanol daun salam dengan konsentrasi 0.1% (b/v) menghambat aktivitas α-amilase sebesar 13.52%. Pemisahan fraksi air menggunakan kromatografi kolom memperoleh 4 fraksi dan fraksi 2 merupakan fraksi teraktif dengan persentase inhibisi α- amilase sebesar 57.57%. Uji fitokimia, menunjukkan komponen yang terkandung dalam fraksi 2 adalah golongan alkaloid, flavonoid, dan saponin. Saran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menguji aktivitas inhibisi α- glukosidase, memurnikan dan menentukan senyawa aktif yang terkandung dalam fraksi 2 dari fraksi hasil partisi air daun salam. Dengan demikian, dapat diteliti lebih lanjut aktivitas antidiabetes dari senyawa yang terkandung dalam fraksi teraktif tersebut. DAFTAR PUSTAKA Adnyana IK, Yulinah E, Sigit JI, Fitriani D Uji aktivitas antikolesterol ekstrak air bulbus (Allium sativum L), daun (Eugenia polyantha Wight), dan buah (Phaleria macrocarpa (Scheffi) BOERL menggunakan kultur primer sel hati tikus [abstrak]. Acta Pharmaceutica 30: Basak SS dan Candan F Chemical composition and in vitro antioxidant activities of Eucalyptus camaldulensis Dehnh. essential oil. J Iran Chem Soc 7: Belami D, Gana A, Kusmardiyani S Flavonoid utama dan asam fenolat daun salam (Eugenia polyantha Wight), Myrtaceae [abstrak]. [Terhubung Berkala]. [15 Jun 2010]. Bnouham M, Ziyyat A, Mekhfi H, Tahri A, Legssyer A Medicinal plants with potential antidiabetic activity-a review of ten years of herbal medicine research ( ). Int J Diabetes & Metabolism 14:1-25.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K 7 Persentase inhibisi = K ( S1 S ) 1 K K : absorban kontrol negatif S 1 : absorban sampel dengan penambahan enzim S : absorban sampel tanpa penambahan enzim Isolasi Golongan Flavonoid (Sutradhar et al

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM DAN FRAKSINYA SEBAGAI INHIBITOR ALFA-AMILASE EMILIA FATMAWATI

EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM DAN FRAKSINYA SEBAGAI INHIBITOR ALFA-AMILASE EMILIA FATMAWATI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM DAN FRAKSINYA SEBAGAI INHIBITOR ALFA-AMILASE EMILIA FATMAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK EMILIA

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat - Beaker glass 1000 ml Pyrex - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex - Maserator - Labu didih 1000 ml Buchi - Labu rotap 1000 ml Buchi - Rotaryevaporator Buchi R 210 - Kain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Serangga Uji Bahan Tanaman Uji Penyiapan Tanaman Pakan

BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Serangga Uji Bahan Tanaman Uji Penyiapan Tanaman Pakan BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Rambut jagung (Zea mays L.), n-heksana, etil asetat, etanol, metanol, gliserin, larutan kloral hidrat 70%, air, aqua destilata, asam hidroklorida, toluena, kloroform, amonia,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit 8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas tentang langkah-langkah percobaan yang dilakukan dalam penelitian meliputi bahan, alat, pengumpulan dan determinasi simplisia, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

Pemeriksaan dengan Kromatografi Lapis Tipis HASIL DAN PEMBAHASAN Pencirian Bahan Baku Separasi dengan Kromatografi Kilas

Pemeriksaan dengan Kromatografi Lapis Tipis HASIL DAN PEMBAHASAN Pencirian Bahan Baku Separasi dengan Kromatografi Kilas Inkubasi 37 C selama 5 menit Bufer 250-250 - Enzim - 250-250 Inkubasi 37 C selama 15 menit Na 2 CO 3 1000 1000 1000 1000 Larutan enzim dibuat dengan melarutkan 1,0 mg α-glukosidase dalam larutan buffer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal 6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Tumbuhan labu dideterminasi untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tumbuhan yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman yang diteliti adalah Cucubita

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Juli 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan di persawahan daerah Cilegon,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 15 HN DN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengendalian Serangga Hama dan iodegradasi UPT. alai Penelitian dan Pengembangan iomaterial LIPI dan Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Flavonoid Dari 100 g serbuk lamtoro diperoleh ekstrak metanol sebanyak 8,76 g. Untuk uji pendahuluan masih menggunakan serbuk lamtoro kering,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cibarunai, Kelurahan Sarijadi, Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Sawit

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van 22 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi merupakan suatu langkah untuk mengidentifikasi suatu spesies tanaman berdasarkan kemiripan bentuk morfologi tanaman dengan buku acuan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) Gloria Sindora 1*, Andi Hairil Allimudin 1, Harlia 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan 4.1 Ekstraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, maserasi dilakukan 3 24 jam. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

3 Percobaan dan Hasil

3 Percobaan dan Hasil 3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji 19 BAB III METODOLOGI Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji pendahuluan golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak, dan analisis kandungan golongan senyawa kimia secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dan eksperimental, dilakukan pengujian langsung efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap glukosa darah

Lebih terperinci

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06 6 HASIL Kadar Air dan Rendemen Hasil pengukuran kadar air dari simplisia kulit petai dan nilai rendemen ekstrak dengan metode maserasi dan ultrasonikasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Hasil perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis Roem.). Determinasi tumbuhan ini dilakukan di Laboratorium Struktur

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis. AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis Ari Eka Suryaningsih 1), Sri Mulyani 1), Estu Retnaningtyas N 2) 1) Prodi P.Kimia Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

UJI PENDAHULUAN KANDUNGAN KIMIA BAHAN ALAM. Dikocok. H 2 SO 4 2 N 10 tts. Dikocok. Filtrat. Fase Air. Pereaksi Meyer. + Alkaloid Jika Terdapat Endapan

UJI PENDAHULUAN KANDUNGAN KIMIA BAHAN ALAM. Dikocok. H 2 SO 4 2 N 10 tts. Dikocok. Filtrat. Fase Air. Pereaksi Meyer. + Alkaloid Jika Terdapat Endapan UJI PENDAHULUAN KANDUNGAN KIMIA BAHAN ALAM 1. Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid a. Cara Calvenor & Fitzgeraldo Sampel Segar (2-4 g) Dipotong Kecil Digerus NH 4 OH & CHCl 3 5 ml H 2 SO 4 2 N 10 tts Fase

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Ampas Teh Hijau Metode Difusi Agar Hasil pengujian aktivitas antibakteri ampas teh hijau (kadar air 78,65 %

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman dengan kode AGF yang diperoleh dari daerah Cihideng-Bandung. Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA dan Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.) Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.) Gambar 1. Tumbuhan gambas (Luffa acutangula L. Roxb.) Gambar 2. Biji Tumbuhan Gambas (Luffa acutangula L. Roxb.) Lampiran 2. Gambar Mikroskopik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini Analisis Komponen Kimia dan Uji KLT Bioautografi Fungi Endofit dari Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap kemampuan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less.) dalam menghambat oksidasi gula. Parameter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2.Bagan pembuatan serbuk simplisia Daun gaharu Dicuci Ditiriskan lalu ditimbang Dikeringkan Ditimbang Simplisia Diserbuk Pemeriksaan makroskopik Serbuk simplisia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci