Siti Suci Winarni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN. adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktif yaitu ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Masalah internal yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN. luas dan merata serta meningkatkan kualitas pendidikan. mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya, orang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dan dipraktekkan. Idealnya pelajaran produktif khususnya pada

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Tingkat keberhasilan dalam pendidikan sendiri sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

Eksperimentasi metode pembelajaran TGT (Teams Games

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru dan peserta didik merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat membimbing peserta didik agar mereka dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan struktur pengetahuan bidang studi yang dipelajari, disamping harus memahami sepenuhnya materi yang diajarkan, guru juga dituntut untuk mengetahui secara tepat tingkat pengetahuan peserta didik diawal atau sebelum mengikuti pelajaran tertentu. Selanjutnya dengan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan secara efektif. Seorang guru yang profesional dituntut dapat menampilkan keahlian sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat menarik minat belajar peserta didik. Guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini ditegaskan oleh Mulyasa (2003:101) bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun sosial dalam proses pembelajaran. Gambaran yang tampak dalam pendidikan adalah penekanan pembelajaran lebih kepada hafalan dan mencari suatu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses berpikir tingkat tinggi seperti berpikir rasional jarang dilatih. Seperti yang dikemukakan oleh Guliford (Munandar, 2009:7) Berdasarkan pendapat Guliford, pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu ada perubahan, baik secara substansial maupun secara teknis. Pembelajaran yang dilaksanakan tentunya harus sesuai dengan perkembangan jaman, serta sesuai dengan keperluan pendidikan pada saat ini. Proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan koordinator dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan berbagai model yang bervariatif, 1

sehingga peserta didik tidak jenuh akibat proses belajar mengajar yang monoton, tidak ada tantangan. Peserta didik posisinya sebagai objek bukan subjek belajar. Salah satu keahlian yang harus dimiliki guru sebagai salah satu unsur pendidik, yaitu mampu melaksanakan tugas profesionalnya untuk memahami peserta didik belajar, mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan berpikir rasional, membentuk watak peserta didik, dan memahami proses belajar yang terjadi pada diri peserta didik. Guru harus menguasai hakikat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai hakikat dan konsep tentang belajar diharapkan guru mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik. Salah satu cara mengaplikasikannya yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT. Sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik. Guru membimbing dalam proses terjadinya pengalaman belajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekadar mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian (Joni, 1994:91) Proses pembelajaran di kelas sebaiknya berpusat pada peserta didik. Dengan demikian peserta didik dapat berpikir secara konvergen, dituntut untuk memahami informasi, tidak hanya menghafal informasi. Aplikasi dari pembelajaran tersebut adalah dapat menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari, seperti yang ditegaskan oleh Rogers (1951 : 3). Konsep pembelajaran yaitu Student Centered Learning yang intinya yaitu : 1. Kita tidak dapat mengajar orang lain tetapi hanya bisa memfasilitasi belajarnya. 2. Seseorang hanya dapat belajar secara signifikan pada hal-hal yang hanya dapat memperkuat/ menumbuhkan self nya. 3. Manusia tidak dapat belajar jika di bawah tekanan. 4. Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifikan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi. Usaha-usaha guru dalam membelajarkan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan dan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, 2

pendekatan, model, serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak (Wardhani, 2005:65), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif yang mencakup berbagai bentuk tipe termasuk tipe STAD dan TGT. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap peserta didik yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dengan mengedepankan belajar secara kelompok atau team work. Menurut Nur (2000:194 ), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik peserta didik meningkat, peserta didik dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, dan berkembangnya keterampilan sosial yang meliputi kerja secara gotong royong, dan rasa solidaritas antar teman. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT dapat melatih peserta didik lebih aktif, berani mengemukakan pendapat, bertanggung jawab, dan mampu bekerja sama. Dalam pembelajaran ini alur proses belajar tidak harus berasal dari guru ke peserta didik akan tetapi peserta didik juga dapat saling mengajar sesama peserta didik yang lain. Hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran geografi adalah pembentukan pola berpikir tingkat tinggi yaitu keterampilan berpikir rasional, untuk itu suasana kelas perlu didesain sedemikian rupa sehingga peserta didik mendapat kesempatan untuk mengekspresikan diri. Dalam pembelajaran ini 3

peserta didik akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka mencintai suatu proses dalam suasana pembelajaran. Sedangkan suasana belajar yang penuh persaingan dan pengisolasian akan membentuk hubungan yang negatif dan mematikan semangat peserta didik. Hal ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pendidik perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat bekerjasama secara berkelompok/ Team Work, dengan tujuan peserta didik dapat menanamkan kepedulian dan kegotong royongan yang tinggi dengan temannya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran tipe TGT diharapkan dapat memberikan suasana baru yang menarik dalam pembelajaran geografi sehingga memberikan konsep baru. Pembelajaan kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran tipe TGT membawa konsep pemahaman inovatif dan menekankan keaktifan peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan belajar peserta didik serta meningkatkan berpikir rasional. Peserta didik dapat kerjasama dengan peserta didik lain dalam suasana gotong royong dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, bekerjasama, bersosialisasi, dan berdemokrasi. Penulis berusaha mengamati proses pembelajaran di sekolah tempat mengajar dan di sekolah-sekolah lain pada saat mengadakan kegiatan observasi guru mata pelajaran serumpun. Sebagian besar guru geografi selama ini masih mengembangkan kemampuan menghafal materi pelajaran bagi peserta didik. Peserta didik belum dibiasakan bekerja kelompok dalam membahas materi pelajaran, sehingga kegiatan individu sangat menonjol, peserta didik berusaha memahami sendiri penjelasan dari guru sebagai pusat pembelajaran. Dengan adanya fenomena tersebut maka penulis mempraktikkan model pembelajaran yang bersifat komunikatif, kerjasama, inovatif, dan kreatif yaitu dengan menggunakan tipe STAD dan TGT yaitu tipe pembelajaran yang bersifat kelompok dan permainan akademis yang dapat menambah kegembiraan peserta didik dalam memahami materi. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif 4

tipe STAD dan TGT diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik di kelas VII SMPN 1 Subang pada mata pelajaran geografi. Berdasarkan uraian dalam latar belakang, penulis mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Model Pembelajaran Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Rasional Peserta didik B. Rumusan Masalah Dengan adanya fenomena yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana perbedaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan tipe Teams Games Tournaments (TGT) terhadap keterampilan berpikir rasional peserta didik? Berdasarkan rumusan masalah, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik antara sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran cooperative tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik antara sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran cooperative tipe Teams Games Tournaments (TGT)? 3. Bagaimana perbedaan tingkat keterampilan berpikir rasional peserta didik antara hasil implementasi model pembelajaran cooperative tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan tipe Teams Games Tournaments (TGT)? 4. Mengapa terdapat perbedaan tingkat keterampilan berpikir rasional peserta didik antara hasil implementasi model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan tipe Teams Games Tournaments (TGT)? 5

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) Terhadap Keterampilan Berpikir Rasional Peserta didik Pada Mata Pelajaran Geografi. Secara khusus penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir rasioal peserta didik setelah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan tipe Teams Games Tournaments (TGT) 2. Untuk mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan antara hasil sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). 3. Untuk mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan antara hasil sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). 4. Untuk menganalisis perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional pada peserta didik yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan peserta didik yang mendapat model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Manfaat secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pembelajaran geografi, diutamakan sebagai upaya peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT). b. Manfaat secara khusus hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian sejenis, serta dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pembelajaran geografi. 6

2. Manfaat Praktis Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan masukan atau alternatif yang bersifat inovatif terhadap penggunaan model pembelajaran geografi yang berpusat pada peserta didik (student center). b. Sebagai bahan informasi kepada guru geografi tentang keefektifan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. c. Memberikan masukan kepada guru geografi dalam menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat, yang dapat menjadi alternatif dalam mata pelajaran geografi. d. Memberikan informasi kepada guru geografi untuk lebih menekankan keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar. e. Memberikan sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah menengah pertama. f. Sebagai bahan pertimbangan, pembanding, masukan, dan referensi untuk penelitian lebih lanjut. 7