6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

dokumen-dokumen yang mirip
7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

G. TALANG, SUMATERA BARAT

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

II. TINJAUAN PUSTAKA

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

Telepon: , , Faksimili: ,

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

4.6 G. ANAK RANAKAH, Nusa Tenggara Timur

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

.4. G. LOKON, Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 26 Mei 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da

6.10. G. AWU, P. Sangir, Sulawesi Utara

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

Transkripsi:

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara Erupsi G. Karangetang 2010 (Prambada, O./PVMBG/2010) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gunungapi Siau Nama Kawah : Kawah Utama (Kawah I), Kawah II, Kawah III, Kawah IV dan Kawah V Lokasi a. Geografis Puncak : 02 47 LU dan 125 24 BT b. Administratif : Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara Ketinggian : 1784 m dpl Kota Terdekat : Manado

Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Strato dengan kubah lava : Geografis: 02 o 44 46,56 LU dan 125 o 23 01,26 BT Administratif: Bukit Maralawa, Desa Salili, Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Sebelum tahun 1980 pendakian puncak dimulai dari Kampung Tarorane, Ulu Siau, sebelah tenggara puncak. Jalur ini melewati Lembah Kali Kahetang. Tetapi sejak lembah tersebut terisi lava dan dilanda lahar dalam tahun 1988, maka pendakian dilakukan dari arah baratdaya, yaitu Desa Salili atau Beong mengikuti lembah barat dari punggungan Arengkambing. Jalur pendakian inipun menjadi tertutup karena endapan lava yang mengalir dalam tahun 1992. Dalam tahun 1998 jalur pendakian baru dimulai dari Kampung Batubulan, arah utara puncak. Untuk mencapai Batubulan harus dengan naik perahu motor dari Ulu Siau selama 1 jam. Sedangkan pendakiannya sendiri diperlukan waktu selama 5 jam. SEJARAH ERUPSI Tercatat Gunungapi Karangetang pertama kali meletus dalam tahun 1675. Berikut ini catatan sejarah kegiatannya. Waktu Kegiatan 1675 Terjadi erupsi eksplosif dari Kawah Utama 1712 16 Januari, erupsi eksplosif dari Kawah Utama, letusannya terdengar di Ternate 1825 Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1864 16 Juni, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1883 25-26 Agustus, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, kemungkinan pembentukan Kawah Utara (Kawah II) 1886 Terjadi peningkatan kegiatan, kemungkinan pembentukan Kawah III (KIII). 1887 27 Mei, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1892 14 Juni, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, setelah didahului oleh gempa bumi tanggal 12 Juni. 1899 Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1900 Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama

1905 21, 22 Mei, menyemburkan abu yang jatuh di bagian barat Gunungapi Karangetang. 1921 Maret, Erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama. Kawah IV merupakan danau kawah dengan suhu air 80 C dan berbau belerang. Kawah V aktif mengeluarkan lava pijar. 1922 9 atau 10 Mei, peningkatan kegiatan, nampak sinar api di atas kawah. Periode letusan Mei-Juni. Tanggal 14 Agustus, erupsi dari Kawah IV yang mengeluarkan abu dan bombom vulkanik, yang jatuh di sekeliling kawah. 1924 Mei, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1926 Oktober, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1930 4, 6 Februari, erupsi dari Kawah Selatan (Kawah IV) Terjadi gempabumi terasa. 1935 31 Agustus, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1940 1, 2, dan 9 Maret, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama, korban 1 orang meninggal, 2 orang luka-luka dan ratusan pohon kelapa musnah. 20 Juni, 22 Juli, 23 Agustus, peningkatan kegiatan 29 atau 30 Oktober, terjadi gempa terasa pada pukul 00.35, kemudian diikuti dengan 1941 erupsi yang berlangsung hingga pukul 10.00. Abu campur lapili jatuh di Ondong, Lehi, Hiung, Kiawang, Batubulan dan Nameng, mengakibatkan seorang luka-luka. 1947 9 Februari, 1-15 Desember, 21 Desember, erupsi eksplosif normal dari Kawah Utama 1949 14 September, terjadi gempa terasa pada pukul 05.00, kemudian diikuti erupsi abu pada pukul 17.00 1950 Juli, erupsi abu setinggi 300 m. 18 Desember, erupsi abu setinggi 250 m 1952 Terjadi erupsi di Kawah Utama dan Kawah Utara (Kawah II) dan Kawah III. 1961 Terjadi beberapa kali erupsi besar dan kecil yang dimulai sejak 17 Februari. Tinggi kolom asap mencapai 2000 m, lemparan bom berjarak 500 m dari kawah. Material berukuran lapili dilontarkan sejauh antara 1-2 km. Erupsi besar yang terjadi sering didahului oleh gempa terasa. 1962 29 Januari, erupsi abu setinggi 2000 m. 2 Februari, erupsi besar, mengeluarkan material vulkanik pijar dan kilat api, serta asap hitam tebal. 29 Mei, erupsi besar dengan kolom asap setinggi 2000 m. 14 September, leleran lava pijar disertai suara ledakan. Tinggi asap mencapai 3000 m. Tiga jam sebelumnya terjadi gempa terasa. 13 Desember, terjadi lahar dingin akibat hujan lebat di puncak, mengakibatkan jalan rusak, 5 rumah hancur dan 5 lainnya rusak di Ulu dan Tarorane. 1963 Januari, erupsi dengan asap setinggi 300-400 m. Selama periode letusan, sempat mengeluarkan lava pijar dam material vulkanik. 1965 April - Mei, terjadi semburan lava pijar di sekitar kawah dan erupsi abu. Agustus, terjadi beberapa kali erupsi, tinggi asap maksimum 900 m. 27 dan 30 Oktober, terjadi erupsi dengan semburan material pijar dan asap tebal setinggi 1000 m, mengakibatkan 2 orang luka-luka. 1966 Januari, erupsi asap setinggi 2000 m April, erupsi asap dan leleran lava di sekitar kawah 1967 7 Januari, letusan dengan asap setinggi 100-200 m. 13 Januari terjadi gempabumi terasa menyebabkan kerusakan rumah penduduk di Ondong, Kanawong, dan Ulu Siau. 16 Januari, semburan material pijar dan lava di sekitar kawah

Juni, semburan material pijar di sekitar kawah 29 November, erupsi besar mengeluarkan material pijar dan diikuti dengan awan panas guguran 1970-1971 Peningkatan kegiatan dimulai akhir Desember 1970. Suara gemuruh terus menerus terdengar, disertai asap putih tebal dan sinar api setinggi 200 m di atas puncak. Pebruari, diketahui adanya lava baru yang memenuhi lubang kawah. Bom dan lapili berserakan di sekitar kawah. 1974 11-23 Februari, dimalam tampak sinar api dan semburan lava pijar. Terjadi leleran lava ke arah selatan dan baratdaya sejauh 1 km. Kubah lava di Kawah Utama di perkirakan mencapai 12 juta m 3. Hingga bulan April hampir setiap hari terjadi gempa tektonik (terasa), yang menyebabkan kerusakan bangunan dan tanah longsor, 3 orang meninggal dunia 1975 15, 17 dan 21 Januari, terjadi erupsi besar yang menyemburkan abu mencapai tinggi 600 m, kemudian diikuti dengan semburan lava pijar (erupsi tipe strombolian). 26 Oktober, erupsi abu, dengan kolom asap setinggi 700 m. 20 November, erupsi abu dengan asap mencapai tinggi 1100 m. Desember, erupsi masih terjadi, bahkan lebih besar dari November, dengan lemparan lava pijar se tinggi 300 m. 1976 15 dan 17 September terjadi erupsi samping membentuk 2 (dua) titik di Bukit Areng Kambing, lereng selatan puncak. Titik erupsi yang terjadi pada 15 September mengambil tempat di ketinggian 1000 m, sedangkan yang terjadi pada 17 September di ketinggian 850 m. Erupsi samping dengan leleran lava tersebut diawali gempa tektonik terasa semenjak Agustus. Gempa terasa ini terus meningkat, bahkan mencapai 120 kejadian per-hari.dan berlangsung hingga pertengahan September 15 September, pukul 07.00 terjadi erupsi, kepulan asap mencapai tinggi 500, kemudian sore harinya terjadi leleran lava. 17 September, terjadi erupsi kecil, 300 m bagian selatan lubang erupsi 15 September, yang diikuti dengan leleran lava dan alirannya bersatu dengan aliran lava sebelumnya. Leleran lava tersebut berhenti pada 23 Oktober, mencapai panjang 7 km dari pusat erupsi. Peristiwa tersebut mengakibatkan korban satu orang meninggal dan 1 orang luka-luka akibat tersembur awan panas longsoran lava pijar pada waktu menonton lava yang sedang mengalir pada malam hari. 1978 Muncul kawah baru diatas Kampung Batu Bulan, dikenal dengan Kawah Maralebuhe. 1983 Terjadi peningkatan kegiatan 1984 Aliran lava dari Kawah Utama, mengalir ke Kali Beha (Barat), Kali Keting (Timur), Kali Batuawang (Selatan). 5 September awan panas guguran ke Kali Keting, Batuawang dan Kali Beha. 20, 21 Oktober semburan lava pijar terus menerus disertai suara gemuruh. 7 November, peningkatan kegiatan yang berpusat pada Kawah Pusat dan Kawah III. 27 Nopember, erupsi eksplosif besar. 1985 Leleran lava terus keluar dari pusat kegiatan baru Arengkambing, Kawah Utama dan Kawah III ke Kali Beha, Kali Keting dan Kali Batuawang. Tanggal 31 Desember terjadi awan panas guguran ke Kali Keting. 1986 Alirang lava ke Kali Keting berlanjut terus, dan 19 Januari terjadi penyimpangan leleran lava pada daerah ketinggian 1.000 m dpl. 1987 Suara gemuruh bagaikan pesawat jet dan erupsi asap terjadi sepanjang tahun. Tanggal 6 Februari terjadi semburan material pijar disertai awan panas sejauh lebih kurang 1.500 m.

1988 Januari - Februari terjadi semburan lava pijar. 18-20 Agustus terjadi erupsi disertai suara gemuruh kuat 25 Oktober erupsi kuat diikuti muntahan lava pijar dan menabrak tumpukan lava yang nampak selama ini, sehingga terjadi awan panas guguran. 1989 10-12 Januari, Februari terjadi leleran lava sejauh 750 m Maret terjadi semburan/luncuran lava pijar 9 dan 22 Mei terjadi leleran lava menuju ke Kali Beha 8 Agustus sebagian lidah lava gugur dan terjadi awan panas guguran 1990 2, 6, 8, 11, dan 19 September terjadi semburan dan luncuran material pijar ke Kali Keting dan Kali Beha 6 dan 13 Oktober terjadi erupsi agak kuat dengan asap setinggi lebih kurang 1.500 m. Bulan November terjadi leleran lava yang teramati sejauh lebih kurang 250m. 1991 Februari, terjadi erupsi asap yang kemudian disusul leleran lava sejauh 750 m kearah Kali Hiung. Juni, terjadi erupsi yang disertai lontaran material pijar yang berlangsung hingga Agustus. 1992 Februari, erupsi abu Mei, terjadi leleran lava ke Kali Beha Timur yang disertai awan panas guguran, yang mengakibatkan 6 (enam) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang lukan bakar 1993 Juni, terjadi lahar di Kali Kahetang melanda sekitar Ibukota Kecamatan Siau Timur, Ulu Siau menyebabkan beberapa sekolah, kantor pemerintah, sarana ibadah, gedung pertemuan, asrama polisi, jalan dan jembatan hancur 1996 Januari, terjadi erupsi abu 13 Februari, terjadi leleran lava pijar dari Kawah Utama ke Keting dan ke Kali Batuawang, Kali Beha dan Kali Batang berlangsung hingga Maret. Juni, terjadi erupsi abu mencapai ketinggian 1.500 m. Juli, terjadi erupsi abu setinggi 2.000 m. Agustus, terjadi erupsi abu yang kemudian diikuti leleran lava 1997 Maret, erupsi abu terjadi hampir setiap hari. 17 April, terjadi erupsi abu yang disertai strombolian dan leleran lava ke arah Kali Bahembang berlangsung hingga akhir Juni, panjang leleran lava mencapai 3.400 m. Peristiwa tersebut mengakibatkan 3 orang penduduk desa Dame meninggal diterjang awan panas guguran 1998 Pada 5 Maret mulai terdengar suara gemuruh dari arah puncak, semakin hari bertambah kuat, sinarapi di Kawah Pusat mulai membesar. Tanggal 13 Maret leleran lava terlihat mengalir ke arah Kali Keting. Tanggal 19 Maret lava membesar serta melebar ke arah Kali Kahetang. Keesokan harinya terjadi awanpanas guguran sejauh 1000 m di Lembah Kali Keting. Tidak ada korban jiwa. 15 Juli, pukul 12.17 terjadi erupsi eksplosif dari Kawah Pusat. Hujan abu mengguyur Desa Kinali, Hiung, dan Kiawang. Tebal abu tidak diketahui karena hujan air menyusul kemudian 2000 Diawali dengan membesarnya sinarapi di Kawah Utama pada 26 Mei. Tanggal 27 Mei, pukul 18.15 mulai terlihat leleran lava ke Kali Bahembang, satu jalur dengan Lava 1997. Tanggal 30 Mei terjadi erupsi strombolian disertai suara gemuruh kuat. 27 Oktober terjadi erupsi eksplosif. Asap erupsi mencapai tinggi 1000 m. Material erupsi jatuh di bagian timur, selatan dan barat dan menyebabkan kebakaran hutan di sekitarnya.

2 November terjadi erupsi abu disusul kemudian dengan erupsi strombolian. Material pijar dilontarkan setinggi 1750 m. 6 November mulai terlihat lava di puncak, seolah-olah membentuk kubah. 2001 Sepanjang tahun kenaikan kegiatan. Januari mulai terjadi leleran lava kelanjutan dari kegiatan November 2000. Lava mengalir dari Kawah Utama dan Kawah Selatan ke arah baratdaya, timur dan selatantengara ke Kali Beha Timur, Kali Kahetang, Kali Batuawang. 25 Juni terjadi erupsi kuat disertai awanpanas dari Kawah Selatan dan menghancurkan dinding/bibir selatan dari Kawah Selatan, 1 (satu) orang luka terkena udara panas (surge). Tanggal 29 Juni kubah baru mulai muncul kembali mengisi bekas erupsi 25 Juni dan dikenal dengan Kubah 2001. Hingga akhir tahun kubah baru tersebut belum berhenti tumbuh meskipun sangat lambat. Dalam September terjadi lahar di dalam Kali Kahetang dan melanda sebagian rumah penduduk di Kampung Tarorane dan Terminal Ulu Siau. Tidak korban jiwa. 2004 Terjadi erupsi eksplosif dan pertumbuhan kubah lava 2006 Terjadi erupsi eksplosif, aliran lava, awan panas, dan petumbuhan kubah lava. Penduduk di sekitar gunungapi dievakuasi 2008 Erupsi eksplosif yang masih berlangsung hingga bulan Juli 2009 2009 6, 7 Januari, erupsi abu. 1-4 Juni, erupsi dengan asap setinggi 700 m, disertai guguran material vulkanik. 7 November, erupsi disertai guguran ke Kali Keting, Kali Kahetang dan Batuawang. 2010 22 Maret, Erupsi freatik kuat disertai hujan abu, dan mengakibatkan lahar dingin di Kali Batuawang dan Hulu Odong.Jalan Hulu Odong terputus dan terendam material setinggi 10-75 cm, sepanjang 40m. 1 April, terdengan suara letusan disertai guguran ke arah barat (kali batang). 16 Agustus, teramati kubah lava baru di Puncak Kawah Utama. 18-21 terjadi beberapa kali erupsi sedang. 27 September, terdengar suara erupsi sedang disertai guguran lava pijar. Teramati awan panas ke arah Kali Batuawang. 31 Oktober, erupsi dengan asap kelabu kehitaman. Karakter Erupsi Sebagai gunungapi yang sangat aktif, masa istirahat Gunungapi Karangetang sangat singkat, berlangsung beberapa bulan kemudian meningkat kembali. Pada umumnya kegiatan dimulai dengan erupsi asap/abu dan biasanya berlangsung 2 atau 3 bulan. Kegiatan berlanjut berupa erupsi magmatik (eksplosif) diikuti dengan leleran lava (efusif). Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.

Erupsi abu pada tanggal 5 Juni 2007, pukul 15.11 WITA, dilihat dari Pos PGA Erupsi eksplosif terkadang diikuti oleh awanpanas, tetapi yang sering terjadi setiap leleran lava selalu menimbulkan awanpanas guguran. Awanpanas tersebut terjadi akibat menumpuknya lava di suatu titik atau di ujung aliran dan rubuh (collapse) karena faktor gravitasi. Berbeda dengan kejadian awanpanas guguran di Gunungapi Merapi yang terjadi dari kubah yang runtuh. Lava di Gunungapi Karangetang hampir selalu mengalir meskipun suatu ketika sebagian membangun kubah. Salah satu ciri khas Gunungapi Karangetang yang patut dicatat, adalah peran gempa tektonik (lokal) sangat besar dalam memotori terjadinya suatu erupsi. GEOLOGI

Dalam Peta Geologi Gunungapi Karangetang (2000), batuan disusun berdasarkan hasil kegiatan gunungapi tersebut, yaitu hasil primer dan sekunder. Penamaan batuan primer diurut dengan nomor, misalnya dimulai dengan Kl. 1 (Aliran Lava 1 Karangetang ) hingga KL. 17, kecuali Lava Arengkambing yang jelas kejadiannya dalam tahun 1976. Struktur Kawah Secara garis besar, kawah Gunungapi Karangetang menempati puncak dan lereng bagian utara dan selatan yang membentuk satu garis lurus. Berdasarkan Peta Topografi Puncak yang dibuat oleh S. Harto (1962), terdapat 5 (lima) kawah. Tiga kawah mengambil tempat di bagian utara, yaitu Kawah II (KII), Kawah III (KIII), dan Kawah V (KV), serta dua lainnya di bagian selatan, yaitu Kawah Utama (KI) dan Kawah IV (KIV) yang berada di dalam komplek Kawah Utama. Pada Tahun 1979 terbentuk kawah baru di lereng utara dekat Desa Batubulan. Semula lokasi tersebut hanya berupa lubang solfatara, kemudian terjadi longsoran akibat gempabumi tektonik. Lubang tersebut melebar dan bertambah dalam serta

berasap putih tebal sehingga menyerupai kawah dan kemudian dikenal dengan Kawah Batubulan. Namun demikian, sampai sekarang belum pernah menjadi titik erupsi. Peta Topografi Puncak Gunungapi Karangetang tahun 1962 Beberapa kawah tersebut di atas hanya menjadi pusat erupsi dalam satu tau beberapa kali periode kemudian tidak aktif lagi atau tertutup oleh lava. Peta topografi puncak dan lereng selatan Gunungapi Karangetang yang dibuat dalam tahun 1979 memperlihatkan hanya 2 (dua) kawah, yaitu Kawah Utama (KI) di sisi selatan dan Kawah II (KII) di sisi utara. Pada tahun 1993 terbentuk kubah lava di dalam Kawah II tetapi tidak menutupi secara keseluruhan permukaan kawah, sehingga keberadaannya sebagai kawah tetap terlihat dan pada kenyataannya masih aktif. Pada Juli 2001, pasca erupsi 25 Juni 2001 juga terbentuk kubah lava di dinding selatan Kawah Utama atau menutupi Kawah IV yang berada pada sudut selatan dalam komplek Kawah Utama. Agar mudah diingat, maka kedua kawah yang tersisa dan masih aktif tersebut dinamai Kawah Selatan (Kawah Utama, KI) dan Kawah Utara (KII) sesuai posisinya di puncak.

Keterangan: a. Kondisi puncak sebelum thn. 1992, puncak tertinggi +1784 m dml. b. Kondisi puncak dalam thn. 1993. Erupsi 1992 berakhir dengan terbentuknya Kubah 1992. KII masih tersisa pada pangkal kubah. Puncak kubah melampaui puncak tertinggi Karangetang, diduga mencapai tinggi +1820 m dan menjadi puncak tertinggi G. Karangetang saat ini. c. Kondisi puncak dalam Juni 2001. Dinding utara KIV runtuh (collapse) pada erupsi 25 Juni 2001. d. Kondisi puncak dalam Juli 2001. Muncul kubah baru pada bekas runtuhan 25 Juni dan disebut Kubah 2001. Stratigrafi G. Karangetang sangat kaya dengan lava. Hampir setiap peningkatan kegiatan selalu disertai oleh leleran lava. Berikut ini keterangan singkat dari stratigrafi batuan G. Karangetang dari yang tua hingga yang paling muda. Aliran Lava 1 Karangetang (Kl.1). Lava andesit, dijumpai di kaki selatan dan barat dari pantai hingga ketinggian 300 m. Aliran Lava 2 Karangetang. (Kl.2). Lava andesit basaltis, tersingkap di baratlaut puncak. Aliran Lava 3 Karangetang (Kl.3). Lava andesit basaltis ini tersingkap di Nameng, Batubulan (utara).

Aliran Lava 4 Karangetang (Kl.4). Satuan lava andesit, dijumpai di tenggara dan sepanjang sisi timur di Kali Beha dan Kali Lanage. Aliran Lava 5 Karangetang (Kl.5). Satuan ini tersingkap di lereng selatan dan umumnya ditutupi oleh lapukan setebal 0,5 m dan berasosiasi dengan endapan guguran lava, berkomposisi andesit. Aliran Lava 7 Karangetang (Kl.7). Lava andesit basaltis, dijumpai di Kali Kanawong dan Batuawang, baratdaya puncak selatan Karangetang. Aliran Lava 8 Karangetang (Kl.8). Lava yang menjadi fondasi jalan antara Batuawang dan Beong yang berasosiasi dengan material guguran lava, berkomposisi andesit. Aliran Lava 9 Karangetang (Kl.9). Satuan ini membentuk morfologi Bukit Arengkambing (1400 m) adalah andesit. Aliran Lava 10 Karangetang (Kl.10). Lava andesit abu-abu. Aliran Lava 11 Karangetang (Kl.11). Dari jenis andesit basaltis yang di jumpai di Kali Beha Barat, lereng barat puncak. Aliran Lava 12 Karangetang (Kl.12). Satuan ini berkomposisi andesit basaltis dan dijumpai di bagian timur pada ketinggian 1600 m. Aliran Lava 13 Karangetang (Kl.13). Tersingkap di Kiawang berkomposisi andesit berwarna abu-abu. Aliran Lava 14 Karangetang (Kl.14). Lava ini tersebut di bagian utara di Desa Batubulan berkomposisi andesit basaltis. Aliran Lava 16 Karangetang (Kl.16). Lava ini tersingkap di bagian utara puncak adalah lava andesit basaltis. Aliran Lava Arengkambing (Akl). Leleran lava ini terjadi dalam tahun 1976 dan merupakan erupsi samping G. Karangetang. Titik erupsinya di lereng Arengkambing, pada ketinggian 900 m. Lava mengalir hingga mendekati pantai tenggara Pulau Siau. Kubah Lava 1 Karangetang (Kk.1). Dierupsikan dari Kawah Utara berkomposisi andesit basaltis dan membentuk kubah di puncak. Kubah Lava 2 Karangetang (Kk.2). Terbentuk di Kawah Selatan berkomposisi andesit basaltis berwarna hitam.

Aliran Lava 17 Karangetang (Kl. 17). Lava ini mengalir ke barat dan selatan hingga ketinggian 500-600 m, berkomposisi andesit basaltis. Batuan sekunder terdiri dari endapan lahar dan alluvial Peta sebaran lava piroklastik dan lahar G. Karangetang GEOFISIKA Kegempaan Penelitian kegempaan pertama kali dilakukan oleh S. Siswowijoyo pada tahun 1974. Ketika itu masih menggunakan seismograf mekanik jenis Spindler and Hoyer. Sejak dioperasikannya Pos PGA dalam tahun 1978, seismograf adalah salah satu peralatan standar, dengan demikian pengamatan kegempaan mulai kontinyu dilakukan. Masa awal pengoperasiannya dipergunakan seismograf Hosaka dengan sistem telematri kabel (mekanik). Tahun 1993 sistem tersebut dirubah menjadi sistem telemetri radio (RTS). Seismometer ditempatkan di lereng selatan, 2 km dari puncak. Berdasarkan hasil analisis perhitungan sumber gempa (hiposenter) Vulkanik pada Juni 2007, umumnya tersebar di bagian selatan barat dari pusat kegiatan dengan dengan kedalamannya berkisar antara 0,892 5,884 km dpl.

Kedalaman (Km) Kedalaman (Km) Km 125 o 28,8'E 6 5 N 4 3 2 Kw. Batukole 1 0 W -1-2 LHI ARK -3 POS -4 Kw. Utara Kw. Selatan -5-6 -7-8 -9 S -10-10 -9-8 -7-6 -5-4 -3-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Km E 2 o 44,77'S -5-4 -3-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 9 Penampang Vertikal B-T Kw. Batukole W LHI POS Kw. Selatan Kw. Utara ARK 125 o 28.8'E Kw. Batukole -10-9 -8-7 -6-5 -4-3 -2-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 E -5-4 -3-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Km -4-3 -2-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 S Penampang Vertikal S-U POS Kw. Selatan ARK LHI Kw. Utara 2 o 44.77'S Kw. Batukole -10-9 -8-7 -6-5 -4-3 -2-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N -4-3 -2-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Km Sebaran hiposenter gempa Vulkanik G. Karangetang Juni 2007 Gaya Berat Penelitian gaya berat dilakukan pada Mei 1996. Zona lemah di G. Karangetang bentuknya konsentris terhadap puncak dan mengecil ke arah puncak. Hal tersebut diinterpretasikan adanya sistem saluran magma (diatrema) yang terbuka. Semakin ke arah selatan strukturnya lebih kompak dan homogen karena sistem vulkanisnya berada di bagian utara Pulau Siau. Geomagnet

Pengukuran dilakukan pada bulan Februari 2007, pada bagian barat dan selatan Gunungapi Karangetang. Berdasarkan data dari International Geomagnetik Reference Field (IGRF), dengan menggunakan software geomag60, diketahui bahwasanya harga medan magnetik regional (T IGRF ) di G. Karangetang berada pada harga 39915.6 nt. Harga magnetik residual kemudian diplot dengan menggunakan software Surfer dan menghasilkan Peta Anomali Medan Magnetik Residual U Titik Pengamata Titik-Titik Pengamatan Geomagnetik di G. Karangetang (Suparman, Y., 2007). U : Kontur Ketinggian : Sesar (di Peta Geologi)

: Kontur Magnetik : Kelurusan Titik Erupsi : Pos Gunungapi Karangetang : Titik Ukur Geomagnetik Peta Anomali Magnetik Total di overlay denga Peta Topografi G. Karangetang (Suparman, Y., 2007) Berdasarkan Peta Geologi Gunungapi Karangetang (Budianto, A., 2000) terdapat dua struktur utama, yaitu: Sesar Akesimbeka dan Sesar Arengkambing. Sesar Normal Akesimbeka terletak di sebelah selatan puncak G. Karangetang, memanjang dari barat ke timur. Sesar Arengkambing terletak di sebelah tenggara puncak G. Karangetang, mempunyai arah relatif struktur 15 0-20 0 yang ditafsirkan sebagai sesar normal dimana blok bagian timurnya relatif bergerak turun terhadap blok bagian barat. Blok-blok sesar yang naik berada pada kelurusan nilai anomali magnetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan blok-blok sesar yang turun yang berada pada kelurusan nilai anomali magnetik yang lebih rendah. Berdasarkan asumsi tersebut maka kelurusan-kelurusan dari struktur geologi pada Peta Anomali Magnetik Residual, yang kemudian diinterpretasikan sebagai kelurusan dari struktur sesar, didasarkan kepada adanya kelurusan kontras yang cukup besar pada harga anomali magnetik residual. Peta Kontur Anomali Magnetik Residual di overlay dengan Visualisasi 3-D Kontur Anomali Magnetik Residual (rotation 30 0 ) dan Sesar pada Peta Geologi G. Karangetang, (Suparman, Y., 2007). GEOKIMIA

Petrologi Lava Karangetang pada umumnya adalah andesit - andesit basaltis berforitik dan sebagian kecil pilataksitik dengan fenokris plagioklas dan hornbelende dalam masa dasar mikrolit plagioklas, gelas, mineral opak dan mikrogranular piroksen. Mineral plagioklas dijumpai dengan jumlah 40-50 % berbentuk subhedral - euhedral. Sedangkan mineral opak tampil sebagai masa dasar berbentuk anhedral. Piroksen ditemui sebagai masa dasar sebanyak 5-15 % berbentuk prismatik berupa kristal subhedral - euhedral. Terkadang dijumpai berasosiasi dengan gelas, opak dan mikrolit plagioklas. Hornblende hanya 5 % dengan ring structur. Kimia batuan Kandungan silika yang terdapat pada batuan Karangetang berkisar 52-54 %, tetapi sample terakhir (Lava 2001) prosentase tersebut meningkat menjadi 57 %. Perpaduan antara unsur alkali dari Na 2 O + K 2 O terhadap MgO + FeO menunjukan, bahwa lava di Karangetang berada dalam kelompok calk alkali. Berikut ini hasil analisis kimia batuan G. Karangetang. Hasil analisis kimia batuan/lava G. Karangetang, tahun 1976, 1985, 1996, 2001 Unsur Lava 1976 Lava 1985 Lava 1996 Lava 2001 SiO 2 53,59 52,53 53,14 57,09 Al 2 O 3 18,36 18,12 17,59 17,62 Fe 2 O 3 5,59 10,10 9,86 8,17 CaO 8,05 9,34 9,41 8,50 MgO 4,79 4,28 4,51 3,71 Na 2 O 2,80 3,18 3,10 2,28 K 2 O 0,86 1,16 1,14 1,12 MnO 0,29 0,20 0,21 0,20 TiO 2 0,73 0,86 0,85 0,63 P 2 O 5 0,08 0,23 0,20 0,26 H 2 O 0,30 0,10 HD 0,45 0,01 Kimia Air Di sekitar tubuh G. Karangetang, ditemukan 4 mata air panas, yaitu masingmasing di desa Lehi, Mini, Timbako dan Batulosoh (muara K. Nanitu). Lokasi pengambilan conto air panas, Juni 2007 Nama Stasiun Koordinat Elevasi

Bujur Timur Lintang Utara (m dpl) Mini 125 o 22,189 02 o 46,206 0 Lehi 125 o 22,169 02 o 45,940 0 Batulosoh (Nanitu) 125 o 22,281 02 o 46,363 0 Timbako 125 o 22,288 02 o 46.073 0 Perbandingan perubahan temperatur dan ph air panas pada pengukuran Mei 2006 dan Juni 2007 Nama Stasiun Mei 2006 Juni 2007 Suhu air ( o C) ph Suhu air ( o C) ph Mini 49 6,34 43,3 5,94 Lehi 46 6,31 47,5 5,80 Batulosoh (Nanitu) 74 6,17 66 5,86 Timbako 66 6,32 69,3 5,87 Perbandingan konsentrasi (ppm) kimia air panas G. Karangetang hasil analisis Mei 2006 dan Juni 2007 Unsur Mei 2006 Juni 2007 Mini Nanitu Lehi Timbako Mini Nanitu Lehi Timbako Na + 497,15 220,95 368,26 432,70 260,60 161,42 103,97 154,13 K + 58,00 23,00 53,00 40,00 40,16 42,61 21,06 41,14 Ca 2+ 303,36 131,22 253,98 143,92 233,32 265,14 118,70 265,14 Mg + 95,67 46,56 76,19 77,04 83,25 145,83 35,79 145,83 Fe 3+ 3,57 0,41 0,31 0,31 0,30 0,26 0,43 0,35 As 3+ 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,01 + NH 4 1,55 0,20 1,36 0,29 0,04 0,01 0,03 0,00 B - 1,2 0,2 1,1 0,65 0,35 0,52 0,17 0,35 F - 0,66 0,24 0,68 0,23 0,73 1,27 0,18 0,91 Cl - 819,72 261,65 634,09 605,21 1162,96 811,10 240,43 782,14 - HCO 3 204,32 201,48 212,83 178,78 217,77 232,29 261,32 225,03 SO4 2-558,97 396,55 552,76 487,59 173,82 383,16 212,28 383,16 SiO 2 89,20 78,40 105,00 79,80 82,27 68,48 76,36 72,88 MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Pemantauan G. Karangetang dialkukan secara menerus baik secara visual maupun instrumental (seismograf). Pemantauan berkala dilakukan dengan metoda deformasi (GPS dan EDM) Pos Pengamatan G. Karangetang secara administratif terletak di Desa Salili, Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara dengan letak geografis 02 o 44 46,56 LU dan 125 o 23 01,26 BT pada ketinggian 331 m. Secara visual dalam keadaan tidak berkabut puncak Gunungapi Karangetang dapat terlihat

jelas dari pos, sehingga fenomena kepulan asap kawah serta fenomena lain dapat teramati dengan jelas Kegempaan G. Karangetang dipantau dengan sebuah sistem pemantauan yang terdiri dari seismometer L4C satu komponen (vertikal) yang ditempatkan di tubuh Gunungapi Karangetang dengan posisi geografis 02 45 40,04 LU dan 125 23 41,10 BT. Data kegempaan yang terekam dikirimkan ke Pos PGA melalui sistem RTS. Data tersebut direkam menggunakan rekorder PS-2. Hasil pemantauan setiap hari dicatat, dianalisa dan dilaporkan ke pusat (Bandung) guna menentukan satus kegiatan gunungapi tersebut. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Pendahuluan Dalam rangka memitigasi ancaman bahaya primer dan bahaya sekunder terhadap penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi, telah dibuat Peta Peta tersebut dibuat berdasarkan bentuk bentang alam, karakteristik dan potensi bahaya yang ada. Kawasan rawan bencana dibagi atas 3 bagian berdasarkan ancaman bahaya yang mungkin melanda, yaitu Kawasan Rawan Bencana III (KRB III), Kawasan Rawan Bencana II (KRB II), dan Kawasan Rawan Bencana I (KRB I). Kawasan Rawan Bencana III Kawasan ini sering terlanda awanpanas, lontaran dan guguran material (pijar) dan aliran lava. Kawasan ini berdiameter 2 km meliputi daerah puncak dan beberapa aliran sungai yang berhulu di puncak hingga 3 km ke hilir. Misalnya Kali Kahetang dan Kali Keting di sebelah selatan, Kali Maralebuhe dan Kali Batuawang di sebelah utara. Secara umum kawasan ini mencapai luas 18 km 2 dan di dalam peta berwarna merahjambu (pink) tua. Kawasan Rawan Bencana II Berpotensi terlanda aliran lava dan lahar serta kemungkinan perluasan awanpanas yang mencakup lereng dan aliran sungai di sebelah barat, utara, timurlaut, dan tenggara puncak seluas 28 km 2. Di dalam peta berwarna merahjambu (pink) muda.

Kawasan Rawan Bencana I Sangat mungkin terlanda hujan abu yang meliputi radius 6 km dengan pusat di puncak. Dalam peta kawasan ini bergaris kuning dengan batas lingkaran berwarna kuning.

DAFTAR PUSTAKA Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Karangetang Budianto A., M.N. Kartadinata, Kusdaryanto. 2000. Peta Geologi Gunungapi Karangetang, Sulawesi Utara. Direktorat Vulkanologi. Bronto S., Djuhara A., 1996, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang, Provinsi Sulawesi Utara, 1996 Harto S., 1962. Peta Topografi Puncak G. Karangetang. Kusumadinata K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi. Solihin A., dkk. 2007. Laporan Pengamatan Terpadu Gunungapi Karangetang, Sulawesi Utara. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Suparman Y., 2007. Laporan Penyelidikan Geofisika (dengan Menggunakan Metoda Geomagnetik) Gunungapi Karangetang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.