I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

I PENDAHULUAN. produk pangan. Pewarna merupakan ingridient penting dalam beberapa jenis

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Menurut definisi dari Wikipedia, gulai adalah sejenis makanan berbahan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Pemikiran (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Kajian Penambahan Dekstrin Terhadap Kadar Vitamin C Dalam Pengolahan Bubuk Sari Jeruk Instan dengan Metode foam-mat drying. Oleh : Tamrin 1.

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

Pengeringan Untuk Pengawetan

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

P PENGARUH PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN PADA PENGOLAHAN MINUMAN SERBUK SIRSAK TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

I PENDAHULUAN. kelompok buah-buahan yang memiliki nilai sosial dan ekonomis yang tinggi bagi

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I. PENDAHULUAN. populer di dunia, berasal dari Asia Tenggara, serta menjadi tanaman buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco

LOGO BAKING TITIS SARI

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik maupun internasional. Selain itu, juga didukung dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1.1.Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara tropis dimana pohon kelapa dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, Banyaknya pohon kelapa mengakibatkan produksi air kelapa cukup berlimpah, yaitu mencapai 1 sampai 900 juta liter per tahun. Namun pemanfaatannya dalam industri pangan belum optimal, sehingga masih banyak air kelapa terbuang percuma. Buangan air kelapa dapat menimbulkan polusi asam asetat yang disebabkan oleh proses fermentasi dari limbah air kelapa tersebut (Warisno, 2004). Pemanfaatan air kelapa saat ini masih terbatas pada pembuatan nata de coco dan belum dimanfaatkan untuk jenis produk lain. Padahal air kelapa memiliki kandungan gizi yang baik, yakni kaya akan gula, protein, dan lemak. Berdasarkan kandungan gizi dalam air kelapa, maka air kelapa memiliki potensi untuk dijadikan minuman sehat. Kandungan gizi yang relatif lengkap dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri penghasil produk pangan. Kandungan gizi yang terdapat dalam air kelapa yaitu protein 0,2%, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27 %, gula, vitamin, elektrolit dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimun 3 gram per 100 ml air kelapa, jenis gula yang

terkandung adalah sukrosa, glukosa, fruktosa dan sorbitol (Ulrike, dkk, 2005) Kandungan gizi air kelapa yang lengkap mengakibatkan air kelapa mudah rusak dan terkontaminasi oleh mikroba, maka dari itu perlu dilakukan pengolahan agar air kelapa tersebut memiliki masa simpan lebih lama. Pengolahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan cara pengeringan metode foam-mat drying. Foam-mat drying adalah teknik pengeringan bahan berbentuk cair dan peka terhadap panas melalui teknik pembusaan dengan maenambahkan zat pembuih. Pengeringan dengan bentuk busa (foam), dapat mempercepat proses penguapan air, dan dilakukan pada suhu rendah, sehingga tidak merusak jaringan sel, dengan demikian nilai gizi dapat di pertahankan. Metode foam-mat drying mampu memperluas area interface, sehingga mengurangi waktu pengeringan dan mempercepat proses penguapan (Raj Kumar dkk, 2006). Pembentukan foam tergantung berbagai parameter, seperti komposisi dari cairan, metode pembusaan yang digunakan, temperatur dan lama pembuihan. Metode pembuihan mempengaruhi kualitas dan kuantitas foam. Dalam proses pengeringan suatu bahan perlu dipertimbangkan variabel-variabel proses yang akan mempengaruhi keberhasilan proses pengenringan. Dalam hal ini pengeringan bahan akan diaplikasikan pada tray drier. Beberapa variabel proses yang akan diamati meliputi, komposisi bahan yang akan dikeringkan, ketebalan lapisan pengeringan dan suhu proses pengeringan.

Banyaknya penelitian terdahulu yang memberikan informasi study pengeringan dengan metode fam-mat drying, mendorong adanya penelitian-penelitian baru yang lebih luas cakupannya dengan bahan yang disesuaikan dengan potensi tiap wilayah yang ada. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa foam-mat drying cocok untuk bahan-bahan yang memiliki kecenderungan tidak tahan panas, senyawa nutrisi dalam kandungannya sensitif, mudah terhidrolisis dan mudah rusak. Oleh karena itu pada penelitian ini akan digunakan metode pengeringan foam-mat drying. Metode ini diharapkan dapat memanfaatkan air kelapa tanpa merusak kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya. Daya buih dipengaaruhi oleh beberapa protein dalam putih telur yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Volume dan kestabilan buih juga dapat dipengaruhi oleh ph, semakin tinggi ph maka volume dan kestabilan buih yang terbentuk akan semakin menurun (Sa adah, 2007). Dalam pembuatan minuman serbuk air kelapa dengan metode foam-mat drying ini dilakukan penambahan natrium bikarbonat kedalam air kelapa untuk menetralkan ph air kelapa. Karena ph awal air kelapa ini adalah 4-5 sehingga perlu dinetralkan terlebih dahulu. Apabila dalam pembuatan foaming adonan kondisinya terlalu asam, maka akan terjadi sinersis yakni keluarnya air dari gel sehingga kekentalan selai akan berkurang bahkan dapat sama sekali tidak terbentuk gel (Fachrudin, 2008).

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengolah air kelapa menjadi suatu produk pangan yang memiliki nilai tambah dan umur simpan yang lebih lama dengan menggunakan metode pengeringan foam-mat drying. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apakah suhu pengeringan berpengaruh terhadap karakteristik minuman serbuk air kelapa? 2. Apakah jenis foaming agent berpengaruh terhadap karakteristik minuman serbuk air kelapa? 3. Apakah interaksi suhu pengeringan dan jenis foaming agent berpengaruh terhadap karakteristik minuman serbuk air kelapa? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu pengeringan yang tepat dalam pembuatan minuman serbuk air kelapa, serta untuk mengetahui jenis pembuih yang tepat untuk menghasilkan minuman serbuk air kelapa dengan karakteristik baik. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan penelitian terhadap karakteristik kimia dan organoleptik dari minuman serbuk air kelapa yang dihasilkan.

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah diversifikasi pangan dari air kelapa. serta diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan nilai ekonomis air kelapa serta mengurangi polusi asam asetat. 1.5. Kerangka Pemikiran Serbuk adalah barang yang lumat atau berbutir-butir yang halus (seperti tepung, abu dan bubuk). Instan adalah langsung (tanpa dimasak lama) dapat diminum atau dimakan. Serbuk instan yaitu barang berbutir-butir yang halus yang langsung dapat diminum dengan cara diseduh dengan air matang baik dingin maupun panas (Istijanto,2008). Minuman serbuk dapat diproduksi dengan biaya yang lebih rendah daripada minuman cair, tidak atau sedikit sekali mengandung air dengan bobot dan volume yang rendah, memiliki kualitas dan stabilitas produk yang lebih baik, memudahkan dalam transportasi, cocok untuk konsumsi skala besar serta cocok sebagai pembawa zat gizi seperti vitamin dan mineral yang lebih mudah mengalami kerusakan jika digunakan dalam minuman bentuk cair. Bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman serbuk yaitu pemanis, flavour, pengasam, pengental, pewarna, bahan pengisi, vitamin, dan mineral (Saputra 2005). Menurut Prasetyo (2005) pengeringan busa (foam-mat drying) merupakan proses pengeringan yang melibatkan pengeringan lapisan tipis dari kandungan air

dalam konsentrat makanan dengan udara panas pada tekanan atmosfer. Pada pengeringan busa, perpindahan masa diperbesar dengan cara membentuk bahan menjadi busa sehingga memperbesar luas permukaan yang akhirnya akan memperbesar kontak yang menyebabkan perpindahan massa air (zat yang akan dipidahkan/diminimalkan) ke dalam gas pengering (zat pembawa) menjadi lebih tinggi, untuk itulah kestabilan busa menjadi faktor penting yang harus diperhatikan. Menurut Kumalaningsih (2005) foam-mat drying merupakan cara pengeringan bahan berbentuk cair yang sebelumnya dijadikan foam atau busa terlebih dahulu dengan menambahkan zat pembuih dengan diaduk atau dikocok, kemudian dikeringkan. Bahan yang dikeringkan dengan metode foam mat drying mempunyai ciri khas yaitu struktur remah, mudah menyerap air dan mudah larut dalam air. Menurut Karim, dkk (1999) metode pengeringan busa memiliki kelebihan daripada metode pengeringan lain karena relatif sederhana dan prosesnya tidak mahal. Selain itu suhu yang digunakan relative rendah sehingga warna, aroma, dan komponen gizi produk dapat dipertahankan. Menurut Kamsiati (2006) Salah satu kesulitan dalam proses ini adalah kurangnya kestabilan foam (busa) selama proses pemanasan. Jika busa tidak cukup stabil terjadi kerusakan seluler yang menyebabkan kerusakan selama proses pengeringan.

Pada metode foam-mat drying perlu ditambahkan bahan pembusa untuk mempercepat pengeringan, menurunkan kadar air, dan menghasilkan produk bubuk yang remah. Menurut Kumalaningsih dkk (2005), dengan adanya busa maka akan mempercepat proses penguapan air walaupun tanpa suhu yang terlalu tinggi, produk yang dikeringkan menggunakan busa pada suhu 50 o C -80 C dapat menghasilkan kadar air 2-3%. Bubuk hasil dari metode foam-mat drying mempunyai densitas atau kepadatan yang rendah (ringan) dan bersifat remah. Labuza, dkk (2004), Pengeringan dengan suhu tertetu akan memberikan pengaruh yang berbeda pada kandungan nutrisi bahan pangan tersebut. Namun selain berpengaruh terhadap nutrisi juga berpengaruh pada perubahan secara fisik, contohnya pada tekstur dan warna bahan yang di keringkan. Suhu pengeringan adalah salah satu faktor eksternalyang mempengaruhi mutu produk. Jika suhu pengeringan yang digunakan terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan penurunan nilai gizi dan perubahan warna dari produk yang dikeringkan (Histifarina, dkk, 2004). Dekstrin merupakan karbohidrat tidak higroskopis, mudah terdispersi dan larut, dapat membentuk lapisan film, mencegah terjadinya kristalisasi dan mempertahankan tekstur bahan. Dalam proses foam-mat drying, dekstrin berfungsi sebagai agen pengikat busa dan pembentuk lapisan tipis yang dapat memacu kecepatan pengeringan serta mencegah kerusakan akibat panas dengan

cara melapisi komponen flavor dalam bahan. Jumlah rata-rata penggunaan dekstrin 5%-25% (Prasetyo, 2005). Penelitian lain yang dilakukan oleh Suka Wika Pradana, dkk (2014) tentang pembuatan bubuk susu kacang hijau dengan penstabil maltodekstrin dan pembuih tween 80 menunjukan bahwa hasil perlakuan terbaik pembuatan bubuk susu kacang hijau instan dengan menggunakan konsentrasi maltodekstrin 5% dan tween 80 0,5%. Hasil uji fisik perlakuan terbaik didapatkan rendemen 23,17% dan daya larut 95,67%, sedangkan pada uji kimia didapatkan kadar air 3,61%, kadar protein 7,80% dan kadar lemak 0,68%. Berdasarkan penelitian terdahulu di atas dapat dilihat bahwa maltodekstrin dan dan tween 80 memiliki pengaruh nyata sebagai pembuih dalam pembuatan bubuk susu. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan minuman serbuk air kelapa dengan menggunakan tween 80 serta albumin sebagai pembuih. Waktu dan suhu pengeringan dengan metode Foam-mat drying tergantung pada produk yang akan dikeringkan, tidak dapat ditentukan secara pasti. Sari buah kacang hijau serbuk memerlukan waktu 10 jam pada suhu 40 o C -50 o C (Suka Wika, dkk 2014). Daya buih dipengaaruhi oleh beberapa protein dalam putih telur yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Volume dan kestabilan buih juga dapat

dipengaruhi oleh ph, semakin tinggi ph maka volume dan kestabilan buih yang terbentuk akan semakin menurun (Sa adah, 2007). 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis pada penelitian adalah sebagai berikut: 1. Suhu pengeringan diduga berpengaruh terhadap karakteristik minuman serbuk air kelapa. 2. Jenis foaming agent diduga berpengaruh terhadap karakteristik minuman serbuk air kelapa. 3. Interaksi suhu pengeringan dan jenis foaming agent berpengaruh terhadap karakteristik minuman serbuk air kelapa. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Bandung. Penelitian dilakukan pada bulan Okober 2015 Januari 2016.