BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PERCOBAAN ABUTMENT KACA DAN INITIAL CONDITION

BAB III Metode Penelitian Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

BAB I Pendahuluan Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB II LANDASAN TEORI

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

PENGARUH VARIASI PANJANG JARI-JARI (R) TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE BUSUR

GERUSAN YANG TERJADI DI SEKITAR ABUTMENT BERSAYAP PADA JEMBATAN (KAJIAN LABORATORIUM) Oleh : EKA RISMA ZAIDUN PEMBIMBING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA

ANALISIS HIDROLIKA BANGUNAN KRIB PERMEABEL PADA SALURAN TANAH (UJI MODEL LABORATORIUM)

PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL

BAB III LANDASAN TEORI

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Agung Wiyono. Joko Nugroho. Widyaningtias. Eka Risma Zaidun. Kata-kata Kunci : Abutment, gerusan, saluran menikung, saluran lurus, dan sedimentasi.

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

BAB III LANDASAN TEORI

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

NUR EFENDI NIM: PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU/2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Artikel Pendidikan 23

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

KARAKTERISTIK ALIRAN DAN SEDIMENTASI DI PERTEMUAN SUNGAI OLEH MINARNI NUR TRILITA

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A STUDY OF CHANNEL WATER CURRENT VELOCITY METER WITH HORIZONTAL AND VERTICAL AXIS PROPELLER TYPE

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB 3 METODE PENELITIAN

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

GESER LANGSUNG (ASTM D

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sungai merupakan suatu saluran terbuka atau saluran drainase yang

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

ANALISIS PERUBAHAN MEANDER SALURAN TANAH AKIBAT VARIASI DEBIT (UJI MODEL LABORATORIUM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bangunan sungai seperti abutment jembatan, pilar jembatan, crib sungai,

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

Optimasi Penataan Jaringan Drainase Kota Tebas Dalam Upaya Mengantisipasi Banjir Tahunan

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(misalnya danau, situ, waduk, danau, rawa dan lahan basah), terdiri atas kompoenen biotik dan

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

STUDI PENGARUH KRIB HULU TIPE IMPERMEABEL PADA GERUSAN DI BELOKAN SUNGAI (STUDI KASUS PANJANG KRIB 1/10 DAN 1/5 LEBAR SUNGAI) Jeni Paresa

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

BAB IV ANALISA HASIL

PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP ENDAPAN PADA ALIRAN SUNGAI KAHAYAN DI PALANGKA RAYA

BAB IV EVALUASI SEDIMEN DI WADUK SELOREJO DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA

PENENTUAN KEBUTUHAN AIR DAN DEBIT AIR BAKU

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN DATA 4.1 Hasil Pengamatan Fisik Percobaan dilakukan untuk mengetahui pola gerusan dan sedimentasi yang terjadi pada saluran akiba adanya abutment. Abutment yang digunakan berjumlah 4 buah dan di ditempatkan pada: 1. Bagian Lurus I pada titik 100 cm 2. Bagian Menikung I pada sudut 90 3. Bagian Lurus II pada titik 70 cm 4. Bagian Menikung II pada sudut 45 Model saluran yang digunakan berupa fixed bed model diberi lapisan pasir rata setebal 20 cm dengan kondisi pengaliran selama 6 jam dengan empat debit yang berbeda yaitu 4, 5, 6, dan 7 liter/detik. Data-data yang diperoleh dari percobaan, dengan beberapa debit yang berbeda tersebut, yaitu: Data kecepatan aliran Data kedalaman gerusan Data elevasi topografi dasar saluran Data-data tersebut akan digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan hasil pengamatan fisik terhadap kedalaman gerusan lokal, kecepatan aliran dan elevasi topografi dasar saluran. IV-1

Gambar 4. 1 Model Saluran Terbuka di Lab. Uji Model Hidrolika 4.2 Penentuan Perhitungan Hasil Pengamatan Fisik Kecepatan Aliran Untuk mendapatkan kecepatan aliran, frekuensi baling-baling dalam satuan hertz di ubah menjadi kecepatan aliran air dalam meter/detik. Berdasarkan hasil kalibrasi yang dilakukan, diperoleh hubungan antara frekuensi baling-baling(x) dengan kecepatan aliran (U), yaitu: U= 0,006x + 0,24 Langkah-langkah untuk memperoleh kalibrasi currentmeter adalah: Pada suatu saluran dengan lebar penampang 8 cm, di alirkan air dengan debit tertentu. Catat perbedaan bacaan manometer. Pada titik yang telah ditentukan, kita ukur arus dengan menggunakan currentmeter pada kedalaman 0,2 h dan 0,8 h yang kemudian kita hitung kecepatan arus rata-rata dengan rumus kec 0,2 h + kec 0,8 h 2 IV-2

Kita hitung besarnya debit yang mengalir dengan rumus Q= 171,81 x p x (?H) 0,5 (cm 3 /s) (sumber: modul praktikum mekanika fluida-hidraulika, 2005) Plot pada grafik antara kecepatan yang diperoleh dari perhitungan debit dan dari hasil pengukuran currrentmeter. Regresi grafik dengan menggunakan regresi linear. IV-3

Tabel 4.1 Perhitungan Kalibrasi Posisi Awal Nilai H1 (cm) 197 H2 (cm) 199 So 0,0016 Parameter Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 H1 mm 209 221 245 262 286 288 296 300 308 318 H2 mm 184 178 175 172 159 145 129 116 97 74?H mm 27 45 72 92 129 145 169 186 213 246?H cm 2,7 4,5 7,2 9,2 12,9 14,5 16,9 18,6 21,3 24,6 Q = 171,81* p* (?H) 0.5 cm 3 /dtk 886,8597 1144,931 1448,236 1637,069 1938,509 2055,214 2218,791 2327,713 2490,938 2676,952 Tinggi Air (h) cm 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 Kec. 0,2 h Hz 0,9 7,5 10,4 16,5 16,1 17,1 17,7 16,5 19,2 18,5 Kec. 0,8 h Hz 2,5 7 16,4 15,3 15,6 16 20,6 20,9 22,2 22,7 Kec. Rata-Rata Hz 1,7 7,25 13,4 15,9 15,85 16,55 19,15 18,7 20,7 20,6 Lebar Saluran cm 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 A (Penampang Basah) cm 2 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 Kec. cm/dtk 24,63 28,62 32,91 34,11 37,28 36,70 36,98 36,37 36,63 37,18 Kec. m/dtk 0,246 0,286 0,329 0,341 0,373 0,367 0,370 0,364 0,366 0,372 IV-4

IV-5

Gambar 4.2 Kalibrasi Currentmeter 4.3 Hasil Pengamatan Fisik Kedalaman Gerusan Lokal dan Kecepatan Aliran Data-data berikut ini adalah data yang diambil langsung dari praktikum. Praktikum dilakukan dengan empat debit rencana yang berbeda yaitu 4, 5, 6, dan 7 L/detik. Pada debit berbeda akan menghasilkan kedalaman gerusan yang berbeda pula. Kedalaman gerusan ini adalah kedalaman gerusan maksimum pada setiap segmen abutment. 4.3.1 Hasil Pengamatan Fisik Kedalaman Gerusan Lokal pada Debit Rencana 4L/dtk Berikut adalah kedalaman gerusan yang diperoleh dari hasil pengamatan setelah dilakukan pengaliran selama 6 jam dengan debit rencana 4 L/dtk. IV-6

Tabel 4.2 Kedalaman Gerusan Lokal tiap Abutment untuk Debit Rencana 4 L/dtk Jarak Melintang (cm) Dalam Gerusan (cm) Segmen Abutment 1 Segmen Abutment 2 Segmen Abutment 3 Segmen Abutment 4 No. 120 cm 110 cm 100 cm 90 cm 80 cm 80 85 90 95 100 50 cm 60 cm 70 cm 80 cm 90 cm 35 40 45 50 55 1 0-0,89-1,65 0,29-0,49-8,41-2,86 0,69-3,03 2 5-0,77 0,14 0,29-1,88-8,61-3,61 2,04-2,31 3 10-0,59-3,67-4,32-4,83 0,35-3,39-6,15-5,10-1,93-2,31-6,73-9,94-9,52-5,80-3,66 2,39 1,00-2,50-0,90-0,62 4 15-0,87-2,36-3,47-4,13 0,66-2,66-5,25-4,82-2,41-1,41-5,67-5,30-9,54-4,54-2,78 2,37-0,97-1,10-0,70-0,83 5 20-0,65-1,96-2,62-2,49-1,07-0,10-2,71-5,41-2,66-0,95-3,41-5,09-7,99-2,65 0,24-0,30-0,82-2,10-1,62-1,68 6 25-0,62-1,62-0,22-1,59-0,36 0,00-1,66-2,33-2,69-0,31-1,74-2,35-5,13-1,38-1,23-2,98-3,50-5,71-2,16-2,25 7 30-0,38-1,35-2,62-0,18-0,46 0,09-0,06-2,74-0,30 0,69-1,74-2,25-2,89-1,26-1,56-4,35-6,33-8,78-6,45-2,65 8 35 0,08-1,45-2,43-0,48-1,41-0,11-1,54-0,90-0,46 0,40-1,81-3,05-1,59-2,36-0,97-5,68-8,60-10,18-6,40-2,48 9 40 0,27-1,86-2,57-1,03-0,83-0,05-1,11-1,17-1,44-0,76-2,11-8,23-0,85-0,90-1,46-6,09-9,15-10,81-5,70-2,23 10 45 0,42 0,15 0,11-0,45-2,16-1,99-6,13-0,83 11 50 0,45-1,21 0,00-0,13-2,16-1,85-5,78-0,41 Keterangan : Abutment 1 : Bagian Lurus I pada titik 100 cm Abutment 2 : Bagian Menikung I pada sudut 90 Abutment 3 : Bagian Lurus II pada titik 70 cm Abutment 4 : Bagian Menikung II pada sudut 45 IV-7

Gambar 4.3 Kedalaman Gerusan Maksimum untuk Debit Rencana 4 L/dtk. 4.3.1.1 Kondisi Dasar Saluran untuk Debit Rencana 4 L/dtk Pada bagian saluran lurus 1, kondisi saluran telah terjadi gerusan yang cukup dalam yaitu pada segmen abutment. Perbedaan elevasi yang terjadi berkisar dari +0,66 cm sampai -4,83 cm. Pada bagian sebelum keberadaan abutment, elevasi yang terjadi tidak terlalu berubah dari elevasi awal sehingga cenderung datar. Saluran masih cenderung rata diawal memasuki tikungan 180º yaitu sampai sudut 70 o. Namun Pada segmen antara 80 o sampai 180 o terjadi penggerusan dan pengendapan. Elevasi tertinggi terjadi pada bagian paling dalam tikungan yaitu +0,69 cm, dan elevasi terendah terdapat pada bagian luar tikungan, yaitu -6,15 cm. Memasuki bagian lurus, elevasi minimum menjadi 9,94 cm yang terletak pada bagian tepi luar saluran. Sedangkan, elevasi tertinggi terletak sekitar 0,24 cm pada bagian dalam saluran. Memasuki bagian tikungan 90º, tidak terjadi perbedaan elevasi yang mencolok sampai segmen 20º. Setelah itu, perbedaan elevasi mulai kelihatan mencolok sampai segmen 90º. Elevasi tetinggi terletak pada bagian dalam tikungan. Kisaran elevasi tertinggi IV-8

berada adalah +2,39 cm dan elevasi terendah terletak pada bagian luar tikungan,yaitu mencapai elevasi -10,81 cm. Pada bagian lurus, tidak terjadi perbedaan elevasi yang terlalu mencolok. Terjadi kecenderungan perbedaan elevasi menjadi lebih sedikit dan topografi menjadi datar. (a) (a) (b) (c) (d) Gambar 4. 4 Bentuk Topografi Dasar Saluran Setelah Dialiri Debit 4 L/dtk (a) Saluran Lurus Pertama, (b) Tikungan 180º, (c) Saluran Lurus Kedua, (d) Tikungan 90º IV-9

4.3.1.2 Distribusi Kecepatan untuk Debit Rencana 4 L/dtk Berikut adalah distribusi kecepatan pada debit rencana 4 L/dtk yang diperoleh berdasarkan pengukuran dengan alat pengukur kecepatan, currenmeter. Tabel 4.2 Distribusi kecepatan untuk debit rencana 4 L/dtk Jarak Melintang (cm) Kecepatan (m/dtk) Segmen Abutment 1 Segmen Abutment 2 Segmen Abutment 3 Segmen Abutment 4 120 cm 110 cm 100 cm 90 cm 80 cm 80 85 90 95 100 50 cm 60 cm 70 cm 80 cm 90 cm 35 40 45 50 55 No. 1 0 0,30 0,28 0,27 0,27 0,24 0,26 0,25 0,27 2 5 0,28 0,30 0,30 0,32 0,28 0,28 0,25 0,28 3 10 0,30 0,28 0,26 0,33 0,29 0,31 0,29 0,32 0,33 0,32 0,29 0,27 0,31 0,29 0,26 0,31 0,27 0,29 0,27 0,30 4 15 0,30 0,30 0,31 0,33 0,33 0,31 0,30 0,30 0,32 0,31 0,30 0,27 0,30 0,29 0,28 0,29 0,27 0,32 0,28 0,30 5 20 0,31 0,31 0,31 0,29 0,32 0,31 0,33 0,33 0,32 0,30 0,29 0,27 0,29 0,29 0,30 0,28 0,26 0,33 0,29 0,30 6 25 0,30 0,30 0,29 0,35 0,32 0,31 0,33 0,33 0,30 0,30 0,31 0,27 0,27 0,29 0,30 0,26 0,25 0,28 0,30 0,30 7 30 0,30 0,31 0,27 0,36 0,30 0,30 0,33 0,34 0,31 0,30 0,29 0,28 0,27 0,29 0,28 0,28 0,27 0,29 0,29 0,27 8 35 0,32 0,30 0,30 0,34 0,33 0,30 0,33 0,34 0,32 0,32 0,27 0,27 0,26 0,29 0,29 0,27 0,25 0,32 0,31 0,30 9 40 0,26 0,32 0,29 0,33 0,33 0,28 0,30 0,33 0,29 0,31 0,25 0,27 0,25 0,25 0,26 0,26 0,25 0,30 0,29 0,29 10 45 0,26 0,33 0,24 0,29 0,24 0,27 0,25 0,31 11 50 0,26 0,27 0,24 0,24 0,24 0,25 0,25 0,29 Rata-Rata 0,29 0,30 0,29 0,33 0,31 0,29 0,32 0,33 0,31 0,30 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28 0,27 0,26 0,30 0,29 0,29 Keterangan : Abutment 1 : Bagian Lurus I pada titik 100 cm Abutment 2 : Bagian Menikung I pada sudut 90 Abutment 3 : Bagian Lurus II pada titik 70 cm Abutment 4 : Bagian Menikung II pada sudut 45 IV-10

Pada saluran lurus kecepatan aliran cenderung merata. Memasuki tikungan, kecepatan mulai tidak merata, kecepatan maksimum berada pada bagian tengah ke dalam tikungan sampai segmen 30º. Dari segmen 45º sampai 180º, kemudian saluran lurus dari segmen 10 cm sampai 140 cm, kemudian tikungan 90º yaitu sampai sudut 40º, kecepatan maksimum bergeser ke bagian luar tikungan. Pada tikungan 90º, awalnya kecepatan maksimum berada pada bagian dalam saluran, hal tersebut diakibatkan distribusi yang belum terlalu berubah dari saluran sebelumnya. Namun, memasuki segmen 30º, kecepatan maksimum mulai beralih kebagian luar tikungan. Keadaan ini masih terus berlangsung sampai segmen 100 cm saluran lurus. 4.3.2 Hasil Pengamatan Fisik Kedalaman Gerusan Lokal pada Debit Rencana 5 L/dtk Berikut adalah kedalaman gerusan yang diperoleh dari hasil pengamatan setelah dilakukan pengaliran selama 6 jam dengan debit rencana 5 L/dtk. IV-11

Tabel 4.4 Kedalaman Gerusan Lokal tiap Abutment untuk Debit Rencana 5 L/dtk Jarak Dalam Gerusan (cm) Melintang (cm) Segmen Abutment 1 Segmen Abutment 3 Segmen Abutment 4 No. 120 cm 110 cm 100 cm 90 cm 80 cm 80 85 90 95 100 50 cm 60 cm 70 cm 80 cm 90 cm 35 40 45 50 55 1 0-2,23 0,47-6,69 0,15-8,88-3,25 1,10 2,68 2 5-2,29-0,68-4,93 0,54-8,88-4,60 1,10 2,13 3 10-2,14-4,94-5,27-1,16-2,81-3,64-6,79-6,79-4,01-0,95-8,82-11,12-10,15-6,90-5,65-0,92 0,71-5,79-1,29 0,65 4 15-2,02-3,69-5,07-1,16-1,92-2,35-5,41-5,95-3,27-1,84-8,47-9,83-9,66-7,47-6,24 1,04 0,41-4,72-2,00-0,72 5 20-1,83-1,70-5,67-2,82-3,00-0,16-2,95-3,83-1,12-1,90-6,46-6,42-7,78-5,65-4,71-0,30-0,09-4,69-2,10 1,13 6 25-1,61-0,30-3,12-3,61-0,85 0,01-2,60-2,90-2,55-2,32-5,88-4,91-4,05-2,81-2,05-1,90-2,60-5,43-2,77 0,28 7 30-1,19-0,91-0,16-2,61 0,34-0,09-0,95-1,86-0,67-1,05-3,62-3,77-2,58-1,63 0,05-4,16-5,49-8,98-4,84-2,27 8 35-0,99-3,29-0,68-5,11-0,30-0,33-2,14-2,44-0,35-1,03-0,98-0,70-1,80-1,02-0,92-5,44-10,09-11,41-6,63-4,06 9 40-0,75-3,29-2,62-4,82-0,40-0,63-2,49-3,96 0,00 0,35 0,34-1,37-2,59-0,45-0,15-7,45-10,99-12,60-7,23-2,21 10 45-0,75-0,30-1,13 2,14 0,73 1,17-9,57-1,38 11 50-0,42-1,92-0,34 0,34 1,23 0,25-10,57-0,49 Keterangan : Abutment 1 : Bagian Lurus I pada titik 100 cm Abutment 2 : Bagian Menikung I pada sudut 90 Abutment 3 : Bagian Lurus II pada titik 70 cm Abutment 4 : Bagian Menikung II pada sudut 45 IV-12

Gambar 4.5 Kedalaman Gerusan Maksimum untuk Debit Rencana 5 L/dtk. 4.3.2.1 Kondisi Dasar Saluran untuk Debit Rencana 5 L/dtk Pada bagian saluran lurus 1, kondisi saluran telah terjadi gerusan yang cukup dalam yaitu pada segmen abutment. Perbedaan elevasi berkisar dari +0,47 cm sampai -5,67 cm. Saluran masih cenderung rata di awal memasuki tikungan 180º yaitu sampai sudut 80 o. Namun Pada segmen antara 90 o sampai 180 o terjadi penggerusan dan pengendapan sehingga terjadi perbedaan elevasi yang cukup mencolok. Elevasi tertinggi terjadi pada bagian paling dalam tikungan yaitu +2,14 cm, dan elevasi terendah terdapat pada bagian luar tikungan, yaitu -6,79 cm. Memasuki bagian lurus, elevasi minimum menjadi 11,12 cm. Gerusan yang cukup besar ini terletak pada segmen abutment. Letak elevasi minimum selalu berada pada bagian tepi luar saluran. Sedangkan, elevasi tertinggi terletak sekitar 3,19 cm pada bagian dalam saluran. Memasuki bagian tikungan 90º, tidak terjadi perbedaan elevasi yang mencolok sampai segmen 10º. Setelah itu, perbedaan elevasi mulai kelihatan mencolok sampai segmen 90º. Elevasi tetinggi terletak pada bagian dalam tikungan. Kisaran elevasi tertinggi berada IV-13