II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Keterampilan proses sains sangat penting dimiliki oleh siswa untuk. menghadapi persaingan di era globalisasi yang menuntut persaingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

BAB I PENDAHULUAN. isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING BERBASIS PORTOFOLIO SISWA SMA NEGERI 1 PURBOLINGGO.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di SMA Negeri 1. Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. KAJIAN PUSTAKA. Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau

BAB I PENDAHULUAN. kesimpulan (Hohenberg, 2010). Langkah-langkah metode ilmiah ini dapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

II. KERANGKA TEORITIS. dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman

INKUIRI DAN INVESTIGASI IPA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Praktikum adalah pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (Science Proccess Skill Approach) SUSILOWATI, M.Pd.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB II KAJIAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

MODEL PEMBELAJARAN IPA. Ida Kaniawati FPMIPA UPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

Transkripsi:

11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan proses investigasi untuk mengumpulkan data berupa fakta dan memproses fakta tersebut sehingga siswa mampu membangun kesimpulan secara mandiri guna menjawab pertanyaan atau permasalahan yang diajukan oleh guru (teacherproposed research question) (Bell dan Smetana dalam Maguire dan Lindsay, 2010: 55). Dalam penerapan model pembelajaran ini, Ibrahim (dalam Paidi, 2007: 8) menerangkan guided inquiry sebagai kegiatan inkuiri di mana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil, dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan, dan bahan penunjang, guru hanya sebagai fasilitator. Lebih lanjut, Wallace dan Metz (dalam Bilgin, 2009: 1038) mengemukakan bahwa hal terpenting dalam penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah kegiatan siswa sebagai peneliti dengan bimbingan guru, yang melatih siswa agar mampu berperan sebagai problem solver. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan

12 mampu memberikan dampak positif untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan ilmiah siswa. Selanjutnya, berdasarkan National Research Council (NRC) tahun 2000, Bilgin (2009: 1039) mengungkapkan bahwa model pembelajaran guided inquiry dapat melatih siswa untuk membangun jawaban dan berpikir cerdas dalam menemukan berbagai alternatif solusi atas permasalahan yang diajukan oleh guru, mengembangkan keterampilan pemahaman konsep (understanding skills), membangun rasa tanggung jawab (individual responsibility), dan melatih proses penyampaian konsep yang ditemukan. Inkuiri yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan observasi dan mengemukakan jawaban atas suatu permasalahan melalui interpretasi data hingga diperoleh suatu kesimpulan (Carlson, 2008: 33). Inkuiri terbimbing tidak hanya menuntut siswa untuk dapat melakukan proses investigasi secara mandiri, tetapi juga menuntut siswa untuk mampu memahami implikasi suatu hasil eksperimen, hal tersebut secara rinci dijelaskan oleh MMC tahun 2007. Menurut Michigan Merit Curiculum atau MMC (dalam Carlson, 2008: 9)...Inquiry require students not only to conduct their own investigations, but also to understand their implications. Pembelajaran inquiry menurut National Science Education Standards atau NSES (dalam Paidi, 2007: 9) dapat menciptakan terjadinya konfrontasi intelektual pada diri tiap siswa. Objek belajar atau lingkungan dapat digunakan untuk memunculkan fakta ataupun gejala lainnya yang

13 memungkinkan siswa untuk mempertanyakan sampai pada upaya pemecahannya. Sementara itu, Kunandar (2007: 372) menambahkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based learning) dapat memacu keinginan siswa untuk memahami konsep, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawaban atas suatu permasalahan, serta memberikan siswa pengalaman-pengalaman yang nyata dan aktif. Siswa juga diharapkan dapat mengambil inisiatif guna memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan. Dengan demikian, inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Lebih lanjut, Susanto (dalam Paidi, 2007: 9) juga menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran berbasis inkuiri, guru dapat memfasilitasi siswa secara penuh atau sebagian kecil saja melalui LKS atau petunjuk lainnya sehingga siswa mampu menemukan permasalahannya sampai dengan jawaban dari permasalahan tersebut. Hal itulah yang menurutnya guided inquiry sangat penting untuk diterapkan. Hanafiah dan Suhana (2012: 77) menambahkan bahwa inquiry based learning terdiri dari tiga jenis, yaitu inkuiri terpimpin, inkuiri bebas, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Perbedaan ketiganya terletak pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hanafiah dan Suhana (2012: 77) menjelaskan bahwa pada inkuiri terpimpin, pelaksanaan pembelajaran dilakukan atas petunjuk dari guru berupa pertanyaan inti dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan, sedangkan pada inkuiri bebas siswa belajar merumuskan masalah sendiri, mengadakan penyelidikan sendiri, hingga

14 memperoleh kesimpulan sendiri. Inkuiri bebas yang dimodifikasi dilaksanakan sebagai penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenaran teori melalui pengajuan masalah dari guru yang didasarkan pada teori yang sudah dipahami oleh peserta didik. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan model inkuri terbimbing meliputi beberapa langkah kegiatan seperti yang dikemukakan oleh Hanson (2012: 1) sebagai berikut: Orientation Fase orientasi dilaksanakan untuk memunculkan ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran (creates interest), memberikan motivasi, membangitkan keingintahuan (generates curiosity), dan membangun informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya (prior knowledge). Exploration Fase eksplorasi memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan observasi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, serta membangun hipotesis berdasarkan permasalahan yang diajukan guru. Concept Formation Fase ini merupakan tindak lanjut dari tahap eksplorasi yang menuntut siswa untuk menemukan hubungan antarkonsep dan mendorong siswa untuk berpikir kritis dan analitis untuk membangun kesimpulan. Application Konsep berupa pengetahuan baru yang telah diperoleh diaplikasikan dalam berbagai situasi seperti latihan (exercise) yang memungkinkan

15 siswa untuk menerapkannya pada situasi sederhana hingga permasalahan di kehidupan nyata (real-world problems). Closure Fase penutup (closure) mengarahkan siswa untuk mampu melaporkan hasil temuannya, merefleksi apa yang telah dipelajari, hingga mengonsolidasikan pengetahuannya. Berkaitan dengan penerapan model inkuiri terbimbing (guided inquiry) di sekolah, Rustaman, dkk (2005: 95) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran ini, berarti guru merencanakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk mengenal masalah, hingga membuat penjelasan dari hasil temuan. Sementara itu, Herron (dalam Paidi, 2007: 8) telah lebih dahulu mengkaji pembelajaran berbasis guded inquiry. Herron membagi guided inquiry ke dalam empat tingkatan yang berbeda, dalam tingkatan tersebut terdapat perbedaan pembagian mengenai kegiatan siswa dan bimbingan yang diberikan oleh guru. Macam bimbingan guru pada siswa untuk tiap tingkatan guided inquiry ini ditabulasikan sebagai berikut: Tabel 1. Tingkatan Guided Inquiry dan Macam Bimbingan Guru pada Siswa Tingkatan Inquiry Persoalan Prosedur Solusi Confirmation/Verification Structured Inquiry - Guided Inquiry - - Open Inquiry - - - Keterangan: ( ) berarti fase tersebut dibantu oleh bimbingan guru.

16 Setiap model pembelajaran yang diterapkan, memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Roestiyah (1998: 76-77) menerangkan bahwa strategi pembelajaran berbasis inkuiri memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa, mengembangkan bakat dan kecakapan individu, serta memfasilitasi siswa dalam mengasimilasi, mengakomodasi, dan mentransfer pengetahuan. Sedangkan Slameto (1991: 73) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran berbasis inkuiri memiliki kelemahan, diantaranya tidak dapat diterapkan pada semua tingkatan kelas secara efektif, terlalu menekankan pada aspek kognitif, dan memerlukan banyak waktu dalam penerapannya pada proses belajar mengajar. B. Keterampilan Proses Sains (KPS) atau Scientific Process Skills Keterampilan proses sains sangat penting dikembangkan oleh siswa. Keterampilan poses sains atau scientific process skills diartikan oleh Depdikbud (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 138) sebagai wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa. Sejalan dengan hal tersebut, Funk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 139) juga mengungkapkan bahwa keterampilan proses sains merupakan tindakan instruksional yang dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa. Pentingnya pengembangan keterampilan proses sains oleh siswa di sekolah diutarakan oleh Semiawan, dkk (1987: 18) yang mengungkapkan bahwa dengan mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan, anak akan

17 mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuh-kembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan tersebut menjadi roda penggerak dalam proses penemuan dan pengembangan fakta serta konsep, juga pertumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai-nilai tertentu. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi berbagai keterampilan, diantaranya keterampilan proses sains dasar (basic scientific process skills) yang meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengomunikasikan seperti yang dikemukakan oleh Funk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 140). Selanjutnya, sejumlah keterampilan proses tersebut, dijabarkan oleh Lancour (2009: 1) sebagai berikut: (1) mengobservasi (observing), yaitu menggunakan indera untuk memperoleh informasi tentang peristiwa atau objek; (2) mengklasifikasikan (classifying), yaitu menggolongkan beberapa objek ke dalam kategori tertentu berdasarkan karateristik yang ditentukan; (3) memprediksi (predicting), yaitu meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan pola atau fakta tertentu; (4) menyimpulkan (inferring), yaitu membuat kesimpulan sementara berdasarkan hasil observasi; dan (5) mengomunikasikan (communicating), yaitu menyampaikan informasi yang diperoleh dengan menggunakan kalimat, simbol, atau grafik untuk menggambarkan suatu peristiwa atau objek. Lebih lanjut, Lancour (2009: 1) kembali menjelaskan bahwa basic scientific process skills akan terintegrasi dalam keterampilan kompleks (integrated skills), yang terdiri dari keterampilan sebagai berikut: (1) menyusun hipotesis

18 (formulating hypothesis); (2) mengidentifikasi variabel (identifying of variable); (3) mendefinisikan variabel secara operasional (defining variables operationally); (4) menggambarkan hubungan antar-variabel (describing relationships between variables); (5) merancang penelitian (designing investigations); (6) melaksanakan eksperimen (experimenting); (7) mengumpulkan dan mengolah data (acquiring data); (8) menyajikan data dalam bentuk grafik (organizing data in tables and graphs). Seperti halnya SAPA (Science a Process Approach), keterampilan proses sains dalam pembelajaran berorientasi kepada proses IPA. Pengembangan keterampilan proses sains (menurut Rustaman, dkk. 2005: 78) sangat ideal dikembangkan bila guru memahami hakikat sains sebagai produk dan proses. Pengembangan keterampilan tersebut memungkinkan siswa mempelajari konsep dan sekaligus mengembangkan keterampilan dasar sains, sikap ilmiah, dan sikap kritis. Tabel 2. Indikator Keterampilan Proses Sains (Rustaman, dkk. 2005: 86-87) Keterampilan Proses Sains (Scientific Process Skills) Mengobservasi (Observing) Menafsirkan (Interpreting) Mengelompokkan (Classifying) Indikator Menggunakan sebanyak mungkin indera. Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan. Menemukan pola dalam pengamatan. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah. Mencari perbedaan dan persamaan. Mengontraskan ciri-ciri. Membandingkan. Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan.

19 Memprediksi (Predicting) Menyimpulkan (Inferring) Mengomunikasikan (Communicating) Menggunakan pola-pola hasil pengamatan. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh. Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik, tabel, atau diagram. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis. Menjelaskan hasil percobaan. Membaca grafik, tabel, atau diagram. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa. Melalui kerja ilmiah dan pengembangan keterampilan proses sains (scientific process skills) diharapkan siswa dapat menemukan produk sains seperti berbagai fakta atau konsep, serta mampu membangun sikap sains seperti rasa ingin tahu (Thornton dalam Paidi, 2007: 5). C. Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Pengajaran yang berlangsung efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hal tersebut dikemukakan oleh Montessori (dalam Hamalik, 2004: 171-172) yang mengungkapkan bahwa siswa dapat belajar sambil bekerja sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya. Proses pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) yang diterapkan menuntun siswa melakukan berbagai aktivitas guna mengembangkan keterampilan proses sains yang menunjang dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai berikut:

20 Tabel 3. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Melalui Model Inkuiri Terbimbing (Diedrich dalam Nasution, 2004: 91) Tahapan/Fase dalam Model Inkuiri Terbimbing Orientation Exploration Concept Formation Application Closure Aktivitas yang Dapat Dilakukan oleh Siswa Listening activities seperti mendengarkan motivasi dari guru, emotional activities seperti menaruh minat dan membangun rasa ingin tahu, serta mental activities seperti mengingat dan membangun hubungan antara pengetahuan yang telah dipelajari dengan pengetahuan baru. Motor and visual activities seperti melakukan observasi, membaca, dan mengamati suatu objek, mental activities seperti berpikir, melihat suatu hubungan, dan mengambil keputusan, oral and listening activities seperti mengajukan pertanyaan dan berdiskusi, serta writing activities seperti menulis hasil penemuan konsep. Visual activities seperti mengamati hasil eksplorasi, mental activities seperti menganalisis, melihat suatu hubungan, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan, serta writing activities seperti menulis hasil analisis dan kesimpulan berdasarkan hubungan antar konsep. Mental activities seperti menganalisis konsep untuk diterapkan dalam situasi tertentu, serta writing activities seperti menulis hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh ke dalam latihan. Mental activities seperti berpikir dan merefleksi konsep yang dipelajari, oral activities seperti menyatakan pendapat, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, mengajukan pertanyaan, dan memberi saran, listening activities seperti mendengarkan pendapat orang lain, writing activities seperti menulis hasil pengetahuan yang telah dipelajari, serta drawing activities seperti menggambar dan membuat grafik. Sementara itu, menurut pendapat Suryosubroto (2002: 71-72), aktivitas siswa yang umumnya tampak dalam kegiatan pembelajaran diantaranya siswa mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh suatu pengetahuan, melakukan proses belajar dalam kelompok, dan

21 mengomunikasikan hasil pemikiran serta penemuan secara lisan atau tertulis. Aktivitas dalam kegiatan pembelajaran juga memiliki arti penting bagi diri siswa, guru, dan sekolah. Pentingnya aktivitas dalam kegiatan pembelajaran bagi diri siswa, guru, dan sekolah dikemukakan oleh Hamalik (2004: 175-176) bahwa aktivitas memiliki manfaat bagi siswa agar dapat mencari pengalaman secara langsung serta mampu mengembangkan seluruh aspek pribadi dengan berbuat sendiri. Sedangkan manfaat aktivitas bagi pengajaran di sekolah diantaranya agar sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas di masyarakat.